Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hepatitis dalah peradangan pada hati ( liver )yang disebabkan
oleh virus. Virus hepatitis termasuk virus hepatotropik yang
dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV),
hepatitis C (HCV), deklta hepatitis (HDV), hepatitis E
(HEV).
Hepatitis dibagi menjadi dua tahapan:
1. Hepatitis akut : infeksi virus sistemik yang berlangsung
selama kurang < 6 bulan.
2. Hepatitis kronis : gangguan – gangguan yang terjadi > 6
bulan dan berkelanjutan dari hepatitis akut.
Hepatitis fulminant adalah perkembangan muali dari
timbulnya hepatitis hingga kegagalan hati dalam waktu
kurang dari 4 minggu oleh karena itu hanya terjadi pada
bentuk akut. ( Yuliana elin, 2009).
Hepatitis adalah inflamasi hati yang dapat terjadi
karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia
(non-viral), atau infeksi virus hepatitis A, B, C, D dan E
(Doenges, Marilynn E, 1999).
B. Rumusan masalah

1. Apa definisi hepatitis itu?


2. Apa penyebab atau etiologi hepatitis ?
3. Apa sajakah tanda dan gejala hepatitis ?
4. Bagaimana patofisiologi hepatitis?
5. Bagaimana penatalaksanaan hepatitis ?
6. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik yang dilakukan?
7. Apakah komplikasi yang sering terjadi?
8. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan hepatitis?
9. Bagaimana pencegahan hepatitis ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hepatitis.
2. Untuk mengetahui penyebab hepatitis.
3. Untuk mengetahui patofisiologi hepatitis .
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala hepatitis.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan hepatitis .
6. Agar mengerti pemeriksaan penunjang pada pasien
hepatitis .
7. Agar mengetahui komplikasi yang terjadi pada hepatitis .
8. Agar mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
hepatitis .

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hepatitis dalah peradangan pada hati ( liver )yang
disebabkan oleh virus. Virus hepatitis termasuk virus
hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV),
hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), deklta hepatitis
(HDV), hepatitis E (HEV).
Hepatitis dibagi menjadi dua tahapan:
3. Hepatitis akut : infeksi virus sistemik yang berlangsung
selama kurang < 6 bulan.
4. Hepatitis kronis : gangguan – gangguan yang terjadi > 6
bulan dan berkelanjutan dari hepatitis akut.
Hepatitis fulminant adalah perkembangan muali dari
timbulnya hepatitis hingga kegagalan hati dalam waktu
kurang dari 4 minggu oleh karena itu hanya terjadi pada
bentuk akut. ( Yuliana elin, 2009).
Hepatitis adalah inflamasi hati yang dapat terjadi
karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia
(non-viral), atau infeksi virus hepatitis A, B, C, D dan E
(Doenges, Marilynn E, 1999).
B. Etiologi
Klasifikasi agen penyebab hepatitis virus yaitu :
1. Transmisi secara enterik terdiri dari virus hepatitis A (HAV) dan
virus hepatitis E ( HEV) :
 Virus tanpa selubung
 Tahan terhadap cairan empedu
 Ditemukan di tinja
 Tidak dihubungkan dengan penyakit kronik
 Tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi
karier intestinal
2. Transmisi melalui darah terdiri atas virus hepatitis B (HBV),
virus heptitis D (HDV), dan virus hepatitis C (HCV) :

3
 Virus dengan selubung (envelope)
 Rusak bila terpajan cairan empedu atau deterjen
 Tidak terdapat dalam tinja

Perbandinagan berbagai hepatitis :

 Dihubungkan dengan penyakit hti kronik


 Dihubungkan denga viremia yang persisten
C. Manifestasi klinis
1. Malaise, anoreksia, mual dan muntah
2. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotopobia, sakit kepala
dan mialgia
3. Demam ditemukan pada infeksi HAV
4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap
5. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
6. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas
7. Splenomegali ringan
8. Limfadenopati

D. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-
bahan kimia. Unit fungsional darah dari hepar disebut lobule karena
memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar. Pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang rusak dibuang dari tubuh oleh respon imune digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya sebagian besar
oleh pasien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar
normal (Hudak dan Gallo, 1994, Keperawatan Kritis Volume II,
EGC, Jakarta).

4
PATHWAY

Pengaruh alkohol, virus Inflamasi pada hepar


hepatitis, toksin

Gangguan suplai darah hipertermi Peregangan kapsula hati


normal pada sel-sel hepar

Perasaan tidak nyaman Hepatomegali


Kerusakan sel parenkim,
dikuadran kanan atas
sel hati dan duktuli
empedu intra hepatik
Nyeri akut Anoreksia

Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Gangguan metabolisme obstruksi Kerusakan konjugasi


karbohidrat lemak dan
protein Gangguan ekskresi Bilirubin tidak sempurna
empedu dikeluarkan melalui
duktus hepatikus

Glikogenesisi menurun Retensi bilirubin Bilirubin direk meningkat

Glikogen dalam hepar Regurgitasi pada duktuli


berkurang empedu intra hepatik Ikterus

Glikogenolisis menurun Bilirubin direk meningkat

Glukosa dalam darah


berkurang Peningkatan garam Larut dalam air
empedu dalam darah
Resiko ketidakstabialan
kadar glukosa darah pruritus
Cepat lelah
Perubahan kenyamanan Ekskresi ke dalam kemih

Intoleransi aktivitas
Resiko gangguan fungsi Bilirubin dan kemih
hati berwarna gelap

5
E. Klasifikasi
a. Hepatitis A

1. Ditularkan melalui praktir oral-anal, makanan


terkontaminasi, dan kerang.
2. Periode inkubasi kira – kira 2 – 6 minggu, yang merupakan
periode paling menular.
3. Profilaksis: globulin imun sebelum dan setelah pemajanan
memberikan imunitas pasif selama 2 – 3 bulan.

b. Hepatitis B

1. Ditularkan melalui darah dan produk darah melalui transfusi


terkontaminasi dan kulit dan membran mukosa yang rusak
melalui jarum terkontaminasi, koitus seksual, tato, kontak
langsung dengan luka terbuka, atau melalui memegang alat
dan bahan terkontaminasi.
2. Periode inkubasi kira – kira 6 minggu sampai 6 bulan.
3. Individu dipertimbangkan menular selama permukaan
antigen tampak. Status karier atau hepatitis virus kronis
(HBV) ada bila permukaan antigen masih dapat terdeteksi
setelah enam bulan.
4. Profilaksis : vaksin HBV sebelum pemajanan memberikan
imunitas aktif. Untuk mempertahankan imunitas, vaksin
harus diulang setelah satu bulan, enam bulan, dan tujuh
tahun. Pemberian imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
memberi imunitas pasif pada individu tanpa vaksin yang
terpajan virus.

c. Hepatitis C

1. Ditularkan melalui rute yang sama dengan HBV


2. Periode inkubasi kira – kira 2 minggu sampai 6 bulan.
3. Profilaksis : Globulin imun sebelum dan setelah pemajanan
memberikan imunitas pasif untuk 2 – 3 bulan.
4. Diyakini penyebab dari hepatitis pascatransfusi.
d. Hepatitis D
6
Varian lain dari bentuk hepatitis B virus, sering terlihat pada
pengguna obat IV (Hollinger dalam Engram, Barbara, 1998).
Ini menyebabkan laju mortalitas tinggi.l virus hepatitis delta
untuk tetap ada, hepatitis virus B juga pasti ada. bentuk
varian dari hepatitis virus ini ditularkan dalam cara yang
sama seperti hepatitis B dan mempunyai karakteristik serupa.
Jadi profilaksis digunakan untuk hepatitis B juga efektif
untuk baik hepatitis C dan hepatitis delta.

e. Hepatitis E

Virus hepatitis E, yang merupakan jenis virus hepatitis terbaru yang


teridentifikasi, dianggap ditularkan melalui jalur fekal-oral. Masa
inkubasi hepatitis E bervariasi dan diperkirakan berkisar dari 15
hingga 65 hari. Awitan dan gejalanya serupa dengan yang terdapat
pada tipe hepatitis virus yang lain. (Brunner et al, 2001).

F. Pemeriksaan penunjang
1. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal) merupakan
batasan nialai untuk membedakan hepatitis virus dan
nonvirus
2. Enzim-enzimserum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH :
awalnya meningkat pada kerusakan sel hati dan pada
keadaan lain terutama infark miokardium
3. Bilirubin direk : meningkat pada gangguan ekskresi bilirubun
terkonjugasi
4. Bilirubin indirek : meningkat padagangguan hemolitik dan
sindrom gilbert
5. Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit
hepatoseluler
6. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai
gangguan hati
7. Masa protrombin : meningkatDiatas 2,5 mg/100 ml (bila
diatas 200 mg/mlpada penurunan sintesis protrombin akibat
kerusakan sel hati

7
8. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati,
meningkat pada obstruksi biliaris
9. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan
penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
10. Leukopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
11. Alkali fosfatase : Agak meningkat (kecuali ada kolestasis
berat)
12. Faeces : Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
13. Urinalisa : Peninggian kadar bilirubin; protein/hematuri
dapat terjadi.

G. Komplikasi

1. Sirosis Hepatis
2. Esefalopatik
3. Hepatoma

H. Penatalaksanaan

Jika seseorang telah didiagnosis menderita hepatitis, maka ia perlu


mendapatkan perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus
tidak menyebar. Jika tindakan pelayanan lambat membuat kerusakan
lebih besar pada hati dan menyebabkan kanker.
1. Penanganan dan pengobatan hepatitis A
Penderita yang menunjukan gejala hepatitis A diharapkan untuk
tidak banyak beraktifitas serta segera mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan
dari gejala yang timbul. Dapat diberikan pengobatan simtomatik
seperti antipiretik dan analgetik serta vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-
obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.
2. Penanganan dan pengobatan Hepatitis B
Setelah didiagnosa menderita hepatitis B, maka ada beberapa
cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan
injeksi :
a. Pengobatan oral
8
 Lamivudine ; dari kelompok nukleosida analog,
dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi
dewasa dan anak-anak, pemakaian obat ini cenderung
meningkatkan enzim hati (ALT) untuk penderita akan
mendapatkan monitor bersinambungan dari dokter.
 Adefovir dipivoxil (Hepsera); pemberian secara oral
akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis
yang tinggi akn berpengaruh buruk terhadap fungsi
hati.
 Baraclude (Entecavir); obat ini diberikan pada
penderita hepatitis B kronik, efek samping dari
pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih,
mual dan terjadi peningkatan enzim hati.
b. Pengobatan dengan injeksi
Microsphere, mengandung partikel radio aktif pemancar
sinar B yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa
merusak jaringan seht disekitarnya. Injeksi Alfa interferon
(INTRON A, INVERGEN, ROFERON), diberikan secara
sub cutan dengan skala pemberian 3x dalam seminggu
selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian
obat ini adalah depresi, trauma pada penderita yang memiliki
riwayat depresi sebelumnya.efek lainnya adalah terasa sakit
pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam
yang. Hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian
antipiretik.
3. Penanganan dan pengobatan hepatitis C
Sat ini pengobatan hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat
seperti interferon alfa, pegylated interferon alfa dan ribavirin.
Pengobatan pada penderita hepatitis C memerlukan waktu yang
cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat
menolong, untuk ini perlu penanganan pada stadium awalnya.
4. Istirahat cukup
5. Diet TKTP
6. Rehidrasi

9
I. Pencegahan

1. Vaksinasi.
2. Biasakan konsumsi makanan yang bersih, aman dan lihat
dudu memilih tempat makan.
3. Biasakan cuci tangan sebelum makan dan setelah aktivitas
karena mencuci tangan menghilangkan organisme yang
merusak rantai trasmisi infeksi.
4. Buanglah sampah pada tempatnya dan sediakan tempat
sampah yanf efektif.
5. Banyak minum air putih.
6. Olahraga secara teratur dan cukup istirahat.
7. Orang tua harus memberikan perhatian kusus pada anak
dalam pemilihan makanan serta memberiakn pendidikan
akan pentingnya kebersihan agar tidak terkena virus yang
dapat menyebabka penyakit hepatitis.
8. Bayi sebaiknya ibu memberiakn imunisasi secara tepat waktu
untuk mencegah terjadinya hepatitis.
9. Bagi tenaga medis lakukan hygiene umum, mencui tangan,
serta membuang urine dan feses pasian terinfeksi secara
aman. Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali
pakai, akan menghilangkan sumber infeksi,
10. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan
HCV sebelum diterima panel donor.

BAB III

Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Hepatitis

1. Biodata / Identitas / Demografi

Presentasi tersering terjadi pada neonatus 95 % sedang pada anak-


anak dan dewasa masing-masing 10 %.

2. Keluhan utama

10
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan
dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala,
batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning

3. Riwayat penyakit sekarang

Ibu klien mengatakan klien demam, nafsu makan menurun, perut


sebelah kanan teraba tegang dan nyeri perut sebelah kanan di sertai
mual, muntah dan kelelahan sehingga mengganggu aktivitas klien.

4. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah


diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk
keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta
perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya

5. Riwayat penyakit keluarga.

Kemungkinan ibu klien atau keluarganya menderita hepatitis

6.Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

7. Riwayat Pre natal, natal, dan post natal

1) Riwayat Pre Natal

Adanya satu / lebih faktor predisposisi terjadinya hepatitis


yaitu infeksi Rubella, TORCH, Coxackie, Virus, Herpes pda
ibu saat hamil

2) Riwayat Natal

Persalinan dengan ibu hepatitis.

3) Riwayat Post Natal

Kurangnya kebersihan oral dan anal pada ibu penderita


hepatitis.

8.Riwayat Imunisasi

9.Riwayat Hospitalisasi

11
10.Pola Fungsi Kesehatan

1) Nutrisi : Hilangnya nafsu makan (Anoreksia) penurunan berat


badan.

2) Eliminasi : Urine lebih tua (Kuning pekat), diare / konstipasi


(Feces kecoklatan).

3) Aktivitas : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.

 Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Umum

(1) Kesadaran

(2) TTV:

Suhu : normal

Nadi : normal

TD : normal

2) Pemeriksaan Fisik

(1) Kepala : Ikterus pada kulit, mukosa, sclera, nyeri kepala.

(2) Thorax : -

(3) Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan


atas, nyeri epigastrium, kram abdomen, hepatomegali.

(4) Extremitas : Mengalami kelelahan, kelemahan

(5) Rectum : Terdapat diare / konstipasi.

3) Pemeriksaan Penunjang

(1) Albumin serum : Menurun

(2) Darah lengkap : SDM menurun

(3) SGOT / SGPT : Meningkat

12
(4) Alkali fosfatase : Agak meningkat

(5) Tes fungsi hati : Abnormal

(6) Faeces : Warna kecoklatan

(7) Bilirubin serum : Di atas 2,5 mg/100 ml

(8) Tes eksresi BSP : Kadar darah meningkat

(9) Urinalisa : Peningkatan kadar bilirubin.

(10) Terapi

 Analisa Data

1. Diagnosa Medis

Anak ” ” usia ..tahun, dengan hepatitis

2. Masalah Keperawatan

- Cemas karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang


penyakit hepatitis

DS:... DO:....

- Hipertermi

DS:... DO:....

- Gangguan pemenuhan nutrisi akibat rasa mual

DS:... DO:....

- Gangguan aktivitas

DS:... DO:....

- Gangguan istirahat atau tidur

DS:... DO:....

- Nyeri

13
DS:... DO:....

- Diare/konstipasi karena kuramg aktivitas

3. Intervensi

1. Memberikan penjelasan mengenai kondisi anak kepada orang tua.

R/Informasi yang jelas dapat mengurangi kecemasan orang tua

2. Monitor tanda vital : suhu badan

R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi

3.Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat


(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari
buah 2,5-3 liter/hari.

R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang


memicu timbulnya dehidrasi

4.Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur

R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi


vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui penguapan

5.Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat

R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya


pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.

