Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN GANGGUAN

SISTEM KARDIOVASKULAR (CARDIAC ARREST)

DI SUSUN OLEH:

Kelompok 5

Fitriani Sugito

Karliana R. Lutam

Hasnawati Lamunte

Dewa Putra Krisnantara Aror

Muhammad Mardiansyah Abdul

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MANADO

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada TUHAN yang maha kuasa atas
berkat dan Rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler (Cardiac
Arrest) dengan waktu yang telah ditetapkan.

Semua hal tersebut dapat kami laksanakan berkat bantuan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang membantu kami dalam penyelesaian tugas ini.

Kami menyadari bahwa tugas Asuhan Keperawatan Gawat Darurat


Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler (Cardiac Arrest) ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
laporan ini.

Manado, Juli 2018

Mahasiswa D-IV/IV A (Kelompok 5)

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ……………………………………………….. 1


B. TUJUAN …………………………………………………………….. 2
C. MANFAAT ………………………………………………………….. 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP CARDIAC ARREST …………………………………….. 3


B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN …………………………… 12

BAB III FORMAT PENGKAJIAN ………………………………………… 19

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN ……………………………………………………… 27
B. SARAN ……………………………………………………………… 27

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 28

LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Cardiac  arrest adalah   hilangnya   fungsi   jantung   secara   tiba-tiba   dan
mendadak, bisa terjadi pada  seseorang  yang   memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa  diperkirakan, 
terjadi  sangat  cepat  begitu  gejala  dan  tanda  tampak.
Dewasa ini gagal jantung banyak dijumpai dan menjadi penyebab
morbiditas dan mortalitas utama. Setengah dari pasien yang terdiagnosis gagal
jantung masih punya harapan hidup 5 tahun. Penelitian Framingham
menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar 62% pada pria dan 42% wanita.
Begitu juga dengan risiko untuk menderita gagal jantung, 10% untuk
kelompok di atas 70 tahun, dan 5% untuk kelompok usia 60-69 tahun serta 2%
untuk kelompok usia 40-59 tahun.
Data dari American Heart Association Society (AHA) 2003 menunjukkan,
peran gagal jantung sebagai penyebab menurunnya kualitas hidup penderita
dan penyebab kematian bertambah. Di AS 4,8 juta penderita dengan gagal
jantung dan setiap tahun bertambah 550 ribu. Setiap tahun gagal jantung
menyebabkan kematian 290 ribu orang. Menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO) jumlah penderita gagal jantung mencapai 22 juta pasien pada tahun
2002. Sedangkan di Indonesia menurut catatan Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita (bagian kardoiologi FKUI) melaporkan peningkatan dari 9%
ditahun 1999 menjadi 11% ditahun 2001, dengan angka kematian 9% ditahun
2004 dengan angka kematian 8% di tahun 2007. Karena itulah, penanganan
sedini mungkin sangat dibutuhkan untuk mencapai angka mortalitas yang
minimal.
Gagal jantung merupakan suatu  masalah kesehatan yang serius diberbagai
negara, baik di negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan definisi
patofisiologik gagal jantung (decompensatiocordis) atau dalam bahasa inggris
Hveart Failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan

4
metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan. Hal tersebut akan
menyebabkan respon sistemik khusus yang bersifat patologik (sistem saraf,
hormonal, ginjal, dan lainnya) serta adanya tanda dan gejala yang khas.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan gawat darurat pada
klien dengan Cardiac Arrest.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengertian Cardiac Arrest.
b. Mahasiswa mengetahui etiologi dari Cardiac Arrest.
c. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari Cardiac Arrest.
d. Mahasiswa mengetahui komplikasi Cardiac Arrest.
e. Mahasiswa mengetahui tindakan kritis pada pasien dengan Cardiac
Arrest.
f. Mahasiswa mengetahui penatalaksaan medis Cardiac Arrest.
g. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan gawat darurat
pada pasien dengan Cardiac Arrest.
C. Manfaat
Selain tujuan yang ingin dicapai, penulisan makalah ini juga
mengutamakan asas manfaat bagi penulis khususnya , umunya bagi pembaca
yang mayoritas mahasiswa keperawatan agar dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi dalam kasus gawat darurat cardiac arrest atau henti jantung.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Cardiac Arrest


1. Definisi
Henti jantung (Cardiac Arrest) adalah penghentian tiba-tiba fungsi
pemompaan jantung dan hilangnya tekanan darah arteri. Saat terjadinya
serangan jantung, penghantaran oksigen dan pengeluaran karbon dioksida
terhenti, metabolisme sel jaringan menjadi anaerobik, sehingga asidosis
metabolik dan respiratorik terjadi. Pada keadaan tersebut, inisiasi langsung
dari resusitasi jantung paru diperlukan untuk mencegah terjadinya
kerusakan jantung, paru-paru, ginjal, kerusakan otak dan kematian.
2. Etiologi
Faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan terjadinya henti
jantung dapat berupa :
a. Usia
Insiden henti jantung dapat meningkat seiring dengan betambahnya
usia bahkan dengan pasien yang bebas dari serangan jantung tiba-tiba
(SCA: sudden cardiac arrest).
b. Jenis kelamin
Tampaknya pria mempunyai resiko lebih tinggi terkena serangan
jantung tiba-tiba (SCA) dibandingkan dengan wanita yang lebik
beresiko mengalami henti jantung atau CAD yang mendasari.
c. Merokok
Merokok telah dilibatkan sebagai suatu factor yang meningkatkan
insiden SCD (ada efek aritmogenik langsung dari merokok sigaret atas
miokardium ventrikel). Tetapi menurut pengertian Framingham,
peningkatan resiko akibat merokok hanya terlihat pada pria. Yang
menarik, peningkatan resiko ini menurun pada pasien yang berhenti
merokok. Merokok juga meningkatkan insiden CAD yang tampil pada
kebanyakan pasien yang menderita henti jantung.

6
d. Penyakit jantung yang mendasari :
1) Penyakit arteri koronaria
Data dari penelutian Framingham telah memperlihatkan pasien
CAD mempunyai frekuensi SCD Sembilan kali pasien dengan usia
yang sama tanpa CAD yang jelas.The Multicenter Post Infarction
Research Group mengevaluasi beberapa variable pada pasien yang
menderita MI. Kelompok ini berkesimpulan bahwa pasien pasca MI
dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang kurang dari 40%, 10 atau
lebih kontraksi premature ventrikel (VPC) per jam, sebelum MI dan
ronki dalam masa periinfark mempunyai peningkatan mortalitas (1-
2 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa masalah ini. Jelas pasien
CAD (terutama yang menderita MI) dengan resiko SCD yang lebih
besar.
2) Sinroma prolaps katup mitral (MVPS)
Tes elektrofisiologi (EP) pada pasien MVPS telah memperlihatkan
tingginya insiden aritmia ventrikel yang dapat di induksi, terutama
pada pasien dengan riwayat sinkop atau prasinkop. Terapi anti
aritmia pada pasien ini biasanya akan mengembalikan gejalanya.
3) Hipertrofi septum yang asimetik (ASH)
Pasien ASH mempunyai peningkatan insiden aritmia atrium dan
ventrikel yang bisa menyebabkan kematian listrik atau
hemodinamik (peningkatan obstruksi aliran keluar). Riwayat VT
atau bahkan denyut kelompok ventrikel akan meningkatkan risiko
SCD.
4) Sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW)
Perkembangan flutter atrium dengan hantaran AV 1:1 melalui suatu
jalur tambahan atau AF dengan respon ventrikel sangat cepat (juga
karena hantaran jalur tambahan antegrad) menimbulkan frekuensi
ventrikel yang cepat, yang dapat menyebabkan VF dan bahkan
kematian mendadak.
5) Sindrom Q-T yang memanjang

7
Pasien dengan pemanjangan Q-T yang kongenital atau idiopatik
mempunyai peningktan resiko SCD. Kematian sering timbul selama
masa kanak-kanak. Mekanisme ini bisa berhubungan dengan
kelainan dalam pernafasan simpatis jantung yang memprodisposisi
ke VF.
e. Faktor-faktor  lainya :
1) Hipertensi: peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic
merupakan predisposisi SCD.
2) Hiperkolesteremia: tidak ada hubungan jelas antara kadar
kolesterol serum dan SCD yang telah ditemukan.
3) Diabetes mellitus: dalam penelitian Framingham hanya pada
wanita ditemukan peningkatan insiden SCD yang menyertai
intoleransi glukosa.
4) Ketidakaktifan fisik: gerak badan mempunyai manfaat tidak jelas
dalam mengurangi insiden SCD.
5) Obesitas: menurut data Framingham, obesitas meninggkatkan
resiko SCD pada pria, bukan wanita.
f. Riwayat aritmia
1) Aritmia supraventrikel
Pada pasien sindrom WPW dan ASH, perkembangan aritmia
supraventrikel disertai dengan peningkatan insiden SCD. Pasien
CAD yang kritis juga beresiko, jika aritmia supraventrikel
menimbulkan iskemia miokardium. Tampak bahwa iskemia dapat
menyebabkan tidak stabilnya listrik, yang mengubah sifat
elektrofisiologi jantung yang menyebabkan VT terus-menerus atau
VF. Tetapi sering episode iskemik ini asimtomatik.
2) Aritmia ventrikel
Pasien dengan penyakit jantung yang mendasari dan VT tidak
terus-menerus menpunyai peningkatan insiden SCD dibandingkan
pasien dengan VPC tersendiri. Kombinasi VT yang tidak terus-
menerus dan disfungsi ventrikel kiri disertai tingginya resiko SCD.

8
Pasien CAD dan VT spontan mempunyai ambang VT yang lebih
rendah dibandingkan pasien CAD dan tanpa riwayat VT. Sehingga
pasien CAD dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang rendah dan VF
atau VT terus-menerus yang spontan mempunyai insiden SCD
tertinggi.
g. Faktor-faktor pemcetus terjadinya henti jantung dapat berupa :
1) Aktivitas
Hubungan antara SCD dan gerak badan masih tidak jelas. Analisis
59 pasien yang meninggal mendadak memperlihatkan bahwa
setengah dari kejadian ini timbul selama atau segera setelah gerak
badan. Tampak bahwa gerak badan bisa mencetuskan SCD,
terutama jika aktivitas berlebih dan selama tidur SCD jarang
terjadi.
2) Iskemik
Pasien dengan riwayat MI dan Iskemia pada suatu lokasi yang jauh
(iskemia dalam distribusi arteri koronaria noninfark) mempunyai
insiden aritmia ventrikel yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pasien iskemia yang terbatas pada zona infark. Daerah iskemia
yang aktif disertai dengan tidak stabilnya listrik dan pasien iskemia
pada suatu jarak mempunyai kemungkinan lebih banyak daerah
beresiko dibandingkan pasien tanpa iskemia pada suatu jarak.
3) Spasme arteri koronaria
Spasme arteri koronaria (terutama arteri koronaria destra) dapat
menimbulkan brakikardia sinus, blok AV yang lanjut atau AF.
Semua aritmia dapat menyokong henti jantung. Tampak bahwa
lebih besar derajat peningkatan segmen S-T yang menyertai
spasme arteri koronaria, lebih besar resiko SCD. Tetapi insiden
SDC pada pasien spasme arteri koronaria berhubungn dengan
derajat CAD obsruktif yang tetap. Yaitu pasien CAD
multipembuluh darah yang kritis ditambah spasme arteri koronaria

9
lebih mungkin mengalami henti jantung dibandingkan pasien spase
arteri koronaria tanpa obstuksi koronaria yang tetap.
3. Manifestasi klinis
a. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya
suplai oksigen,   termasuk otak.
b. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban
kehilangan kesadaran (collapse).
c. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani
dalam 5 menit, selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit.
d. Napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak bernafas).
e. Tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi
yang dapat   terasa pada arteri.
f. Tidak ada denyut jantung.
g. Tidak sadar (pada beberapa kasus terjadi kolaps tiba-tiba)
h. Pernapasan tidak tampak atau pasien bernapas dengan terengah-engah
secara intermiten)
i. Sianosis dari mukosa buccal dan liang telinga
j. Pucat secara umum dan sianosis
k. Jika pernapasan buatan tidak segera di mulai,miokardium(otot
jantung)akan kekuranganoksigen yang di ikuti dengan henti napas.
l. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang
dewasa atau brakialis pada bayi)
4. Patofisiologi
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang
mendasarinya. Namun, umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah
sama. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti.
Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ
tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak
adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan
oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti
bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak

10
ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10
menit (Sudden cardiac death).
a. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner menyebabkan Infark miokard atau
yang umumnya dikenal sebagai serangan jantung. Infark miokard
merupakan salah satu penyebab dari cardiac arrest. Infark miokard
terjadi akibat arteri koroner yang menyuplai oksigen ke otot-otot
jantung menjadi keras dan menyempit akibat sebuah materia (plak)
yang terbentuk di dinding dalam arteri. Semakin meningkat ukuran
plak, semakin buruk sirkulasi ke jantung. Pada akhirnya, otot-otot
jantung tidak lagi memperoleh suplai oksigen yang mencukupi untuk
melakukan fungsinya, sehingga dapat terjadi infark. Ketika terjadi
infark, beberapa jaringan jantung mati dan menjadi jaringan parut.
Jaringan parut ini dapat menghambat sistem konduksi langsung dari
jantung, meningkatkan terjadinya aritmia dan cardiac arrest.
b. Stress Fisik
Stress fisik tertentu dapat menyebabkan sistem konduksi jantung
gagal berfungsi, diantaranya:
1) Perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam
sengatan listrik.
2) Kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam
ataupun serangan asma yang berat.
3) Kadar Kalium dan Magnesium yang rendah.
4) Latihan yang berlebih. Adrenalin dapat memicu SCA pada pasien
yang memiliki gangguan jantung.
5) Stress fisik seperti tersedak, penjeratan dapat menyebabkan vagal
reflex akibat penekanan pada nervus vagus di carotic sheed.
c. Kelainan Bawaan
Ada sebuah kecenderungan bahwa aritmia diturunkan dalam
keluarga. Kecenderungan ini diturunkan dari orang tua ke anak
mereka. Anggota keluarga ini mungkin memiliki peningkatan resiko

11
terkena cardiac arrest. Beberapa orang lahir dengan defek di jantung
mereka yang dapat mengganggu bentuk (struktur) jantung dan dapat
meningkatkan kemungkinan terkena cardiac arrest
d. Perubahan Struktur Jantung
Perubahan struktur jantung akibat penyakit katup atau otot
jantung dapat menyebabkan perubahan dari ukuran atau struktur yang
pada akhirnrya dapat mengganggu impuls listrik. Perubahan-
perubahan ini meliputi pembesaran jantung akibat tekanan darah
tinggi atau penyakit jantung kronik. Infeksi dari jantung juga dapat
menyebabkan perubahan struktur dari jantung.
e. Obat-obatan
Antidepresan trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium
channel blocker, kokain, digoxin, aspirin, asetominophen dapat
menyebabkan aritmia. Penemuan adanya materi yang ditemukan pada
pasien, riwayat medis pasien yang diperoleh dari keluarga atau teman
pasien, memeriksa medical record untuk memastikan tidak adanya
interaksi obat, atau mengirim sampel urin dan darah pada
laboratorium toksikologi dapat membantu menegakkan diagnosis.
f. Tamponade Jantung
Cairan yang yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak
jantung sehingga tidak mampu untuk berdetak, mencegah sirkulasi
berjalan sehingga mengakibatkan kematian.
g. Tension Pneumothorax
Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah satu
cavum pleura. Udara akan terus masuk akibat perbedaan tekanan
antara udara luar dan tekanan dalam paru. Hal ini akan menyebabkan
pergeseran mediastinum. Ketika keadaan ini terjadi, jantung akan
terdesak dan pembuluh darah besar (terutama vena cava superior)
tertekan, sehingga membatasi aliran balik ke jantung.

12
5. Penatalaksanaan
a. RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Adalah suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk
mengembalikan keadaan henti nafas/ henti jantung atau (yang dikenal
dengan istilah kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah
kematian biologis.
1) Kontraindikasi: orang yang diketahui berpenyakit terminal dan
yang telah secara klinis mati lebih dari 5 menit.
2) tahap-tahap resusitasi
Resusitasi jantung paru pada dasarnya dibagi dalam 3 tahap dan
pada setiap tahap dilakukan tindakan-tindakan pokok yang disusun
menurut abjad:
Pertolongan dasar (basic life support)
a) Airway control, yaitu membebaskan jalan nafas agar tetap
terbuka dan bersih.
b) Breathing support, yaitu mempertahankan ventilasi dan
oksigenasi paru secara adekuat.
c) Circulation support, yaitu mempertahankan sirkulasi darah
dengan cara memijat jantung.
Pertolongan lanjut (advanced life support)
a) Drug & fluid, yaitu pemberian obat-obat dan cairan
b) Elektrocardiography, yaitu penentuan irama jantung
c) Fibrillation treatment, yaitu mengatasi fibrilasi ventrikel
Pertolongan jangka panjang (prolonged life support)
a) Gauging, yaitu memantau dan mengevaluasi resusitasi jantung
paru, pemeriksaan dan penentuan penyebab dasar serta
penilaian dapat tidaknya penderita diselamatkan dan diteruskan
pengobatannya.
b) Human mentation, yaitu penentuan kerusakan otak dan
resusitasi cerebral.
c) Intensive care, yaitu perawatan intensif jangka panjang.

13
Penanganan henti jantung dilakukan untuk membantu
menyelamatkan pasien / mengembalikan fungsi cardiovascular. Adapun
prinsip-prinsipnya yaitu sebagai berikut:
Tahap I :
1) Berikan bantuan hidup dasar
2) Bebaskan jalan nafas, seterusnya angkat leher / topang dagu.
3) Bantuan nafas, mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke alat bantuan
nafas. Jika nadi tidak teraba :
Satu penolong : tiup paru kali diselingi kompres dada 30 kali.
Dua penolong : tiup paru setiap 2 kali kompresi dada 30 kali.
Tahap II :
1) Bantuan hidup lanjut.
2) Jangan hentikan kompresi jantung dan Venulasi paru.
Langkah berikutnya :
3) Berikan adrenalin 0,5 – 1 mg (IV), ulangi dengan dosis yang lebih
besar jika diperlukan. Dapat diberikan Bic – Nat 1 mg/kg BB (IV) jika
perlu. Jika henti jantung lebih dari 2 menit, ulangi dosis ini setiap 10
menit sampai timbul denyut nadi.
4) Pasang monitor EKG, apakah ada fibrilasi, asistol komplek yang aneh :
Defibrilasi : DC Shock.
5) Pada fibrilasi ventrikel diberikan obat lodikain / xilokain 1-2 mg/kg
BB.
6) Jika Asistol berikan vasopresor kaliumklorida 10% 3-5 cc selama 3
menit. Petugas IGD mencatat hasil kegiatan dalam buku catatan
pasien. Pasien yang tidak dapat ditangani di IGD akan di rujuk ke
Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas lebih lengkap.
6. Komplikasi
Komplikasi Cardiac Arrest adalah:
a. Hipoksia jaringan ferifer
b. Hipoksia Cerebral
c. Kematian

