Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 p-ISSN 2085-1049

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8118

STATUS PSIKOSOSIAL BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA


Andriyani Mustika Nurwijayanti*, Ridaya Sis Qomarullah, Muhammad Khabib Burhanuddin Iqomh
Program Studi Sarjana Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jln Laut 31A Kendal, Jawa
Tengah, Indonesia 51311
*andri.manis78@yahoo.co.id

ABSTRAK
Lansia merupakan sesorang yang telah mencapai usia 60 tahun lebh yang ditandai adanya masalah
kesehatan sebagai akibat proses penuaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
status psikososial dengan kualitas hidup lansia di Desa Blorok Kecamatan Brangsong Kabupaten
Kendal. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif, metode penelitian deskriptif korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini responden lansia yang berusia 60
tahun ke atas dengan jumlah 170 responden, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling.
Alat ukur berupa kuesioner berjumlah dua (status psikososial dan kualitas hidup lansia) dengan hasil
uji validitas 0,527-0,839 dan nilai reliabilitasnya 0,929. Analisa data menggunakan uji korelasi
spearman rank. Hasil penelitian Status psikososial lansia dengan mayoritas psikososial sehat sebanyak
112 orang (65,9%). Lansia dengan kualitas hidup baik sebanyak 123 orang (72,4%). Hasil uji korelasi
spearman rank menunjukan adanya hubungan antara status psikososial dengan kualitas hidup lansia
dengan p value 0,000 (< 0,05).

Kata kunci: kualitas hidup; lansia; status psikososial

PSYCHOSOCIAL STATUS IS ASSOCIATED WITH THE QUALITY OF LIFE FOR


THE ELDERLY

ABSTRACT
Elderly is someone who has reached the age of 60 years who are marked by health problems as a
result of the aging process. The purpose of this research was to know the relationship between
psychosocial status and the quality oflife of the elderly in Blorok, Brangsong,Kendal. This research
uses quantitative design, descriptive correlational research method with cross sectionalapproach. The
sample in this research were elderly respondents aged 60 years and over with a total of 170
respondents, who were selected using a purposive sampling technique. Measuring instruments in the
formof a questionnaire amounted totwo (psychosocial status and quality of lifeofthe elderly) with a
test of 0,527-0,839 and its religious value of 0,929. The data analysis used the Spearmanrank
correlation test. The results showed the age of respondents more Psychosocial status of the elderly
with the majority of healthy psychosocial as many as 110 people (65.9%). Elderly with good quality
of life as many as 123 people (72.4%). Spearman rank correlation test results indicate a relationship
between psychosocial status with the qualityof life of the elderly with a p value of 0,000 (<0.05).

Keywords: elderly; psychosocial status; quality of life

PENDAHULUAN penuaan yang menjadikan lansia mulai


World Healt Organizationtahun (2010) kesulitan dalam melakukan activity daily
menyatakan bahwa lansia merupakan life (ADL) secara mandiri sehingga lansia
tahapan lanjut dari suatu proses kehidupan menjadi mengalami ketergantung pada
yang di tandai dengan proses degenaratif orang lain (Osman, 2012).
secara alamiah yang berakibat mengalami
penurunan kemampuan fisik dalam Populasi lansia mengalami peningkatan
beradaptasi dengan masalah psikososial dari tahun ke tahun. Angka lansia di dunia
dan lingkungan. Manusia yang masuk meningkat dari tahun 2015 yang mencapai
dalam tahapan lansia adalah manusia yang 9,1 juta jiwa menuju tahun 2030 yang di
memasuki usia 60 tahun keatas. Proses proyeksikan lansia meningkat sekitar 56%

661
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

menjadi 1,4 milyar (United Nations, psikologis, sosial dan lingkungan.


2015). Hal ini juga terjadi di Asia Perubahan kondisi fisik yang dialami
tenggara, populasi lansia pada tahun 2000 lansia seperti terserang berbagai penyakit
mencapai sekitar 5.300.000 atau setara kronis antara lain hipertensi,
(7,4%), pada tahun 2010 mengalami atritisrheumathoid, Diabetes Militus,
peningkatan mencapai 24.000.000 jiwa stroke, fraktur tulang serta penurunan
atau sekitar (9,77%), dan pada tahun 2050 fungsi panca indra. Perubahan fisik yang
di proyeksikan akan meningkat 3 kali lipat dialami oleh lansia berdampak pada
mencapai sekitar 142.000.000 jiwa masalah psikologis lansia (Rohmah, 2012).
(WHO,2016). Demikian pula di Indonesia,
angka lansia di Indonesia pada tahun 2016 Bertambahnya usia lansia akan mengalami
mencapai 22,6 juta jiwa atau setara beberapa permasalahan diantaranya adalah
(8,75%) yang di proyeksikan akan masalah fisik dan psikologis, Masalah fisik
meningkat pada tahun 2030 mencapai yang muncul diantaranya perubahan postur
sekitar 41 juta jiwa atau setara (13,82%) tubuh. Perubahan postur tubuh yang
(Badan Pusat Statitik, 2016). dialami oleh lansia menimbulkan masalah
Jumlah lansia di Indonesia tersebar di sosial dan ekonomi, dimana lansia mulai
seluruh wilayah provinsi.Salah satunya mengalami masa pensiun. Selain itu proses
provinsi Jawa Tengah, yang menempati degeneratif mempengaruhi produktifitas
peringkat kedua dengan jumlah lansia kinerja, sehingga lansia di anggap sudah
terbanyak. Menurut BPS (2018) jumlah tidak dapat bekerja secara maksimal. Hal
lansia tahun 2017 mencapai 2.826.507 tersebut menyebabkan pendapatan lansia
jiwa, dan pada tahun 2018 jumlah lansia mulai berkurang.
meningkat mencapai sekitar 2.933.346
jiwa. Sedangkan pada tahun 2017 di Perubahan yang terjadi pada lansia
wilayah kabupaten Kendal jumlah lansia tentunya akan menjadi suatu stressor bagi
mencapai 69.964 dan meningkat pada lansia. Yang menyebabkan masalah atau
tahun 2018 mencapai 72.737 lansia. gangguan psikologis, salah satunya adalah
jumlah lansia di Desa Blorok pada tahun rasa takut akan kematian, merasa bosan
2017 mencapai 223 jiwa dan pada tahun dan tidak berguna. Semula lansia memiliki
2019 meningkat mencapai 250 jiwa kebiasaan bertemu dengan rekan kerja
(Puskesmas Brangsong 1, 2019). sekarang lansia hanya berdiam diri
dirumah tanpa melakukan kegiatan
Peningkatan jumlah penduduk lansia apapun, serta adanya penyakit membuat
menimbulkan dampak dalam kehidupan. lansia kurang bersosialisasi dengan
Dampak yang utama dari peningkatan lingkungan (Chaichanawirote, 2011).
lansia adalah meningkatnya
ketergantungan lansia. Ketergantungan Pengaruh yang muncul dari perubahan
yang dialami lansia disebabkan oleh yang dialami oleh lansia jika tidak teratasi
kemunduran fisik, psikis, dan sosial yang dengan baik, akan mempengaruhi
dapat digolongkan menjadi empat tahap, kesehatan secara menyeluruh.
yaitu lansia mengalami kelemahan, Permasalahan fisik, psikologis, sosial dan
keterbatasan fungsional, ketidakmampuan, lingkungan yang dialami oleh lansia sering
dan keterhambatan yang terjadi dalam dikaitkan dengan perubahan psikososial
proses menua (Ekawati, 2014). lansia (Yuliati, 2017).Hal semula
dikemukakan oleh Azizah (2011) yang
Selain hal tersebut lansia juga mengalami menyatakan proses menua akan terjadi
berbagai masalah kesehatan sebagai akibat bersamaan dengan kelemahan,
proses penuaan. Perubahan kesehatan yang keterbatasan fungsional, ketidakmampuan,
dialami lansia meliputi segi fisik, dan keterhambatan yang berdampak pada

662
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

masalah psikososialnya. Selain itu kondisi psikososial lansia Perubahan


penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayat kondisi psikososial yang dialami lansia
(2011) menyatakan bahwa masalah harus mendapatkan perhatian atau
psikososial yang dialami lansia disebabkan penanganan serius. Perubahan yang terjadi
karena adanya rasa takut akan kematian, akan berdampak pada gangguan
penyakit kronik yang dialami lansia, dan keseimbangan yang nantinya membawa
masalah sosial ekonomi karena lansia lansia kearah negatif, kerusakan, atau
sudah tidak produktif. kemerosotan, serta perubahan dalam peran
sosial di masyarakat yang berdampak pada
Masalah psikologis pada lansia kualitas hidup lansia (Friedman &
berpengaruh pada kualitas hidup lansia, Schustack, 2008; Wirakusuma, 2008).
sehingga berdampak pada perasaan
kesepian, keterasingan dari lingkungan, Studi pendahuluan yang dilakukan di Desa
ketidak berdayaan, ketergantungan, Blorok Kecamatan Brangsong Kabupaten
kurangnya kepercayaan diri pada lansia Kendal pada tanggal 24 September 2019
dan keterlantaran yang nantinya lansia terhadap 25 lansia didapatkan hasil bahwa
menjadi depresi.Perubahan psikososial 3 lansia mengalami penurunan
yang dialami lansia dapat diukur melalui pendengaran sehigga menyebabkan lansia
produktivitas dan identitas yang dikaitkan mengalami kesusahan dalam menanggapi
dengan peranan dalam pekerjaan pada komunikasi saat berinteraksi, 9 lansia
masa pensiun (purna tugas). Seseorang mengalami stress karena masa pensiun
akan mengalami kehilangan, seperti seingga merasa dirinya sudah tidak
kehilangan finansial (pendapatan berguna lagi, 10 lansia mengalami
berkurang), kehilangan status pekerjaan kesepian karena kematian pasangan hidup
(dulu mempunyai jabatan atau posisi yang walaupun kebutuhannya tercukupi, 3
cukup tinggi dan lengkap dengan lansia menderita penyakit kronis sehingga
fasilitasnya), kehilangan teman, rekan menghambat lansia untuk bersosial.
kerja, kenalan, kehilangan pekerjaan atau Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan
kegiatan dan merasakan serta sadar akan dari penelitian ini peneliti tertarik ingin
kematian, perubahan cara hidup, biaya mengetahui apa saja perubahan pada
pengobatan yang kian bertambah, adanya psikososial yang di alami lansia dengan
penyakit kronis yang diderita, dan kualitas hidup nya kususnya di Desa
ketidakmampuan, serta timbulnya Blorok Kecamatan Brangsong Kabupaten
kebutaan, ketulian, gangguan gizi akibat Kendal” dengan jenis penelitian kuantitatif
kehilangan jabatan, dan rangkaian dengan metode deskriptif korelasional.
kehilangan seperti kehilangan hubungan
dengan teman, keluarga, hilangnya METODE
kekuatan dan ketegapan fisik berpengaruh Jenis penelitian ini menggunakan desain
terhadap gambaran diri, perubahan konsep penelitian kuantitatif dengan metode
diri, (Nugroho (2008). penelitian deskriptif korelasional dengan
pendekatan Cross sectional. Sampel dalam
Hal ini juga didukung oleh penelitian penelitian ini adalah lansia yang ada di
Wikananda (2015) menyatakan perubahan Desa Blorok Kecamatan Brangsong
kualitas hidup cenderung mengarah ke Kabupaten Kendal sebanyak 170 lansia
arah yang kurang baik, yang dihubungkan yang dilakukan pada tanggal 20 Desember
dengan lingkungan sosial, ekonomi lansia 2019. Teknik sampling dalam penelitian
seperti berhenti bekerja karena pensiun, ini adalah menggunakan purposive
kehilangan anggota keluarga, teman dan sampling. Alat penelitian ini menggunakan
ketergantungan kebutuhan hidup. Masalah kuesioner dengan hasil uji validitas 0,527-
tersebut yang nantinya mengarah pada 0,839 dan hasil reliabilitasnya 0,929

663
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dengan penilaian favourable dengan responden (85,9%). Frekuensi berdasarkan


jawaban Positif/Ya diberi skor 1 dan variabel status psikososial mayoritas lansia
jawaban Negatif diberi skor 0. Analisis yang tidak mengalami masalah status
data menggunakan univariat dan bivariat. psikososial sebanyak 112 responden
Uji yang digunakan Spearman. (65,88%). Frekuensi kualitas hidup
mayoritas lansia mempunyai kualitas
HASIL hidup baik sebanyak 123 responden
Tabel 1 menunjukan frekuensi berdasarkan (72,35%).
usia lansia mayoritas berusia 60-69 tahun
(lansia muda) sebanyak 146 responden Berdasarkan 112 responden yang memiliki
(85,88%), berjenis kelamin perempuan psikososial sehat diantaranya 94 (55,3%)
sebanyak 113 (66,47%), frekuensi responden memiliki kualitas hidup baik,
berdasarkan pendidikan mayoritas Sedangkan 58 (34,1%) responden yang
berpendidikan SD sebanyak 100 responden memiliki psikososial tidak sehat, 29
(58,82%), dengan mayoritas tempat tinggal (17,1%) responden diantaranya memiliki
lansia bersama keluarga sebanyak 146 kualitas hidup kurang baik.

Tabel 1.
Karakteristik Responden (n=170)
Karakteristik Responden f %
Usia
60-69 tahun (Lansia Muda) 146 85,9
70-79 tahun (Lansia Madya) 21 12,4
>80 tahun (Lansia Tua) 3 1,8
Jeniskelamin
Laki-laki 57 33,5
Perempuan 113 66,5
Pendidikan
Tidak sekolah 35 20,6
SD 100 58,8
SMP 30 17,6
SMA 5 2,9
Tempat tinggal
Sendiri 24 14,1
Bersama Keluarga 146 85,9
Status Psikososial
Tidak sehat 58 34,1
Sehat 112 65,9
Kualitas hidup
Kurang baik 47 27,6
Baik 123 72,4

Tabel 2.
Hubungan Status Psikososial dengan Kualitas Hidup Lansia (n=170)
Status Kualitas Hidup
Psikososial Kurang Baik Baik Total P value
f % f %
Tidak Sehat 29 17,1 29 17,1 58 34,1
0,000
Sehat 18 10,6 94 55,3 112 65,9

664
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hasil uji korelasi bivariat Sperman didapat Usia berkaitan dengan kualitas hidup
koefisiensi korelasi antara kondisi lansia karena usia dapat meningkatkan
psikososial dengan kualitas hidup lansia atau menurunkan kerentanan terhadap
diketahui bahwa nilai signifikansi p value penyakit tertentu, yang pada umunya
= 0,000 lebih kecil dari 0,05 (α <0,05) kuaitas hidup menurun dengan
sehingga Ha diterima artinya ada meningkatnya usia. Hasil penelitian
hubungan yang signifikan. Berdasarkan Indriani (2017) tentang hubungan tingkat
hasil r hitung didapatkan hasil sebesar ketergantungan lansia dalam beraktivitas
0,360 artinya terdapat hubungan yang sehari-hari dengan kualitas hidup lansia di
linear positif atau hubungan cukup kuat Desa Tempel- Bumiayu Kecamatan Weleri
antara status psikososial dengan kualitas menyimpulkan bahwa lansia yang berusia
hidup lansia. Sehingga kondisi psikososial 60-74 tahun rentan mengalami masalah
seseorang dalam keadaan baik, maka akan psikososial karena proses menua.
mempengaruhi kualitas hidup menjadi
baik. Hasil penelitian menunjukkan jumlah
perempuan lebih banyak daripada laki-laki
PEMBAHASAN yaitu berjumlah 113 orang responden
Karakteristik Lansia (66,5%). Data dari Population Reference
Mayoritas responden berusia 60-69 tahun Bureau (2011) juga menunjukkan bahwa
(85,9%).Sesuai dengan pendapat Darmojo usia harapan hidup perempuan lebih
(2014) dalam Dian, (2019), dimana panjang dibandingkan laki-laki, maka
sekarang ini umur harapan hidup orang jumlah penduduk lanjut usia perempuan
Indonesia sudah naik, bisa sampai 60-69 lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal
tahun. Hasil ini mendukung pernyataan ini menunjukkan lansia perempuan lebih
Butar (2012) yang menyatakan bahwa baik kualitas hidupnya dibandingkan
pada umumnya kualitas hidup menurun lansia laki-laki
dengan meningkatnya usia. Monks (2013)
juga mengatakan bahwa usia adalah salah Hasil penelitian didapatkan mayoritas
satu factor yang mempengaruhi kualitas kualitas hidup lansia perempuan yakni
hidup. sebesar 84 responden dengan kualitas
hidup baik. Sesuasi dengan pernyataan
Usia lansia mengalami proses penuaan Monks (2013) bahwa gender adalah salah
yang tidak dapat dihindarkan. Lansia satu faktor yang mempengaruhi kualitas
mengalami berbagai kemunduran fungsi hidup. Adanya perbedaan antara
dari berbagai organ-organ tubuh akibat perempuan dan laki-laki, dimana kualitas
kerusakan sel-sel karena proses menua, hidup perempuan cenderung lebih baik
sehingga produksi hormon, enzim, dan zat- daripada kualitas hidup laki-laki.
zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh
menjadi berkurang (Maryam, 2011). Pendidikan responden, didapatkan bahwa
Penelitian Maya (2017) menemukan sebagian besar responden berpendidikan
adanya perbedaan yang terkait dengan usia SD yaitu 100 orang responden (58,8%).
dalam aspek-aspek kehidupan yang Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
penting bagi individu. Lansia yang dalam pendidikan lansia mayoritas masih rendah.
usia masih muda mempunyai harapan Pendidikan merupakan modal dalam
hidup yang lebih tinggi, sebagai tulang pengembangan kognitif, kognitif dapat
punggung keluarga, sementara yang tua menjadi mediator antara suatu kejadian
menyerahkan keputusan pada keluarga dan perasaan, sehingga kurangnya
atau anak-anaknya (Butar, 2012). pendidikan dapat menjadi salah satu