6. Awasi pemasukan jumlah diit / jumlah kalori. Berikan makan


sedikit dalam frekwensi sering dan tawarkan makan pagi paling
besar.

R/ Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia.

7. Berikan perawatan mulut sebelum makan.

R/ Menghilangkan rasa tak enak dan dapat meningkatkan nafsu


makan.

14
8. Anjurkan makan pada posisi tegak

R/ Menurunkan rasa jenuh pada masa abdomen dan dapat


meningkatkan pemasukan.

9. Pemberian nutrisi secara parenteral, untuk mempertahankan


kebutuhan kalori sesuai program.

R/ Di butuhkan bila intake nutrisi oral sudah tidak mencukupi.

10. Berikan diet rendah lemak tinggi kalori

R/ Rendah lemak meminimalkan fungsi hatidan tinggi kalori


membantu mempercepat penyembuhan.

11.Tingkatkan tirah baring / duduk

R/ Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang


digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak
di yakini menurunkan aliran darah ke kaki yang mencegah
sirkulasi optimal ke sel hati.

12.Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan


rentang gerak sendi pasif / aktif.

R/ Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.

13. Kaji pengalaman nyeri anak,minta anak menunjukkan area sakit.

R/Mengidentifikasi letak nyeri

14. Persiapkan anak untuk proseduryang menimbulkan nyeri.

R/ Mengurangi ketegangan anak saat dilakukan tindakan.

15. Berikan pujian pada anak untuk ketahanan dan memperlihatkan


bahwa nyeri telah ditangani dengan baik.

R/ Memberikan pengalaman yang menyenangkan untuk tibulnya


nyeri pada tahap selanjutnya.

16.Batasi penggunaan analgesik

15
R/ Analgesik memperberat kerja hati

17.Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,


keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.

R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai


transmisi infeksi

18.Monitor ferkwensi, karakteristik dan jumlah feses

Rasional : Mengidentifikasi derajat gangguan dan kemungkinan


bantuan yang diperukan

19.Tingkatkan diet pasien dengan banyak makan makanan berserat


dan buah

Rasional : Meningkakan konstintensi fekal untuk dapat melewati


usus dengan mudah dan menurunkan konstipasi

20.Memberikan dan mengawasi pemberian obat sesuai dengan advis


dokter

R/Sebagai fungsi kolaborasi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatitis dalah peradangan pada hati ( liver )yang disebabkan
oleh virus. Virus hepatitis termasuk virus hepatotropik yang
dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV),

16
hepatitis C (HCV), deklta hepatitis (HDV), hepatitis E
(HEV).
Hepatitis dibagi menjadi dua tahapan:
5. Hepatitis akut : infeksi virus sistemik yang berlangsung
selama kurang < 6 bulan.
6. Hepatitis kronis : gangguan – gangguan yang terjadi > 6
bulan dan berkelanjutan dari hepatitis akut.
Hepatitis fulminant adalah perkembangan muali dari
timbulnya hepatitis hingga kegagalan hati dalam waktu
kurang dari 4 minggu oleh karena itu hanya terjadi pada
bentuk akut. ( Yuliana elin, 2009).
Hepatitis adalah inflamasi hati yang dapat terjadi
karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia
(non-viral), atau infeksi virus hepatitis A, B, C, D dan E
(Doenges, Marilynn E, 1999).

B. Saran
Kita sebagai mahsiswa perawat diharapkan mengerti dan memahami
tentang asuhan keperawatan pada klien HEPATITIS, dan kami
mohon kritikannya dari pembaca asuhan keperawatan yang kami
buat agar bisa membangun makalah ini dengan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa,
I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.

17
Doenges, Marilynn E, 1998, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, setiawan. Edisi 2, EGC;
Jakarta.

Guyton, Arthur C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ; editor, Irawati


Setiawan, Edisi 9, EGC; Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi : konsep klinis proses-proses


penyakit, ; alih bahasa, Peter Anugrah; editor, Caroline Wijaya, Edisi 4,
EGC; Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester,
Edisi 8, EGC; Jakarta.

Tjokronegoro, Arjatmo, 1998 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi
Ketiga, Balai Penerbit FKUI; Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai