KEGAWATDARURATAN
TRAUMA THORAKS
Disusun oleh :
MIA TRIANA
NIM. 433131490120020
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa
faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera,
cedera lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari.
Pasien – pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai akibat dari
efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan berhubungan dengan
disfungsi jantung (Sudoyo, 2009)
Pathway Trauma Thoraks
5. KLASIFIKASI TRAUMA THORAKS
a. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
b. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik
atau spontan
c. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada); iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP,
ventilasi dengan tekanan positif)
2) Data Objektif
a) Airway (A)
Batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang disertai dengan
muntah darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten.
b) Breathing (B)
Adanya napas spontan, dengan gerakan dada asimetris (pada pasien
tension pneumotoraks), napas cepat, dipsnea, takipnea, suara napas
kusmaul, napas pendek, napas dangkal.
c) Circulation (C)
Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis,
takikardi
d) Disability (D)
Penurunan kesadaran (apabila terjadi penanganan yang terlambat)
b. Pengkajian Sekunder
1) Eksposure (E)
Adanya kontusio atau jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi penyebab
trauma pada dinding dada
2) Five Intervention / Full set of vital sign (F)
a) Tanda – tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, terjadi hipotensi
b) Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemia
c) Aritmia jantung
d) Pemeriksaan Lab :
Gambaran pada hasil X ray yang biasa dijumpai :
Kontusio paru : bintik-bintik infiltrate
Pneumotoraks : batas pleura yang radiolusen dan tipis,
hilangnya batas paru (sulit mendiagnosa pada foto dengan posisi
supinasi).
Injury trakeobronkial : penumomediastinum, udara di servikal.
Rupture diafragma : herniasi organ abdomen ke dada, kenaikan
hemidiafragma.
Terdapat fraktur tulang rusuk, sternum, klavikula, scapula dan
dislokasi sternoklavikular.
CT scan dapat ditemukan gambaran hemotoraks, pneumotoraks,
kontusi paru atau laserasi, pneumomediastinum, dan injuri
diafragma.
Esofagogram dan atau esofagografi dilakukan jika dicurigai injury
esophagus.
Broncoskopy untuk terjadi trakeobronkial injury.
Echokardiogram akan memperlihatkan gambaran tamponade
jantung (pada umumnya echokariogram digunakan utuk melihat
cedera pada katup jantung)
EKG akan memperlihatkan adanya iskemik, aritmia berhubungan
dengan miokardia kontusion atau iskemia yang berhubungan
dengan cedera pada arteri koronaria.
Pemeriksaan cardiac enzym kemungkinan meningkat berhubungan
dengan adanya iskemik atau infak yang disebabkan dari hipotensi
miokardia kontusion.
3) Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST)
Adanya nyeri pada dada yang hebat, seperti tertusuk atau tertekan, terjadi
pada saat bernapas, nyeri menyebar hingga abdomen
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi
- VIII Jakarta: EGC
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat
darurat. Padang : Medical book
Patriani. (2012). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada. http://asuhan-
keperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-dada.html. Diakses pada
tanggal 02 Januari 2019
Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam .
Yogjakarta : Nuha medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta