Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

CARDIAC ARREST (HENTI JANTUNG)

DISUSUN OLEH :

KELAS : III A KEPERAWATAN

KELOMPOK III

1. ANGGI ARISTA 201801003


2. FARADILAH 201801016
3. MUTIARA ANNISA 201801121
4. NI KADEK MAHARANI 201801022
5. PIRDAYANTI R RAHIM 201801032
6. PUTRI CLARA PERDANI 201801033
7. RISQA AMALIA 201801035
8. SUKMAWATY 201801044
9. DYLAN VAHLERI 201801069
10. SRI AINUN J 201701136

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Tuhan


Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
kesehatan, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelsaikan pembuatan makalah dengan judul “CARDIAC ARREST
(HENTI JANTUNG)”

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Wasalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palu, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Definisi......................................................................................................3
B. Etiologi .....................................................................................................3
C. Patofisiologi..............................................................................................5
D. Menifestasi klinis......................................................................................6
E. Penatalaksanaan .......................................................................................6
F. Pemeriksaan penunjang.............................................................................9
G. Komplikasi................................................................................................11
H. Asuhan keperawatan ................................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan...............................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa
diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak
(American Heart Association,2010).
Amerika Serikat, mengklaim sebuah 325.000 kematian setiap
tahun. SCA membunuh 1.000 orang per hari atau satu orang setiap dua
menit. Dan paling sering terjadi pada pasien dengan penyakit jantung,
terutama mereka yang telah gagal jantung kongestif.Sebanyak 75 persen
orang yang meninggal karena tanda- tanda menunjukkan SCA serangan
jantung sebelumnya. Delapan puluh persen memiliki tanda-tanda penyakit
arteri koroner. SCA dicatat 10.460 (75,4 persen) dari seluruh 13.873
kematian penyakit jantung pada orang berusia 35-44 tahun, dan proporsi
penangkapan jantung yang terjadi out-of-rumah sakit meningkat dengan
usia, dari 5,8 persen pada orang usia 0-4 tahun 61,0 persen pada orang usia
lebih dari 85 years.Orang yang memiliki penyakit jantung akan
meningkatkan risiko untuk SCA. Namun, kebanyakan SCA terjadi pada
orang yang tampak sehat dan tidak memiliki penyakit jantung atau faktor
risiko lain untuk SCA.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian henti jantung ?
2. Apakah etiologi henti jantung ?
3. Bagaimana patofisiologi henti jantung ?
4. Apakah manifestasi klinis yang terjadi pada henti jantung ?
5. Bagaimana penatalaksanaan henti jantung ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada henti jantung ?
7. Apakah komplikasi yang terjadi pada henti jantung ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari henti jantung.
2. Untuk mengetahui etiologi henti jantung.
3. Untuk mengetahui patofisiologi henti jantung.

1
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang terjadi pada henti jantung.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan henti jantung.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada henti jantung.
7. Untuk mengetahui komplikasi pada henti jantung.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan,
terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American
Heart Association,2010).
Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah
penghentian sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk
berkontraksi secara efektif. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa henti jantung atau cardiac arrest adalah
hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi
normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital
lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.

B. Etiologi

Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan


mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:

1. Adanya jejas di jantung

Karena serangan jantung terdahulu atau oleh sebab lain,jantung yang


terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab tertentu cenderung
untuk mengalami aritmia ventrikel yang mengancam jiwa. Enam bulan
pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung adalah periode
risiko tinggi untuk terjadinya cardiac arrest pada pasien dengan
penyakit jantung atherosclerosis

2. Penebalan otot jantung (cardiomyopathy)

Karena berbagai sebab (umumnya karena tekanan darah tinggi,

3
kelainan katub jantung) membuat seseorang cenderung untuk terkena
cardiac arrest.

3. Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung

Karena beberapa kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung


(anti aritmia) justru merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan
berakibat cardiac arrest.Kondisi seperti ini disebut proarrythmic effect.
Pemakaian obat-obatan yang bisa mempengaruhi perubahan kadar
potasium dan magnesium dalam darah (misalnya penggunaan diuretik)
juga dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan cardiac
arrest.

4. Kelistrikan yang tidak normal

Beberapa kelistrikan jantung yang tidak normal seperti Wolff-


Parkinson-White- Syndrome dan sindroma gelombang QT yang
memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada anak dan dewasa
muda.

5. Pembuluh darah yang tidak normal

Jarang dijumpai (khususnya di arteri koronari dan aorta) sering


menyebabkan kematian mendadak pada dewasa muda. Pelepasan
adrenalin ketika berolah raga atau melakukan aktifitas fisik yang berat,
bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila dijumpai
kelainan Nadi.

6. Penyalahgunaan obat

Merupakan faktor utama terjadinya cardiac arrest pada penderita yang


sebenarnya tidak mempunyai kelainan pada organ jantung.

Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia


(Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010) :

a. Fibrilasi ventrikel

4
Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian
mendadak,pada keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi
kontraksinya,jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini
tindakan yang harus segera dilakukan adalah CPR dan DC shock
atau defibrilasi.

b. Takhikardi ventrikel

Mekanisme penyebab terjadinya takhikardi ventrikel biasanya


karena adanya gangguan otomatisasi (pembentukan impuls)
ataupaun akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi nadi yang
cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan
memendek, akibatnya pengisian darah keventrikel juga berkurang
sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan keadaan
hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa
lebih diutamakan.

c. Pulseless Electrical Activity (PEA)

Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak


menghasilkan kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi
tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi
tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah tindakan yang harus
segera dilakukan.

d. Asistole

Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada


jantung, dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti
garis lurus. Pada kondisi ini tindakan yang harus segera diambil
adalah CPR.

C. Patofisiologi
1. Akibat dari ateroklerosis menimbulkan plak pada pembuluh darah.
2. Penebalan otot jantung dan fibrilasi ventrikel mengakibatkan jantung
tidak dapat berkontraksi secara optimal

5
3. Takikardi ventrikel terjadi karena pembentukan impuls sehingga
frekuensi nadi cepat yang mengakibatkan pengisian ventrikel menurun.
Dari ketiga penyebab diatas mengakibatkan hambatan aliran darah
sehingga sirkulasi darah terhenti terjadilah cardiac arrest.Akibat cardiac
arrest terjadi kemampuan pompa jantung menurun akibatnya curah
jantung menurun sehingga terjadi:
a. Suplai oksigen keseluruh tubuh menurun,dimana darah membawa
oksigen otomatis kebutuhan oksigen keparu-paru tidak terpenuhi
terjadilah gangguan pertukaran gas
b. Suplai oksigen ke otak tidak terpenuhi terjadilah gangguan perfusi
serebral
c. Suplai oksigen ke jaringan tidak terpenuhi terjadilah gangguan
perfusi jaringan

D. Pathway
Etiologi

Penyakit Jantung (IMA)

Aritmia

Penurunan Cardiac Arrest


Curah Jantung
Gangguan
Suplai O2
Perfusi Jaringan

Hipoksia Serebral

Risiko Jalan Nafas


Penurunan Kesadaran
Tidak Efektif
Gangguan
Upnue (Henti Nafas)
Pertukaran Gas

Jantung Mati Mendadak

6
E. Menifestasi klinis
1. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya
suplai oksigen termasuk otak
2. Hypoxia cerebral atau tidak adanya oksigen ke otak menyebabkan
kehilangan kesadaran (collapse)

3. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak


ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi
kematian dalam 10 menit
4. Nafas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak bernafas)
5. Tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak
ada denyut nadi yang dapat terasa pada arteri
6. Tidak ada denyut jantung
7. Dilatasi pupil jika terjadi kerusakan otak irreversible 50%

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis

a. Respons awal
Respons awal akan memastikan apakah suatu kolaps mendadak
benar-benar disebabkan oleh henti jantung. Observasi gerakan respirasi,
warna kulit, dan ada tidaknya denyut nadi pada pembuluh darah karotis
atau arteri femoralis dapat menentukan dengan segera apakah teh terjadi
serangan henti jantung yang dapat membawa kematian. Gerakan
respirasi agonal dapat menetap dalam waktu yang singkat setelah henti
jantung

7
b. Penanganan untuk dukungan kehidupan dasar (basic life support)
Tindakan ini yang lebih popular dengan istilah resusitasi
kardiopulmoner (RKP;CPR;Cardiopulmonary Resuscitation)
merupakan dukungan kehidupan dasar yang bertujuan untuk
mempertahankan perfusi organ sampai tindakan intervensi yang
definitive dapat dilaksanakan.
Untuk penanganan awal henti jantung yaitu dengan CAB :
1) Yakinkan lingkungan telah aman, periksa ketiadaan respon dengan
menepuk atau menggoyangkan pasien sambil bersuara keras
“Apakah anda baik-baik saja?”.Jika tidak berespon berikan
rangsangan nyeri.
Rasionalisasi: hal ini akan mencegah timbulnya injury pada korban
yang sebenarnya masih dalam keadaan sadar.
2) Apabila pasien tidak berespon segera telfone Emergency Medical
Service (EMS)
3) Posisikan pasien supine pada alas yang datar dan keras, ambil posisi
sejajar dengan bahu pasien. Jika pasien mempunyai trauma leher
dan kepala, jangan gerakkan pasien, kecuali bila sangat perlu saja.
Rasionalisasi: posisi ini memungkinkan pemberi bantuan dapat
memberikan bantuan nafas dan kompresi dada tanpa berubah posisi.

c. Circulation
Pastikan ada atau tidaknya denyut nadi, sementara tetap
mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan head tilt-chin lift
yaitu satu tangan pada dahi pasien, tangan yang lain meraba denyut
nadi pada arteri carotis dan femoral selama 5 sampai 10 detik. Jika
denyut nadi tidak teraba, mulai dengan kompresi dada.
1) Berlutut sedekat mungkin dengan dada pasien. Letakkan bagian
pangkal dari salah satu tangan pada daerah tengah bawah dari
sternum (2 jari ke arah cranial dari procecus xyphoideus) . Jari-
jari bisa saling menjalin atau dikeataskan menjauhi dada.
Rasionalisasi: tumpuan tangan penolong harus berada di
sternum, sehingga tekanan yang diberikan akan terpusat di
sternum, yang mana akan mengurangi resiko patah tulang rusuk.
2) Jaga kedua lengan lurus dengan siku dan terkunci, posisi pundak
berada tegak lurus dengan kedua tangan, dengan cepat dan
bertenaga tekan bagian tengah bawah dari sternum pasien ke
bawah, 1 - 1,5 inch (3,8 - 5 cm)
3) Lepaskan tekanan ke dada dan biarkan dada kembali ke posisi

8
normal. Lamanya pelepasan tekanan harus sama dengan
lamanya pemberian tekanan. Tangan jangan diangkat dari dada
pasien atau berubah posisi.
Rasionalisasi: pelepasan tekanan ke dada akan memberikan
kesempatan darah mengalir ke jantung.
4) Lakukan CPR (Cardio Pulmonary Resusitation) dengan dua kali
nafas buatan dan 30 kali kompresi dada. Ulangi siklus ini
sebanyak 5 kali(2 menit).
5) Kemudian periksa nadi dan pernafasan pasien. Pemberian
kompresi dada dihentikan jika:
a) Telah tersedia AED (Automated External Defibrillator).
b) korban menunjukkan tanda kehidupan.
c) Tugas diambil alih oleh tenaga terlatih.
Rasionalisasi: bantuan nafas harus dikombinasi dengan
kompresi dada. Periksa nadi di arteri carotis, jika belum teraba
lanjutkan pemberian bantuan nafas dan kompresi dada.
6) Sementara melakukan resusitasi, secara simultan kita juga
menyiapkan perlengkapan khusus resusitasi untuk memberikan
perawatan definitive. Rasionalisasi: perawatan definitive yaitu
termasuk di dalamnya pemberian defibrilasi, terapi obat-obatan,
cairan untuk mengembalikan keseimbangan asam- basa,
monitoring dan perawatan oleh tenaga terlatih di ICU.
7) CPR yang diberikan pada anak hanya menggunakan satu
tangan,sedangkan untuk bayi hanya menggunakan jari telunjuk
dan tengah. Ventrikel bayi dan anak terletak lebih tinggi dalam
rongga dada, jadi tekanan harus dibagian tengah tulang dada.
d. Airway
1) Buka jalan nafas
Head-tilt/chin-lift maneuver : letakkan salah satu tangan di
kening pasien, tekan kening ke arah belakang dengan
menggunakan telapak tangan untuk mendongakkan kepala
pasien. Kemudian letakkan jari-jari dari tangan yang lainnya di
dagu korban pada bagian yang bertulang dan angkat rahang ke
depan sampai gigi mengatub.
Rasionalisasi: tindakan ini akan membebaskan jalan nafas dari
sumbatan oleh lidah.
2) Jaw-thrust maneuver : pegang sudut dari rahang bawah pasien
pada masing- masing sisinya dengan kedua tangan,angkat
mandibula ke atas sehingga kepala mendongak.
Rasionalisasi: teknik ini adalah metode yang paling aman untuk
membuka jalan nafas pada korban yang dicurigai mengalami
trauma leher.

9
e. Breathing
1) Dekatkan telinga ke mulut dan hidung pasien, sementara
pandangan kita arahkan ke dada pasien, perhatikan apakah ada
pergerakan naik turun dada dan rasakan adanya udara yang
berhembus selama expirasi
Rasionalisasi: untuk memastikan ada atau tidaknya pernafasan
spontan.
2) Jika ternyata tidak ada, berikan bantuan pernafasan mouth to
mouth atau dengan menggunakan amfubag. Selama memberikan
bantuan pernafasan pastikan jalan nafas pasien terbuka dan tidak
ada udara yang terbuang keluar. Berikan bantuan pernafasan
sebanyak dua kali (masing-masing selama 2-4 detik).
Rasionalisasi: pemberian bantuan pernafasan yang adekuat
diindikasikan dengan dada terlihat mengembang dan
mengempis, terasa adanya udara yang keluar dari jalan nafas
dan terdengar adanya udara yang keluar saat expirasi. Jika
pasien bernafas, posisikan korban ke posisi recovery (posisi
tengkurap, kepala menoleh ke samping).
3) Jika pasien bernafas, posisikan korban ke posisi recovery (posisi
tengkurap, kepala menoleh ke samping).

G. Pemeriksaan penunjang
1. Elektrokardiogram
Biasanya tes yang diberikan ialah dengan elektrokardiogram (EKG).
Ketika dipasang EKG, sensor dipasang pada dada atau kadang-kadang di
bagian tubuh lainnya misalnya tangan dan kaki. EKG mengukur waktu
dan durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan
gangguan pada irama jantung. Karena cedera otot jantung tidak
melakukan impuls listrik normal, EKG bisa menunjukkan bahwa
serangan jantung telah terjadi. ECG dapat mendeteksi pola listrik
abnormal, seperti interval QT berkepanjangan, yang meningkatkan risiko
kematian mendadak.
2. Tes darah
a. Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika
jantung terkena serangan jantung. Karena serangan jantung dapat
memicu sudden cardiac arrest. Pengujian sampel darah untuk
mengetahui enzim-enzim ini sangat penting apakah benar-benar
terjadi serangan jantung.
b. Elektrolit Jantung
Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-elektrolit
yang ada pada jantung, di antaranya kalium, kalsium, magnesium.