14
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Hal yang perlu dikaji pada identitas klien yaitu nama, umur,
suku/bangsa, agama,pendidikan,alamat, lingkungan tempat tinggal.
b. Keluhan utama
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
a) Alasan masuk rumah sakit
b) Waktu kejadian hingga masuk rumah sakit
c) Mekanisme atau biomekanik
d) Lingkungan keluarga, kerja, masyarakat sekitar
2) Riwayat penyakit dahulu
a) Perawatan yang pernah dialami
b) Penyakit lainnya antara lain DM, Hipertensi, PJK
3) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit yang diderita oleh anggota keluarga dari anak yang
mengalami penyakit jantung.
d. Pengkajian Primer 
1) Airway/Jalan Napas
Pemeriksaaan/pengkajian menggunakan metode look,listen,feel.
a) Look: lihat status mental,pergerakan/pengembangan dada,
terdapa sumbatan jalan napas/tidak,sianosis,ada tidaknya
retraksi pada dinding dada,ada/tidaknya penggunaan otot-otot
tambahan.
b) Listen: mendengar aliran udara pernapasan,suara
pernapasan,ada   bunyi    napas    tambahan seperti
snoring,gurgling,atau stidor.
c) Feel: merasakan ada aliran udara pernapasan,apakah ada
krepitasi,adanya pergeseran/deviasi trakhea,ada hematoma
pada leher,teraba nadi  karotis atau tidak.

15
Tindakan yang harus di lakukan perawat adalah :
i. Penilaian untuk memastikan tingkat kesadaran adalah
dengan menyentuh,menggoyang dan di beri rangsangan
atau respon nyeri.
ii. periksa dan atur jalan napas untuk memastikan kepatenan.
iii. Periksa apakah anak/bayi tersebut mengalami kesulitan
bernapas.
iv. Buka mulut bayi/anak dengan ibu jari dan jari-jari anda
untuk memegang lidah dan rahang bawah dan tengadah
dengan perlahan.
v. identifikasi dan keluarkan benda asing
(darah,muntahan,sekret,ataupun  benda asing) yang
menyebabkan obstruksi jalan napas baik parsial maupun
total dengan cara memiringkan kepala pasien ke satu sisi
(bukan pada trauma kepala).
vi. Pasang orofaringeal airway/nasofaringeal airway untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas.
vii. Pertahankan dan lindungi tulang servikal.
2) Breathing/Pernapasan

Pemeriksaan/pengkajian menggunakan metode look listen,feel

a) Look: nadi karotis ada/tidak,frekuensi pernapasan  tidak ada


dan tidakterlihat adanya pergerakan dinding
dada, kesadaran  menurun, sianosis, identifikasi pola
pernapasan abnormal,periksa penggunaan otot bantu dll.
b) Listen: mendengar hembusan napas
c) Feel: tidak ada pernapasan melalui hidung/mulut.

Tindakan yang harus dilakukan perawat adalah :

a) Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ekspansi dinding


dada.

16
b) Berikan therapy O2 (oksigen).
c) Beri bantuan napas dengan menggunakan masker/bag valve
mask (BMV)/endo tracheal tube (ETT) jika perlu.
d) Tutup luka jika didapatkan luka terbuka pada dada.
e) Kolaborasi therapy untuk mengurangi bronkhospasme/adanya
edema pulmonal,dll.
3) Circulation/Sirkulasi
a) Periksa denyut nadi karotis dan brakhialis pada (bayi),kualitas
dan karakternya
b) periksa perubahan warna kulit seperti sianosis

Tindakan yang harus di lakukan perawat :

Lakukan tindakan CPR/defibrilasi sesuai dengan indikasi.


Langkah-langkah di lakukannya RJP pada bayi dan anak

a) perhatikan bayi untuk menentukan apakah bayi masih bernapas


b) perhatikan apakah dada bayi bergerak
c) tempatkan telinga di dekat hidung dan mulut bayi dan
dengarkan aliran udara
d) jentikan kaki bayi apabila ada perubahan warna kulit atau bila
bayi tidak bernapas jangan menguncang-guncangkan bayi.
e) Mulailah RPJ jika bayi tetap tidak bernapas setelah kakinya
tidak di jentikan.
f) Tempatkan bayi di atas permukaan yang keras
g) Posisikan kepala dengan tepat dan bebaskan jalan napas dengan
menepatkan tangan anda pada dahi dan ari-jari tangan anda dari
tangan yang lain di bawah tulang rahang.berhati-hatilah
mendorong jaringan lunak di bawah dagu angkat dan sedikit
tengadahkan kepala kearah belakang dan hidung mengarah
keatas.

17
h) Tarik garis yang menghubungkan antara kedua puting susu
bayi 
i) Dengan telunjuk dan jari tengah anda,tekan lurus ke bawah
pada tulang dada 1,25 cm sampai 2,5 cm.ulangi hal ini
sebanyak 30 kali dan 2 kali napas buatan.
4) Disability
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :
a) Alert (A) : pasien tidak berespon terhadap lingkungan
sekelilingnya/tidak sadar   terhadap kejadian yang menimpa.
b) Respon verbal (V) :klien tidak berespon terhadap pertanyaan
perawat.
c) Respon nyeri (P) :klien tidak berespon terhadap respon nyeri.
d) Tidak berespon (U) : tidak berespon terhadap stimulus verbal
dan nyeri.
Cara pengkajian:
a) Anamnese (tanya) : nama dan kejadian
b) Cubit daerah pundak/tepuk wajah
c) Dengan GCS  (E1 M1 V1 ),pupil,kemampuan motorik

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa
jantung menurun
b. Gangguan perfusi serebral berhubungan denganperubahan preload,
afterload, dan kontraktilitas
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengansuplai Oksigen  tidak
adekuat
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

18
3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


HASIL
Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Lakukan pijat jantung  1. untuk
perawatan 3x24 2. Berikan oksigen mengaktifkan kerja
jantung berhubu
jam klien dapat: tambahan dengan pompa jantung
ngan dengan Menunjukan kanula nasal/masker 2. Meningkatkan
curah jantung dan obat  sesuai sediaan oksigen untuk
kemampuan
yang memuaskan indikasi  (kolaborasi) kebutuhan miokard
pompa jantung di buktikan 3. Palpasi nadi perifer untuk melawan efek
dengan 4. Pantau Tekanan Darah hipoksia/iskemia.
menurun
keefektifan 5. Kaji kulit terhadap Banyak obat dapat
pompa pucat dan sianosis digunakan untuk
jantung,status meningkatkan volume
sirkulasi,perfusi sekuncup, memperbaiki
jaringan (organ kontraktilitas.
abdomen),dan 3. Penurunan curah
perfusi jaringan jantung dapat
(perifer) menunjukkan
Dengan Indikator: menurunnya nadi radial,
1. Tekanan dorsalis pedis dan
darah postibial. Nadi mungkin
sistilik,diastolik hilang atau tidak teratur
dalam batas untuk dipalpasi.
normal 4. Pada pasien
2. Denyut Cardiac Arrest tekanan
jantung dalam darah menjadi rendah
batas normal atau mungkin tidak ada.
3. Tekanan 5. Pucat
vena sentral dan menunjukkkan
tekanan dala menurunnya perfusi
paru dbn sekunder terhadap tidak
4. Hipotensi adekuatnya curah
ortostatis tidak jantung.
ada
5. Gas darah
dbn
6. Bunyi
napas tambahan
tidak ada
7. Distensi
vena leher tidak

19
ada
8. Edema
perifer tidak ada

Gangguan Setelah dilakukan 1. Berikan vasodilator 1. Obat diberikan untuk


perawatan 3x24 misalnya nitrogliserin, meningkatkan
perfusi serebral
jam klien nifedipin sesuai sirkulasi miokardia.
berhubungan dapat:Sirkulasi indikasi 2. Mempercepat
darah kembali 2. Posisikan kaki lebih pengosongan vena
denganperubaha
normal sehingga tinggi dari jantung superficial, mencegah
n preload, transport O2 - 3. Pantau adanya pucat, distensi berlebihan dan
kembali lancar sianosis dan kulit meningkatkan aliran
afterload, dan
Dengan Indikator: dingin atau lembab balik vena
kontraktilitas 1. Pasien 4. Pantau pengisian 3. Sirkulasi yang terhenti
akan kapiler (CRT) menyebabkan
memperlihatkan transport O2 ke
tanda-tanda seluruh tubuh juga
vital dalam terhenti sehingga akral
batas normal sebagai bagian yang
2. Warna paling jauh dengan
dan suhu kulit jantung menjadi pucat
normal dan dingin.
3. CRT  < 2 4. Suplai darah kembali
detik. normal jika CRT < 2
detik dan menandakan
suplai O2 kembali
normal

Gangguan Setelah dilakukan 1. Berikan O2  sesuai 1. Meningkatkan


perawatan 3x24 indikasi konsentrasi oksigen
pertukaran gas
jam klien dapat: 2. Pantau GDA Pasien alveolar dan dapat
berhubungan Sirkulasi darah 3. Pantau pernapasan memperbaiki
kembali normal klien hipoksemia jaringan
dengansuplai
sehingga 2. Nilai GDA yang
Oksigen  tidak pertukaran gas normal menandakan
dapat berlangsung pertukaran gas
adekuat
Dengan Indikator: semakin membaik
1. Nilai GDA 3. Untuk evaluasi
normal distress pernapasan
2. Tidak ada
distress
pernafasan
Intoleransi Setelah dilakukan 1. Evaluasi respon 1. Menetapkan
perawatan 4x24 terhadap aktivitas kemampuan/
aktivitas
jam klien dapat: 2. Berikan lingkungan kebutuhan pasien
berhubungan Peningkatan tenang dan batasi danmemudahkan

20
dengan toleransi terhadap pengunjungselama memilih intervensi
aktivitas fase akut. secara tepat
kelemahan
Dengan Indikator: 3. Jelaskan pentingnya 2. Menurunkan stress
umum, 1. Menunjuk istirahat dan dan rangsangan
kan peningkatan perlunyakeseimbangan berlebihan
ketidakseimbang
toleransi aktivitas dan istirahat. 3. Tirah baring
an suplai dan terhadap 4. Bantu aktivitas diperlukan selama fase
aktivitas perawatan, aktivitas akut
kebutuhan
2. Tanda- diri yangdiperlukan untukmenurunkan
oksigen. tanda vital 5. Bantu pasien memilih kebutuhan metabolic.
dalam batas posisi nyaman untuk 4. Meminimalkan
normal istirahat /tidur. kelelahan dan
menbantu
keseimbangansuplai
dan kebutuhan
oksigen.
5. Pasien mungkin
nyaman dengan kepala
tinggi,tidur dikursi /
menunduk kedepan
meja / bantal

BAB III

FORMAT PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Nama Mahasiswa :........................................................................................................

Semester/Tingkat :........................................................................................................

Tempat Praktek :........................................................................................................

Tanggal Pengkajian :........................................................................................................

DATA KLIEN

21
A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : .........................................................
2. Umur : .........................................................
3. Alamat : .........................................................
4. Agama : .........................................................
5. Tanggal masuk RS/RB : .........................................................
6. Nomor Rekam Medis : .........................................................
7. Bangsal : .........................................................

B. PENGKAJIAN PRIMER:
1. Airway (jalan nafas)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
2. Breathing
a. Inspeksi (bentuk dada/simetris, pola nafas, bantuan nafas, dll)
............................................................................................................................
............................................................................................................................
b. Palpasi (total fremitus, dll)
............................................................................................................................
............................................................................................................................
c. Perkusi (pembesaran paru, dll)
............................................................................................................................
............................................................................................................................

d. Auskultasi (suara nafas)


............................................................................................................................
............................................................................................................................
3. Circulation
a. Vital sign:
1) Tekanan darah :
2) Nadi :
3) Suhu :
4) Respirasi :
b. Capilarry refill :
c. Akral :

4. Disability
a. GCS
E: ..... M: ........ V: ......
b. Pupil :
c. Gangguan motorik :
d. Gangguan sensorik :

C. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

22
1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum:
- Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama:
......................................................................................................................
......................................................................................................................
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):
............................................................................................................................
............................................................................................................................
c. Riwayat pengobatan
No Nama obat/jamu Dosis Keterangan

1.

2.

3.

d. Kemampuan mengontrol kesehatan:


- Yang dilakukan bila sakit : .........................................................................
- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................

e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):


............................................................................................................................
............................................................................................................................
f. Pengobatan sekarang:
No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat

1.

2.

3.

4.

2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:
1) BB biasanya: .............. dan BB sekarang: ............
2) Lingkar perut :
3) Lingkar kepala :
4) Lingkar dada :

23
5) Lingkar lengan atas :
6) IMT :
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
____________________________________________________________
c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir,
conjungtiva anemis/tidak:
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
____________________________________________________________
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di
rumah sakit:
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
____________________________________________________________
e. E (Enegy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah
sakit:
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
____________________________________________________________
f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,
mengunyah,dll)
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
____________________________________________________________

g. Penilaian Status Gizi


_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
____________________________________________________________

h. Pola asupan cairan


_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
____________________________________________________________

i. Cairan masuk
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
____________________________________________________________

j. Cairan keluar

24
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
____________________________________________________________

k. Penilaian Status Cairan (balance cairan)


_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
____________________________________________________________

l. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi :
Palpasi :
Perkusi :

3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
___________________________________________________________
_________________________________________________________
2) Riwayat kelainan kandung kemih
___________________________________________________________
_________________________________________________________
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
___________________________________________________________
_________________________________________________________

