Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEGAWATDARURATAN

TRAUMA THORAKS

Disusun oleh :

MIA TRIANA

NIM. 433131490120020

PRODI STUDI PROFESI NERS REGULER (KELOMPOK 4)


STIKES KHARISMA KARAWANG
JL. PANGKAL PERJUANGAN KM. 1 BY PASS KARAWANG 41316 TELP.
(0267) 412480, FAX : (0267) 410842

TAHUN AJARAN 2020-2021


A. KONSEP DASAR TRAUMA THORAKS
1. PENGERTIAN TRAUMA THORAKS
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Sudoyo, 2010)
Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah trauma
yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma
tumpul maupun oleh sebab trauma tajam.

2. PENYEBAB TRAUMA THORAKS


Etiologi penyakit terdiri dari :
a. Trauma tembus
• Luka Tembak
• Luka Tikam / tusuk
b. Trauma tumpul
• Kecelakaan kendaraan bermotor
• Jatuh
• Pukulan pada dada

3. TANDA DAN GEJALA TRAUMA THORAKS


Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :
a. Ada jejas pada thorak
b. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
c. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi
d. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
e. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
f. Penurunan tekanan darah
g. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher
h. Bunyi muffle pada jantung
i. Perfusi jaringan tidak adekuat
j. Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan
pernapasan) dapat terjadi dini pada tamponade jantung

4. PATOFISIOLOGI TRAUMA THORAKS


Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah
ventilasipernapasan yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar
oleh otot -otot pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan
tekanan negative dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif
ke paru – paru selama inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur - struktur
yang berbedadari dinding toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi kedalam 4
komponen, yaitudinding dada, rongga pleura, parenkim paru, dan
mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang - tulang dada dan otot -
otot yang terkait (Sudoyo, 2009).
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh
darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru
termasuk paru – parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat
mengalami kontusio, laserasi, hematoma dan pneumokel.Mediastinum termasuk
jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks, cabang trakeobronkial dan
esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk fungsi vital fisiologi
kardiopulmonerdalam menghantarkan oksigenasi darah untuk metabolisme
jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan darah, salah satunya
maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari cedera toraks (Sudoyo,
2009).

Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa
faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera,
cedera lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari.
Pasien – pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai akibat dari
efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan berhubungan dengan
disfungsi jantung (Sudoyo, 2009)
Pathway Trauma Thoraks
5. KLASIFIKASI TRAUMA THORAKS
a. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
b. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik
atau spontan
c. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada); iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP,
ventilasi dengan tekanan positif)

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK TRAUMA THORAKS


a. Pemeriksaan Laboratorium
 Gas darah arteri (GDA), untuk melihat adanya hipoksia akibat
kegagalan pernafasan
 Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
 Hemoglobin : mungkin menurun.
 Saturasi O2 menurun (biasanya)
 Toraksentesis : menyatakan darah/cairan di daerah thoraks
b. Radio Diagnostik
 Radiologi : foto thorax (AP) untuk mengkonfirmasi pengembangan
kembali paru-paru dan untuk melihat daerah terjadinya trauma
 EKG memperlihatkan perubahan gelombang T – ST yang non spesifik
atau disritmia
 Pemerikksaan USG (Echocardiografi) merupakan metode non invasif
yang dapat membantu penilaian pericardium dan dapat mendeteksi
cairan di kantung perikard

7. KOMPLIKASI TRAUMA THORAKS


a. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
b. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
pembedahan.
c. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur
klep jantung.
d. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
e. Esofagus : mediastinitis.
f. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal

8. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN TRAUMA THORAKS


Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien trauma thorax,
yaitu:

a. Primary survey. Yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa,


pertolongan ini dimulai dengan menggunakan teknik ABC ( Airway,
breathing, dan circulation )
b. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
1) Mempertahankan saluran napas yang paten dengan pemberian oksigen
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien
c. Pemasangan infuse
d. Pemeriksaan kesadaran
e. Jika dalam keadaan gawat darurat, dapat dilakukan massage jantung
f. Dalam keadaan stabil dapat dilakukan pemeriksaan radiology seperti Foto
thorak

B.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA THORAKS


1.   PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer
1) Data Subjektif
a) Riwayat Penyakit Pasien
 Pasien mengeluh sesak
 Pasien mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien fraktur
rusuk dan sternum)
 Pasien mengeluh batuk berdarah, berdahak
 Pasien mengeluh lemas, lemah
 Pasien mengatakan mengalami kecelakaan dan terbentur dan
tertusuk di bagian dada
b) Riwayat Kesehatan Pasien
 Riwayat penyakit sebelumnya
 Riwayat pengobatan sebelumnya
 Adanya alergi

2) Data Objektif
a) Airway (A)
Batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang disertai dengan
muntah darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten.
b) Breathing (B)
Adanya napas spontan, dengan gerakan dada asimetris (pada pasien
tension pneumotoraks), napas cepat, dipsnea, takipnea, suara napas
kusmaul, napas pendek, napas dangkal.
c) Circulation (C)
Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis,
takikardi
d) Disability (D)
Penurunan kesadaran (apabila terjadi penanganan yang terlambat)

b. Pengkajian Sekunder
1) Eksposure (E)
Adanya kontusio atau jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi penyebab
trauma pada dinding dada
2) Five Intervention / Full set of vital sign (F)
a) Tanda – tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, terjadi hipotensi
b) Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemia
c) Aritmia jantung
d) Pemeriksaan Lab :
 Gambaran pada hasil X ray yang biasa dijumpai :
 Kontusio paru : bintik-bintik infiltrate
 Pneumotoraks : batas pleura yang radiolusen dan tipis,
hilangnya batas paru (sulit mendiagnosa pada foto dengan posisi
supinasi).
 Injury trakeobronkial : penumomediastinum, udara di servikal.
 Rupture diafragma : herniasi organ abdomen ke dada, kenaikan
hemidiafragma.
 Terdapat fraktur tulang rusuk, sternum, klavikula, scapula dan
dislokasi sternoklavikular.
 CT scan dapat ditemukan gambaran hemotoraks, pneumotoraks,
kontusi paru atau laserasi, pneumomediastinum, dan injuri
diafragma.
 Esofagogram dan atau esofagografi dilakukan jika dicurigai injury
esophagus.
 Broncoskopy untuk terjadi trakeobronkial injury.
 Echokardiogram akan memperlihatkan gambaran tamponade
jantung (pada umumnya echokariogram digunakan utuk melihat
cedera pada katup jantung)
 EKG akan memperlihatkan adanya iskemik, aritmia berhubungan
dengan miokardia kontusion atau iskemia yang berhubungan
dengan cedera pada arteri koronaria.
 Pemeriksaan cardiac enzym kemungkinan meningkat berhubungan
dengan adanya iskemik atau infak yang disebabkan dari hipotensi
miokardia kontusion.
3) Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST)
Adanya nyeri pada dada yang hebat, seperti tertusuk atau tertekan, terjadi
pada saat bernapas, nyeri menyebar hingga abdomen

4) Head to toe (H)


Lakukan pemeriksaan fisik terfokus pada :
 Daerah kepala dan leher : mukosa pucat, konjungtiva pucat, DVJ
(Distensi Vena Jugularis)
 Daerah dada :
Inspeksi : penggunaan otot bantu napas, pernapasan Kussmaul, terdapat
jejas, kontusio, penetrasi penyebab trauma pada daerah dada.
Palpasi : adanya ketidak seimbangan traktil fremitus, adanya nyeri tekan
Perkusi : adanya hipersonor
Auskultasi : suara napas krekels, suara jantung abnormal. Terkadang
terjadi penurunan bising napas.
 Daerah abdomen : herniasi organ abdomen
 Daerah ekstrimitas : pada palpasi ditemukan penurunan nadi femoralis

2. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:


Berdasarkan prioritas kegawatdaruratan, diagnosa yang diangkat adalah
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola Nafas tidak efektif b
c. Gangguan Pertukaran Gas
d. Risiko Syok
e. Penurunan Curah Jantung
f. Perfusi Perifer Tidak Efektif
g. Nyeri akut
h. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
i. Intoleransi Aktivitas
j. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak
utuh)

DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi
- VIII Jakarta: EGC

Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat
darurat. Padang : Medical book
Patriani. (2012). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada. http://asuhan-
keperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-dada.html. Diakses pada
tanggal 02 Januari 2019
Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam .
Yogjakarta : Nuha medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai