DIABETES MELITUS
Disusun oleh :
KELOMPOK 4
I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohirdat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau kedua nya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neropati.
B. Klasikifakasi
1. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
C. Etiologi
1. DM tipe I (IDDM)
2. DM tipe II (NIDDM)
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus
dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau
bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus
tipe 1.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak
mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui
telah menderita kencing manis.
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
- Faktor genetik Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak dapat Anabolisme protein menurun
- Infeksi virus Kerusakan sel beta produksi insulin dibawa masuk dalam sel
- Pengerusakan imunologik
Kerusakan pada antibodi
Dieresis osmotik Glukosuria Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemia
Kekebalan tubuh menurun
Poliuri Retensi Urine
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan
20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua
proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan
glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini
menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah
sehingga terjadi hiperglikemia.
F. Pemeriksaan Diagnostik
2. Pemeriksaan dengan Hb
3. Pemeriksaan Urine
G. Penatalaksanaan
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan
diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut
kepada anaknya.
4. Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi
b. Pola Eliminasi
d. Pola Aktivitas
5. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
2. Head to Toe
a. Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b. Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami
dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
Hal ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada
makrovaskuler.
e. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih. Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk
urin.
f. Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran
masa otot, berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g. Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system
neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++),
merah (+++), dan merah bata (++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Nutrisi
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif
3. Gangguan Intergitas Kulit/Jaringan
4. Resiko infeksi
5. Intoleransi aktivitas
C. Rencana Keperawatan
Observasi
Observasi
Observasi
- jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping.
- informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis, hepatitis B, BCG,
difteri, tetanus, pertussis, H, influenza, polio, campak, measles, nubela).
- informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun sakit ini
tidak diwajibkan pemerintah (mis, influenza, pneumokokus).
- informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis. rabies, tetanus).
- informasikan penundaan pemberian imunisasi tdak berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali.
- informasikan penyedia layanan pecan imunisasi nasional yang menyediakan
vaksin gratis.
Pencegahan Infeksi
Observasi
- monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
- batasi jumlah pengunjung
- berikan perawatan kulit pada area edema
- cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
- pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- jelaskan tanda dan gejala infeksi
- ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- ajarkan etika batuk
- ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- anjurkan meningkatkan asupan cairan.
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
Terapi Aktivitas
Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktivitas rutin (mis, bekerja) dan waktu luang
- Monitor respon emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
-
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kongnitif dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
- Anjurekan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia :
Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia :
Jakarta