4) Distensi kandung kemih/retensi urine


___________________________________________________________
_________________________________________________________

b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
___________________________________________________________
_________________________________________________________
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
___________________________________________________________
_________________________________________________________

c. Sistem Integument
1) Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu)
___________________________________________________________
_________________________________________________________

4. ACTIVITY/REST

25
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur :
2) Insomnia :
3) Pertolongan untuk merangsang tidur:
___________________________________________________________
_________________________________________________________
b. Aktivitas
1) Pekerjaan :
2) Kebiasaan olah raga :
3) ADL
a) Makan :
b) Toileting :
c) Kebersihan :
d) Berpakaian :
4) Bantuan ADL :
5) Kekuatan otot :

6) ROM :
7) Resiko untuk cidera :
___________________________________________________________
_________________________________________________________

c. Cardio respons
1) Penyakit jantung :
2) Edema esktremitas :
3) Tekanan vena jugularis:
4) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi :
b) Palpasi :
c) Perkusi :
d) Auskultasi :
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas :
2) Penggunaan O2 :
3) Kemampuan bernafas :
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll)
___________________________________________________________
_________________________________________________________
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi :
b) Palpasi :
c) Perkusi :
d) Auskultasi :

26
5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan :
2) Kurang pengetahuan :
3) Pengetahuan tentang penyakit:
4) Orientasi (waktu, tempat, orang)
b. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung :
2) Sakit kepala :
3) Penggunaan alat bantu :
4) Penginderaan :
___________________________________________________________
_________________________________________________________

c. Communication
1) Bahasa yang digunakan :
2) Kesulitan berkomunikasi :

6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut :
2) Perasaan putus asa/kehilangan:
3) Keinginan untuk mencederai :
4) Adanya luka/cacat :

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan :
2) Orang terdekat :
3) Perubahan konflik/peran :
4) Perubahan gaya hidup :
5) Interaksi dengan orang lain :

8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual :

9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas :
2) Kemampan untuk mengatasi :
3) Perilaku yang menampakkan cemas ;

10. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti :

27
2) Kemampuan untuk berpartisipasi :
3) Kegiatan kebudayaan :
4) Kemampuan memecahkan masalah :

11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi :
b. Penyakit autoimune :
c. Tanda infeksi :
d. Gangguan thermoregulasi :
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, pendarahan, hipoglikemia,
Sindrome disuse, gaya hidup yang tetap)
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
__________________________________________________________

12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :
3) Regio (dimana letaknya) :
4) Scala (berapa skalanya) :
5) Time (waktu) :
b. Rasa tidak nyaman lainnya :
c. Gejala yang menyertai :

13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan :

D. DATA LABORATORIUM

Tanggal & Jenis Hasil Harga Satua


Interpretasi
Jam Pemeriksaan Pemeriksaan Normal n

28
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Henti jantung merupakan suatu keadaan terhentinya fungsi pompa otot
jantung secara tiba-tiba yang berakibat pada terhentinya proses penghantaran
oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Keadaan ini bisa terjadi akibat
hipoksia lama karena terjadinya henti nafas yang merupakan akibat terbanyak
henti jantung pada bayi dan anak.
Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti jantung berlangsung lama,
karena sirkulasi oksigen yang tidak adekuat akan menyebabkan kematian
jaringan otak. Hal tersebutlah yang menjadi alasan penatalaksanaan berupa

29
CPR atau RJP harus dilakukan secepat mungkin untuk meminimalisasi
kerusakan otak dan menunjang kelangsungan hidup korban.  
Hal yang paling penting dalam melakukan resusitasi pada korban, apapun
teknik yang digunakan adalah memastikan penolong dan korban berada di
tempat yang aman, menilai kesadaran korban dan segera meminta bantuan.
B. Saran
Informasi dan pelatihan tatalaksana henti henti jantung sebaiknya dapat
diberikan kepada masyarakat umum, mengingat bahwa resusitasi dapat
memberikan pertolongan awal. Dampak yang di timbulkan semakin berat jika
waktu datangnya pertolongan semakin lama.

DAFTAR PUSTAKA

Hackley, Baughman, 2009. Keperawatan Medikal- Bedah. Jakarta : EGC

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

http://meilanyhartanti.blogspot.com/2013/11/askep-cardiac-arrest.html

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-36399-Kep
%20Kardiovaskuler-Askep%20Sudden%20Cardiact%20Arrest.html#popup

http://narnans.blogspot.com/2014/06/askep-henti-jantung.html

http://linktostart.blogspot.com/2016/01/cardiac-arrest_16.html

30
http://askeprhynatutu.blogspot.com/2015/04/kegawatdaruratan-cardiac-arrest-
henti.html

31

Anda mungkin juga menyukai