Anda di halaman 1dari 35

REFERAT

TATA LAKSANA GAGAL JANTUNG AKUT

Disusun Oleh
Hutami Rizki Rahmawati 1920221137
 
 
Pembimbing
dr. Andria Priyana, Sp. JP(K), FAsCC

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG


KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER UPN VETERAN JAKARTA
PERIODE 22 MARET – 1 MEI 2021
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Gagal jantung akut adalah kejadian atau


01 perubahan cepat tanda dan gejala gagal jantung.

Gagal jantung akut adalah keadaan darurat


02 medis yang paling umum terjadi

Penyumbang rawat inap 6,5 juta hari di rumah


sakit setiap tahun. Tingkat kematian di rumah
03 sakit pada gagal jantung akut adalah 10%
sampai 20%.

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi


04 Kementerian Kesehatan RI tahun 2014,
prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia
tahun 2013 diperkirakan sekitar 530.068 orang
Rumusan Masalah
01 Apakah definisi dari gagal jantung akut?

02 Bagaimana epidemiologi terjadinya gagal jantung


akut?

03 Apakah penyebab dan faktor risiko terjadinya


gagal jantung akut?

04 Bagaimana patofisiologi terjadinya gagal jantung


akut?

05 Apakah ada klasifikasi untuk gagal jantung akut?


06 Bagaimana cara penegakkan diagnosis gagal
jantung akut?
07 Bagaimana alur tata laksana gagal jantung akut?

08 Apakah komplikasi yang ditimbulkan dari gagal


jantung akut?

09 Bagaimana Prognosis terhadap gagal jantung


akut?
Tujuan Penulisan
01 Untuk mengetahui definisi dari gagal jantung
akut
02 Untuk mengetahui epidemiologi terjadinya gagal
jantung akut

03 Untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko


terjadinya gagal jantung akut

04 Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya gagal


jantung akut

05 Untuk mengetahui klasifikasi untuk gagal jantung


akut
06 Untuk mengetahui cara penegakkan diagnosis
gagal jantung akut
07 Untuk mengetahui alur tata laksana gagal
jantung akut

08 Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan


dari gagal jantung akut
Untuk mengetahui prognosis terhadap gagal
09 jantung akut
Manfaat Penulisan
Bagi Penulis: Bagi Pembaca:
penulis mengetahui secara mendapat pengetahuan mengenai
menyeluruh mengenai gagal jantung gagal jantung akut dan dapat juga
akut, menjadi sumber refrensi mengenai
khususnya tata laksana gawat gagal jantung.
darurat terhadap gagal jantung akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Gagal jantung akut merupakan perubahan yang cepat dari


tanda dan gejala gagal jantung, dimana kondisinya dapat
mengancam kehidupan dan harus ditangani dengan sesegera
mungkindan biasanya berujung pada perawatan di rumah sakit

Purwowiyoto, 2018 dan Puspita, dkk, 2020


Epidemiologi
1. Paling umum terjadi dan penyebab utama rawat inap
 6,5 juta hari di rumah sakit setiap tahun.
2. Tingkat kematian di rumah sakit pada gagal jantung akut
 10% sampai 20%.
3. Gagal jantung akut merupakan masalah kesehatan masya

rakat yang utama pada beberapa negara industri maju dan


negara berkembang (Indonesia).
4. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI tahun 2014, prevalensi penyakit gagal jantung

di Indonesia tahun 2013 diperkirakan sekitar 530.068


orang.
Purwowiyoto, 2018 dan Puspita, dkk, 2020
Faktor Pencetus Sindrom Koroner Akut
Takiaritmia (atrial fibrilasi, ventricukar takikardi)

GJA Peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba


Infeksi, seperti: pneumonia, infektif endocarditis, sepsis)
Ketidakpatuhan dalam pengonsumsian garam/ obat-obatan
Bradiaritmia
Zat toksik (alkohol, narkoba)
Obat-obatan (seperti: NSAID, kortikosteroid, zat negative inotropik
kemoterapi kardiotoksik
Eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronik.
Emboli paru.
Komplikasi operasi dan perioperatif.
Peningkatan dorongan simpatis, kardiomiopati terkait stres.
Gangguan metabolisme / hormonal (misalnya disfungsi tiroid, diabetes
ketosis, disfungsi adrenal, kehamilan dan peripartum terkait kelainan).
Kelainan cerebrovaskular
Penyebab mekanis akut: ruptur miokard yang memiliki komplikasi ACS (dinding
bebas ruptur, defek septum ventrikel, regurgitasi mitral akut), trauma dada atau
intervensi jantung, inkompetensi katup asli atau prostetik akut sekunder akibat
endokarditis, diseksi aorta, atau trombosis.

