Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN


DENGAN TUBERCULOSIS PARU

Disusun Oleh :
NAMA : ACH.AGUS WIDODO
NIM : 202073028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021

0
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan ini diajukan oleh :


Nama : ACH.AGUS WIDODO
NIM : 202073028
Program Studi : Prodi Profesi NERS
Judul Asuhan Keperawatan :
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien dengan Tuberculosis Paru ”.
Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan Keluarga.

Sidoarjo, Juni 2021


Mahasiswa, Pembimbing akademik,

( Ach.Agus Widodo,S.Kep. ) ( Dr.M.Sajidin,S.Kp.M.Kes )

1
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kelekatan emosional srta mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 2010).Menurut UUD RI No. 10 tahun 1992 pasal 1, Keluarga adalah
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi interaksi
antara anak dan orang tuanya. Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta kulu dan
warga atau kuluwarga yang berarti anggota kelompok kerabat (Padila, 2012).
Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan
darah, adopsi, perkawinan, atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan
adanya hubungan psikologis / ikatan emosional (Siti Nur Kholifah,2016)
2.1.2 Karakteristik Keluarga
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan,atau adopsi
b. Anggota keluarga hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak, adik
d. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota (Salvari
Gusti, 2013)
2.1.3 Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (2010) tahap perkembangan keluarga terdiri atas dekapan
tahap perkembangan, yaitu :
a. Tahap 1 : Keluarga pasangan baru menikah.
Tugas perkembangan :
1. Membentuk pernikahan yang memuaskan bagi kedua belah pihak.
2. Berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan.

2
3. Merencanakan sebuah keluarga.
4. Perhatian terhadap kesehatan.
b. Tahap 2 :Keluarga dengan kelahiran anak pertama (childbearing family)
Tugas perkembangan :
1. Membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil (menggabungkan
bayi yang baru ke dalam keluarga).
2. Memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas
perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota keluarga.
3. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
4. Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran
menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.
c. Tahap 3 : Keluarga dengan anak prasekolah.
Tugas perkembangan :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga terhadap kebutuhan rumah, ruang,
privasi dan keamanan yang memadai.
2. Menyosialisasikan anak.
3. Mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lain.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga (hubungan
pernikahan dan hubungan orang tua-anak) dan diluar keluarga (hubungan
dengan keluarga besar dan komunitas).
d. Tahap 4 : Keluarga dengan anak sekolah.
Tugas perkembangan :
1. Menyosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi anak sekolah
dan membantu hubungan anak-anak yang sehat dengan teman sebaya.
2. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Tahap 5 :Keluarga dengan anak remaja.
Tugas perkembangan :
1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab pada saat anak remaja
telah dewasa dan semakin mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan pernikahan.

3
3. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
f. Tahap 6 :Keluarga melepaskan anak dewasa muda
Tahap perkembangan :
1. Memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk
memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-
anaknya.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
pernikahan.
3. Membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua atau sakit.
g. Tahap 7 :Orang tua paruh baya.
Tugas perkembangan :
1. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan.
2. Mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orang tua
yang telah menua dengan anak mereka.
3. Memperkuat hubungan pernikahan.
h. Tahap 8 : Keluarga dengan lansia.
Tugas perkembangan :
1. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan.
2. Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang.
3. Mempertahankan hubungan pernikahan.
4. Menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan.
5. Mempertahankan ikatan keluarga autogenerasi.
6. Melanjutkan untuk merasionalisasi kehilangan keberadaan anggota keluarga
(peninjauan dan integrasi kehidupan).
2.1.4 Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) dibagi menjadi lima fungsi dasar
keluarga, yaitu :
a. Fungsi afektif (the effective function)
Fungsi Afektif (the effective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.terpenuhi.

4
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function)
Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar
rumah hubungan dan interaksi keluarga.
c. Fungsi Reproduksi (the reproductive function)
adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi (the economic function)
Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function)
Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.Melakukan asuhan kesehatan bagi anggotanya
baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.
2.1.5 Tipe dan Bentuk Keluarga
Beberapa tipe keluarga menurut Friedman (2010), antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Nuclear Family (Keluarga Inti), yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan
anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah
dari sanak keluarga lainnya.
b. Extended Family (besar), yaitu satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua
keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama
lain.

5
c. Single parenys family, yaitu satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih begantung
kepadanya.
d. Nuclear dyed, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tinggal dalam satu rumah yang sama.
e. Blended family, yaitu suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan,
yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan
terdahulu.
f. Three generation family, yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu
kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
g. Single adult living alone, yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu
orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
h. Middle age atau elderly couple, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami
istri paruh baya.
2.1.6 Struktur Keluarga
Menurut Friedcman (2010), struktur keluarga terdiri dari :
a. Pola dan komunikasi keluarga
Dapat dikataan berfungsi apabila jujur, terbuka, melibatkan emosi, dapat
menyelesaikan konflik keluarga serta adanya hierarki kekuatan. Pola komunikasi
dalam keluarga dikatakan akan berhasil jika pengirim pesan (sender) yakin
mengemukakan pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas, dapat menerima dan
memberi umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi sesuai. Sebaliknya,
seseorang menerima pesan (receiver) dapat menerima pesan dengan baik jika
dapt menjadi pendengan yang baik, memberi umpan balik dan dapat
memvalidasi pesan yang diterima.
b. Struktur peran
Merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang
diberikan baik peran formal maupun informal.
c. Struktur kekuatan
Merupakan kemampuan individu untuk mengontrol dan mempengaruhi atau
merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate power (hak), referen

6
power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah), coercive power
(paksaan) dan affektif power.
d. Nilai-nilai keluarga
Merupakan sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu .
2.1.7 Tugas Keluarga
Tugas-tugas keluarga yanag sangat penting di dalam kesehatan untuk mewujudkan
keluarga sehat, dimana anggota keluarga saling memelihara satu sama lain menurut
(Friedman, 2010) yaitu :
a. Mengatasi masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang di
alami anggota keluarganya, keluarga perlu mengetahui dan mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda an gejala faktor penyebab
yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan mengenai masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarga, keluarga perlu mengetahui dan mengenal fakta- fakta
dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda an gejala faktor penyebab
yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan pada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui keadaan penyakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan, sumber-
sumber yang ada dalam keluarga (keuangan dan financial, fasilitas siisk,
psikososial) dan bagaimana sikap keluarga terhadap anggota yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat dan keluarga mengetahui sumber dan manfaat pemeliharaan
lingkungan serta bagaimana upaya pencegahan pada penyakitnya.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

7
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui keuntungan dan keberadaan fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau
oleh keluarganya.
2.1.8 Tingkat Kemandirian Keluarga
Menurut Depkes RI (2016) Kemandirian keluarga alam program perawatan
kesehatan komunitas dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu :
a. Keluarga mandiri tingkat satu (KM-I)
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2. Menerima pelayanan perawatan yang di berikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
3. Melakukan pemantauan ke KK binaan 1 x alam sebulan oleh kader.
b. Keluarga mandiri tingkat dua (KM-II)
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2. Menerima pelayanan perawatan yang di berikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan.
c. Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III)
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2. Menerima pelayanan perawatan yang di berikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan.
5. Melaksanakan tindakan secara aktif
d. Keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV)
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan perawatan yang di berikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan.
5. Melaksanakan tindakan secara aktif.
6. Melaksanakan tindakan promotif

8
2.1.9 Peran Perawat Keluarga
Menurut Friedman (2010) ada beberapa peran perawat keluarga, yaitu :
a. Pendidikan kesehatan
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan satu dari pendekatan
intervensi keperawatan keluarga yang utama. Pendidikan dapat mencakup
berbagai bidang, isi dan fokus, termasuk promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit, masalah kesakitan/disabilitas dan dampaknya, serta dinamika keluarga.
Mendapatkan informasi yang berarti, membantu anggota keluarga lebih merasa
memegang kendali dan mengurangi stres. Hal ini juga memungkinkan mereka
untuk mengartikan lebih jelas pilihan mereka dan lebih berhasil menyelesaikan
masalah mereka.
b. Konseling
Konseling adalah suatu proses bantuan interaktif antara konselor dan klien yang
ditandai oleh elemen inti penerimaan, empati, ketulusan, dan keselarasan.
Hubungan ini terdiri dari serangkaian interaksi sepanjang waktu berupa konselor
yang melalui berbagai teknik aktif dan pasif,berfokus pada kebutuhan, masalah
atau perasaan klien yang telah memengaruhi perilaku adaptif klien. Elemen inti
konseling adalah empati atau menyelami atau merasakan perasaan dan perilaku
orang lain; penerimaan positif terhadap klien; dan selaras atau tulus, tidak
berpura-pura dan jujur dalam hubungan klien-perawat.
c. Membuat kontrak
Suatu cara efektif bagi perawat yang berpusat pada keluarga agar dapat dengan
realistik membantu individu dan keluarga membuat perubahan perilaku adalah
dengan cara membuat kontrak. Kontrak adalah persetujuan kerjasama yang
dibuat antara dua pihak atau lebih, misalnya antara orang tua dan anak. Aar tepat
waktu dan relefan, kontrak waktu dapat dinegosiasi secara terus menerus dan
harus mencakup area sebagai berikut : tujuan, lama kontrak, tanggung jawab
klien, langkah untuk mencapai tujuan, dan penghargaan terhadap pencapaian
tujuan. Biasanya kontrak dibuat dalam bentuk tertulis, singkat, sederhana dan
tanpa paksaan.

9
d. Manajemen kasus
Menejemen kasus memiliki riwayat perkembangan sebagai bagian dari peran
perawat kesehatan masyarakat; terakhir dugunakan di tatanan layanan kesehatan
yang bersifat akut. Pertumbuhan perawatan terkelola telah menjadi kekuatan
utama munculnya menejemen kasus. Perawatan terkelola yang menekankan
pada pengendalian biaya dan peningkatan efisiensi perawatan, sementara
memelihara kualitas perawatan dan kepuasan klien, benar-benar membentuk
cara menejemen kasus berfungsi.
e. Advokasi klien
Komponen utama dari menejemen kasus adalah advokasi klien. Advokasi adalah
seseorang yang berbicara atas nama orang atau kelompok lain.Peran sebagai
advokat klien melibatkan pemberian informasi kepada klien dan kemudian
mendukung mereka apapun keputusan yang mereka buat.
f. Koordinasi
Salah satu peran advokasi klien yang diterima secara luas adalah koordinator.
Karena inti dari menejemen kasus adalah juga koordinasi, pengertian advokasi
dan koordinasi pada pokonya saling tumpang tindih. Pada kenyataannya
menejemen kasus sering kali diartikan sebagai koordinasi (khususnya di bidang
kerja sosial), dan dirancang untuk memberikan berbagai pelayanan kepada klien
dengan kebutuhan yang kompleks di dalam suatu pengendali tunggal.
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur
program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi
tumpang tindih dan pengulangan.
g. Kolaborasi
Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayan rumah
sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap
kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dialukakan sebagai
perawat di rumah sakit tetapi juga dikeluarga dan komunitaspun dapat
dilakukan.Kolaborasi menurut Lamb dan Napadano (1984) dalam Friedman
(2010) adalah proses berbagi perencanaan dan tindakan secara berkelanjutan

10
disertai tanggng jawab bersama terhadap hasil dan kemampuan bekerjasama
untuk tujuan sama menggunakan teknik penyelesaian maslaah.
h. Konsultasi
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan
keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya
(BHSP) antara perawat dan keluarga. Konsultasi termasuk sebagai intervensi
keperawatan keluarga karena perawat keluarga sering berperan sebagai
konsultan bagi perawat, tenaga profesional, dan para profesional lainnya ketika
informasi klien dan keluarga serta bantuan diperlukan.
2.2 Konsep TB Paru
2.2.1 Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa, dkk, 2009).TB paru adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru dan merupakan penyakit menular yang disebabkan
olehkuman Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyerang bagian-bagian
tubuh seperti paru-paru (Andra dan Yessie, 2013).
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru
yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa Manurung, 2013).
Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu
kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidak efektifan
respon imun.
2.2.2 Etiologi TB Paru
Penyebabnya adalah kuman mikroorganisme yaitu Mycobakterium
tuberkulosis dengan ukuran panjang 1-4 µm dan tebal 0,3-0,6 µm, termasuk
golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam
(Bararah dan Jauhar, 2013).

11
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa orang lebih rentan terhadap
infeksi TB, yaitu :
a. HIV, 13% dari seluruh kasus TB ternyata terinfeksi juga oleh virus HIV.
Masalah ini umum ditemukan di kawasan sub-Sahara Afrika, yang angka HIV-
nya tinggi.
b. Tuberkulosis terkait erat dengan kepadatan penduduk yang berlebihan serta gizi
buruk.Keterkaitanini menjadikanTBsebagai salah satu penyakit
kemiskinan utama.
c. Orang-orang yang memiliki risiko tinggi terinfeksi TB antara lain: orang yang
menyuntik obat terlarang, penghuni dan karyawan tempat-tempat berkumpulnya
orang-orang rentan (misalnya, penjara dan tempat penampungan gelandangan).
d. Orang-orang miskin yang tidak memiliki akses perawatan kesehatan yang
memadai, minoritas suku yang berisiko tinggi, dan para pekerja kesehatan yang
melayani orang-orang tersebut. Penyakit paru-paru kronis adalah faktor risiko
penting lainnya.
e. Orang-orang yang merokok memiliki risiko dua kali lebih besar terkena TB
dibandingkan yang tidak merokok.
f. Adanya penyakit tertentu juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya
Tuberkulosis, antara lain alkoholisme/kecanduan alkohol dan diabetesmellitus
(risikonya tiga kali lipat).
g. Obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid dan infliximab (antibodi monoklonal
anti-αTNF) juga merupakan faktor risiko yang semakin penting, terutama di
kawasan dunia berkembang.
2.2.3 Penyebaran TB Paru
Penyebaran TB paru menurut KNVC Indonesia (2018), yaitu :
a. Penularan TB terjadi melalui udara dari percikan dahak pasien TB yang batuk
tanpa menutup mulut.
b. Jika udara yang mengandung kuman TB tadi terhirup maka terdapat
kemungkinan kita terkena infeksi TB namun tidak selalu berarti kita akan sakit
TB, bisa jadi kuman TB tersebut ‘ tidur ’(dormant) dalam badan kita. Kuman
‘tidur’ tidak membuat kita sakit TB dan kita juga tidak dapat menularkan ke
orang lain.

12
c. Jika daya tahan tubuh menurun kuman TB yang ‘tidur’ ini menjadi aktif dan
memperbanyak diri, maka kita menjadi sakit TB.
d. TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi si pasien yang sudah dibersihkan
seperti peralatan makan, pakaian atau tempat tidur yang digunakan oleh pasien
TB.
2.2.4 Klasifikasi TB Paru
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit TB Paru :
a. Tuberkulosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1. Tuberkulosis Paru BTA (+), Sekurang-kurangnya 2 dari spesimen dahak SPS
hasilnya BTA (+).1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2. Tuberkulosis Paru BTA (-), Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif.
TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
b. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1. TBC Ekstra paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2. TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat
kelamin.
2.2.5 Manifestasi klinis TB Paru
Menurut (Bararah dan Jauhar, 2013) ada beberapa manifestasi klinis dari
Tuberculosis paru yaitu :
a. Keadaan postur tubuh klien yang tampak terangkat kedua bahunya.

13
b. BB menurun
Semua gejala tuberkulosis yang ditimbulkan pasti membuat pasien tidak nafsu
makan. Apalagi batuk di tengah-tengah makan bisa membuat pasien tersedak.
Hal ini tentu membuat pasien semakin enggan untuk makan. Akibatnya, asupan
nutrisi tidak tercukupi dan menyebabkan tubuh lemas dan lelah.
c. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadangc panas
badan dapat mencapai 40-41 ˚C. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas
dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh pasien dan berat ringannya infeksi tuberculosis yang masuk.
d. Batuk lama ,>1bulan atau adanya batuk kronis
e. Batuk yang kadang disertai hemaptoe (batuk darah)
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering
(non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghsilkan sputum).Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
f. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru kambuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.
g. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
samapi ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.

14
h. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang radang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur.
2.2.6 Pathway

15
2.2.7 Komplikasi TB Paru
TB paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi
dua, yaitu :
a. Komplikasi dini
1. Pleuritis
2. Efusi pleura
3. Empiema
4. Laryngitis
5. Penyebaran ke usus,dll
b. Komplikasi pada stadium lanjut
1. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok hipovolemik.
2. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus.
3. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya.
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur sputum :positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit
b. Ziehl neelsen: (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah)positif untuk basil asam cepat.
c. Test kulit :(PPD,mentoux,potongan vollmer)reaksi positif (area durasi 10
mm)terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal.antgen menunjukan infeksi
masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidk secara berarti menunjukan penyakit
aktif.reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB
aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang
berbeda.
d. Elisa/western blot:dapat menyatakan adanya HIV

16
e. Foto thorax;dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas ,simpanan
kalsiium lesi sembuh primer atau efudi cairan ,perubahan menunjukan lebih luas
TB dapat masuk romgga area fibrosa
f. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster ;urine dan cairan
serebrospinal,biopsi kulit)positif ntuk mycobakterium tuberculosis
g. Biopsi jarum pada jaringan paru;positif untuk granula tb ;adanya sel raksasa
menunjukan nekrosis.
h. Elektrosit dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi;misalnya
:hyponaremia,karena retensi air tidak normal ,didapat pada TB paru luas ,GDA
dapat tidak normal tergantung lokasi ,berat dan kerusakan sisa pada paru
i. Pemeriksaan fungsi pada paru ;penurunan kapasitas vital,peningkatan ruang
mati,peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru da penyakit pleural(Tb paru kronis luas)(Bararah dan Jauhar,
2013).
2.2.9 Upaya Pencegahan dan Pengendalian TB Paru
Menurut Indah (2018) pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan
dengan cara :
1. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Membudayakan perilaku etika berbatuk.
3. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya
sesuai dengan standar rumah sehat.
4. Peningkatan daya tahan tubuh
5. Penanganan penyakit penyerta TBC
6. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan,dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2.2.10 Pengobatan TB Paru
Dalam pengobatan TB paru menurut Bararah dan Jauhar, (2013). dibagi 2 bagian :
a. Jangka Pendek
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan.
1. Streptomisin inj 750 mg.
2. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid) 10 mg.

17
3. Ethambutol 1000 mg.
4. Isoniazid 400 mg.
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang,tata cara pengobatannya adalah
setiap 2 x seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah perkembangan
pengobatan ditemukan terapi.Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum
obat saja,obat yang diberikan dengan jenis :
1. INH.
2. Rifampicin.
3. Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu,dengan lama pengobatan kesembuhan
menjadi 6-9 bulan.
b. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam
pemeriksaan sputum BTA (+) dengan kombinasi obat.
1. Rifampicin.
2. Isoniazid (INH).
3. Ethambutol.
4. Pyridoxin (B6).
2.2.11 Evaluasi Pengobatan.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan,
nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain- lain), berkurangnya kelainan
radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum
BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai
paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan
BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan.
Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam
evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir
pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nanti timbul kasus
kambuh.

18
2.2.12 Dampak masalah dari TB Paru :
a. Terhadap individu
1. Biologis, adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus,
sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas yang tinggi.
2. Psikologis, biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena
batuk yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang kurang
menyenangkan.
3. Sosial, adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan
penyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.
4. Spiritual, adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena
penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh juga menganggap penyakitnya yang
manakutkan
5. Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.
b. Terhadap keluarga
Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurang
pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta kurang pengetahuan,
penatalaksanaan, pengobatan dan upaya pencegahan penularan penyakit.
Produktifitas menurun, terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan
sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya hidup
sehari-hari terutama untuk biaya pengobatan.
1. Psikologis, peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain.
2. Sosial, keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar
masyarakat belum tahu pasti tentang penyakit TB Paru .
c. Terhadap masyarakat.
Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta pengobatan
Penderita TB Paru positif tidak teratur atau droup out pengobatan, maka resiko
penularan pada masyarakat luas akan terjadi.Lima langkah strategi DOTS adalah
dukungan dari semua kalangan, semua orang yang batuk dalam 3 minggu harus
diperiksa dahaknya, harus ada obat yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan
harus dipantau selama 6 bulan oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada
system pencatatan / pelaporan.

19
2.2.13 Perawatan bagi penderita TBC
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberkulosis adalah:
a. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat
yaitu keluarga
b. Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
c. Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
d. Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
e. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan ke dua, ke lima
dan ke enam
f. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pen-cahayaan yang baik.
2.3 Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a. Menutup mulut bila batuk
b. Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup
yang diberi lisol
c. Makan, makanan bergizi
d. Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
e. Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
f. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2002)
Prioritas Keperawatan
a. Meningkatkan / mempertahankan ventilasi / oksigenasi adekuat
b. Mencegah penyebaran infeksi.
c. Mendukung prilaku / tugas untuk mempertahankan kesehatan
d. Meningkatkan strategi koping efektif.
e. Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis dan kebutuhan
pengobatan.

20
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang dibina. Pengkajian
merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang terdiri
dari beberapa tahap meliputi (Komang Ayu, 2010) :
a. Data Umum :
1. Identitas Kepala keluarga
2. Komposisi anggota keluarga
3. Genogram
4. Tipe keluarga
5. Suku bangsa
6. Agama
7. Status sosial ekonomi keluarga
8. Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3. Riwayat keluarga inti
4. Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan :
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
3. Mobilitas geografis keluarga
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga :
1. Pola komunikasi keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
3. Struktur Peran
4. Nilai dan Norma Keluarga

21
e. Fungsi Keluarga :
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Perawatan kesehatan
f. Stress / Penyebab masalah dan koping yang dilakukan keluarga :
1. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek
2. Respon keluarga terhadap stress
3. Strategi koping yang digunakan
4. Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik (Head to toe) :
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota kelurga tisak berbeda jauh
dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau rumah sakit yang meliputi
pemeriksaan head to toe.
h. Harapan Keluarga :
1. Terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual dan potensial (Allen, 1998) dalam Salvari Gusti (2013)
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian,komponen diagnosa keperawatan meliputi :
a. Problem atau masalah
b. Etiologi atau penyebab masalah
c. Tanda Sign dan Gejala (symptom)
Secara umum faktor-faktor penyebab / etiologi yaitu : ketidaktahuan,
ketidakmampuan. Ketidakmampuan yang mengacu pada 5 tugas keluarga, antara
lain :
a. Mengenal Masalah
b. Mengambil keputusan yang tepat
c. Merawat anggota keluarga

22
d. Memelihara / Memodifikasi lingkungan
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Setelah data dianalisa dan dtetapkan masalah keperawatan keluarga,
selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu diprioritaskan bersama
keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki
keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga dibuat dengan
menggunakan proses skoring.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh (Bailon dan
Maglaya, 1978) dalam Suprajitno (2012) yaitu dengan cara :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot,
yaitu 5)

Prioritas Masalah asuhan keperawatan keluarga


No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah :
 Tidak / kurang sehat / Aktual 3 1
 Ancaman kesehatan / Resiko 2
 Krisis atau keadaan sejahtera/potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah:
 Dengan mudah 2 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah :
 Tinggi 3 1
 Cukup 2
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah :
 Masalah berat harus segera ditangani 2 1
 Ada masalah,tetapi tidak perlu segera ditangani 1
 Masalah tidak dirasakan 0

23
Skor yang diperoleh X Bobot

Skor Tertinggi

Jenis-Jenis Diagnosa Keperawatan Keluarga :


a. Diagnosa Aktual, menunjukkan keadaan yang nyata dan sudah terjadi saat
pengkajian keluarga
b. Diagnosa Resiko / Resiko Tinggi, merupakan masalah yang belum terjadi pada
saat pengkajian, namun dapat terjadi masalah aktual jika tidak dilakukan
tindakan pencegahan dengan cepat
c. Potensial / Wellness, merupakan proses pencapaian tingkat fungsi yang lebih
tinggi, atau suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumper penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan (Suprajitno, 2012)
Beberapa diagnosa keperawatan keluarga yang dapat dirumuskan pada anggota
keluarga dengan TB Paru sesuai dengan pathway diatas adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubung dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
b. Hipertermia karena proses penyakit TB Paru berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
c. Gangguan pertukaran gas karena proses penyakit TB Paru berhubung dengan
ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
e. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan
f. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri (klien) berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan

24
2.3.3 Intervensi Keperawatan keluarga
Intervensi / Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering
muncul (Salvari Gusti, 2013)
Perencanaan keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar
yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan
yang berorientasi pada kriteria dan standar.Langkah-langkah dalam rencana
keperawatan keluarga adalah :
a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan atau objektif
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria
Standar mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu pada 3
hal yaitu :
a. Pengetahuan (kognitif), intervensi ini ditujukan untuk memberikan informasi,
gagasan, motivasi, dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan
keluarga
b. Sikap (Afektif), intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam
berespon emosional, sehingga dalam keluarga terdapat perubahan sikap terhadap
masalah yang dihadapi
c. Tindakan (Psikomotor), intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam
perubahan perilaku yang merugikan ke perilaku yang menguntungkan
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :
a. Tujuan hendaknya logis
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga (Salvari Gusti, 2013)

25
Intervensi Keperawatan Keluarga dengan TB Paru
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Bersihan jalan nafas tidakTujuan : a. Ajarkan keluarga untuk
efektif berhubungan Keluarga mampu merawat melatih klien teknik
dengan ketidakmampuan anggota keluarga yang sakit batuk efektif
keluarga merawat anggota yang mengalami bersihan b. Pantau keluarga dalam
keluarga yang sakit jalan nafas tidak efektif melakukan perawatan
Kriteria : untuk mencegah
Anggota keluarga mengerti terjadinya bersihan jalan
dan mampu mengajarkan klien nafas yang tidak efektif
teknik batuk efektif dan posisi
semi fowler agar bersihan
jalan nafas efektif kembali
2 Hipertermia karena proses Tujuan : a. Beri penjelasan pada
penyakit TB Paru Keluarga mengerti tentang keluarga proses penyakit
berhubungan dengan Hipertermia yang timbul TB Paru hingga
ketidakmampuan keluarga karena proses penyakit TB timbulnya Hipertermia
merawat anggota keluarga Paru b. Ajarkan keluarga untuk
yang sakit Kriteria : beri kompres dan
Keluarga mampu menjelaskan anjurkan beri banyak
penyebab hipertermia pada minum bila klien
penyakit TB Paru dan mampu mengalami hipertermia
merawat anggota keluarga
yang sakit
3 Gangguan pertukaran gas Tujuan : a. Beri penjelasan pada
karena proses penyakit TB Keluarga mengerti tentang keluarga mengenai
Paru berhubungan dengan gangguan pertukaran timbulnya gangguan
ketidakmampuan keluarga gas yang timbul karena gas pada penyakit TB
merawat anggota keluarga proses penyakit TB Paru paru
yang sakit Kriteria : b. Ajarkan keluarga cara
Keluarga paham tentang posisi semi fowler bila
proses pertukaran gas pada klien mengalami sesak
penyakit TB paru dan mampu nafas.
merawat anggota keluarga
yang sakit dengan TB Paru
4 Perubahan nutrisi kurang Tujuan : a. Jelaskan pada keluarga
dari kebutuhan tubuh Keluarga mengerti tentang mengenai pentingnya
berhubungan dengan pentingnya kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi bagi
ketidakmampuan keluarga bagi penderita TB Paru dan Klien yang menderita
merawat anggota keluarga dapat merawat klien TB Paru.
yang sakit Kriteria : b. Anjurkan klien untuk

26
Kelurga dapat menjelaskan memberi makanan
manfaat nutrisi dan akibat bergizi dan sajikan
kekurangan nutri bagi klien hangat dengan porsi
dengan TB Paru dan keluarga kecil tapi sering
mampu memenuhi mebutuhan
nutrisi klien ditandai dengan
nafsu makan klien
bertambah,dan berat badan
naik kembali
5 Resiko tinggi penyebaran Tujuan : a. Jelaskan pada
infeksi pada orang lain Keluarga mengerti resiko keluarga proses
berhubungan dengan penyebaran infeksi penyakit penularan penyakit
ketidakmampuan keluarga TB Paru kepada orang lain TB
memelihara/memo difikasi dan Infeksi tidak terjadi b. Ajarkan keluarga cara
lingkungan Kriteria : cucitangan yang baik
Keluarga bebas dari infeksi dan benar
penularan penyakit TB, c. Anjurkan keluarga untuk
keluarga dapat menjelaskan menerapkan PHBS di
kembali proses penularan rumah tangga
penyakit TB dan keluarga d. Anjurkan keluarga untuk
dapat menerapkan PHBS di membuka jendela dan
rumah tangganya. membiarkan cahaya
matahari masuk ke
dalam rumah.
6 Resiko tinggi penyebaran Tujuan : a. Jelaskan pada keluarga
infeksi pada dirisendiri Keluarga mengerti akibat dari tentang resiko
(kilen) berhubungan resiko penyebaran infeksi penyebaran infeksipada
dengan ketidakmampuan penyakit TB Paru pada diri diri kilen penderita TB
keluarga mengambil klien dan keluarga mampu paru
keputusanyang tepat mengambil keputusan yang b. Jelaskan pada keluarga
tepat dalam mengobati pentingnya memantau
anggota keluarganya yang dan mendampingi klien
sakit Minum obat TB
Kriteria : c. Ajurkan klien
Keluargamau mengikuti menyediakan tempat
anjuran dari petugas kesehatan penampunga n dahak
dalam memantau dan yaitu dalam wadah
mendampingi klien dalam tertutup yang diberi lisol
melakukan pengobatan selama
6 bulan

27
7 Kurang pengetahuan Tujuan : a. Beri penjelasan pada
berhubungan dengan Kelurga mengerti tentang keluarga mengenai
ketidakmampuan keluarga penyakit TB, penyebab, pengertian penyakit TB
mengenal masalah pencegahan, pengobatan dan Paru, penyebab,
kesehatan Perawatan klien dengan TB pencegahan, pengobatan
Paru dan perawatan pada
Kriteria : klien dengan TB Paru
Keluarga klien dapat b. Jelaskan pada keluarga
menjelaskan kembali akibat bila klien
mengenai penyakit TB penderita TB paru tidak
paru,penyebab, pencegahan, mendapat pengobatan
pengobatan dan perawatan dan perawatan maksimal
pada klien dengan Tb Paru

2.3.4 Implementasi / Pelaksanaan


Implementasi / pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku
hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan
keperawatan yang telah disusun (Salvari Gusti, 2013)
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan keluarga yang telah dibuat dengan didahului perawat menghubungi
keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai dengan kontrak sebelumnya
(saat mensosialisaasikan diagnosa keperawatan).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana
keperawatan yang baru.
Metode evaluasi keperawatan, yaitu :
a. Evaluasi formatif (proses)
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan
bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan, sistem penulisan evaluasi formatif ini biasanya ditulis
dalam catatan kemajuan atau menggunakan sistem SOAP

28
b. Evaluasi Sumatif (hasil)
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,
sistem penulisan sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan singkat
(Salvari Gusti, 2013)

29
DAFTAR PUSTAKA

Bararah,T dan Jauhar,M.(2013).Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Friedman, M.(2010).Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.


Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

IPKKI.(2017)Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok, dan


Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP,NOC, NIC di Puskesmas dan
Masyarakat. Jakarta : UI-Press).

Indah, Marlina.(2018). Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Jaksel :
Kemenkes RI

Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sudiharto.(2007).Asuhan Keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan


transcultural. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ayu, K. (2010).Asuhan Keperawatan Keluarga bagi Mahasiswa Keperawatan dan


Praktisi Perawat Perkesmas. Jakarta : Sagung Seto.

Gusti, S. (2013).Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga.Jakarta : Trans Info


Media.

Kementrian kesehatan,R.I.(2016).Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran


TataLaksana Tuberkulosis, Jakarta: Ditjen P2PL

Kementrian Kesehatan,RI.(2014).Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.


Jakarta: Ditjen P2PL

Santa, Suratun, Paula dan Niluh.(2013). Seri Asuhan Keperawatan Gagguan Sistem
Pernafasan Akibat Infeksi.Jakarta : Trans Info Media.

Suprajitno.(2012).Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.Jakarta :


EGC.

https://www.kncv.or.id/id/apa-itu-tb/tb-tbc/penularan-tb.html

30
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 Pengkajian
3.1.1 Struktur dan Sifat Keluarga
a. Kepala Keluarga
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Suku : Jawa
Umur : 43 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : jetis Mojokerto
b. Genogram :

31
c. Susunan Anggota Keluarga

Hubungan Status Imunisasi


No Nama JK dengan Umur Pendidikan BCG Polio DPT Hepatitis Campak Ket
KK 1 2 3 4 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Kepala Tidak Tahu
1 Tn.S L 43 th SMP - - - - - - - - - - - - - - -
Keluarga
-
2 Ny.N P Istri 41 th SMP - - - - - - - - - - - - - - - Tidak Tahu
3 An.Y P Anak 15 th SMP √ √ √ √ - √ √ √ - √ - - - - √

4 An.S P Anak 10 th SD √ √ √ √ - √ √ √ - √ - - - - √

6 Tn.C L Mertua 62 th Tidak sekolah - - - - - - - - - - - - - - - Tidak Tahu

32
d. Tipe Keluarga : Tradisional Extended Family

3.1.2 Faktor Sosio-Budaya-Ekonomi

a. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Sumber penghasilan Tn.S adalah dari kegiatan bertani yang dilakukan oleh
kepala keluarga bersama istri,yaitu sekitar ± Rp. 500.000,-/perbulan.
Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan sekitar ± Rp. 300.000,- dan
sisanya untuk keperluan lain –lain seperti membayar listrik,kebutuhan anak
sekolah.
b. Pendidikan
Anggota keluarga semuanya berpendidikan SMP,kecuali mertua yang tidak
sekolah,dan anak kedua yang sedang duduk disekolah dasar (SD kelas IV).
Berkaitan dengan penyakit TBC yang diderita Tn.C,keluarga mengatakan tidak
tahu bagaimana cara penularan TB paru kepada orang lain dan bagaimana cara
pencegahan terhadap anggota keluarga yang lain.Setelah dijelaskan tentang
pengertian penyakit,cara pencegahan dan pengobatannya,Tn.S,Ny.N dan Tn.C
belum bisa menjawab pertanyaan sederhana perawat.
c. Suku Dan Agama
keluarga merupakan suku Jawa dan beragama Islam,dalam menjalankan
perintah agama keluarga cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan
seperti sholat jamaah di Musholla,sholat Jumat di Mesjid, acara tahlilan / atau
yasinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), acara Diba’(remaja putri dan ibu-ibu).
3.1.3 Kegiatan Sehari - Hari
a. Nutrisi
keluarga lebih sering memasak sendiri dari pada membeli, dengan komposisi
sebagai berikut : makanan pokok yaitu nasi, tempe dan tahu, sayuran yang
didapat dari kebun/sawah, jarang makan buah dan minum susu.Keluarga dalam
memasak sayur dengan mencuci dulu lalu dipotong – potong.Keluarga makan
tiga kali dalam sehari dengan porsi yang cukup.Pemberian makan sama rata
untuk seluruh anggota keluarga.Cara menghidangkannya terbuka di atas
meja.Alat makan digunakan bersama atau tidak ada pemisahan dalam
pemakaiannya,pantangan makan tidak ada.

33
b. Eliminasi.
Pola BAB anggota keluarga sehari sekali dan BAK tiga-empat kali sehari.Pada
anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan dalam eliminasi.
Tempat BAB adalah di WC.
c. Olahraga.
Kepala keluarga mengatakan tidak menyediakan waktu khusus untuk
melakukan olah raga, tapi dia telah rutin pergi ke sawah setiap pagi dan sore.
Kegiatan di sawah mislnya mencangkul atau mencabuti rumput yang
mengganggu tanaman padi.Istri juga tidak meluangkan waktu untuk kegiatan
olah raga secara khusus, dia hanya kadang – kadang ikut membantu suami
kerja di sawah.Anak-anak tidak ada kegiatan olah raga di rumah, sedangkan di
sekolah sesuai jadwal olah raga di sekolah masing-masing.
d. Kebersihan Diri.
Kepala keluarga,istri dan Tn.C mandi 2 kali sehari, yaitu sepulang dari sawah
dan pada sore hari.Anak-anak mandi 2 kali sehari sebelum berangkat sekolah
dan pada sore hari.Kebersihan mandi dua kali sehari dengan menggunakan
sabun mandi,menggosok gigi sekali sehari dengan pasta gigi serta mencuci
rambut tiga hari sekali dengan menggunakan sampho,kebiasaan mandi
keluarga dirumah dengan air sumber yang berasal dari sumur gali.Berkaitan
dengan TBC,keluarga mengatakan tidak mengerti mengenai sanitasi yang sehat
yang dapat mencegah penularan TB paru.Ny.N mengatakan orangtuanya yaitu
Tn.C tidak mempunyai tempat khusus untuk pembuangan dahak,biasanya
meludah di halaman atau dimana saja saat ia berada.
e. Aktivitas Waktu Senggang/Hiburan/Rekreasi keluarga
Penggunaan waktu senggang oleh anggota keluarga dengan santai–santai atau
digunakan untuk membicarakan masalah keluarga.Anggota keluarga dalam
menggunakan waktu senggangnya sesuai dengan usia dan jenis kelamin.Untuk
mendapatkan hiburan keluarga melihat televisi.

34
3.1.4 Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.S saat ini adalah Tahap keluarga dengan
anak remaja dan tahap keluarga dengan usia sekolah,anak pertama berusia 15
tahun, dimana peran orang tua yaitu Tn.S dan istri melakukan komunikasi
secara terbuka dan dua arah, anak pertama selalu menceritakan pada Ny.N bila
ia ada masalah dengan teman sebayanya,anak pertama dan kedua Tn.S sedang
sekolah membutuhkan biaya untuk sekolah dan butuh perhatian dari kedua
orangtuanya.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi.
Namun,tugas keluarga yang belum dicapai saat ini adalah ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan.Keluarga Tn.S
masih hidup serba kekurangan.Keluarga Tn.S bersama anak, istri dan mertua
yang menderita sakit TB paru hanya tinggal disebuah rumah yang sederhana
yang pada bagian samping rumah sebelah kanan terdapat sungai, dan sesekali
bila keadaan air pasang dapat terjadi banjir.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut Ny.N riwayat masing-masing anggota keluarganya yaitu Tn.S,istri
dan anak-anaknya dalam keadaan sehat,tidak pernah sakit serius.Mertua Tn.S
yang bernama Tn.C menderita TB Paru sejak 1 bulan yang lalu dan berobat
rutin ke Puskesmas.
d. Riwayat penyakit keluarga sebelumnya
1. Riwayat penyakit keluarga dari pihak Tn.S: Bapak dari Tn.S sudah
meninggal 10 tahun yang lalu karena menderita hipertensi,sedangkan ibu Tn
S dalam keadaan sehat dan saat ini tinggal bersama adik perempuan Tn.S.
2. Riwayat penyakit keluarga dari pihak Ny.N:Ibu dari Ny.N sudah meninggal
sejak 11 tahun yang lalu secara mendadak akibat serangan jantung,
sedangkan Bapak dari Ny.N yaitu Tn.C saat ini menderita TB paru.

35
3. Tn.S beserta anak dan istrinya tidak pernah mengalami sakit berat hanya
demam,batuk dan pilek ringan saja dan bila sakit keluarga membeli obat di
warung atau berobat ke bidan desa.
4. Mertua Tn.S yang bernama Tn.C sebelumnya tidak pernah menderita TB
Paru.
3.1.5 Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Perumahan yang digunakan adalah semi permanen dan miliknya sendiri.Luas
pekarangan 5 x 9 meter dengan bangunan rumah 8 x 12 meter.Lantai rumah
sebagian dari plester semen dan sebagian masih tanah,atap dari genting.
Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada jendela, disekitar kamar dan
ruang tengah serta dapur ada lubang angin.Penerangan menggunakan lampu
listrik.Kamar tamu ada sebuah lampu neon 15 watt, ruang tengah terdapat bola
lampu 20 watt, masing–masing kamar dan dapur terdapat lampu pijar 10 watt.
Ruang tamu cukup rapi dan bersih, terdapat perabotan (kursi),ruang tidur,dapur
berdinding bambu anyam dan lantai tanah.Keluarga mempunyai kamar mandi
dan ada WC.Halaman rumah tampak kurang bersih oleh rerumputan disekitar
rumahnya. Keluarga menggunakan air sumber dari mata air sumur gali untuk
minum dan memasak,keadaan air secara fisik jernih, tidak berbau dan tidak
berasa.Keluarga menyimpan air dari sumur dalam gentong yang kebersihannya
cukup dan tertutup.Keluarga mempunyai tempat pembuangan limbah yang
dibuang langsung di belakang rumah dan dibiarkan terbuka.Keluarga
mempunyai ternak ayam dengan kandang menempel di belakang dapur.
Pembuangan kotoran ternak berupa jurang terbuka berjarak 3 meter dari
kandang.

36
b. Denah Rumah.

Keterangan denah rumah :


Rumah keluarga Tn.S terdiri dari 1 ruang tamu,1 ruang keluarga yang
sekaligus sebagai tempat makan,4 kamar tidur masing-masing untuk An.Y,
An.S,Tn.S bersama Ny.N dan Tn.C; 1 dapur; 1 kamar mandi /WC; dan
kandang ternak.Masing-masing kamar mempunyai ventilasi sekaligus sebagai
pencahayaan sinar matahari tapi jendela tidak pernah dibuka.Pencahayaan dan
ventilasi ruang tamu cukup.Pencahayaan ruang keluarga kurang,sinar matahari
kurang dapat menyinari lantai ruang tamu.Sumber air bersih yang digunakan
untuk mandi dan memasak berasal dari sumur gali.Tempat pembuangan air
limbah dari kamar mandi berupa selokan terbuka, pembuangan air limbah dari
dapur tidak ada tempat khusus,langsung dibuang atau dialirkan ke belakang
dapur dan dibiarkan meresap sendiri.

37
c. Karakterisktik tetangga dan komunitas RT/RW
Tetangga di sekitar keluarga Tn.S adalah bersuku Jawa, bahasa komunikasi
sehari-hari yang digunakan adalah bahasa jawa, sebagian besar tetangga Tn.S
bermata pencaharian sebagai petani.Keluarga mempunyai alat komunikasi
seperti televisi dan radio.Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya
diumumkan melalui pengeras suara yang ada di musholla atau masjid.
d. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.S Keluarga jarang pergi ke tempat-tempat yang jauh.Kegiatan
rutin harian adalah bertani / pergi ke sawah yang tidak jauh dari rumahnya
(sekitar 1 km).Tempat tinggal keluarga juga tidak berpindah – pindah.Sanak
famili dari Tn.S maupun Ny.N juga berada di sekitar tempat tinggalnya (masih
satu desa).
e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn.S berkumpul pada malam hari,karena pada pagi sampai saing hari
Tn.S berkerja disawah,keluarga Tn.S juga aktif dalam mengikuti kegiatan
tahlilan dilingkungan tempat tinggalnya yang diadakan 1 minggu
sekali,hubungan interaksi keluarga dengan lingkungan sangat baik.
f. Sistem pendukung keluarga
Jarak rumah ke puskesmas pembantu sekitar 1,5 km,jarak ke Puskesmas sekitar
3 km.Keluarga juga mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga
miskin (BPJS PBI).
3.1.6 Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
keluarga Tn. S dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa.Dalam
keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap saat dan waktu santai.
Komunikasi saat makan sering dilakukan, dan terbiasa makan bersama.
b. Struktur kekuatan keluarga
Tn.S merupakan pemegang kendali di dalam rumah tangga.Sedangkan Ny.N
hanyalah sebagai ibu rumah tangga dan mengasuh anak,dalam pengambilan
keputusan Tn.S dan Ny.N selalu mendiskusikan terlebih dahulu.

