Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA

IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI DI DUSUN MANDUBRONTO


RT 027/RW 007 KECAMATAN KRIAN KABUPATEN SIDOARJO

Disusun Oleh :

ILMI JANNAH BUDIATIKA


(202073018)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU HAMIL
DENGAN RESIKO TINGGI

A. KONSEP KELUARGA

1.    Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota
keluarga, (Duvall dan Logan, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya, (Baiolan dan Maglaya, 2008).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI (2005).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
- Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi
- Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
- Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai
peran sosial : suami, istri, anak, kakak, dan adik.
- Mempunnyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri – ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing – masing.
4. Macam – Macam Struktur Keluarga
a. Tradisional :
a) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
b) The dyad family
Keluarga yang terdiri suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah
c) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri
d) The childess family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e) The extended family (Keluarga besar/luas)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek),
keponakan, dll).
f) The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian, dan ditinggalkan
(menyalahi hokum pernikahan).
g) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat akhir pecan (week-end)
h) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya :
dapur, kamar mandi, televise, telpon, dll)
j) Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dari
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
b. Non Tradisional :
a) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
pasangan suami-istri (matiral partners).
f) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu.
g) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai/nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membersarkan anaknya.
i) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dana tau
problem kesehatan mental.

5. Tahap – Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman,
2006) :
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
(psikologis) keluarga masing – masing :
- Membina hubungan intim yang memuaskan
- Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
- Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan :
- Persiapan menjadi orang tua
- Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan keluarga
- Mempertahankan hubungan yang memuaskan pasangan.
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 tahun) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun :
- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman
- Membantu anak untuk bersosialisasi
- Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus dipenuhi
- Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
- Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
- Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
- Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan lingkungan
- Mempertahankan keintiman pasangan
- Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung
jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih
dewasa :
- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
- Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
- Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
- Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari
jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang lain :
- Memperluas keluarga ini menjadi keluarga besar
- Mempertahankan keintiman pasangan
- Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
- Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
- Mempertahankan kesehatan
- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak –
anak
- Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai
keduanya meninggal :
- Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
- Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan
pendapatan
- Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
- Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
B. Konsep Dasar Ibu Hamil
1. Pengertian
Bumil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan.
Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan
antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan terbagi atas trimester
I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28 minggu), trimester III (28 – 42 minggu).

2. Konsep Pertumbuhan / PerkembanganFisik


a. Perubahan/ Pertumbuhan Fisik
1) Perubahan Pada Kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada
wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai
topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan
Puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan
menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna
hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan
membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis
hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih
hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang
ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi
stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria
gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis
berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating
hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
2) Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria.
Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
3) Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin
dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan
pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
a) Payudara membesar, tegang dan sakit
b) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola
mamae sekunder
d) Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar
dan kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak
cairan agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi
tempat berkembang biak bakteri.
e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16
minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu
sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat
encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang
dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung
lemak. Cairan ini disebut kolostrum.
4) Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga
kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5
bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang
dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi
pada linea alba serta linea nigra.
5) Perubahan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah
yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang
mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan (tanda Chadwick).
6) Perubahan padaTungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering
terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus
yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
7) Perubahan Sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.

b. Perkembangan/ Perubahan Psikologis


Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
1) Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
2) Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris
dan berpusat pada diri sendiri.
3) Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan
merefleksikan pengalaman masa lalu.

c. Masalah yang Sering Terjadi


1) Respon Terhadap Perubahan Citra Tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang
cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada
trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan
pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh
tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini
semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi
kehilangan batasan–batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan
diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang
diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan
kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I.
Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih
negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap
tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak
menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.

2) Ambivalensi Selama Masa Hamil


Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti
cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi
adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk
suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen
selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu
ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin.
Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil
atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki
seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa
ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung
jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat
mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman,
1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan
ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita
kemungkinan akan mengingat kembali saat–saat ia tidak menginginkan anak
tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang
memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah
menyebabkan anaknya cacat.

3) Hubungan Seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan
menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain
mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda–beda ini dipengaruhi oleh
faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks
selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada
wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan
rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk
menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan
seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk.
Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan
kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya
untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan
somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa
tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993)
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual
mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain
dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual
mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan
yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan
cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku
pasangannya. Dengan membicarakan perubahan – perubahan yang mereka
alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan
dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar
pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan
perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson,
Lowdermilk, 1993).

4) Kekhawatiran terhadap Janin


Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda–beda selama masa
hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang
sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai
periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan
adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama
ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan
membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk
memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap
lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin
melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan
orang tua.

d. Tugas Perkembangan
1) Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide
kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita
tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan
wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.
a) Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan
bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama
pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti
menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang
kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik
diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala
awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa
wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan
saya,” dan “ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan
perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi
medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan
budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa
alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari
perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi
yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon” suatu hari nanti, tetapi
tidak sekarang.”
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak
alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka
hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran
seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima
kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita
mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu
dilahirkan.
b) Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering
memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan
bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan
cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk
bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum
keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada
perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang
lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya.
Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan
suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya
karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap
kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama
seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti
masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga
dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang
terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal
yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan
tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang
dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif.
Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan
kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan
kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik
untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat
kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan
untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan.
Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan
perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa
tidak nyaman ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak
nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu
dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan
kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984)
2) Mengenal Peran Ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan
seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang
anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran
feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita
karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen.
Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi,
dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti
menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak-anak, dan
menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi
orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan
akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua
(Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain
tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri
mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan
kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan anak
harus diselesaikan.
3) Hubungan Ibu-Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni
ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu
(Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan-akan dirinya
adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka
miliki.
Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang
tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba
untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada
kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka
bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk
perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan
mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini.
Rubin (1967) menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji
perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita
lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai
sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu
proses perkembangan(Rubin, 1975)
Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk
menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk
orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan,
teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk
memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg,
1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran
yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
4) Hubungan Dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah
sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa
wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil
akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit
komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa
nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama
yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983). Kebutuhan
pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai.
Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap
sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975)
menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi
sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru
tersebut.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu.
Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk
selama–lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan
suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan
bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami – istri akibat
peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing
pasangan.
5) Kesiapan Untuk Melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan
gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri
pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan
timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan
rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah
tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan,
apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan
yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera
menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

C. KONSEP KEHAMILAN DENGAN RESIKO TINGGI


1. Pengertian
Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor resiko yang
dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam jiwa ibu dan
janin
Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami risiko atau
bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan, bila
dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal.
a. Kriteria Ibu Hamil dengan Faktor Resiko, yaitu :
1) Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Paritas primipara (kehamilan pertama) atau kehamilan telah lebih dari empat.
3) Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 142 cm
5) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm pada trimester III
b. Ibu Hamil Yang Tergolong Resiko Tinggi yaitu :
1) Ibu hamil yang sering pusing berat, penglihatan kabur, kaki bengkak dan
kenaikan tekanan darah
2) Ibu hamil dengan kelainan letak (sungsang atau lintang
3) Ibu hamil yang diperkirakan bayinya kembar
4) Riwayat kehamilan jelek
5) Ibu dengan riwayat penyakit jantung, ginjal, TBC, liver, hipertensi dan
penyakit berat lainnya.
2. Masalah Yang sering Terjadi
Ada beberapa masalah yang sering ditemukan pada wanita hamil dengan usia
di atas 35 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes yang muncul pada saat
kehamilan), tekanan darah tinggi dan juga masalah-masalah pada janin. Wanita
hamil dengan usia yang lebih tua juga akan lebih sering mengalami masalah pada
kandung kemih dibandingkan wanita hamil dengan usia yang lebih muda. Resiko-
resiko lainnya adalah resiko keguguran lebih besar, lebih banyak yang melahirkan
melalui operasi
Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal,
dan juga memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi cacat.
Saat berusia akhir 30-an, wanita cenderung mengalami kondisi-kondisi medis
berkaitan dengan sistem reproduksi, seperti fibroid uterine dan tumor otot. Fibroid
uterine adalah pertumbuhan sel otot atau jaringan lain di dinding uterus, membentuk
tumor. Fibroid uterine dan tumor otot bisa menimbulkan rasa nyeri atau perdarahan
vagina saat kehamilan berkembang. Jika wanita tersebut hamil di atas usia 40 tahun,
tingkat keparahannya bahkan lebih berat lagi. Problem-problem tadi bisa bertambah
dengan adanya hemoroid (wasir), inkontinensi (kesulitan menahan keluarnya urin),
varises, problem-problem pembuluh darah, nyeri otot, nyeri punggung, dan juga
proses melahirkan yang lebih sulit dan lebih panjang.

Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko keguguran dan
melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia di atas 35 tahunan juga
memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim atau saat proses melahirkan.
Walaupun resiko ini ada di setiap usia kehamilan, namun pada wanita dengan usia
35 tahun ke atas, resiko ini lebih besar, yaitu 7 dari 1000 kehamilan.

Hal lain yang perlu diwaspadai pada kehamilan diusia 35 tahun keatas aalah
terjadinya pre-eklamsia. Gejala awalnya adalah tekanan darah yang meningkat
secara drastis hingga lebih dari 140/90 mmHg, rin mengandung protein, terjadi
pembengkakan pada pergelangn kaki, tangan dan wajah. Bila terdiagnosis pre-
eklamsia harus diperiksa juga fungsi organ-organ tubuh yang lain seperti ginjal,
jantung, paru, mata, otak dan sistem syaraf.

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. (Baliwati,
2004 : 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan
(Soetjiningsih, 1995 : 96).
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang
dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti
meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron,
menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon
danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause.
Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.
Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan akibat Ibu hamil dengan risiko tinggi
adalah sebagai berikut :
a) Bayi lahir belum cukup bulan.
b) Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
c) Keguguran (abortus).
d) Persalinan tidak lancar / macet.
e) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
f) Janin mati dalam kandungan.
g) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
h) Keracunan kehamilan / kejang-kejang.
3. Pencegahan
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin
sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, yaitu dengan cara :
a) Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
b) Dengan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
c) Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih
intensif.
d) Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2. Pengkajian
Proses pengkajian dilakukan selama periode prenatal yang meliputi
wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Data yang perlu
dikumpulkan pada saat pengkajian adalah interpretasi subyektif pasien tentang status
kesehatan dan kehamilannya dan observasi afek pasien, postur, bahasa tubuh, warna
kulit, tanda fisik dan keadaan emosional (Klien, 2000).

Saat wawancara tanyakan riwayat kesehatan komprehensif yang menekankan


pada :
a. Kehamilan saat ini: alasan mencari perawatan, keluhan utama atau keluhan yang
dirasakan selama hamil, hamil keberapa, usia kehamilan sekarang, tanggal
perkiraan melahirkan, kebutuhan selama kehamilan, persiapan persalinan dan
persiapan awal menjadi ibu, harapan yang diinginkan tentang cara kelahiran, jenis
kelamin bayi, status nutrisi, pola berkemih.
b. Kehamilan sebelumnya: jumlah anak saat ini, riwayat kehamilan dan pengalaman
persalinan sebelumnya, riwayat kehilangan (abortus) janin, dan riwayat medis
yang meliputi: riwayat pembedahan, penggunaan obat, penyakit yang menyertai,
riwayat menstruasi.
c. Riwayat psikososial dan budaya: pekerjaan wanita dan pasangan, pendidikan,
status pekawinan, latar belakang budaya dan etnik, status sosial ekonomi,
persepsi tentang kehamilan saat ini (apakah kehamilan ini diinginkan,
direncanakan, apakah wanita dan pasangan senang, apakah wanita menerima
kehamilan), masalah yang timbul akibat kehamilan (finansial, karier/pekerjaan,
tempat tinggal), perubahan pola seksual.
d. Keadaan keluarga: kaji sistem dukungan keluarga, hubungan ibu hamil dengan
suami, keluarga ayah, ibu, dan saudara, hubungan dengan keluarga suami,
riwayat cacat dan kelainan genetik Riwayat keluarga memberi informasi tentang
keluarga pasien, orang tua, saudara kandung, anak, Hal ini membantu
mengidentifikasi gangguan genetik, familial dan kondisi yang dapat
mempengaruhi status kesehatan wanita atau janin.
e. Pengkajian fisik: pemeriksaan fisik difokuskan pada pemeriksaan ginekologi,
payudara, abdomen, pemeriksaan panggul, inspeksi luar, pemeriksaan dalam,
palpasi luar, dan pemeriksaan yang menyangkut keluhan utama dan riwayat
kesehatan atau penyakit yang pernah diderita pasien.
f. Tes kesehatan atau laboratorium yang pernah dilakukan selama hamil:
pemeriksaan darah (kadar Hb, Ht, sel darah putih, glukosa,), tekanan darah, tinggi
badan, berat badan, urin (protein, sel darah putih, pH), USG, VDRL, hepatitis,
EKG, titer rubela, toxo, pap smear.
g. Pengkajian semua faktor resiko yang mungkin ada: Hipertensi, jantung, diabetes,
cacat bawaan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga perlu dilakukan pengkajian yang
berkaitan dengan tugas perawatan kesehatan keluarga, yaitu:
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan adalah
1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang fakta dari masalah yang meliputi
pengertian, tanda kehamilan, gejala kehamilan normal dan penyimpangan
dari normal,
2) Persepsi keluarga terhadap kehamilan

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai


tindakan kesehatan yang tepat
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat adalah:
1) Apakah kehamilan yang dialami dianggap suatu masalah
2) Apakah keluarga takut dengan akibat perubahan yang terjadi akibat
kehamilan
3) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap anggota keluarga yang
sedang hamil dan kehamilannya
4) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
5) Apakah keluarga percaya terhadap petugas kesehatan

c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga


yang sakit
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit adalah :
1) Sejauh mana keluarga mengetahui kehamilannya: kebutuhan, perubahan dan
perawatan
2) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan dan perkembangan perawatan
yang diperlukan
3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber sumber yang ada dalam keluarga
(penanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas fusik, psikososial, dukungan
keluarga)
4) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sedang hamil
d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan
rumah yang sehat
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat adalah :
1) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber sumber yang dimiliki
2) Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan
3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya higiene sanitasi
4) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan
5) Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga
e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat.
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat adalah :
1) Sejauh mana keluarga tahu keberadaan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk perawatan wanita hamil
2) Sejauhmana keluarga mengetahui keuntungan yang dapat diperoleh dari
fasilitas kesehatan
3) Sejauhmana keluarga mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik dengan petugas
kesehatan
5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ditegakkan berdasarkan data yang didapat selama pengkajian. Diagnosa
yang mungkin muncul adalah :
a. Ansietas yang berhubungan dengan Kekhawatiran terhadap diri sendiri dan janin,
Krisis situasional/maturasional, Perubahan fisik selama hamil, Rasa tidak nyaman
selama krhamilan, Ancaman terhadap konsep diri, Stres, Perubahan status peran,
status kesehatan, pola peran, keadaan ekonomi
b. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan respon keluarga terhadap
diagnosa kehamilan
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap
penatalaksanaan kesehatan dan kehamilan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Morning
sicknes atau Emesis gravidarum.
e. Perubahan pola seksual yang berhubungan dengan Rasa kurang nyaman pada
kehamilan, Rasa takut bahwa senggama akan mencederai janin.
f. Konflik peran orang tua berhubungan dengan Ketidaktahuan peran yang harus
dijalankan, Perubahan status peran, perkawinan
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Persepsi negatif terhadap kehamilan,
Psikososial, Perubahan fisik selama kehamilan.
Untuk diagnosa keperawatan keluarga etiologi berdasarkan hasil pengkajian dari
5 tugas perawatan kesehatan keluarga.

3. Rencana Intervensi
Tujuan utama intervensi yang akan dilakukan pada asuhan keperawatan yang
diberikan pada masa kehamilan adalah :
a. Wanita akan menunjukan pengetahuan yang benar tentang adaptasi yang dialami
tubuh seorang ibu hamil terhadap perkembangan janin sebagai dasar untuk
memahami rasional dan pentingnya perawatan, koping yang digunakan dan
menjalankan perannya.
b. Wanita akan menggunakan pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi, kebutuhan
seksual, aktivitas sehari hari, rasa tidak nyaman akibat kehamilan, dan perawatan
diri.
c. Wanita akan mengenali gejala gejala yang menunjukan deviasi/penyimpangan
dari kehamilan normal dan melaporkan hal hal tersebutuntuk dapat segera diatasi.
d. Wanita dan keluarganya akan berpartisipasi secara aktifdalam perawatannya
selama kehamilan.

Dari beberapa masalah keperawatan yang muncul, perawat dapat melakukan


intervensi yang berkaitan dengan kebutuhan selama kehamilan diantaranya adalah:
a. Ciptakan hubungan perawat-pasien-keluarga yang saling percaya. Hal ini penting
untuk menentukan intensitas, kualitas hubungan dan keberhasilan intervensi yang
direncanakan bersama
b. Kaji keluhan selama hamil: mual, muntah, pusing, perubahan pola seksual, sering
kencing dan pengalaman kehamilan dan persalinan sebelumnya.
c. Berikan informasi adequat tentang kehamilan: perubahan fisik, perubahan emosi,
psikologis dan perubahan peran serta tanda tanda dari masalah kehamilan yang
tidak normal.
d. Beri kesempatan pasien, pasangan, anggota keluarga, atau anak untuk mengutarakan
perasaan terhadap kehamilan yang dijalani, harapan dan masalah yang mungkin ada terkait
kehamilan anggota keluarganya.
e. Libatkan pasien, pasangan, anggota keluarga, atau anak dalam kelompok yang sama untuk
berbagi pengalaman, pendapat dan perasaan
f. Diskusikan bersama pasien, pasangan atau anggota keluarga yang lain tentang kebutuhan
selama hamil, harapan terhadap kehamilan sekarang, dan rencana persalinan.
g. Ajarkan teknik persiapan yang diperlukan untuk proses persalinan dan persiapan menjadi
ibu: latihan nafas, senam hamil, teknik mengejan yang benar, cara perawatan payudara,
cara menyusui.
h. Berikan alternatif /pilihan penyelesain terhadap masalah yang dirasakan
i. Berikan dukungan secara adequat dan anjurkan pada keluarga untuk melakukan hal yang
sama terhadap perubahan yang tejadi selama kehamilan
j. Jelaskan cara senggama yang aman untuk wanita hamil, perawatan diri yang diperlukan
terkait perubahan selama kehamilan (payudara, personal higiene,kulit)
k. Anjurkan keluarga ikut berperan pada perawatan ibu
l. Beri informasi pada pasien dan anggota keluarga untuk mengakses sumber informasi
terkait kehamilan: buku, internet, konsultasi dengan dokter kandungan.
m. Motivasi pasien untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur termasuk
pemeriksaan darah, dan ginekologi.
n. Diskusikan dengan ibu dan atau anggota keluarga yang lain tentang jadwal kunjungan dan
pemeriksaan kehamilan.
PENGKAJIAN KELUARGA

A. IDENTITAS KELUARGA
1. Kepala Keluarga
a. Nama : Tn. B
b. Umur : 34 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Buruh
g. Alamat : dsn mandubronto 027/007 kec krian

2. Komposisi Keluarga
Hubungan Dgn
No. Nama Umur L/P Agama KK Pendidikan Pekerjaan

1 Tn. B 34 thn L Islam Kepala Keluarga SMA Buruh

2 Ny. R 29 thn P Islam Istri SMA IRT


3 An. G 7 thn L Islam Anak Kandung TK -

3. Genogram
Keterangan :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Perempuan
= Garis Pernikahan
= Garis Keturunan
= Tinggal serumah
4. Tipe Keluarga
Keluarga inti

5. Latar Belakang Budaya


Semua anggota keluarga berasal dari suku Jawa dengan kultur budaya Jawa. Bahasa
yang digunakan

6. Identifikasi Budaya
Bapak “B” mengatakan keluarganya adalah asli suku Jawa yang berkebangsaan
Indonesia serta tidak ada kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan.

7. Identifikasi Agama
Tn. Bmengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada perbedaan keyakinan semua
beragama islam. Keluarga selalu menjalankan sholat 5 waktu, Tn. B mengatakan
agama sangat penting karena agama merupakan bekal kita untuk kehidupan di akhirat
nantinya.

8. Rekreasi Keluarga
Keluarga berekreasi dengan menonton TV sambil bercengkerama, kalau ada waktu
luang biasanya pergi berkebun.

B. RIWAYAT KESEHATAN KELUAGA


1. Riwayat Kesehatan dalam 6 bulan terakhir
Ny. R mengatakan usianya saat ini 29 tahun dan sedang hamil 7 bulan. Ny. R
mengatakan sudah kali memeriksakan kehamilannya ke puskesmas dan bidan
terdekat. Ny. R mengatakan saat memeriksakan kehamilannya dianjurkan untuk
makan sayur-sayuran serta lauk-pauk selama kehamilannya.
2. Pemeriksaan Fisik

Nama Anggota Keluarga


No Variabel
Tn. B Ny. R An. G
1. Riwayat penyakit saat Sehat Sedang hamil 28 Sehat
Ini minggu
2. Keluhan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Diraasakan
3 Tanda & gejala Tidak ada tanda konjungtiva Tidak ada tanda
& gejala yang ananemis, sklera & gejala yang
membuat Tn.K putih. membuat An.L
sakit sakit

4 Riwayat Peny. Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Sebelumnya
5 Tanda-tanda vital TTV : TTV : TTV :
TD : 120/70 TD: 100/70 N : 85 x/i,
mmHg, mmHg, R : 24 x/i,
N : 80x/i, N : 88x/i, S : 36,7ºC,
R : 20x/i, R : 18x/i, BB : 12 kg,
S : 36,5ºc, S : 36,8ºC,
BB : 64 kg. BB : 58 kg,
LILA : 25 cm
TB : 160 cm.
6 Sis.Kardiovaskular Suara jantung Suara jantung Suara jantung
normal, tidak normal, tidak ada normal, tidak ada
ada bunyi bunyi tambahan bunyi tambahan
tambahan

7 Sis.Respirasi Normal Normal Normal


8 Sis.Gastro intestinal Bising usus Bising usus Bising usus
normal normal normal
9 Sis.Persyarafan Ada respon Ada respon Ada respon
terhadap terhadap terhadap
rangsangan rangsangan rangsangan
10 Sis.muskuloskletal Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan
11 Sis.Genitalia Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji
C. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. B berada pada tahap perkembangan keluarga dengan ibu hamil, ini
ditandai oleh istri Tn. B yang sedang Hamil 7 bulan.

2. Tugas perkembangan yang belum terpenuhi


Keluarga Tn. B saat ini sudah memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga saat ini.

3. Riwayat keluarga inti


Tn. B mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan ataupun penyakit
menular seperti kencing manis, TBC, jantung, hepatitis, hipertensi. Apabila anggota
keluarga sakit, keluarga biasanya berobat ke bidan desa atau puskesmas.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Tn. B mengatakan, keluarga Tn. B ataupun Ny. R tidak mempunyai riwayat penyakit
yang berbahaya seperti kencing manis, TBC, Jantung, hipertensi, hepatitis.

D. LINGKUNGAN
1. Karateristik Rumah
2
Luas rumah 100 m , tipe rumah semi permanen, dimana terdapat 2 kamar tidur, 1
dapur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi dan mempunyai 1 kamar tidur
untuk anak. Dimana ventilasi dari tiap ruangan dimanfaatkan setiap hari dengan ada
jendela setiap ruangan, kecuali ruangan tamu mempunyai 2 jendela, sehingga cahaya
dapat masuk ke ruangan pada siang hari. Penerangan rumah dengan menggunakan
lampu listrik, lantai rumah menggunakan plesteran, sedangkan lantai dapur memakai
plesteran. Kondisi rumah secara keseruhan cukup bersih, status rumah masih milik
orang tua (menumpang), mempunyai kamar mandi dan WC. Tn. B mengatakan
mandi di kamar mandi. Sumber air minum keluarga adalah air sumur.
Denah rumah Tn. B adalah sebagai berikut :
RT

Kandang KM

KT RM
Dap
Halam

RK
ur
an
RM : Ruang Makan
KT : Kamat Tidur
Keterangan :
KM : Kamar Mandi
RT : Ruang Tamu
: sUMUR

2. Karateristik Terangga dan Komunitas


Tn. B mengatakan bahwa hubungan seluruh anggota keluarga dengan masyarakat
lainnya cukup harmonis, dalam melakukan suatu kegiatan dilakukan dengan gotong
royong, jarak rumah dengan tetangga cukup dekat, disini tidak ada budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.

3. Mobilitas geografis Keluarga


Tn. B mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai kebiasaan berpindah tempat
karena keluarga memiliki rumah tetap.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat


Tn. B mengatakan sering berkumpul dan berinteraksi pada malam hari setelah makan
malam sambil menonton TV. Dan pada sore hari keluarga jarang berkumpul karena
bekerja. Dalam keluarga tidak ada mengalami masalah serta konflik dalam
berinteraksi.

5. Sistem Pendukung Keluarga


Tn. B mengatakan seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat, istri Tn. B sedang
hamil. Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah tempat tinggalnya berupa Puskesmas.

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola dan proses komunikasi keluarga
Tn. B mengatakan bahwa anggota keluarga berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Jawa. Komunikasi berlangsung dengan baik dan keluarga menyelesaikan
masalah dengan membicarakan terlebih dahulu dengan angota keluarga dan
pengambilan keputusan oleh kepala keluarga yang sudah dimusyawarahkan
sebelumnya.

2. Struktur Kekuatan keluarga


Tn. B mengatakan apabila ada masalah maka akan dirundingkan dengan istri.

3. Struktur peran
Tn. B mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah, Ny Ysebagai
ibu rumah tangga dan juga ikut mencari nafkah serta sebagai anggota masyarakat.

F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan mereka saling
membutuhkan satu sama lain, serta saling memberikan dukungan satu sama lain.
Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatan dalam rumah tangganya dan
setiap malam selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anggota
keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi
Tn. B mengatakan bahwa hubungan semua anggota keluarga baik, norma budaya
dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di keluarga dan yang
berlaku di masyarakat.

3. Fungsi Ekonomi
Tn. B mengatakan dari penghasilan setiap bulan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. Keluarga Tn.
B memiliki tabungan atau simpanan uang tapi kadang-kadang simpanan tersebut
bisa habis digunakan untuk keperluan mendadak seperti : apabila ada anggota
keluarga yang sakit jadi diperlukan biaya untuk membawanya ke pelayanan
kesehatan. Dimana Tn. B bekerja sebagai buruh dan jika ada waktu luang Tn. B
sering pergi ke kebun.
4. Fungsi perawatan Keluarga
a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Keluarga mengatakan setiap masalah kesehatan yang ada masih belum mampu
ditangani dengan segera dan apabila ada salah satu dari anggota keluarga yang
sakit keluarga memutuskan untuk membawa ke pelayanan kesehatan seperti
bidan atau puskesmas kalau tidak bisa ditangani dirumah.
c. Kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mengatakan selama ini sudah cukup mampu merawat anggota
keluarga yang sakit dengan membuatkan jamu kalau ada salah satu anggota
keluarganya yang sakit. Kalau tidak berhasil baru kemudian mengajak berobat
ke bidan atau puskesmas.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan
Keluarga mengatakan tahu akan kepentingan kesehatan lingkungan yang dapat
memenuhi kesehatan seperti menyediakan wc (jamban). Kondisi rumah
keluarga cukup bersih, membuang limbah rumah tangga di kebun belakang
rumahnya.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga mengatakan jika salah satu dari anggota keluarga yang sakit selalu
dibawa ke fasilitas kesehatan, yang dapat dijangkau oleh keluarga seperti
bidan desa atau puskesmas.

5. Fungsi Reproduktif
Ny. R mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun karena saat ini Ny.
R dalam keadaan hamil. Setelah anaknya lahir, Ny. R berharap ingin ikut KB
tetapi belum tahu KB apa yang akan digunakan nantinya.

G. MASALAH KESEHATAN SPESIFIK


1. Kesehatan ibu dan anak
a. Ibu hamil
Riwayat kehamilan Ny. R G2 P1 AO, (kehamilan kedua, partus pernah dan
abortus tidak pernah). Usia kehamilan saat ini 7 bulan, Ny. R mulai hamil di
usia tahun. Ny. R mengatakan sudah tiga kali rnemeriksakan kehamilanya ke
bidan dan sudah mendapat imunisasi TT se-kali, penambahan BB ± 4 kg dan
pada waktu memeriksakan kehamilanya ke bidan pernah mendapat obat
penambah darah yang menurut anjuran bidan harus diminum sehari sekali
namun sekarang obatnya telah habis.
Ny. R mengatakan tidak mengetahui tentang bagaiman perawatan
kehamilannya, ia mengatakan kadang-kadang perutnya terasa sakit namun
tanpa diobati sakitnya dapat hilang sendiri dan kadang-kadang Ny. R
mengeluh cepat lelah dan pusing. Ibu sudah biasa merasakan hal seperti ini
dan ibu hanya menganggap ini sebagai akibat dari kehamilannya.
1) Inspeksi muka:
a) Tidak ditemukan chloasma gravidarum, ditemukan adanya konjungtiva
anemis, tidak ada oedema pada muka.
b) Dada (Tidak dikaji)
c) Pada tungkai tidak ditemukan farises maupun oedema

2) Palapasi abdomen:
a) Leopold I
TFU setinggi pusat usia janin 30 minggu (tujuh bulan), pada fundus
teraba keras, bulat dan lunak (bokong).

b) Leopold II
Punggung janin tcrletak di bagiart perut kanan dan bagian keci-kecil
(ekstremitas), teraba pada perut sebelah kiri

c) Leopold III
Teraba bulat, melenting dan keras (kepala) dan bagian terbawah masih
dapat digoyang-goyangkan.

d) Leopold IV
Kepala janin belum masuk PAP.
H. STRESSOR DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor
a. Stressor Jangka Pendek
Tn. B mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menghadapi masalah yang
berkepanjangan, sehingga membuat keluarganya menjadi khawatir, bingung
dan cemas. Bila ada masalah keluarga, mereka selalu menyelesaikan secara
kekeluargaan.
b. Stressor Jangka Panjang
Saat ini keluarga Tn. B sedang memikirkan ekonomi keluarganya agar
dapat terus meningkat.

2. Koping
Tn. B mengatakan bahwa keluarga tidak pernah melakukan hal-hal yang
menyimpang dalam menghadapi segala masalah yang ada seperti menyelesaikan
masalah dengan menggunakan kekerasan dengan bersama-sama dan selalu
menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.

I. HARAPAN KELUARGA
Keluarga mengatakan senang bila ada petugas kesehatan yang melakukan kunjungan
rumah, keluarga sangat berharap masalah yang berhubungan dengan kesehatan yang
dialami keluarga dapat teratasi dengan diberikannya informasi yang dibutuhkan oleh
keluarganya serta keluarga juga berharap agar Ny. R bisa melahirkan dengan selamat.

J. ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan Etiologi
Ds : Perubahan Gaya hidup yang
- Ny. R mengatakan suaminya pemeliharaan kesehatan tidak sehat (merokok)
Perokok

Do :
- Ny.R hamil anaknya yang ke-2
- Ny.M sudah memasuki trimester
ke-3
Ds : Resiko cedera Kurangnya kesadaran
- Ny. R mengatakan rumahnya terhadap bahaya
lantai rumahnya lantai plesteran. lingkungan

Do :
- Kamar mandi klien agak licin
- Halaman depan rumah licin
- Ny.R hamil anaknya yang ke-2
- Ny.M sudah memasuki trimester
ke-3

Ds : Ansietas pada Ibu M Kurangnya


- Ny. R mengatakan belum keluarga bapak B pengetahuan keluarga
mengikuti KB dan hanya tentang pengguanaan
melakukan pantan berkala kontra sepsi( KB )

Do :
- Ny.R hamil anaknya yang ke-2
- Jarak kelahiran lebih dari
2 tahun
- Anak pertama 7 tahun
- Ny.M sudah memasuki
trimester ke-3

K. PRIORITAS MASALAH
1. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang
tidak sehat (merokok)
Kriteria Bobot Pembenaran
1. Sifat masalah : resiko Peningkatan gaya hidup
Skala sehat dengan tidak merokok
Potensial :1
Resiko :2 2/3X 1 = 2/3
Aktual :3
2. Kemungkinan masalah dapat di Keluarga bapak B menyadari
ubah : mudah pentingnya gaya hidup sehat
Skala
Mudah :2 2/2X2=2
Sebagian :1
Tidak dapat :0

3. Potensi masalah untuk di cegah : Kurangnya kesadaran


segera ditangani keluarga bapak B dalam
Skala menerapkan gaya hidup
Segera ditangani :2 2/2X1= 1 sehat
Tdk perlu segera ditangani :1
Masalah tidak dirasakan :0

4. Potensi masalah untuk di cegah : Keluarga merasa bahwa hal


segera ditangani tersebut bukan masalah
Skala serius yang tidak perlu
Segera ditangani :2 2/2X1=1 penanganan cepat
Tdk perlu segera ditangani :1
Masalah tidak dirasakan :0
2
Total skor 4 /3

2. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam


memodifikasi lingkungan
Kriteria Bobot Pembenaran
1. Sifat masalah : Ancaman 2/3X1=1 Peningkatan kesadaran
Skala terhadap bahaya
Potensial :1 lingkungan
Resiko :2
Aktual :3

2. Kemungkinan masalah dapat di 2/2X2=2 Keluarga bapak B


ubah : mudah menyadari pentingnya
Skala tentang bahaya lingkungan
Mudah :2
Sebagian :1
Tidak dapat :0

3. Potensi masalah untuk di cegah : 2/2X1= 1 Tingkat kesadaran


cukup keluarga bapak B terhadap
Skala bahaya lingkungan
Tinggi :3
Cukup :2
Rendah :1
4. Potensi masalah untuk di cegah : 2/2X1=1 Keluarga merasa bahwa
segera ditangani hal tersebut bukan masalah
Skala serius yang tidak perlu
Segera ditangani :2 penanganan cepat
Tdk perlu segera ditangani :1
Masalah tidak dirasakan :0
2
Total skor 4 /3

3. Ansietas pada Ibu R keluarga bapak B b/d Ketidakmampuan keluarga


tentang pengguanaan kontrasepsi( KB )
Kriteria Bobot Pembenaran
1. Sifat masalah : potensial Peningkatan Pengetahuan
Skala tentang kontrasepsi
Potensial :1
1/3X1=1
Resiko :2
Aktual :3

2. Kemungkinan masalah dapat di Keluarga bapak A


ubah : mudah menyadari pentingnya
Skala konsultasi tentang KB
Mudah :2 2/2X2=2
Sebagian :1
Tidak dapat :0

3. Potensi masalah untuk di cegah : Tingkat kesadaran


Tinggi keluarga bapak A tentang
Skala penggunaan kontrasepsi
Tinggi :3 2/2X1= 1 masih minim
Cukup :2
Rendah :1

4. Potensi masalah untuk di cegah : Keluarga merasa bahwa


segera ditangani hal tersebut bukan masalah
Skala serius yang tidak perlu
Segera ditangani :2 2/2X1=1 penanganan cepat
Tdk perlu segera ditangani :1
Masalah tidak dirasakan :0
1
Total skor 4 /3
L. RENCANA KEPERAWATAN
No. Evaluasi
Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Standar Intervensi
Dx.
1 Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunjungan Verbal 1. Keluarga dapat 1. Tingkatkan pemahaman
penyuluhan, selama 5 x, keluarga dapat : menyebutkan kembali keluarga tentang perilaku atau
keluarga akan dapat 1. Menguraikan tentang gaya pengertian dengan kebiasaan yang tidak sehat :
meningkatkan hidup yang tidak sehat singkat
pemeliharaan setelah diberikan 2. Berikan informasi tentang
kesehatan dengan penjelasan resiko-resiko yang akan timbul
merubah gaya hidup 2. Keluarga menyebutkan dari kebiasaan yang tidak sehat
yang tidak sehat 2. Menyebutkan tentang dampak dari gaya hidup a. Resiko terhadap yang
dengan dampak dari gaya hidup yang tidak sehat bersangkutan
mengoptimalkan yang tidak sehat setelah b. Resiko terhadap orang lain
sumber-sumber diberikan penjelasan c. Keuntungan merubah
daya yang dimiliki perilaku tidak sehat
3. Mengidentifikasi sumber-
sumber yang dapat 3. Keluarga menyebutkan 3. Diskusikan bersama keluarga
dimanfaatkan untuk sumber-sumber dalam strategi-strategi yang dapat
perubahan pemeliharaan keluarga yang dapat digunakan untuk merubah
kesehatan setelah dimanfaatkan untuk kebiasaan yang tidak sehat
diberikan penjelasan perubahan pemeliharaan 4. dukungan dan
kesehatan Berikan
4. Menyatakan kesanggupan dorongan pada keluarga untuk
untuk merubah mencapai keberhasilan
pemeliharaan kesehatan
setelah diberikan 4. Keuarga menyatakan 5. Bantu klien untuk
penjelasan sanggup untuk merubah mengupayakan lingkungan
pemeliharaan kesehatan yang dapat mendukung
(kebiasaan merokok) perubahan kebiasaan yang
tidak sehat
6. Berikan penyuluhan kesehatan

7. Bantu keluarga
mengidentifikasi sumber-
sumber dalam keluarga yang
dapat dimanfaatkan untuk
perubahan pemeliharaan
kesehatan

2 Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunjungan Verbal 1. Keluarga dapat 1. Bantu keluarga untuk mampu
penyuluhan, selama 5 x, keluarga dapat : menyebutkan kembali merasakan “kerentanan”
keluarga akan dapat 1. Menyebutkan resiko dan dengan benar resiko dari terhadap bahaya lingkungan
melakukan bahaya lingkungan yang bahaya lingkungan
pencegahan adasetelah diberikan 2. Anjurkan keluarga untuk
terhadap akibat yang penjelasan 2. Keluarga dapat meningkatkan tanggung jawab
akan timbul dari menyebutkan kembali diri keluarga dalam
bahaya lingkungan 2. Menjelaskan pencegahan - dengan benar mencegahan stressor dan
yang ada pencegahan yang dapat pencegahan akibat meningkatkan kesehatan dan
dilakukan setelah bahaya lingkungan keselamatan lingkungan
diberikan penjelasan
3. Keluarga bersedia untuk 3. Beri penjelasan tentang cara
menjaga lingkungan mencegah resiko :
dalam keluarga yang - Memberikan penjelasan
kondusif tentang bahaya merokok
terhadap BUMIL dan janin
- Menganjurkan suami dan
ayah untuk tidak merokok
disekitar istri yang sedang
hamil
- Menganjurkan keluarga
untuk menyediakan tempat
untuk pembuangan abu
rokok

3 Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunjungan Verbal 1. Keluarga dapat 1. Kaji tingkat kecemasan
penyuluhan, selama 5 x, keluarga dapat : Pengetahuan menjelaskan kembali
keluarga akan dapat 1. Menjelaskan program KB program KB yang akan 2. Anjurkan Keluarga mengikuti
mencegah terjadinya yang akan diikuti diikuti program KB
ansietas pada saat
kehamilan 2. Menjelaskan tentang 2. Keluarga dapat 3. Berikan penyuluhan tentang
kehamilan menyebutkan kembali ibu hamil
tentang penjelasan
3. Menjelaskan asupan gizi kehamilan 4. Memberikan asupan gizi ibu
saat hamil hamil
3. Keluarga dapat
4. Mengurangi ansietas pada menjelaskan kembali 5. Mengurangi ansietas pada ibu
saat hamil asupan nutrisi saat hamil hamil

5. Menjelaskan cara 4. Keluarga dapat 6. Berikan penyuluhan tentang


breastcare pada saat mengatasi ansietas yang breastcare pada saat pasca
pasca melahirkan terjadi melahirkan

5. Keluarga dapat
Mendemonstrasikan
kembali cara breastcare
yang benar
M. IMPLEMENTASI & EVALUASI
No.
Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi
Dx.
1 Senin/30 Nov 2020 1. Meningkatkan pemahaman keluarga Selasa, 01 Des 2020
tentang perilaku atau kebiasaan yang S:
tidak sehat. - Ny. R mengatakan mengerti
tentang perilaku hidup sehat
2. Memberikan informasi tentang resiko- - Ny. R mengatakan tidak akan
resiko yang akan timbul dari kebiasaan melakukan kebiasaan yang tidak
yang tidak sehat Sehat
a. Resiko terhadap yang bersangkutan

b. Resiko terhadap orang lain O:


c. Keuntungan merubah perilaku tidak - Rumah Ny. R bebas asap rokok
sehat - Suami Ny. R merokok di luar
Rumah
3. Mendiskusikan bersama keluarga
strategi-strategi yang dapat digunakan A:
untuk merubah kebiasaan yang tidak - Keluarga masih melakukan
sehat kebiasaan tidak sehat ( suami Ny.
R masih merokok)
4. Memberikan dukungan dan dorongan P:
pada keluarga untuk mencapai - Diskusikan tentang pemahaman
Keberhasilan keluarga tentang perilaku atau
kebiasaan yang tidak sehat.
5. Membantu klien untuk mengupayakan
lingkungan yang dapat mendukung
perubahan kebiasaan yang tidak sehat

6. Memberikan penyuluhan kesehatan

7. Membantu keluarga mengidentifikasi


sumber-sumber dalam keluarga yang
dapat dimanfaatkan untuk perubahan
pemeliharaan kesehatan

2 Selasa/01 Des 2020 1. Membantu keluarga untuk mampu Rabu/ 02 Des 2020
merasakan “kerentanan” terhadap S:
bahaya lingkungan - Ny. R mengatakan lantai kamar
mandinya sudah dibersihkan
2. Menganjurkan keluarga untuk - Tn. B mengatakan halamannya
meningkatkan tanggung jawab diri sudah dibersihkan
keluarga dalam mencegahan stressor O:
dan meningkatkan kesehatan dan - Lantai kamar mandi keluarha
keselamatan lingkungan Tn.B sudah tidak licin lagi
- Halaman rumah Tn. B tidak licin
3. Memberikan penjelasan tentang cara Lagi
mencegah resiko :
a. Memberikan penjelasan tentang A:
bahaya merokok terhadap BUMIL - Keluarga Tn. B dapat menjaga
dan janin kebersihan lingkungn dan
b. Menganjurkan suami dan ayah untuk menjauhi resiko cedera.
tidak merokok disekitar istri yang
sedang hamil P:
- Diskusikan lagi dengan keluarga
4. Menganjurkan keluarga untuk Tn. B tentang modifikasi
menyediakan tempat untuk lingkungan yang menyebabkan
pembuangan abu rokok resiko cedera

3 Rabu/02 Des 2020 1. Mengkaji tingkat kecemasan Kamis/03 Des 2020


S:
2. Menganjurkan Keluarga mengikuti - Ny. R mengatakan cemasnya
program KB sudah berkurang setelah diberikan
keluarga dalam mencegahan stressor O:
dan meningkatkan kesehatan dan - Lantai kamar mandi keluarha
keselamatan lingkungan Tn.B sudah tidak licin lagi
- Halaman rumah Tn. B tidak licin
3. Memberikan penjelasan tentang cara Lagi
mencegah resiko :
a. Memberikan penjelasan tentang A:
bahaya merokok terhadap BUMIL - Keluarga Tn. B dapat menjaga
dan janin kebersihan lingkungn dan
b. Menganjurkan suami dan ayah untuk menjauhi resiko cedera.
tidak merokok disekitar istri yang
sedang hamil P:
- Diskusikan lagi dengan keluarga
4. Menganjurkan keluarga untuk Tn. B tentang modifikasi
menyediakan tempat untuk lingkungan yang menyebabkan
pembuangan abu rokok resiko cedera

Anda mungkin juga menyukai