665
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

faktorlansia menderita masalah psikososial yang diterima dari berbagai pihak tersebut
(Khan, 2009). akan berpengaruh terhadap kualitas hidup
lansia. Sebanyak 84 dari 170 lansia
Hasil yang sama juga diperoleh dari perempuan yang kualitas hidupnya baik
penelitian Dian, (2019) tentang hubungan mengatakan bahwa dukungan yang paling
sindrom lemah dengan kualitas hidup dibutuhkan saat masa tua dan pesiun
lansia dimana mayoritas pendidikan lansia adalah dukungan serta perhatian keluarga,
yang tinggal di Desa Sumur berpendidikan dimana lansia menganggap masa tua
SD yaitu sebanyak 57,7%. Semakin tinggi adalah masa menurunnya kondisi
tingkat pendidikan akan semakin kesehatan, ekonomi. Hal ini lansia
meningkat kualitas hidup, hal ini membutuhkan dukungan keluarga dalam
dikarenakan pendidikan merupakan faktor membantu menghadapi masa tuanya.
penting sebagai dasar untuk dapat
mengerti tentang penyakit dan Dukungan keluarga merupakan dukungan
pengelolaannya, sehingga dapat yang diberikan keluarga kepada lansia,
meningkatkan kualitas hidup dimana dukungan ini sangat dibutuhkan
(Notoatmodjo, 2010). lansia selama menjalani kehidupannya
sehingga lansia merasa diperhatikan dan
Beck (1997) dalam Stewart (2014) dihargai.Sebagaimana penelitian yang
menyebutkan bahwa secara umum dilakukan oleh Sutikno (2011), dalam
diketahui pendidikan merupakan modal penelitiannya tentang hubungan fungsi
awal dalam pengembangan kognitif, keluarga dan kualitas hidup lansia juga
dimana kognitif dapat menjadi mediator menunjukkan hasil bahwa lansia dengan
antara suatu kejadian mood, sehingga fungsi keluarga yang baik memiliki
kurangnya pendidikan dapat menjadi kualitas hidup yang baik pula.
faktor resiko lansia menderita masalah
psikologis. Hasil penelitian didapatkan Status Psikososial lansia
100 responden bahwa lansia yang Hasil penelitian yang telah dilakukan
bersekolah hingga lulus SD lebih tinggi terhadap 170 responden diperoleh bahwa
dibandingkan lansia yang menempuh mayoritas responden memiliki kondisi
pendidikan hingga lulus SMP. kesehatan psikososial sehat, yaitu
sebanyak 112 orang responden (65,9%).
Sebagian besar responden bertempat Perubahan psikososial merupakan tekanan
tinggal bersama keluarga yaitu sebanyak mental (stressor psikososial) sehingga
146 responden (85,9%). Lingkungan sebagian individu dapat menimbulkan
tempat tinggal merupakan salah satu faktor perubahan dalam kehidupan dan berusaha
lain yang mempengaruhi kualitas hidup beradaptasi untuk menanggulanginya
lansia (Lestari, 2017).Hasil yang sama (Fatimah, 2010). Hasil yang sama juga
juga diperoleh dari penelitian Putri, diperoleh dari penelitian Maya (2017)
Fitriana, Ningrum dan Sulastri (2014 ) tentang hubungan antara kondisi kesehatan
tentang perbedaan kualitas hidup lansia psikososial dengan tingkat kemandirian
yang tinggal bersama keluarga dan panti aktivitas lansia mayoritas responden
dimana mayoritas lansia bertempat tinggal memiliki kondisi kesehatan psikososial
bersama keluarga yaitu sebanyak (65,0%). sehat yaitu sebanyak 96 responden. Hal ini
Hasil penelitian ini diperkuat oleh dikarenakan responden yang ditemukan
penelitian Ermawati, (2010) yang mayoritas tinggal bersama
menyebutkan lansia yang tinggal di keluarga.Berkumpul bersama keluarga
masyarakat memiliki kedekatan dengan yang terdapat anak, cucu merupakan
keluarga, dimana keluarga merupakan support system yang paling utama bagi
sumber dukungan emosional. Dukungan lansia, dimana keluarga dapat membantu

666
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

lansia menghadapi masalah kesehatannya besar responden memiliki kualitas hidup


termasuk masalah psikososialnya. baik, yaitu sebanyak 123 orang responden
(72,4%). Kualitas hidup adalah tingkatan
Penelitian ini menunjukkan mayoritas yang menggambarkan keunggulan seorang
lansia di sayangi dan dicintai oleh individu yang dapat dinilai dari kehidupan
keluarganya, selain itu lansia juga mereka, dapat tetap merasa nyaman fisik,
mengatakan bahwa kehidupan sekarang psikologis, social, maupun spiritual, serta
menyenangkan karena bisa berkumpul optimal memanfaatkan hidupnya untuk
bersama keluarga.Lansia juga mempunyai kebahagiaan dirinya maupun orang lain
tempat untuk bberkeluh kesah serta merasa (Blane & Montgomery, 2008).
sangat di pedulikan di lingkungan Berdasarkan hasil data kuesioner
rumahnya.Penelitian ini juga didukung mayoritas responden yang berjenis
oleh Maryah (2016) menunjukkan bahwa kelamin perempuan memiliki kualitas
ada hubungan antara dukungan keluarga hidup yang baik dan lansia merasa cukup
dengan kemandirian lansia dalam puas dengan kesehatan serta tempat tinggal
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal ini mereka juga pelayanan kesehatan yang
sejalan dengan teori Darmojo (2014) disediakan, sehingga lansia merasa aman
bahwa dukungan keluarga mempunyai dan nyaman (kuesioner WHOQOL).
peran penting dalam menunjang Ditinjau dari konteks budaya dan system
kemandirian lansia. Karena keluarga nilai dimana laki-laki serta perempuan itu
memiliki kedekatan dan keterikatan baik tinggal dan berhubungan dengan standar
fisik maupun emosional yang dapat hidup, harapan kesenangan, dan perhatian
meningkatkan kualitas hidup lansia. mereka (Papalia, 2014).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Kualitas hidup merupakan suatu konsep
Mendoko (2017) mengenai perbedaan yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi
status psikososial lansia yang tinggal di fisik individu, psikologis, tingkat
Panti dengan yang tinggal bersama kemandirian, serta hubungan individu
keluarga, yang menunjukkan bahwa dengan lingkungan atau perubahan kondisi
lingkungan tempat tinggal yang berbeda fisik dapat berpengaruh terhadap kualitas
mengakibatkan perubahan peran lansia hidup lansia.Faktor kesehatan fisik yang
dalam menyesuaikan diri. Lansia yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia
tinggal bersama keluarga di rumah secara ditunjukkan oleh aktivitas fisik lansia
fisik, psikologis, dan kepuasannya (Darmojo, 2014).Hal ini didapatkan hasil
terhadap lingkungan lebih tinggi daripada penelitian indikator angket sebagian dari
lansia yang tinggal di Panti, hal ini lansia menyatakan kepuasan terhadap
dikarenakan lansia memiliki keterikatan kesehatannya sangat kurang.
dengan rumahnya, sehingga lansia merasa
memiliki kontrol, rasa aman, dan perasaan Faktor psikologi merupakan faktor yang
yang positif dan lansia yang bertempat paling dominan dan memiliki pengaruh
tinggal di rumah mempunyai pertahanan terbesar terhadap kualitas hidup lansia. Hal
koping yang baik dalam menghadapi suatu ini disebabkan karena psikologi dapat
permasalahan sehingga dapat berdampak terhadap banyak hal seperti
mempengaruhi kualitas hidup lansia kesehatan fisik, hubungan sosisal, serta
sendiri (Hutapea, 2007, dalam Maya lingkungan. Lansia merupakan tahap
2017). dimana organ-organ tubuh mengalami
penurunan fungsi serta rentan terhadap
Kualitas Hidup Lansia penyakit sehingga memicu terganggunya
Penelitian yang dilakukan terhadap 170 psikologi (Nugroho, 2008 dalam Dian
orang responden diperoleh bahwa sebagian 2019). Penelitian yang dilakukan oleh

667
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Rohmah (2012) yang menyebutkan bahwa sosial yang diberikan kepada lansia. hal-
faktor psikologi merupakan faktor yang hal tersebut mempunyai pengaruh besar
paling dominan atau berpengaruh terhadap terhadap kesejahteraan hidup, ketenangan
kualitas hidup lansia.hal ini sejalan dengan batin, serta rasa aman.Hal tersebut
teori yang dikemukakan oleh Felce dan dibuktikan dengan hasil angket bahwa
Perry (1996) dalam Rohmah (2012) yang sebagian lansia dari 170 responden
menyebutkan faktor psikologis merupakan menyatakan kurang puas terhadap
faktor penting bagi individu untuk kesehatannya dan menyatakan kurang puas
melakukan kontrol terhadap segala sesuatu dengan kehidupan seksualnya, serta lansia
dalam hidupnya. Apabila lansia merasa kurang terhadap dukungan yang
mengalami gangguan psikologi secara diberikan oleh teman disekitarnya.
otomatis lansia akan mengalami penurunan
interaksi sosial. Oleh karena itu, semakin Hasil kuesioner didapatkan bahwa akses
baik psikologi pada lansia maka akan terhadap pelayanan kesehatan juga
semakin baik pula kualitas hidupnya. merupakan salah satu hal yang
diperhatikan untuk menunjang kualitas
Faktor lain yang berpengaruh terhadap hidup lansia.hasil penelitian dikuatkan
kualitas hidup lansia adalah faktor oleh Coons dan Kaplan (1994) dalam
kesehatan fisik. Hal ini disebabkan karena Larasati (2012) mengatakan bahwa setiap
kesehatan fisik mencakup banyak hal yang orang memiliki hidup yang berbeda
meliputi kesehatan organ-organ maupun tergantung dari masing-masing individu
sistem tubuh, dan terhindar dari dalam menyikapi permasalahan yang
penyakit.Oleh sebab itu, kesehatan fisik terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi
merupakan salah satu hal yang dengan positif maka akan baik pula
berpengaruh terhadap kualitas hidup kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika
lansia.Faktor kesehatan fisik yang dihadapi dengan negatif maka akan buruk
berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia pula kualitas hidupnya.
juga ditunjukkan oleh aktivitas fisik
lansia.berdasarkan hasil studi, lansia yang Hubungan Psikososial dengan Kualitas
aktif mengikuti kegiatan dan/atau program Hidup Lansia
penunjang kesehatan fisik seperti olahraga, Hasil penelitian hubungan status
serta aktivitas fisik lain cenderung psikososial dengan kualitas hidup lansia
memiliki kualitas hidup baik. diperoleh angka korelasi sebesar 0,360
artinya tingkat kekuatan hubungan
Seiring dengan aktivitas fisik yang diikuti (korelasi) antara variabel status psikososial
oleh lansia secara langsung akan dengan kualitas hidup lansia sangat kuat.
mempengaruhi hubungan sosial lansia Hasil analisa hubungan dua variabel
tersebut. Hubungan faktor sosial dengan tersebut memiliki nilai signifikasi p=0,000,
kualitas hidup lansia berdasarkan hasil karena p=0,000 < 0,01 atau 0,05 maka ada
studi menunjukkan adanya hubungan yang hubungan, artinya hipotesis dapat diterima.
signifikan.Banyak lansia yang kesusahan Hasil penelitian ini dikuatkan oleh
untuk berjalan sehingga membatasi penelitian Nugroho (2008) mengatakan
hubungan sosialnya dengan lingkungan bahwa perubahan fungsi psikososial lansia
disekitarnya. Hal ini sesuai dengan hasil berpengaruh terhadap kualitas hidup
angket 95 dari 170 lansia menyatakan rasa lansia.
sakit fisik mencegah lansia dalam
melakukan aktivitas sesuai kebutuhannya. Maryam (2008) dalam Dian (2019)
Faktor hubungan sosial di sini mencakup menyebutkan bahwa lansia ditandai
hubungan lansia dengan orang lain, dengan perubahan fisik maupun
kehidupan seksual lansia, serta dukungan psikososial, yang akan mempengaruhi

668
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

kehidupannya. Perubahan ini sangat dan kepuasan hidup sendiri sehingga


berpengaruh pada kualitas hidupnya.Studi mampu menunjang kualitas hidupnya.
oleh Surprenant dan Neath (2007) dalam Pendapat di atas sesuai dengan teori Burns
Dian (2019) menunjukkan bahwa kualitas (2000) dalam Dian (2019) menyatakan
hidup lanjut usia dipengaruhi oleh bahwa Perubahan fisiologis dan
beberapa aspek, yaitu ekonomi, sosial dan psikososial akan sangat terlihat pada masa-
psikososial. Lansia yang ekonominya masa lansia, semua perubahan tersebut
memadai memiliki kualitas hidup tinggi, akan mengakibatkan penurunan kualitas
sedangkan lansia yang ekonominya rendah hidup pada lansia. Jadi manusia akan
kualitas hidup juga rendah. Aspek sosial diliputi rasa khawatir apabila memasuki
pada lansia yang sering bersosialisasi akan masa lansia. Hurlock (2008), mengatakan
mengalami kualitas hidup yang tinggi bahwa perubahan yang dialami oleh setiap
karena sering berbincang-bincang orang terutama pada lansia akan
sehingga terhibur dan tidak merasa mempengaruhi minatnya terhadap
kesepian perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya, bagaimana
Hasil penelitian ini sejalan dengan sikap yang ditujukan apakah memuaskan
penelitian Fitri (2011) di dapatkan hasil atau tidak memuaskan, hal ini tergantung
bahwa menurunnya derajat kesehatan dan dari pengaruh perubahan terhadap peran
kemampuan fisik akanmengakibatkan dan pengalaman pribadinya.
lansia secara perlahan menarik diri dari
hubungan dengan masyarakat sekitar SIMPULAN
sehingga interaksi sosial menjadi menurun. Karakteristik lansia mayoritas berusia 60-
Interaksi sosial merupakan kebutuhan 69 tahun (lansia muda) (85,9%), berjenis
setiap individu sampai akhir hayat, kelamin perempuan sebanyak 113 orang
termasuk lansia. Individu akan mengalami (66,5), berpendidikan SD sebanyak 100
kesepian (lonelinnes) ketika tidak memiliki oraang (58,8%), serta lansia yang
lawan interaksi untuk berbagi masalah bertempat tinggal bersama keluarga
(Annida, 2010). sebanyak 146 (85,9%). Mayoritas status
psikososial lansia sehat sebanyak 112
Penelitian yang dilakukan oleh Tami orang (65,9%). Mayorittas kualitas hidup
(2014) menunjukkan bahwa interaksi lansia dalam kategori baik yaitu sebanyak
sosial mempunyai hubungan yang 123 orang (72,4). ada hubungan status
signifikan dengan kualitas hidup lansia di psikososial dengan kualitas hidup lansia di
Kecamatan Talamanrea. Penelitian ini desa Blorok Kecamatan Brangsong
menunjukkan 93 dari 170 lansia Kabupaten Kendal dengan nilai p=0,000 (p
menyatakan lebih suka tinggal dirumah value ,0,05).
daripada pergi keluar rumah. Penelitian
serupa yang dilakukan oleh Rahmianti DAFTAR PUSTAKA
(2014) menunjukkan adanya hubungan Annida.(2010). Memahami kesepian.
yang signifikan antara interaksi sosial Diperoleh tanggal 15 Januari 2020
dengan kualitas hidup lansia Suku Bugis di dari http://repository.usu.ac.id
Kelurahan Sapanang Kabupaten Pangkep.
Lansia perlu diberi kesempatan untuk Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
berkumpul dengan orang lain sehingga .(2016). Jumlah Penduduk menurut
dapat mempertahankan komunikasi, Kelompok Umur, Jenis Kelamin,
keterampilan, serta menunda kepikunan. Provinsi dan Kabupaten/kota.
Lansia dengan keterlibatan sosial yang
Badan Pusat Statistik. (2018). Kabupaten
lebih besar cenderung memiliki semangat
Kendal dalam Angka 2017. (2019