38
c. Struktur peran
Peran saat ini Tn.S sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah untuk
keluarganya,sedangkan tugas istri sebagai ibu rumah tangga dan merawat anak,
pendidikan anak dilakukan bersama.
d. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn.S menganut agama islam,antara Tn.S dan Ny.N saling memahami
dan mengerti kebiasaan masing-masing.Disamping itu keluarga menganut
kebudayaan Jawa, norma yang dianut juga kebudayaan jawa.Dalam kebiasaan
keluarga Tn. S tidak ada yang bertentangan dengan norma.
3.1.7 Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Menurut Ny.N keluarga selalu menerapkan kasih sayang dan perhatian yang
cukup kepada anaknya.Tn.S dan Ny.N selalu memenuhi kebutuhan untuk
anaknya sesuai dengan usia pertumbuhan dan perkembangannya.
b. Fungsi Sosialisasi
Hubungan antar sesama anggota keluarga terlihat baik,demikian juga dengan
tetangga keluarga selalu aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di
lingkungannya,seperti tahlilan dan pengajian.
c. Fungsi Pemeliharaan / Perawatan kesehatan keluarga
Keluarga Tn.S kurang mengenal dengan baik masalah kesehatan yang dialami
oleh salah satu anggota keluarganya yaitu Tn.C dengan TB paru.Hal ini
dibuktikan dengan bahwa keluarga belum mampu untuk menyebutkan tentang
tanda dan gejala serta faktor penyebab dari TB paru.Kemampuan keluarga
untuk mengerti tentang sifat masalah sudah tampak,karena keluarga tidak
menganggap bahwa batuk – batuk yang dialami oleh Tn.S dianggap sebagai
batuk biasa dan keluarga sudah memeriksakannya ke Puskesmas dan sudah
mendapat terapi obat.Sejak awal pengobatan,Tn.C mengatakan sudah berobat
secara teratur.Kalau obat habis,keluarga langsung pergi ke Puskesmas untuk
mengambil obat.Tn.C mengatakan sebenarnya malas minum obat karena
setelah minum obat, ia merasa mual dan kembung.Tapi Tn.C ingin cepat
sembuh,sehingga walaupun malas ia tetap meminum obatnya.Pemanfaatan

39
fasilitas kesehatan,keluarga Tn.S mampu untuk memanfaatkannya,karena Tn.C
selama sakit berobat ke Puskesmas dengan diantar keluarganya.
d. Fungsi Reproduksi
Tn.S mempunyai 2 orang anak sebagai penerus keturunan dan Ny.N
merupakan akseptor KB suntik.
e. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn.S termasuk keluarga yang kurang mampu hal ini dapat dilihat dari
penghasilan tiap bulanya hanya sekitar Rp.500.000/perbulan.Dalam
pemenuhan sandang, pangan dan papan keluarga Tn.S sangat sederhana.Untuk
memenuhi kebutuhan makan sehari-hari,Tn.S menanam sayur di tepi sawahnya
serta di pekarangan rumahnya.
3.1.8 Stress dan koping keluarga
a. Stresor jangka pendek dan panjang
1. Jangka pendek : Tn.S khawatir karena kesibukannya mencari nafkah tidak
begitu memperhatikan kesehatan dan kebutuhan anak dan istrinya.
2. Jangka panjang : Tn.S khawatir tidak sanggup membiayai anaknya ke
sekolah / jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stressor:
Tn.S mengatakan keluarga hanya bisa pasrah dan tetap berdoa memohon
kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kesehatan dan kemurahan rezeki
sehingga tetap berusaha semampu mereka untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
c. Strategi koping yang di gunakan
Keluarga selalu mencari solusi atas masalah yang dihadapi bila tidak sanggup
keluarga meminta bantuan dari sanak saudara,tetangga.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn.S biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut.
Sehingga keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharian.
Fungsi dan peran masing – masing anggota keluarga dijalankan sesuai dengan
hak dan kewajibannya.

40
3.1.9 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Tn.S Ny.N An.Y An.S Tn.C


Keadaan Umum Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis

TD 120/70 mmHg 110/70 mmHg 120/80 mmHg 100/60 mmHg 130/90 mmHg
Nadi 76 x/mnt 80x/mnt 84x/mnt 88x/mnt 83x/mnt
Pernapasan 20x/mnt 21x/mnt 20x/mnt 22x/mnt 22x/mnt
Suhu 36,5 oC 36,0 oC 36,5 oC 36,5 oC 36,0 oC
BB 74 kg 65 kg 60 kg 49 kg 60 kg
TB 167 cm 158 cm 160 cm 140 cm 162 cm
Kepala - Simetris (+) - Simetris (+) - Simetris (+) - Simetris (+) - Simetris (+)
- Hematoma (-) - Hematoma (-) - Hematoma (-) - Hematoma (-) - Hematoma (-)
- Rambut hitam (+) - Rambut hitam (+) - Rambut hitam (+) - Rambut hitam (+) - Rambut putih (+)
- Terdapat uban (+) - Terdapat uban (-) - Terdapat uban (-) - Terdapat uban (-) - Terdapat uban (+)
- Rontok (-) - Rontok (-) - Rontok (-) - Rontok (-) - Rontok (-)
- Bersih (+) - Bersih (+) - Bersih (+) - Bersih (+) - Bersih (+)
Mata - Anemis (-) - Anemis (-) - Anemis (-) - Anemis (-) - Anemis (-)

Hidung - Simetris (+) - Simetris (+) - Simetris (+) - Simetris (+) - Simetris (+)
- Sekret (-) - Sekret (-) - Sekret (-) - Sekret (-) - Sekret (-)
- Epitaksis (-) - Epitaksis (-) - Epitaksis (-) - Epitaksis (-) - Epitaksis (-)

Mulut - Mukosa lembab (+) - Mukosa lembab (+) - Mukosa lembab (+) - Mukosa lembab (+) - Mukosa lembab (+)
- Kesulitan menelan (-) - Kesulitan menelan (-) - Kesulitan menelan (-) - Kesulitan menelan (-) - Kesulitan menelan (-)

41
Telinga - Pendengaran normal - Pendengaran normal - Pendengaran normal - Pendengaran normal - Pendengaran
(+) (+) (+) (+) berkurang (+)
- Keluar cairan (-) - Keluar cairan (-) - Keluar cairan (-) - Keluar cairan (-) - Keluar cairan (-)

Leher - Benjolan (-) - Benjolan (-) - Benjolan (-) - Benjolan (-) - Benjolan (-)
- Pembesaran kelenjar - Pembesaran kelenjar - Pembesaran kelenjar - Pembesaran kelenjar - Pembesaran kelenjar
thyroid (-) thyroid (-) thyroid (-) thyroid (-) thyroid (-)
- Pembesaran kelenjer - Pembesaran kelenjer - Pembesaran kelenjer - Pembesaran kelenjer - Pembesaran kelenjer
limfe (-) limfe (-) limfe (-) limfe (-) limfe (-)

Dada Dada kanan dan kiri Dada kanan dan kiri Dada kanan dan kiri Dada kanan dan kiri Dada kanan dan kiri
sama tidak ada sama tidak ada sama tidak ada sama tidak ada sama,suara nafas
keluhan keluhan keluhan keluhan tambahan ronchi (+).
Perut - Simetris (+) - Simetris (+) - Simetris (+) - Simetris (+) - Simetris (+)
- Kembung (-) - Kembung (-) - Kembung (-) - Kembung (-) - Kembung (-)
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidakada keluhan Tidak ada keluhan

Ekstremitas atas - Tidak ada odem - Tidak ada odem - Tidak ada odem - Tidak ada odem - Tidak ada odem
- Masih dapat bergerak - Masih dapat bergerak - Masih dapat bergerak - Masih dapat bergerak - Masih dapat bergerak
aktif aktif aktif aktif aktif
Ekstremitas - Tidak ada odem - Tidak ada odem - Tidak ada odem - Tidak ada odem - Tidak ada odem
bawah - Masih dapat bergerak - Masih dapat bergerak - Masih dapat bergerak - Masih dapat bergerak - Masih dapat bergerak
aktif aktif aktif aktif aktif
Eliminasi - BAB 1 kali sehari - BAB 1 hari sekali - BAB 1 kali sehari - BAB 1 kali sehari - BAB 2 hari sekali
- BAK 3-4 kali sehari - BAK 3-4 kali sehari - BAK 3-4 kali sehari - BAK 3-4 kali sehari - BAK 3-4 kali sehari

42
3.1.10 Harapan keluarga
Keluarga Tn.S berharap agar orangtuanya yaitu Tn.C yang saat ini menderita TB
paru bisa segera sembuh dan sehat seperti sebelumnya,keluarga berharap Tn.C
dapat melakukan pengobatan TB secara teratur dan tepat waktu selama 6 bulan.

No Data Masalah Etiologi


1 Ds :
 Ny.N bertanya tentang apa itu Kurang Ketidakmampuan
penyakit TB paru,tanda dan pengetahuan keluarga mengenal
gejala, pengobatan serta tentang penyakit masalah kesehatan.
bagaimana merawat klien TB paru, tanda
yang menderita TB paru. dan gejala serta
merawat anggota
Do: keluarga yang
 Ny.N /anak klien tampak sakit.
bingung, karena klien/Tn.C
selalu bertanya tentang
penyakitnya dan bagaimana
pengobatannya.
2 Ds :
 Ny.N /anak klien bertanya Resiko tinggi Ketidakmampuan
tentang cara pencegahan dan penyebaran keluarga memelihara
penularan penyakit TB paru infeksi pada orang /memodifikasi
lain. lingkungan untuk
Do: kesehatan keluarga.
 Ny.N tampak bingung,tampak
Tn.C masih membuang ludah
sembarangan dan saat batuk
klien tidak menutup mulut.
 Kamar tidur tampak kurang
terang.
 Jendela rumah masih tertutup
di pagi hari.

43
3.1.1 Skala Prioritas
Setelah data keperawatan keluarga dianalisa dan ditetapkan masalah dan
etiologinya, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu diprioritaskan
dengan menggunakan proses skoring dan memperhatikan sumber daya dan
sumber dana yang dimiliki keluarga.

44
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1 Sifat Masalah 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sudah terjadi dan perlu


segera diatasi
Aktual
2 Kemungkinan masalah 2 2 2/2 x 2 = 2 Keluarga kurang pengetahuan
dapat dirubah mengenai penyakit TB paru, namun
Ny.N sebagai anak Tn.C mau
Dengan mudah bertanya mengenai penyakit TB paru
sehingga dengan mudah petugas
memberikan informasi.
3 Potensial masalah untuk 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Diharapkan keluarga Tn.C dapat
dicegah mengetahui penyebab dan penularan
penyakit TB paru dengan baik
Cukup
4 Menonjolnya masalah 2 1 2/2x1=1 Menurut Tn.C dan keluarga adanya
masalah dan kurangnya pengetahuan
Masalah berat,harus keluarga mengenai TB paru harus
segera ditangani segera ditangani.

Total 4 2/3

Skala prioritas masalah kesehatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit TB Paru

45
Skala prioritas masalah kesehatan : Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain.

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1 Sifat Masalah 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Penularan belum terjadi, tapi resiko


terjadi penularan cukup besar, masalah
Ancaman Kesehatan ancaman kesehatan dan perlu segera
diatasi.
2 Kemungkinan masalah dapat 1 2 1/2 x 2 = 1 Dengan diberikannya penyuluhan
dirubah kesehatan tentang TB paru,keluarga
paham mengenai lingkungan yang baik
Hanya Sebagian bagi penderita TB paru.
3 Potensial masalah untuk 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Dengan keluarga paham mengenai
dicegah lingkungan yang baik, diharapkan
resiko penularan infeksi tidak terjadi
Cukup yaitu dengan membuka jendela kamar
dan rumah pada pagi hari.

4 Menonjolnya masalah 2 1 2/2x1=1 Adanya masalah dan kurangnya


pengetahuan pada keluarga Tn.S harus
Masalah berat, harus segera segera ditangani.
ditangani

Total 3 1/3

46
3.1.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga
Berdasarkan masalah kesehatan dan skala prioritas yang ada pada keluarga Tn.S
maka diagnosa keperawatan keluarga yang dapat dirumuskan / ditegakkan adalah
sebagai berikut :

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah kesehatan.

2. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan.

47
3.1.3 Perencanaan / Intervensi Keperawatan Keluarga

Tujuan Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar
1 Kurangpengetahuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal Keluarga terutama a. Beri penjelasan dan
berhubungan dengan tindakan tindakan Tn. C mampu diskusikan pada keluarga
ketidakmampuan keluarga keperawatan setiap keperawatan menjelaskan mengenai pengertian
mengenal masalah minggu sebanyak sebanyak 1x tentang penyakit penyakit TB Paru,tanda
kesehatan 3x selama 30 menit kunjungan rumah TB dan gejala,pengobatan
kunjungan selama 30 menit, paru dan serta motivasi keluarga
rumah,diharapkan keluarga dapat melakukan dalam memberikan
keluarga khususnya mengenal masalah pengobatan perawatan dan
Tn. C dapat kesehatan, dengan teratur pendampingan minum
mengerti menyebutkan obat pada klien dengan
memahami,dan mau pengertian tanda TB paru.
melaksanakan atas dan gejala,
informasi pengobatan b. Jelaskan pada keluarga
yang sudah penyakit TB paru akibat bila klien tidak
diberikan petugas mendapat perawatan dan
tentang penyakit pengobatan maksimal
TB paru.

48
2 Resiko tinggi penyebaran Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal Keluarga a. Jelaskan pada keluarga
infeksi pada orang lain tindakan tindakan terutama Tn. C proses penularan
berhubungan dengan keperawatan keperawatan mampu penyakit TB paru.
ketidakmampuan keluarga setiap minggu sebanyak 1x menjelaskan b. Anjurkan keluarga untuk
memelihara/memodifikasi sebanyak 3x kunjungan rumah tentang cara menerapkan PHBS dan
lingkungan. selama 30 menit selama 30 menit, agar infeksi cuci tangan pakai sabun
perkunjungan keluarga dapat penularan tidak dirumah.
rumah,diharapkan menyebutkan terjadi yaitu c. Anjurkan agar klien
keluarga mengerti bagaimana cara seperti menutup mulut saat batuk
resiko pencegahan agar malakukan / menggunakan masker,
penyebaran tidak terjadi resiko PHBS, dan tidak membuang
infeksi penyakit penularan infeksi menutup mulut dahak sembarangan.
TB Paru kepada pada orang lain. saat batuk atau d. Anjurkan keluarga untuk
orang lain dan menggunakan membuka jendela rumah.
Infeksi tidak masker,
terjadi. menampung
dahak pada satu
wadah tertutup
dan jendela
rumah terbuka.

49
3.1.4 Pelaksanaan / Implementasi Keperawatan Keluarga
Hari/ No Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan
Tanggal DX Nama jelas
Jum’at 1 a. Memberikan penjelasan dan mendiskusikan pada keluarga mengenai pengertian
25 Juni Achmad Agus
penyakit TB Paru, tanda dan gejala,serta motivasi keluarga dalam memberikan
2021
perawatan dan pengobatan rutin pada klien dengan TB paru.(edukasi Tuberculosis)
b. Menjelaskan pada keluarga akibat bila klien tidak mendapat perawatan dan
pengobatan maksimal.

Achmad Agus
2 a. Menjelaskan pada keluarga proses penularan penyakit TB paru.
Jum’at
25 Juni b. Menganjurkan keluarga untuk menerapkan PHBS dan cuci tangan pakai sabun
2021
dirumah.
c. Menganjurkan agar klien menutup mulut saat batuk / menggunakan masker, dan
tidak membuang dahak sembarangan.(edukasi etika batuk dan batuk efektif)
d. Menganjurkan keluarga untuk membuka jendela rumah.

50
Minggu 1 Menjelaskan dan mendiskusikan kembali bersama keluarga mengenai penyakit TB paru
27 Juni Achmad Agus
yang telah dijelaskan oleh petugas pada saat kunjungan I dan terus memotivasi keluarga
2021
dalam pendampingan minum obat pada klien.

Minggu 2 Mereview kembali dan mendiskusikan kembali cara pencegahan penularan penyakit TB
27 Juni Achmad Agus
paru, mengingatkan agar klien menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak pada
2021
tempatnya.

Selasa 1 Mereview kembali keluarga tentang informasi penyakit TB Paru dan terus memotivasi Achmad Agus
29 Juni
keluarga untuk mendampingi klien minum obat TB selama 6 bulan.
2021

Selasa 2 Mereview kembali pada keluarga mengenai penyakit TB agar tidak terjadi penyebaran Achmad Agus
29 Juni
infeksi pada anggota keluarga yang lain.dan menjelaskan lagi cara membuang dahak pada
2021
tempatnya yang benar.

3.1.5 Evaluasi Keperawatan

51
No Hari / Paraf
Evaluasi Hasil (SOAP)
Dx Tanggal dan Nama Jelas
1 Jum’at S :
25 Juni  Setelah dilakukan 1x kunjungan rumah selama 30 menit, Ny.N mengatakan mengerti Achmad Agus
2021 sebagian mengenai penyakit TB paru, tanda dan gejala tetapi belum mengerti mengenai
perawatan dan pendampingan minum obat pada orangtuanya yang menderita TB paru
O:
 Keluarga Pasien (Ny.N) tampak masih bingung mengenai bagaimana merawat orangtuanya
yang sakit TB paru
A : Tujuan tercapai sebagian,masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

2 Jum’at S:
25 Juni  Setelah dilakukan 1x kunjungan rumah selama 30 menit, Ny.N mengatakan mengerti Achmad Agus
2021 sebagian proses penularan penyakit TB paru
O:
 Keluarga Pasien (Ny.N) tampak masih bingung dan bertanya bagaimana cara membuang
ludah/dahak yang benar.
A : Tujuan tercapai sebagian, masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

52
1 Minggu S:
27 Juni  Setelah dilakukan 2x kunjungan rumah selama 30 menit, Ny.N menjelaskan cara Achmad Agus
2021 merawat orangtuanya yang sakit TB paru dan akan mengingatkan orangtuanya
untuk minum obat teratur.
O :
 Keluarga Pasien (NyN) tampak antusias menceritakan perkembangan
kesehatan orangtuanya.
A : Tujuan tercapai , masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan

2 Minggu
27 Juni S :
2021  Setelah dilakukan 2x kunjungan rumah selama 30 menit, Ny.N menjelaskan Achmad Agus
bahwa jendela rumahnya sudah dibuka setiap pagi dan orangtuanya sudah
memakai masker.
O:
 Keluarga Pasien (Ny.N) tampak masih bingung dan bertanya bagaimana cara
membuang ludah/dahak yang benar.
A : Tujuan tercapai sebagian, masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.

53
2 Selasa S :
29 Juni  Setelah dilakukan 3x kunjungan rumah selama 30 menit, Ny. N menjelaskan Achmad Agus
2021 cara menampung dahak dalam wadah tertutup yang sudah diberi wipol.
O:
 Ny.N tampak antusias menceritakan orangtuanya sudah membuang dahak/ludah
ditempat yang sudah Ny.N sediakan.
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.

54
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KELUARGA


TENTANG TUBERCULOSIS PARU,BATUK EFEKTIF DAN ETIKA BATUK
YANG BAIK DAN BENAR

DosenPembimbing:
Dr.M.Sajidin S.Kep.,M.Kes

Disusun oleh :
ACH.AGUS WIDODO
NIM : 202073028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2021

55
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Tuberculosis Paru


Sub topik : Tuberculosis Paru,Batuk Efektif dan Etika Batuk yang baik
dan benar.
Hari/tanggal : Jum’at, 25 Juni 2021
Waktu : 50 menit.
Tempat : Rumah Tn.S
Sasaran : Pasien dan keluarga
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang tuberculosis paru,batuk efektif dan
etika batuk yang baik dan benar selama 50 menit Pasien dan keluarga diharapkan
dapat mengerti dan memahami tentang Tuberculosis paru,cara pencegahan dan
penularan penyakit Tuberculosis Paru.
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan :
1. Keluarga mengerti tentang penyakit Tuberculosis Paru.
2. Keluarga mengetahui penyebab penyakit Tuberculosis Paru.
3. Keluarga mengetahui tanda dan gejala penyakit Tuberculosis Paru.
4. Keluarga mengetahui bagaimana cara penularan penyakit Tuberculosis Paru.
5. Keluarga mengetahui pengobatan dari penyakit Tuberculosis Paru.
6. Keluarga mengetahui bagaimana cara mencegah penularan penyakit Tuberculosis
Paru.
7. Keluarga mengetahui bagaimana cara batuk efektif dan etika batuk yang baik dan
benar.
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya jawab.
3. Demonstrasi.
D. Media dan alat
1. Leafleat.

56
2. Alat : Tissue/sapu tangan,wadah tertutup untuk penampungan dahak,cairan
desinfektan dan gelas berisi air hangat.
E. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Penyuluh Sasaran
No Tahap Waktu
1. Pendahuluan  Mengucapkan salam dan  Membalas salam. 5 menit.
memperkenalkan diri.  Mendengar identitas
 Menjelaskan kontrak waktu dan penyuluh.
mekanisme kegiatan.  Menyimak tujuan
 Menjelaskan tujuan penyuluhan. penyuluhan
 Menyebutkan materi penyuluhan
yang akan diberikan.
2. Penyajian  Mengajukan beberapa  Menjawab pertanyaan 30 menit.
materi pertanyaan tentang apa yang penyuluh.
peserta ketahui tentang
Tuberculosis (TBC)  Mendengar dengan
 Memberikan ceramah tentang seksama dan mencatat
a. Pengertian TBC hal-hal yang penting dan
b. Penyebab TBC yang kurang jelas.
c. Tanda dan gejala TBC  Mengajukan pertanyaan
d. Cara penularan TBC. tentang materi yang
e. Pencegahan TBC. belum jelas.
f. Cara pengobatan TBC.  Menjawab pertanyaan
g. Cara batuk efektif dan etika sesuai materi.
batuk yang baik dan benar
(demonstrasi)

3. Diskusi  Meminta peserta mengajukan  Mengajukan 10 menit


pertanyaan jika ada yang belum pertanyaan kepada
jelas. penyuluh.

5. Penutup  Evaluasi.  Menjawab pertanyaan 5 menit


 Menyimpulkan materi yang penyuluh,
telah disampaikan.  Mendengarkan dan
 Mengucapkan salam penutup. memperhatikan,
kesimpulan,
 Menjawab salam.

F. Evaluasi

57
1. Evaluasi Struktur
a. Keluarga hadir dalam penyuluhan.
b. Penyuluhan dilaksanakan dirumah Tn.S.
c. Kontrak waktu minimal 1-2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.
b. Keluarga antusias terhadap materi yang disampaikan.
c. Keluarga ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan.
3. Evaluasi Hasil
Metode evaluasidilakukan secara lisan dengan cara :
a. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk memberikan feedback.
b. Keluarga mampu menyebutkan kembali mengenai tuberculosis paru,penyebab,
tanda dan gejala,cara penularan,pengobatan dan pencegahan tuberculosis paru
serta mampu melaksanakan cara batuk efektif dan etika batuk yang baik dan
benar.

MATERI PENYULUHAN

58
I. Tuberculosis Paru.
A. Pengertian
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis
yang hampirseluruh organ tubuhdapatterserangolehnya, tapi yang paling
banyakadalahparu-paru (IPD, FK, UI).
B. Etiologi
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk
batang dan tahan asam (Price ,1997).Penyebab Tuberculosis adalah M.Tuberculosis
bentuk batang panjang 1 – 4 /μm. Dengan tebal 0,3 – 0,5 μm.selain itu juga kuman
lain yang memberi infeksi yang sama yaitu M.Bovis,M.Kansasii,M.Intracellutare.
C. Tanda dan Gejala
1. Gejala utama : batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih.
2. Gejala lainnya (Kementrian Kesehatan RI, 2010) :
a. Batuk bercampur darah
b. Sesak napas dan nyeri dada
c. Badan lemah
d. Nafsu makan berkurang
e. Berat badan turun
f. Rasa kurang enak badan (lemas)
g. Demam meriang berkepanjangan
h. Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan.
D. Penularan
Sumber penularan TB paru adalah penderita TB paru BTA positif.Penularan terjadi
pada waktu penderita TB paru batuk atau bersin,penderita menyebarkan kuman
bakteri ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam,orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam pernafasan.Setelah kuman TB paru

59
masuk kebagian tubuh lainnya melalui system peredaran darah,system saluran limfe,
saluran napas,atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya (Depkes RI,
2002).

E. Pencegahan
1. Penderita TB Paru
a. Minum obat secara lengkap dan teratur sampai sembuh
b. Meutup mulut saat bersin atau batuk
c. Meludah ditempat yang terkena sinar matahari atau tempat yang memiliki
tutupan yang diisi air sabun
2. Keluarga
a. Jemur alat tidur
b. Buka jendela dan pintu lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat
masuk.
c. Jangan tukar menukar peralatan mandi
d. Olahraga secara teratur
e. Beristirahat cukup
f. Buang air besar di jamban/WC
g. Makan makanan bergizi
h. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
3. Anak
a. Beri imunisasi BCG pada bayi
b. Beri makanan bergizi
c. Jauhkan dari jagkauan orang yang terinfeksi TB paru.

F. Pengobatan

60
Jenis obat yang dipakai

 Obat Primer  Obat Sekunder


1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid
2. Rifampisin (R) 2. Protionamid
3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin
4. Streptomisin 4. Kanamisin
5. Etambutol (E) 5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6. Tiasetazon
7. Viomisin
8. Kapreomisin

Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2010 yaitu :


1. Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap rifampisin.Bila saat tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat,penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negatif
(konversi) pada akhir pengobatan intensif.Pengawasan ketat dalam tahap intensif
sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
2. Tahap LANJUTAN
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis
obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kelembutan.Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
II. Batuk Efektif

DAFTAR PUSTAKA

61
Brunner S (2000). Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah. Vol.3, Ed 8, Jakarta ; EGC

Depkes RI (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta ;


Gerdunas

Depkes RI (2010). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta ;


Gerdunas

Kemenkes RI (2010). Strategi Nasional Pengendalian TB. Jakarta : Kemenkes RI

62
63
64
65
66
63

Anda mungkin juga menyukai