DISUSUN OLEH :
Tahun 2020/2021
KONSEP DASAR ACUT CORONARY SINDROME
A. Definisi
Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan istilah yang mencakup
spektrum kondisi klinis yang ditandai dengan iskemia miokard secara
akut, diakibatkan karena ketidakseimbangan antara ketersediaan oksigen
dengan kebutuhannya (Dipiro et al., 2009 dalam Rahmawati, 2016).
B. Klasifikasi
1. UAP (Unstable Angina Pectoris)
2. STEMI (ST Elevasi Miocard Infark)
3. NSTEMI (Non- ST Elevasi Miocard Infark)
Tabel. 1.1
(Sumber : PPT EKG Pada Acute Coronary Syndrom by Ii Ismail)
C. Etiologi
1. Suplay oksigen ke miokardium berkurang
a. Faktor pembuluh darah : ateroklerosis, spasme, arteritis
b. Faktor sikulasi : hipotensi, stenosis aorta, insufisiensi aorta
c. Faktor darah : anemia, hipoksemia, polisitermia
2. Curah jantung meningkat : hipertiroidisme, anemia, aktivitas dan
emosi
3. Kebutuhan oksigen miokardium meningkat : kerusakan miokardium,
hipertropi miokardium dan hipertensi
(sumber : PPT Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner dan
Syndrom Koroner Akut (SKA) by Uun Nurjanah, M.Kep)
D. Manifestasi Klinis
Kriteria Angina Infark Miokard
Durasi Nyeri Dada <20 menit >20 menit
Pencetus Stres, aktivitas Tiba – tiba, biasanya
pagi hari
Respon terhadap Membaik Tidak membaik
nitrogliserin/istirahat
Gejala penyerta Tidak ada Disertai gejala :
Mual/muntah
Dispnea
Disritmia
Kelelahan
Palpitasi
Ansietas
Pusing
Merasa “napas
pendek”
(sumber : Jenskins P(2010), Ignatavitus & Workman (2010) dalam PPT
Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner dan Syndrom Koroner
Akut (SKA) by Uun Nurjanah, M.Kep)
E. Patofisiologi
Sebagian besar ACS adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah akibat perubahan komposisi plak
dan penipisan tudung fibrosa yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini
akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi
sehingga terbentuk trombus yang kayak trombosit. Trombus ini akan
menyumbat lubang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun
parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh darah
koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang
menyebabkan vasokontriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah
koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia
miokardium. Suplai oksigen yang berhenti kurang-lebih 20 menit
menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (Infark Miokard).
G. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan Buku Pedoman Tatalaksanan Sindrom Koronaria Akut pada
tahun 2018, ada beberapa Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan
untuk mendiagnosis ACS, antara lain :
1. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pencetus
iskemia, komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan menyingkirkan
diagnosis banding. Regurgitasi katup mitral akut, suara jantung tiga
(S3), ronkhi basah halus dan hipotensi hendaknya selalu diperiksa
untuk mengidentifikasi komplikasi iskemia. Ditemukannya tanda-
tanda regurgitasi katup mitral akut, hipotensi, diaphoresis, ronkhi
basah halus atau edema paru meningkatkan kecurigaan terhadap SKA.
Pericardial friction rub karena perikarditis, kekuatan nadi tidak
seimbang dan regurgitasi katup aorta akibat diseksi aorta,
pneumotoraks, nyeri pleuritik disertai suara napas yang tidak seimbang
perlu dipertimbangkan dalam memikirkan diagnosis banding SKA.
2. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang
mengarah kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12
sadapan sesegera mungkin sesampainya di ruang gawat darurat.
Sebagai tambahan, sadapan V3R dan V4R, serta V7-V9 sebaiknya
direkam pada semua pasien dengan perubahan EKG yang mengarah
kepada iskemia dinding inferior. Sementara itu, sadapan V7-V9 juga
harus direkam pada semua pasien angina yang mempunyai EKG awal
nondiagnostik. Sedapat mungkin, rekaman EKG dibuat dalam 10
menit sejak kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Pemeriksaan
EKG sebaiknya diulang setiap keluhan angina timbul kembali.
A. Pengkajian Primer
A : Airway
B : Breathing
C : Circulation
D : Dissability
E : EKG
B. Pengkajian Sekunder
KOMPAK
K : Keluhan
P : Penyakit penyerta
A : Alergi
K : Kejadian
Lakukan pemeriksaan fisik dengan BTLS (Bentuk, Tumor, Luka,
Sakit)
KONSEP SYOK KARDIOGENIK
B. Etiologi
1. Gangguan fungsi miokard :
a. Infark miokard akut yang cukup jelas (>40%), infark ventrikel kanan.
b. Penyakit jantung arteriosklerotik.
c. Miokardiopati : Kardiomiopati restriktif kongestif atau kardiomiopati
hipertropik.
2. Mekanis :
a. Regurgitasi mitral/aorta
b. Ruptur septum interventrikel
c. Aneurisma ventrikel masif
3. Obstruksi :
a. Pada aliran keluar (outflow) : stenosis atrium
b. Pada aliran masuk (inflow) : stenosis mitral, miksoma atrium
kiri/thrombus, perikarditis/efusi perikardium.
C. Patofisiologi
LV = left ventricel
SVR = systemic vascular resistance
Respon neurohormonal dan reflek adanya hipoksia akan menaikkan denyut
nadi, tekanan darah, serta kontraktilitas miokard. Dengan meningkatnya
denyut jantung, tekanan darah, dan kontraktilitas miokard, akan
meningkatkan kebutuhan oksigen miokard, yang pada kondisi kardiogenik
syok perfusi miokard telah menurun, hal ini akan memperburuk keadaan.
Akibatnya, fungsi penurunan curah jantung, tekanan darah menurun, dan
apabila "Cardiac Index" kurang dari 1,8 ltr/menit/m2, maka keadaan
kardiogenik syok semakin nyata (Shoemaker, 1989; Mustafa, I, 1994).
Medikamentosa :
1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
2. Anti ansietas, bila cemas.
3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.
4. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit.
5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung
tidak adekuat.Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan
amrinon IV.
7. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m.
8. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi
jaringan.
9. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
Obat alternatif
Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007):
1. Emergent therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik pasien dengan
oksigen, pengaturan jalan nafas (airway control), dan akses intravena.
Diperlukan usaha untuk memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
2. Volume expansion
Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru, volume expansion
dengan 100mL bolus dari normal saline setiap 3 menit sebaiknya dicoba;
hingga, baik perfusi yang cukup maupun terjadi kongesti paru. Pasien
dengan infark ventrikel kanan memerlukan peningkatan tekanan untuk
mempertahankan atau menjaga kardiak output.
3. Inotropic support
a. Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg)
dan kongesti pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan
dobutamine (2,5 mikrogram/kg berat badan/menit, pada interval 10
menit). Dobutamine menyediakan dukungan inotropik saat
permintaan oksigen miokardium meningkat secara minimal.
b. Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 75-
80 mmHg) sebaiknya dirawat dengan dopamine.
Pada dosis lebih besar dari 5,0 mikrogram/kg berat badan/menit,
stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap meningkat, menyebabkan
vasokonstriksi perifer.
Pada dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg berat badan/menit,
dopamine meningkatkan ventricular irritability tanpa keuntungan
tambahan.
c. Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik
yang efektif untuk syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek
samping dopamine dosis tinggi yang tidak diinginkan dan
menyediakan bantuan/dukungan inotropik.
d. Jika dukungan tambahan untuk tekanan darah diperlukan, maka
dapat dicoba norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang
lebih kuat. Dosis awal : 0,5-1 mikrogram/menit.
DAFTAR PUSTAKA
PERKI. (2018). Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta: PP
PERKI.
PPT Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner dan Syndrom Koroner Akut
(SKA) by Uun Nurjanah, M.Kep)