10
Elektrolit adalah mineral dalam darah kita dan cairan tubuh yang
membantu menghasilkan impuls listrik. Ketidak seimbangan pada
elektrolit dapat memicu terjadinya aritmia dan sudden cardiac arrest.
c. Test Obat
Pemeriksaan darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk
menginduksi aritmia, termasuk resep tertentu dan obat-obatan
tersebut merupakan obat-obatan terlarang.
d. Test Hormon
Pengujian untuk hipertiroidisme dapat menunjukkan kondisi ini
sebagai pemicu cardiac arrest.
3. Imaging tes
a. Pemeriksaan Foto Thorax
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta
pembuluh darah. Hal ini juga dapat menunjukkan apakah
seseorang terkena gagal jantung.
b. Pemeriksaan nuklir
Biasanya dilakukan bersama dengan tes stres, membantu
mengidentifikasi masalah aliran darah ke jantung. Radioaktif yang
dalam jumlah yang kecil, seperti thallium disuntikkan ke dalam
aliran darah. Dengan kamera khusus dapat mendeteksi bahan
radioaktif mengalir melalui jantung dan paru-paru.
c. Ekokardiogram
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambaran jantung. Echocardiogram dapat membantu
mengidentifikasi apakah daerah jantung telah rusak oleh cardiac
arrest dan tidak memompa secara normal atau pada kapasitas
puncak (fraksi ejeksi), atau apakah ada kelainan katup.
d. Electrical system (electrophysiological) testing and mapping
Tes ini, jika diperlukan, biasanya dilakukan nanti, setelah
seseorang sudah sembuh dan jika penjelasan yang mendasari
serangan jantung belum ditemukan. Dengan jenis tes ini, mungkin
mencoba untuk menyebabkan aritmia,Tes ini dapat membantu
menemukan tempat aritmia dimulai. Selama tes, kemudian kateter
dihubungkan dengan electrode yang menjulur melalui pembuluh
darah ke berbagai tempat di area jantung. Setelah di tempat,
elektroda dapat memetakan penyebaran impuls listrik melalui
jantung pasien. Selain itu, ahli jantung dapat menggunakan
elektroda untuk merangsang jantung pasien untuk mengalahkan
penyebab yang mungkin memicu atau menghentikan – aritmia. Hal
ini memungkinkan untuk mengamati lokasi aritmia.
e. Ejection fraction testing
Salah satu prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac
arrest adalah seberapa baik jantung mampu memompa darah.Ini
dapat menentukan kapasitas pompa jantung dengan mengukur apa
yang dinamakan fraksi ejeksi. Hal ini mengacu pada persentase
darah yang dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung.

11
Sebuah fraksi ejeksi normal adalah 55 sampai 70 persen. Fraksi
ejeksi kurang dari 40 persen meningkatkan risiko sudden cardiac
arrest.Ini dapat mengukur fraksi ejeksi dalam beberapa cara, seperti
dengan ekokardiogram, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dari
jantung Anda, pengobatan nuklir scan dari jantung Anda atau
computerized tomography (CT) scan jantung.
f. Coronary catheterization (angiogram)
Pengujian ini dapat menunjukkan jika arteri koroner terjadi
penyempitan atau penyumbatan. Seiring dengan fraksi ejeksi,
jumlah pembuluh darah yang tersumbat merupakan prediktor
penting sudden cardiac arrest. Selama prosedur, pewarna cair
disuntikkan ke dalam arteri hati Anda melalui tabung panjang dan
tipis (kateter) yang melalui arteri, biasanya melalui kaki, untuk
arteri di dalam jantung. Sebagai pewarna mengisi arteri, arteri
menjadi terlihat pada X-ray dan rekaman video, menunjukkan
daerah penyumbatan. Selain itu, sementara kateter
diposisikan,mungkin mengobati penyumbatan dengan melakukan
angioplasti dan memasukkan stent untuk menahan arteri terbuka.

H. Komplikasi
1. Menyebabkan kematian dini
I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Kaji respon klien
 Periksa ketiadaan respon dengan menepuk atau menggoyangkan
pasien sambil bersuara keras “Apakah anda baik-baik saja?”.Jika
tidak berespon berikan rangsangan nyeri.
 Observasi gerakan respirasi, warna kulit, dan ada tidaknya
denyut nadi pada pembuluh darah karotis atau arteri femoralis
dapat menentukan dengan segera apakah telah terjadi serangan
henti jantung yang dapat membawa kematian.
b. Periksa arteri carotis,jika tidak ada denyutan segera lakukan
RJP/CPR.Cek kembali arteri carotis,jika sudah berdenyut.
c. Periksa pernafasan pasienCara pemeriksaan Look-Listen-Feel
(LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini dilakukan untuk
memeriksa jalan nafas dan pernafasan. Setelah memastikan jalan
nafas bebas, penolong segera melakukan cek pernafasan. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan cek pernafasan antara
lain:
 Cek pernafasan dilakukan dengan cara look (melihat pergerakan
pengembangan dada), listen (mendengarkan nafas), dan feel
(merasakan hembusan nafas) selama 10 detik.
 Apabila dalam 10 detik usaha nafas tidak adekuat (misalnya
terjadi respirasi gasping pada SCA) atau tidak ditemukan tanda-

12
tanda pernafasan, maka berikan 2 kali nafas buatan (masing-
masing 1 detik dengan volume yang cukup untuk membuat dada
mengembang).
d. Jika pasien bernafas,maka lakukan posisikan korban ke posisi
recovery (posisi tengkurap, kepala menoleh ke samping).

2. Diagnosa
a. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke otak
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen
tidak adekuat
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa
jantung menurun

3. Intervensi
a. Dx 1 → Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan
penurunan suplai oksigen ke otak

Tujuan : Sirkulasi darah kembali normal sehingga transport O2


kembali lancar

Kriteria Hasil : Pasien akan mempertahankan tanda-tanda vital dalam


batas normal.Warna dan suhu kulit normal.CRT < 2 detik.

1) Pantau adanya pucat, sianosis dan kulit dingin atau lembab

Rasional: Sirkulasi yang terhenti menyebabkan transport O2 ke


seluruh tubuh juga terhenti sehingga akral sebagai bagian yang
paling jauh dengan jantung menjadi pucat dan dingin.

2) Posisikan kaki lebih tinggi dari jantung

Rasional: Mempercepat pengosongan vena superficial, mencegah


distensi berlebihan dan meningkatkan aliran balik vena
3) Berikan vasodilator misal nitrogliserin, nifedipin sesuai indikasi

Rasional: Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia.


b. Dx 2 → Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai
oksigen tidak adekuat
Tujuan : Sirkulasi darah kembali normal sehingga pertukaran gas

13
dapat berlangsung
Kriteria hasil : Nilai GDA normal dan tidak ada distress pernafasan
1) Pantau pernapasan klien Pantau GDA Pasien
Rasional: Untuk evaluasi distress pernapasan Nilai GDA yang
normal menandakan pertukaran gas semakin membaik

2) Berikan O2 sesuai indikasi

Rasional: Peningkatkan konsentrasi oksigen alveolar dan dapat


memperbaiki hipoksemia jaringan
c. Dx 3 → Penurunan curah jantung berhubungan dengan
kemampuan pompa jantung menurun
Tujuan : Meningkatkan kemampuan pompa jantung
Kriteria hasil : Nadi perifer teraba dan tekanan darah dalam batas
normal
1) Pantau tekanan darah
Rasional: Pada pasien Cardiac Arrest tekanan darah menjadi
rendah atau mungkin tidak ada.
2) Palpasi nadi perifer
Rasional: menunjukkan menurunnya nadi radial, dorsalis pedis dan
postibial
3) Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis Lakukan pijat jantung
Rasional: Nadi mungkin hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi
Pucat menunjukkkan menurunnya perfusi sekunder terhadap tidak
adekuatnya curah jantung
4) Lakukan pijat jantung
Rasional: Untuk mengaktifkan kerja pompa jantung Meningkatkan
sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek
hipoksia/iskemia.
5) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat
sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional: Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas.

14
4. Implementasi
a. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke otak
1) Memantau adanya pucat, sianosis dan kulit dingin atau
lembab
2) Memposisikan kaki lebih tinggi dari jantung
3) Memberikan vasodilator misal nitrogliserin, nifedipin sesuai
indikasi
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen
tidak adekuat
1) Memantau pernapasan klien Pantau GDA Pasien
2) Memberikan O2 sesuai indikasi
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa
jantung menurun
1) Memantau tekanan darah
2) Mempalpasi nadi perifer
3) Mengkaji kulit terhadap pucat dan sianosis Lakukan pijat
jantung
4) Melakukan pijat jantung
5) Memberikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker
dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)

5. Evaluasi
a. Sirkulasi darah kembali normal sehingga transport O 2 kembali
lancar
b. Sirkulasi darah kembali normal sehingga pertukaran gas dapat
berlangsung
c. Kemampuan pompa jantung meningkat dan kebutuhan oksigen ke
otak terpenuhi

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara
mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi
kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan
jantung untuk berkontraksi secara efektif yang paling sering disebabkan
oleh fibrilasi ventrikel dan takikardi ventrikel.Penanganan awal henti
jantung dengan metode CAB.
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan pemahamannya
terhadap asuhan keperawatan pada pasien henti jantung.
2. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan
sebagai pengetahuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (AHA) 2010, About cardiac arrest


Graham, R, McCoy, MA, & Schultz, AM 2015, Strategies to Improve Cardiac
Arrest Survival: A Time to Act, National Academies Press
Ganthikumar, K 2017, Indikasi dan keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP),

17
LAMPIRAN HASIL DISKUSI KELOMPOK III:
A. Pertanyaan :
1. Nama: Asriandini
Pertanyaan: Mengapa seseorang yang menggunakan oabt-obatan dapat
mengakibatkan cardiac arrest? Dan sebutkan obat apa saja yang dapat
mengakibatkan cardiac arrest!
Nama: Mutiara Annisa S.Hi.Ukum
Penjawab: Beberapa obat-obatan untuk jantung justru merangsang
timbulnya aritmia dan berakibat cardiac arrets, kondisi seperti ini
disebut puoarryscic effect. Pemakaian obat-obatan yang bisa
memepengaruhi perubahan kadar potasium dan magnesium dalam
darah. Golongan obat yang memicu hal tersebut yaitu golongan
NSAIDs yang bisa menahan cairan sehingga menggaggu kerja ginjal
sehingga jantung pun bekerja keras untuk memompa darah yang dapat
memicu terjadinya henting jantung dikarenakan jantung collaps.
Beberapa obat golongan NSAIDs:
-Aspirin
-Ibuprofen
-Naproxen

2. Nama: Nurul Fajriah


Pertanyaan: Apa yang di maksud pemeriksaan nuklir pada cardiac
arrets?
Nama: Sukmawaty
Jawaban: pemeriksaan nuklir merupakan pemeriksaan diagnostik
untuk menilai risiko penyakit jantung seseorang, tes ini memeriksa
seberapa baik darah mengalir ke jantung baik saat tubuh beristirahat
atau beraktivitas.

18
B. Kesimpulan
Nama Notulen: Pirdayanti R Rahim
Kesimpulan: Dari Hasil Diskusi kelompok kami cardiac arrets saya
menyimpulkan bahwa penyakit cardiac arrets atau henti jantung
adalaha kondisi kritis yang memebutuhkan penanganan sesegera
mungkin dan penangannnya tidak bisa lebih dari 7-10 menit karena
dapat berakibat fatal dan dapat berujung kematian jika tidak segera
ditangani, serta dapat terjadi kepada setiap orang baik yang memiliki
riwahyat penyakit jantung ataupun tidak karena cardiac arrets dapat
dipicu dari penyakit bawaan dan juga dari faktor luar salah satunya
penggunaan obat-obatan yang dapat memicu henti jantung.

C. Moderator : Nikadek Maharani


D. Pemateri: Dylan Fahleri Rhamadan

19
20

Anda mungkin juga menyukai