ABSTRAK
Lansia merupakan sesorang yang telah mencapai usia 60 tahun lebh yang ditandai adanya masalah
kesehatan sebagai akibat proses penuaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
status psikososial dengan kualitas hidup lansia di Desa Blorok Kecamatan Brangsong Kabupaten
Kendal. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif, metode penelitian deskriptif korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini responden lansia yang berusia 60
tahun ke atas dengan jumlah 170 responden, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling.
Alat ukur berupa kuesioner berjumlah dua (status psikososial dan kualitas hidup lansia) dengan hasil
uji validitas 0,527-0,839 dan nilai reliabilitasnya 0,929. Analisa data menggunakan uji korelasi
spearman rank. Hasil penelitian Status psikososial lansia dengan mayoritas psikososial sehat sebanyak
112 orang (65,9%). Lansia dengan kualitas hidup baik sebanyak 123 orang (72,4%). Hasil uji korelasi
spearman rank menunjukan adanya hubungan antara status psikososial dengan kualitas hidup lansia
dengan p value 0,000 (< 0,05).
ABSTRACT
Elderly is someone who has reached the age of 60 years who are marked by health problems as a
result of the aging process. The purpose of this research was to know the relationship between
psychosocial status and the quality oflife of the elderly in Blorok, Brangsong,Kendal. This research
uses quantitative design, descriptive correlational research method with cross sectionalapproach. The
sample in this research were elderly respondents aged 60 years and over with a total of 170
respondents, who were selected using a purposive sampling technique. Measuring instruments in the
formof a questionnaire amounted totwo (psychosocial status and quality of lifeofthe elderly) with a
test of 0,527-0,839 and its religious value of 0,929. The data analysis used the Spearmanrank
correlation test. The results showed the age of respondents more Psychosocial status of the elderly
with the majority of healthy psychosocial as many as 110 people (65.9%). Elderly with good quality
of life as many as 123 people (72.4%). Spearman rank correlation test results indicate a relationship
between psychosocial status with the qualityof life of the elderly with a p value of 0,000 (<0.05).
661
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
662
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
663
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tabel 1.
Karakteristik Responden (n=170)
Karakteristik Responden f %
Usia
60-69 tahun (Lansia Muda) 146 85,9
70-79 tahun (Lansia Madya) 21 12,4
>80 tahun (Lansia Tua) 3 1,8
Jeniskelamin
Laki-laki 57 33,5
Perempuan 113 66,5
Pendidikan
Tidak sekolah 35 20,6
SD 100 58,8
SMP 30 17,6
SMA 5 2,9
Tempat tinggal
Sendiri 24 14,1
Bersama Keluarga 146 85,9
Status Psikososial
Tidak sehat 58 34,1
Sehat 112 65,9
Kualitas hidup
Kurang baik 47 27,6
Baik 123 72,4
Tabel 2.
Hubungan Status Psikososial dengan Kualitas Hidup Lansia (n=170)
Status Kualitas Hidup
Psikososial Kurang Baik Baik Total P value
f % f %
Tidak Sehat 29 17,1 29 17,1 58 34,1
0,000
Sehat 18 10,6 94 55,3 112 65,9
664
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Hasil uji korelasi bivariat Sperman didapat Usia berkaitan dengan kualitas hidup
koefisiensi korelasi antara kondisi lansia karena usia dapat meningkatkan
psikososial dengan kualitas hidup lansia atau menurunkan kerentanan terhadap
diketahui bahwa nilai signifikansi p value penyakit tertentu, yang pada umunya
= 0,000 lebih kecil dari 0,05 (α <0,05) kuaitas hidup menurun dengan
sehingga Ha diterima artinya ada meningkatnya usia. Hasil penelitian
hubungan yang signifikan. Berdasarkan Indriani (2017) tentang hubungan tingkat
hasil r hitung didapatkan hasil sebesar ketergantungan lansia dalam beraktivitas
0,360 artinya terdapat hubungan yang sehari-hari dengan kualitas hidup lansia di
linear positif atau hubungan cukup kuat Desa Tempel- Bumiayu Kecamatan Weleri
antara status psikososial dengan kualitas menyimpulkan bahwa lansia yang berusia
hidup lansia. Sehingga kondisi psikososial 60-74 tahun rentan mengalami masalah
seseorang dalam keadaan baik, maka akan psikososial karena proses menua.
mempengaruhi kualitas hidup menjadi
baik. Hasil penelitian menunjukkan jumlah
perempuan lebih banyak daripada laki-laki
PEMBAHASAN yaitu berjumlah 113 orang responden
Karakteristik Lansia (66,5%). Data dari Population Reference
Mayoritas responden berusia 60-69 tahun Bureau (2011) juga menunjukkan bahwa
(85,9%).Sesuai dengan pendapat Darmojo usia harapan hidup perempuan lebih
(2014) dalam Dian, (2019), dimana panjang dibandingkan laki-laki, maka
sekarang ini umur harapan hidup orang jumlah penduduk lanjut usia perempuan
Indonesia sudah naik, bisa sampai 60-69 lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal
tahun. Hasil ini mendukung pernyataan ini menunjukkan lansia perempuan lebih
Butar (2012) yang menyatakan bahwa baik kualitas hidupnya dibandingkan
pada umumnya kualitas hidup menurun lansia laki-laki
dengan meningkatnya usia. Monks (2013)
juga mengatakan bahwa usia adalah salah Hasil penelitian didapatkan mayoritas
satu factor yang mempengaruhi kualitas kualitas hidup lansia perempuan yakni
hidup. sebesar 84 responden dengan kualitas
hidup baik. Sesuasi dengan pernyataan
Usia lansia mengalami proses penuaan Monks (2013) bahwa gender adalah salah
yang tidak dapat dihindarkan. Lansia satu faktor yang mempengaruhi kualitas
mengalami berbagai kemunduran fungsi hidup. Adanya perbedaan antara
dari berbagai organ-organ tubuh akibat perempuan dan laki-laki, dimana kualitas
kerusakan sel-sel karena proses menua, hidup perempuan cenderung lebih baik
sehingga produksi hormon, enzim, dan zat- daripada kualitas hidup laki-laki.
zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh
menjadi berkurang (Maryam, 2011). Pendidikan responden, didapatkan bahwa
Penelitian Maya (2017) menemukan sebagian besar responden berpendidikan
adanya perbedaan yang terkait dengan usia SD yaitu 100 orang responden (58,8%).
dalam aspek-aspek kehidupan yang Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
penting bagi individu. Lansia yang dalam pendidikan lansia mayoritas masih rendah.
usia masih muda mempunyai harapan Pendidikan merupakan modal dalam
hidup yang lebih tinggi, sebagai tulang pengembangan kognitif, kognitif dapat
punggung keluarga, sementara yang tua menjadi mediator antara suatu kejadian
menyerahkan keputusan pada keluarga dan perasaan, sehingga kurangnya
atau anak-anaknya (Butar, 2012). pendidikan dapat menjadi salah satu
665
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
faktorlansia menderita masalah psikososial yang diterima dari berbagai pihak tersebut
(Khan, 2009). akan berpengaruh terhadap kualitas hidup
lansia. Sebanyak 84 dari 170 lansia
Hasil yang sama juga diperoleh dari perempuan yang kualitas hidupnya baik
penelitian Dian, (2019) tentang hubungan mengatakan bahwa dukungan yang paling
sindrom lemah dengan kualitas hidup dibutuhkan saat masa tua dan pesiun
lansia dimana mayoritas pendidikan lansia adalah dukungan serta perhatian keluarga,
yang tinggal di Desa Sumur berpendidikan dimana lansia menganggap masa tua
SD yaitu sebanyak 57,7%. Semakin tinggi adalah masa menurunnya kondisi
tingkat pendidikan akan semakin kesehatan, ekonomi. Hal ini lansia
meningkat kualitas hidup, hal ini membutuhkan dukungan keluarga dalam
dikarenakan pendidikan merupakan faktor membantu menghadapi masa tuanya.
penting sebagai dasar untuk dapat
mengerti tentang penyakit dan Dukungan keluarga merupakan dukungan
pengelolaannya, sehingga dapat yang diberikan keluarga kepada lansia,
meningkatkan kualitas hidup dimana dukungan ini sangat dibutuhkan
(Notoatmodjo, 2010). lansia selama menjalani kehidupannya
sehingga lansia merasa diperhatikan dan
Beck (1997) dalam Stewart (2014) dihargai.Sebagaimana penelitian yang
menyebutkan bahwa secara umum dilakukan oleh Sutikno (2011), dalam
diketahui pendidikan merupakan modal penelitiannya tentang hubungan fungsi
awal dalam pengembangan kognitif, keluarga dan kualitas hidup lansia juga
dimana kognitif dapat menjadi mediator menunjukkan hasil bahwa lansia dengan
antara suatu kejadian mood, sehingga fungsi keluarga yang baik memiliki
kurangnya pendidikan dapat menjadi kualitas hidup yang baik pula.
faktor resiko lansia menderita masalah
psikologis. Hasil penelitian didapatkan Status Psikososial lansia
100 responden bahwa lansia yang Hasil penelitian yang telah dilakukan
bersekolah hingga lulus SD lebih tinggi terhadap 170 responden diperoleh bahwa
dibandingkan lansia yang menempuh mayoritas responden memiliki kondisi
pendidikan hingga lulus SMP. kesehatan psikososial sehat, yaitu
sebanyak 112 orang responden (65,9%).
Sebagian besar responden bertempat Perubahan psikososial merupakan tekanan
tinggal bersama keluarga yaitu sebanyak mental (stressor psikososial) sehingga
146 responden (85,9%). Lingkungan sebagian individu dapat menimbulkan
tempat tinggal merupakan salah satu faktor perubahan dalam kehidupan dan berusaha
lain yang mempengaruhi kualitas hidup beradaptasi untuk menanggulanginya
lansia (Lestari, 2017).Hasil yang sama (Fatimah, 2010). Hasil yang sama juga
juga diperoleh dari penelitian Putri, diperoleh dari penelitian Maya (2017)
Fitriana, Ningrum dan Sulastri (2014 ) tentang hubungan antara kondisi kesehatan
tentang perbedaan kualitas hidup lansia psikososial dengan tingkat kemandirian
yang tinggal bersama keluarga dan panti aktivitas lansia mayoritas responden
dimana mayoritas lansia bertempat tinggal memiliki kondisi kesehatan psikososial
bersama keluarga yaitu sebanyak (65,0%). sehat yaitu sebanyak 96 responden. Hal ini
Hasil penelitian ini diperkuat oleh dikarenakan responden yang ditemukan
penelitian Ermawati, (2010) yang mayoritas tinggal bersama
menyebutkan lansia yang tinggal di keluarga.Berkumpul bersama keluarga
masyarakat memiliki kedekatan dengan yang terdapat anak, cucu merupakan
keluarga, dimana keluarga merupakan support system yang paling utama bagi
sumber dukungan emosional. Dukungan lansia, dimana keluarga dapat membantu
666
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Kualitas hidup merupakan suatu konsep
Mendoko (2017) mengenai perbedaan yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi
status psikososial lansia yang tinggal di fisik individu, psikologis, tingkat
Panti dengan yang tinggal bersama kemandirian, serta hubungan individu
keluarga, yang menunjukkan bahwa dengan lingkungan atau perubahan kondisi
lingkungan tempat tinggal yang berbeda fisik dapat berpengaruh terhadap kualitas
mengakibatkan perubahan peran lansia hidup lansia.Faktor kesehatan fisik yang
dalam menyesuaikan diri. Lansia yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia
tinggal bersama keluarga di rumah secara ditunjukkan oleh aktivitas fisik lansia
fisik, psikologis, dan kepuasannya (Darmojo, 2014).Hal ini didapatkan hasil
terhadap lingkungan lebih tinggi daripada penelitian indikator angket sebagian dari
lansia yang tinggal di Panti, hal ini lansia menyatakan kepuasan terhadap
dikarenakan lansia memiliki keterikatan kesehatannya sangat kurang.
dengan rumahnya, sehingga lansia merasa
memiliki kontrol, rasa aman, dan perasaan Faktor psikologi merupakan faktor yang
yang positif dan lansia yang bertempat paling dominan dan memiliki pengaruh
tinggal di rumah mempunyai pertahanan terbesar terhadap kualitas hidup lansia. Hal
koping yang baik dalam menghadapi suatu ini disebabkan karena psikologi dapat
permasalahan sehingga dapat berdampak terhadap banyak hal seperti
mempengaruhi kualitas hidup lansia kesehatan fisik, hubungan sosisal, serta
sendiri (Hutapea, 2007, dalam Maya lingkungan. Lansia merupakan tahap
2017). dimana organ-organ tubuh mengalami
penurunan fungsi serta rentan terhadap
Kualitas Hidup Lansia penyakit sehingga memicu terganggunya
Penelitian yang dilakukan terhadap 170 psikologi (Nugroho, 2008 dalam Dian
orang responden diperoleh bahwa sebagian 2019). Penelitian yang dilakukan oleh
667
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Rohmah (2012) yang menyebutkan bahwa sosial yang diberikan kepada lansia. hal-
faktor psikologi merupakan faktor yang hal tersebut mempunyai pengaruh besar
paling dominan atau berpengaruh terhadap terhadap kesejahteraan hidup, ketenangan
kualitas hidup lansia.hal ini sejalan dengan batin, serta rasa aman.Hal tersebut
teori yang dikemukakan oleh Felce dan dibuktikan dengan hasil angket bahwa
Perry (1996) dalam Rohmah (2012) yang sebagian lansia dari 170 responden
menyebutkan faktor psikologis merupakan menyatakan kurang puas terhadap
faktor penting bagi individu untuk kesehatannya dan menyatakan kurang puas
melakukan kontrol terhadap segala sesuatu dengan kehidupan seksualnya, serta lansia
dalam hidupnya. Apabila lansia merasa kurang terhadap dukungan yang
mengalami gangguan psikologi secara diberikan oleh teman disekitarnya.
otomatis lansia akan mengalami penurunan
interaksi sosial. Oleh karena itu, semakin Hasil kuesioner didapatkan bahwa akses
baik psikologi pada lansia maka akan terhadap pelayanan kesehatan juga
semakin baik pula kualitas hidupnya. merupakan salah satu hal yang
diperhatikan untuk menunjang kualitas
Faktor lain yang berpengaruh terhadap hidup lansia.hasil penelitian dikuatkan
kualitas hidup lansia adalah faktor oleh Coons dan Kaplan (1994) dalam
kesehatan fisik. Hal ini disebabkan karena Larasati (2012) mengatakan bahwa setiap
kesehatan fisik mencakup banyak hal yang orang memiliki hidup yang berbeda
meliputi kesehatan organ-organ maupun tergantung dari masing-masing individu
sistem tubuh, dan terhindar dari dalam menyikapi permasalahan yang
penyakit.Oleh sebab itu, kesehatan fisik terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi
merupakan salah satu hal yang dengan positif maka akan baik pula
berpengaruh terhadap kualitas hidup kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika
lansia.Faktor kesehatan fisik yang dihadapi dengan negatif maka akan buruk
berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia pula kualitas hidupnya.
juga ditunjukkan oleh aktivitas fisik
lansia.berdasarkan hasil studi, lansia yang Hubungan Psikososial dengan Kualitas
aktif mengikuti kegiatan dan/atau program Hidup Lansia
penunjang kesehatan fisik seperti olahraga, Hasil penelitian hubungan status
serta aktivitas fisik lain cenderung psikososial dengan kualitas hidup lansia
memiliki kualitas hidup baik. diperoleh angka korelasi sebesar 0,360
artinya tingkat kekuatan hubungan
Seiring dengan aktivitas fisik yang diikuti (korelasi) antara variabel status psikososial
oleh lansia secara langsung akan dengan kualitas hidup lansia sangat kuat.
mempengaruhi hubungan sosial lansia Hasil analisa hubungan dua variabel
tersebut. Hubungan faktor sosial dengan tersebut memiliki nilai signifikasi p=0,000,
kualitas hidup lansia berdasarkan hasil karena p=0,000 < 0,01 atau 0,05 maka ada
studi menunjukkan adanya hubungan yang hubungan, artinya hipotesis dapat diterima.
signifikan.Banyak lansia yang kesusahan Hasil penelitian ini dikuatkan oleh
untuk berjalan sehingga membatasi penelitian Nugroho (2008) mengatakan
hubungan sosialnya dengan lingkungan bahwa perubahan fungsi psikososial lansia
disekitarnya. Hal ini sesuai dengan hasil berpengaruh terhadap kualitas hidup
angket 95 dari 170 lansia menyatakan rasa lansia.
sakit fisik mencegah lansia dalam
melakukan aktivitas sesuai kebutuhannya. Maryam (2008) dalam Dian (2019)
Faktor hubungan sosial di sini mencakup menyebutkan bahwa lansia ditandai
hubungan lansia dengan orang lain, dengan perubahan fisik maupun
kehidupan seksual lansia, serta dukungan psikososial, yang akan mempengaruhi
668
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
669
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
670
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
671
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
672