Ponikowski, et. al, 2016


Patofisiologi

Arrigo M, et.al, 2020


Klasifikasi
Ada 2 jenis persentasi gagal jantung akut, yaitu:
a. gagal jantung akut yang baru terjadi pertama kali
( de novo )
b. gagal jantung dekompensasi akut pada gagal jantung
kronis yang sebelumnya stabil

AMI dengan komplikasi gagal jantung (Killip dan Kimball),


yaitu:
b. Kelas I: tidak ada tanda klinis gagal jantung;
c. kelas II: gagal jantung dengan rales dan S3 gallop;
d. kelas III: dengan edema paru akut;
e. kelas IV: syok kardiogenik, hipotensi (tekanan darah sistolik
<90 mmHg) dan bukti vasokonstriksi perifer seperti oliguria,
sianosis dan diaphoresis
Ponikowski, et. al, 2016
Terdapat lima subtipe gagal jantung akut, yaitu:

1. ADHF (Acute Decompensated Heart Failure)  tersering


ditemukan di instalasi gawat darurat dengan perburukan gejala
dan tanda gagal jantung, pada pasien dengan fungsi ventrikel
kiri rendah (EF <40%).
2. Edema paru akut distress pernapasan berat disertai
penurunan saturasi oksigen (SaO2<90%), biasa ditemukan
pada pasien sindrom koroner akut (SKA)
3. Syok kardiogenik entitas klinis syok dengan penurunan
perfusi perifer, sering ditemukan akibat SKA
4. Gagal jantung hipertensif gagal jantung pada pasien
hipertensi, klinis gagal jantung disertai tekanan darah tinggi dan
fungsi ventrikel kiri masih baik (EF >50%)
5. Gagal jantung kanan  fungsi ventrikel kanan rendah disertai
klinis hepatomegali, tekanan jugularis meningkat, kaki bengkak
Your Picture Here

Klasifikasi berdasarkan pemeriksaan fisik untuk men


deteksi adanya gejala klinis / tanda-tanda kongesti

Ponikowski, et. al, 2016


Alur Tata Laksana
Diagnosis awal gagal jantung akut didasarkan pada:
1. Anamnesis
 riwayat menyeluruh menilai gejala, riwayat kardiovaskular
sebelumnya dan potensi pemicu jantung dan non-jantung
2. Pemeriksaan fisik
 Penilaian tanda / gejala kongesti dan / atau hipoperfusi

3. Pemeriksaan penunjang, seperti:


 EKG, jarang normal pada gagal jantung akut
 Rontgen dada tes yang berguna untuk diagnosis gagal
jantung akut, didapati:
a. obstruksi vena pulmonal,
b. efusi pleura,
c. oedema interstitial atau alveolar dan
d. Kardiomegali

Ponikowski, et. al, 2016


 Pemeriksaan laboratorium:
a. Peptida natriuretik (biomarker spesifik) sensifitas tinggi tapi
tidak spesifik
b. cardiac troponin,
c. blood urea nitrogen (atau urea) dan kreatinin,
d. elektrolit (natrium, kalium),
e. tes fungsi hati,
f. thyroid stimulating hormone (TSH),
g. glukosa
h. complete blood count;
i. D-dimer  diindikasikan kecurigaan ada emboli paru akut

Ponikowski, et. al, 2016


 Ekokardiografi segera, wajib dilakukan pada:
a. ketidakstabilan hemodinamik syok kardiogenik
b. Kelainan struktural atau kelainan fungsional akut yang
mengancam jiwa:
- regurgitasi katup akut,
- diseksi aorta
 Ultrasonografi toraks untuk menunjukkan tanda-tanda
edema interstitial dan efusi pleura

Ponikowski, et. al, 2016


Purwowiyoto, 2018
Purwowiyoto, 2018
Diagnosis Banding
1. Pneumonia
2. Asma bronchial akut
3. PPOK dengan eksaserbasi akut

Perhimpuanan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2016


Komplikasi

1. Aritmia
2. Syok Kardiogenik
3. Edema paru
4. Retensi Cairan
5. Risiko tinggi pembentukan trombus

Yesa, 2019 dan Mahmood, 2012


Prognosis
1. Gagal jantung masih menunjukkan prognosis yang sangat
buruk dan menyebabkan kematian pada 60% pria dan 40%
wanita dalam kurun waktu 5 tahun sejak diagnosis.

2. Klasifikasi klinis yang menggambarkan hemodinamik serta ada/


tidaknya kongesti bisa menggambarkan prognosis dan tata
laksana awal. Urutan prognosis paling baik, yaitu kering dan
hangat, basah dan hangat, kering dan dingin, dan terakhir dingin
dan basah.
Secara umum didapatkan data mortalitas pada klas IV
(adanya symptom saat istirahat) sekitar 30-70%, klas III
(adanya symptom dengan aktivitas ringan) 10-20%, klas II
(adanya symptom saat aktivitas sedang 5-10%. Mortalitas
lebih tinggi didapatkan pada pasien lebih tua, laki-laki,
penurunan fraksi ejeksi dan adanya penyakit koroner.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN

1. Gagal jantung akut merupakan perubahan yang cepat dari


tanda dan gejala gagal jantung, dimana kondisinya dapat
mengancam kehidupan dan harus ditangani dengan sesegera
mungkin dan biasanya berujung pada perawatan di rumah
sakit
2. Faktor pencetus gagal jantung, yaitu sindrom koreoner akut,
hipe rtensi, aritmia, penyebab mekanis akut, embolisme paru, dan
lain-lain.
3. Patofisiologi awalnya adanya kombinasi Gagal jantung de novo
atau gagal jantung dekompensasi akut dengan faktor pencetus atau
faktor pencetus langsung memengaruhi ventrikel kiri dan atau
kanan atau berkontribusi terhadap perkembangan kongestinya
yang dapat menyebabkan kongesti sistemik. Kongesti sistemik,
aktivasi neurohormonal dan inflamasi negative mempengaruhi
fungsi ventrikel dan selanjutnya berkontribusi pada kongesti yang
terus berlanjut.
4. Klasifikasi gagal jantung akut, terbagi berdasar:
a. Munculnya, yaitu gagal jantung akut yang baru terjadi pertama kali ( de
novo ) dan gagal jantung dekompensasi akut
b. pemeriksaan fisik berdasarkan hemodinamik, meliputi: hangat dan
basah (perfusi yang baik dan tersumbat) — paling sering ada; dingin d
an basah (hipoperfusi dan tersumbat); dingin dan kering (hipoperfusi
tanpa kongesti); dan hangat dan kering (terkompensasi, perfusi baik ta
npa kongesti)
c. AMI dengan komplikasi gagal jantung (Killip dan Kimball), yaitu: kel
as I,kelas II, kelas III, kelas IV.
 
 
 
 
5. Diagnosis gagal jantung akut, yaitu dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa:
a. EKG,
b. rontgen,
c. laboraturium (peptide natriuretic dan pemeriksaan lain:
cardiac troponin, ureum, kreatinin, elektrolit, darah lengkap,
fungsi hati),
d. USG thoraks,
e. ekokardiografi.
6. Tata Laksana pasien dengan dugaan gagal jantung akut,
yaitu pada 1 jam pertama: lakukan perbaikan sirkulasi, ventilasi
dan sesegera mungkin transfer ke ICU/CCU, kemudian 1
jam kedua: identifikasi etiologi, penegakkan diagnostic gagal
jantung akut atau atasi etiologi terlebih dahulu. Setelah
diagnosis tegak, lakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan
hemodinamik dan lakukan tata laksana berdasarkan
klasifikasi hemodinamiknya
7. Pasien gagal jantung akut ketika di rumah sakit akan dirawat.
Untuk kriteria pemulangan pasien rawat inap gagal jantung
akut, yaitu:
a. ketika hemodinamik stabil,
b. euvolemik,
c. dapat menggunkan pengobatan oral dan
d. Fungsi ginjal yang stabil setidaknya selama 24 jam sebelum
pulang,
e. pernah diberikan edukasi dan nasihat tentang perawatan
diri.
8. Diagnosis Banding: Pneumonia, asma bronchial akut, PPOK
dengan eksaserbasi akut.

9. Komplikasi: aritmia, syok kardiogenik, edema paru, retensi


cairan, dan risiko tinggi pembentukan thrombus 

10. Prognosis: mortalitas lebih tinggi didapatkan pada pasien lebih


tua, laki-laki, penurunan fraksi ejeksi dan adanya penyakit koroner;
berdasarkan klinis yang menggambarkan hemodinamik serta ada/
tidaknya kongesti prognosis terburuk, yaitu dingin dan basah, serta
berdasarkan kelompok klas, yang terburuk yaitu klas IV (adanya
symptom saat istirahat) sekitar dengan mortalitas sebesar 30-70%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Puspita D, Fadil M. Penggunaan Ventilasi Mekanik pada Gagal Jantung Akut. J Kesehat Andalas.
2020;9(1S):194–203.
2. Purwowiyoto SL. Gagal Jantung Akut : Definisi , Patofisiologi , Gejala Klinis dan Tatalaksana.
Cermin Dunia Kedokt. 2018;45(4):310–2.
3. Siswanto BB, Hersunarti N, Erwinanto, Barack R, Pratikto RS, Nauli SE, et al. Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung. Perhimpun Dr Spes Kardiovask Indones. 2015;1–56.
4. Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et al. 2016 ESC
Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. Eur Heart J.
2016;37(27):2129-2200m.
5. Arrigo M, Jessup M, Mullens W, Reza N, Shah AM, Sliwa K, et al. Acute heart failure. Nat Rev Dis
Prim [Internet]. 2020;6(1). Available from: http://dx.doi.org/10.1038/s41572-020-0151-7
6. Perhimpuanan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Praktik klinis dan clinical pathway
penyakit jantung dan pembuluh darah. 2016;
7. Yesa SE. Asuhan Keperawatan Pada Tn S Dengan ADHF (Acute Decompecated Heart Failure)
Melalui Latihan Deep Diafragmatic Breathing Diruangan ICU RSUD Dr Achmad Mochtar
Bukittinggi. 2019;1(1):1–100.
8. Mahmood SS WT. The epidemiology of congestive heart failure: Contributions from the
Framingham Heart Study. Glob Hear [Internet]. 2013;8(1):77–82. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.gheart.2012.12.006
9. Rachma NL. Patomekanisme penyakit gagal jantung kongestif. El Hayah. 2014;4(2):81–90.
 

Anda mungkin juga menyukai