669
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

September 30) Available: Larasati, (2012). Kualitas HidupWanita


http://kendalkab.bps.go.id. Menopause. Diambiltanggal 25
Januari 2018 dari
Badan Pusat Statistik. (2018). Provinsi http://www.gunadarma.ac.id/
Jawa Tengah dalam Angka 2017. libary/.../artikel10504128.pdf
(2019 September 30) Available:
http://jateng.bps.go.id Lestari, Bekti Wahyu. (2017). Hubungan
Dukungan Sosial Teman Sebaya
Burns, A., (2000). Pemberdayaan Wanita Dengan Depresi Pada Lansia Yang
Dalam Bidang Kesehatan. Tinggal Di Panti Pelayanan Sosial
Yogyakarta: Yayasan Essentia Lansia Cepiring Kabupaten Kendal.
Media. Jurnal Skripsi. STIKES Kendal.
Butar, A (2012). Karakteristik Pasien dan Lestari, Dian (2018). Hubungan Sindrom
Kualitas Hidup Pasien gagal Ginjal Lansia Lemah Dengan Kualitas
Kronik yang menjalani terapi Hidup Lansia. Skripsi. STIKES
Hemodialisa Kendal.
Chaichanawirote, U. (2011). Quality of life Lilik, Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut
of older adults: the influence of Usia. Yogyakarta: Graha Mulia
internal and external factors. Case
Western Reserve University Maryah, V. (2016). Hubungan dukungan
keluarga dengan kemandirian lansia
Darmojo, B. (2014). Geriatri (Ilmu dalam pemenuhan aktivitas sehari-
Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta: hari di Kota Malang.Diperoleh
Badan Penerbit FKUI tanggal 30 Januari 2018 dari
https://publikasi.
Ekawati, (2014). Hubungan Antara Fungsi
unitri.ac.id/index.php/fikes/article/vi
Keluarga Dengan Kualitas Hidup
ew/428
Lansia. Skripsi.Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata, Kediri. Maryam, (2011). Mengenal Usia Lanjut
dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Fitri, A. (2011). Interaksi sosial dan
Medika.
kualitas hidup lansia. Medan: USU
medan. Maryam, dkk. (2008). Mengenal usia
lanjut dan perawatannya. Jakarta:
Friedman, M. (2010). Keperawatan
Salemba Medika.
Keluarga. Jakarta: EGC.
Maya, Safitri. (2017). Hubungan antara
Hurlock, B. Elizabeth, (2010). Psikologi
kondisi kesehatan psikososial
Perkembangan: Suatu Pendekatan
dengan tingkat kemandirian dalam
Sepanjang Rentang Kehidupan,
aktivitas sehari-hari pada
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
lansia.Jurnal Skripsi. Universitas
Indriani, Rizki Wahyu. (2017). Hubungan Riau.
Tingkat Ketergantungan Lansia
Mendoko, F. (2017). Perbedaan status
Dalam Aktivitas Hidup Sehari-hari
psikososial lansia yang tinggal di
Dengan Stres Keluarga Di Desa
Panti dengan yang tinggal bersama
Tempel- Bumiayu Kecamatan Weleri
keluarga. Diperoleh tanggal 30
Kabupaten Kendal. Jurnal Skripsi.
Agustus 2017 dari
STIKES Kendal.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph
p/jkp/issue/view/1541/show

670
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Nugroho.W. (2008). Keperawatan Kendal. Jurnal Skripsi. STIKES


Gereontik Dan Geriatrik. EdisiKe 3. Kendal.
Jakarta: EGC.
Nurhidayat, (2011). Pengalaman Lanjut
Usia Mendapatkan Dukungan
Keluarga. Skripsi. Universitas
Hasanudin, Makasar.
Osman,A: Jane, L;Courtney.L,et al.
(2012). The Depression Unxiety
Stress Scales-21 (DASS- 21):
Further Examination of Dimentions,
Skill Reliability, And Correlates.
Jurnal Of Clinical PsologiVol 68
ISSUE 12.online library.Wiley.com
Papalia & Feldman. (2014).
Perekambangan manusia. Jakarta:
Salemba Humanika
Population Reference Bureau
(2011).World Population Data
Sheet. Diperoleh pada tanggal 2
Februari 2018 dari
http://www.prb.org/Data
finder/Geography/Data.aspx?loc=39
5
Rohmah et al. (2012).Kualitas Hidup
Lansia. Jurnal Keperawatan, 2 (3),
120-132
Sutikno, E. (2011). Hubungan antara
Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup
Lansia. Jurnal Kedokteran
Indonesia, 2 (1), 73-76.
Tami, D.R., Bahar, B., Najamuddin, U.
(2014). Hubungan Pola Makan,
Status Gizi, dan Interaksi Sosial
dengan Kualitas Hidup Lansia di
Kecamatan Tamalanrea.
WHO.(2010). Definition elderly people.
Diperoleh pada tanggal 1 Oktokber
2019 dari http://www.who.int/ageing
Yuliati, Emy. (2017). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kualitas
Hidup Lansia Di Desa Botomulyo
Kecamatan Cepiring Kabupaten

671
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 661 - 672, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

672

Anda mungkin juga menyukai