DIABETES MELITUS
2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes yang utama ialah sebagai berikut (Brunner &
Suddarth, 2013, p.211):
a. Tipe 1, merupakan diabetes mellitus tergantung insulin atau insulin-
dependent diabetes mellitus (IDDM)
Diabetes mellitus tipe 1 dapat muncul pada sembarang usia, yang
dibagi menjadi dua subtipe yaitu autoimun, yang diakibatkan oleh
1
disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta pankreas, dan tipe yang
terjadi tanpa adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya seperti
lingkungan atau virus (Price & Wilson, 2005, p.1262).
3. Etilogi
a. Diabetes tipe 1
Menurut Smeltzer dan Bare (2001, p. 1224) faktor penyebab
diabetes mellitus teridir dari:
1) Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan
genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1.
2) Fakto- faktor imunologi
Terdapat bukti adanya respon auto imun yang merupakan reaksi
anormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai
jaringan asing.
2
3) Faktor-faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu prose autoimun yang dapat
menimbulkan dekstruksi sel beta.
b. Diabetes tipe II
Menurut Smeltzer dan Bare (2001, p. 1225) faktor genetic
diperkirakan memegang peran dalam terjadinya resistensi insulin, faktor
lainnya berupa:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik (AS golongan hispanik memiliki kemungkinan lebih
besar dari pada afro amerika)
4. Manifestasi Klinis
Menurut Digiulio, Jackson dan Keogh (2007, p.367), adapun
manifestasi klinis pada DM tipe 2 adalah sebagai berikut:
a. Proses penyakit tergolong lambat karena produksi insulin yang
melambat.
b. Penderita menderita polidipsia atau rasa haus yang meningkat
dikarenakan tubuh berusaha untuk membuang glukosa berlebih dari
tubuh.
c. Poliuria yaitu frekuensi urinasi juga meningkat untuk membuang
glukosa.
d. Mudah mengalami infeksi karena bakteri hidup dari glukosa yang
berlebihan di tubuh.
e. Penyembuhan luka menjadi tertunda/lama karena naiknya kadar
glukosa didalam darah sehingga menghambat proses penyembuhan.
3
Gejala yang dialami pasien juga sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, polifagia, luka pada kulit
yang lama sembuh, infeksi vulva atau pandangan kabur jika kadar glukosa
sangat tinggi (Smeltzer & Bare, 2001, p.1227).
5. Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes mellitus tipe 2 yaitu usia (cenderung diatas 65 tahun),
obesitas, riwayat keluarga dan kelompok etnik tertentu (Smeltzer & Bare,
2002, p.1225). Menurut Gibney, Margetts, Kearney dan Arab (2008, p.410),
terdapat dua jenis faktor risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2 yaitu faktor
genetik dan lingkungan.
a. Faktor genetik
Faktor genetik termasuk faktor risiko DM terbukti dengan
terdapatnya prevalensi DM yang tinggi pada anak-anak dari orang tua
yang menderita DM, dan prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis
tertentu.
b. Faktor lingkungan
Adapun faktor-faktor risiko lingkungan yang utama yang dapat
menimbulkan terjadinya DM, meliputi:
1) Usia
Faktor risiko yang penting untuk DM ialah pertambahan usia dimana
cenderung terjadinya resistensi insulin pada usia 65 tahun keatas.
Kebanyakan penelitian epidemiologi pada berbagai populasi,
prevalensi DM memperlihatkan peningkatan yang spesifik
berdasarkan usia tertentu.
4
2) Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya DM, dimana
kenaikan berat badan dapat meningkatkan faktor risiko DM
khususnya jika ada predisposisi secara genetik.
3) Resistensi insulin
Defek pada sekresi dan kerja insulin merupakan dua faktor patogenik
yang utama pada DM. Kerja insulin dibawah normal pada jaringan
mengakibatkan berkurangnya pembuangan glukosa.
4) Faktor diet/makanan
Pola makan atau diet merupakan determinan penting yang menentukan
obesitas dan juga mempengaruhi resistensi insulin.
5) Kurang aktifitas fisik
Latihan fisik memperbaiki sensitivitas insulin serta meningkatkan
asupan glukosa oleh otot, dengan cara ini latihan fisik memberikan
efek yang menguntungkan bagi metabolisme karbohidrat pada
penderita diabetes maupun tidak.
6) Urbanisasi/modernisasi
Adanya urbanisasi disertai dengan meningkatnya obesitas,
berkurangnya aktifitas fisik dan faktor risiko lainnya yang berkaitan
dengan terjadinya DM.
5
6. Patofisiologi (Smeltzer dan Bare, 2001, p. 1223)
Poliuri Retensi Urin Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh
Ketidakefektifan perfusi
Dehidrasi jaringan perifer Nekrosis luka Tidak peka terhadap sakit
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arora (2007, p.15), pemeriksaan yang dapat dilakukan
meliputi 4 hal yaitu:
a. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka
diatas 130 mg/dl mengindikasikan diabetes.
b. Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah
selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan
diabetes.
c. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan
75 gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang
normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
7
d. Tes glukosa darah dengan finger stick
Yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan
pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin
glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar
glukosa yang dapat dilakukan dirumah
9. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua
kategori mayor yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular
jangka panjang.
a. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi metabolik diabetes disebabkan oleh perubahan yang
relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang
paling serius pada diabetes tipe 1 dan 2 adalah ketoasidosis diabetic
(DKA). Komplikasi metabolik lainnya dari diabetes adalah hipoglikemia
terutama komplikasi terapi insulin pada saat menerima insulin yang
jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkannya untuk
mempertahankan kadar glukosa normal (Price & Wilson, 2005, p.1267).
8
dengan timbulnya gangrene. Makroangiopati mempengaruhi sirkulasi
koroner, pembuluh darah perifer dan pembuluh darah otak (Price &
Wilson, 2005, p.1267).
10. Penatalaksanaan
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM tipe 2 yaitu diet,
latihan, pemantauan, terapi dan pendidikan kesehatan. Tujuan utama
penatalaksanaan DM tipe 2 adalah untuk menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik (Smeltzer & Bare, 2002, p.1226).
Terapi primer untuk diabetes tipe 1 adalah insulin sedangkan untuk
DM tipe 2 adalah penurunan berat badan. Rencana diet pada penderita DM
tipe 2 dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang
dikonsumsi setiap hari. Jumlah kalori yang disarankan bervariasi, bergantung
pada kebutuhan untuk mempertahankan, menurunkan atau meningkatkan
berat tubuh. Sistem makanan penukar telah dikembangkan untuk membantu
pasien menangani dietnya sendiri.
Latihan fisik penting untuk meningkatkan keefektifan insulin, dengan
mempermudahkan transpor glukosa kedalam sel-sel dan meningkatkan
kepekaan terhadap insulin. Pada penderita DM tipe 2 yang dapat suntikan
insulin tidak mampu untuk memakai cara ini dan penggunaan glukosa yang
tinggi selama latihan fisik dapat menimbulkan hipoglikemia. Sebaliknya, bila
penderita DM tipe 2 merasa perlu melakukan latihan fisik ketika kadar
glukosa rendah, mereka mungkin harus mendapat karbohidrat tambahan untuk
mencegah hipoglikemia (Price & Wilson, 2005, p.1264).
Obat hipoglikemik oral diperlukan dalam pengobatan DM tipe 2 jika
intervensi gaya hidup dengan diet dan latihan fisik tidak cukup untuk
mengendalikan hiperglikemia. Terapi insulin menjadi indikasi jika terjadi
kegagalan pada obat hipoglikemia oral dan terdapat komplikasi (Gibney, et
9
all, 2008, p.417). Penatalaksanaan DM tipe 2 yang bervariasi selama
menderita penyakit karena adanya perubahan gaya hidup dan status fisik serta
emosional dan juga kemajuan terapi, seingga dibutuhkan modifikasi terapi
serta edukasi diperlukan untuk penderita DM tipe 2 dan keluarganya (Brunner
& Suddarth, 2013, p.213).
10
B. Proses Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus (Doengoes 2015, Nanda
2015, NIC-NOC 2012)
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : lemah, letih, kram otot, tonur otot menurun, gangguan tidur
Tanda: takikardi dan takipnea pada istirahat dan dengan aktivitas, letargi
b. Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda: takikardi, hipertensi, nadi yang menurun, disritmia dan mata
cekung
c. Intergritas Ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain
Tanda: ansietas, peka rangsangan
d. Eliminasi
Gejala: poliuria, nokturia, isk berulang
Tanda: poliuria, urine berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen dan
bladder keras
e. Makanan/cairan
Gejala: anoreksia, mual, muntah, BB menurun, haus, peningkatan
frekuensi makan
Tanda: kulit kering, turgor kulit jelek, distensi abdomen, napas bau
aseton
f. Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, parestesia, gangguan penglihatan
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, aktivitas kejang
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: abdomen tegang/nyeri, pusing, nyeri tekan abdomen
11
Tanda: wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernafasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum
Tanda: batuk, frekuensi pernafasa
i. Kenyamanan
Gejala: kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda: demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi, parestesia/paralisis
j. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, masalah impotent pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita
12
3. Rencana Asuhan Keperawatan (NIC-NOC, 2012)
13
No Diagnosa NOC NIC
Sariawan badan
Kelemahan otot untuk menelan - Monitor tipe dan jumlah aktivitas
Faktor yang berhubungan: yang biasa dilakukan
Faktor biologis - Monitor lingkungan selama makan
Faktor ekonomi - Monitor kulit kering dan perubahan
Ketidakmampuan untuk pigmentasi
mengabsorbsi nutrient - Monitor turgor kulit
Ketidakmampuan untuk mencerna - Monitor kekeringan, rambut kusam
makanan dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
Ketidakmampuan menelan makanan
- Monitor kadar albumin, total
Faktor psikologis
protein, Hb dan Ht
- Monitor pucat
- Catat adanya edema
2 Resiko syok Kriteria Hasil : Syok Prevention
Definisi : beresiko terhadap Nadi dalam batas normal - Monitor status sirkulasi tekanan
ketidakcukupan aliran darah kejaringan Irama jantung dalam batas normal darah, warna kulit, suhu kulit,
tubuh, yang dapat mengakibatkan Pernafasan dalam batas normal denyut jantung, dan kapiler refill
disfungsi seluler yang mengancam jiwa Mata cekung tidak ditemukan - Monitor tanda inadekuat oksigenasi
Faktor resiko : Tidak demam jaringan
Hipotensi Tekanan darah dalam batasan - Monitor suhu dan pernapasan
Hipovolemi normal - Monitor input dan output
Hipoksemia - Pantau nilai laboratorium
Hipoksia - Monitor tanda dan gejala asites
14
No Diagnosa NOC NIC
Infeksi - Monitor tanda awal syok
Sepsis - Tempatkan pasien pada posisi
Sindrom respons inflamasi sistemik supine, kaki elevasi untuk
peningkatan preload
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan cairan intravena dan oral
yang tepat
- Berikan vasodilator yang tepat
- Ajarkan keluarga tentang tanda-
tanda syok
- Ajarkan keluarga tentang langkah
untuk mengatasi syok
Syok management
- Monitor fungsi neurologis
- Monitor fungsi renal
- Monitor nadi
- Monitor status cairan, input dan
output
- Monitor gas darah arteri dan
oksigen di jaringan
- Monitor EKG
- Monitor gejala gagal nafas
- Monitor nilai laboratorium
15
No Diagnosa NOC NIC
3 Kerusakan integritas jairingan Kriteria Hasil: Perawatan luka mencegah ulkus
Definisi: kerusakan jaringan membran Perfusi jaringan normal - Anjurkan pasien untuk
mukosa, kornea, integumen, atau Tidak ada tanda-tanda infeksi menggunakan pakaian longgar
subkutan Ketebalan dan tekstur jaringan - Jaga kulit agar tetap bersih dan
Batas Karakteristik: normal kering
Kerusakan jaringan (mis, kornea, Menunjukkan pemahaman dalam -
membran mukosa, integumen, atau proses perbaikan kulit dan - Mobilisasi pasien (ubah posisi
subkutan) mencegah terjadinya cedera pasien) setiap 2 jam sekali
Kerusakan jaringan berulang - Monitor kulit adanya kemerahan
Faktor yang berhubungan: Menunjukkan terjadinya proses - Oleskan lotion atau minyak pada
Gangguan sirkulasi penyembuhan luka daerah yang tertekan
Iritan zat kimia - Monitor aktivitas dan mobilisasi
Deficit cairan pasien
Kelebihan cairan - Monitor status nutrisi pasien
- Memandikan pasien dengan sabun
Hambatan mobilitas fisik
dan air hangat
Kurang pengetahuan
- Observasi luka : lokasi, dimensi,
Faktor mekanik
kedalaman luka, jaringan nekrotik,
Faktor nutrisi
tanda-tanda infeksi local, formasi
Radiasi
traktur
Suhu ekstrim - Ajarkan keluarga tentang luka dan
perawatan luka
- Kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian diet TKTP (tinggi kalori
16
No Diagnosa NOC NIC
tinggi protein)
cegah kontaminasi feses dan urin
- Lakukan teknik perawatan luka
dengan steril
- Berikan posisi yang mengurangi
posisi tekanan pada luka
- Hindari kerutan pada tempat tidur
4 Resiko infeksi Kriteria Hasil: Kontrol infeksi:
Definisi: mengalami peningkatan resiko Pasien bebas dari tanda dan gejala - Bersihkan lingkungan setelah
terserang organism patogenik infeksi dipakai pasien
Faktor-faltor resiko: Mendeskripsikan proses penularan - Pertahankan teknik isolasi
Penyakit kronis (diabetes mellitus, penyakit, faktor yang - Batasi pengunjung bila perlu
obesitas, dll) mempengaruhi penyebaran dan - Mencuci tangan sebelum dan
Pengetahuan yang kurang penatalaksanaannya setelah menyentuh pasien
Pertahanan tubuh primer yang tidak Menunjukkan kemampuan untuk - Cuci tangan sebelum dan setelah
adekuat mencegah timbulnya infeksi tindakan keperawatan
- Gangguan peristalsis Jumlah leukosit dalam batas normal - Gunakan alat pelindung diri yang
- Kerusakan integritas kulit Menunjukkan perilaku hidup sehat tepat
(pemasangan kateter intravena, - Pertahankan lingkungan aseptic
prosedur invasive) selama pemasangan alat
- Perubahan sekresi pH - Gunakan kateter intermiten untuk
- Pecah ketuban dini menurunkan infeksi kandung
- Trauma jaringan kemih
Ketidakadekuatan pertahanan - Tingkatkan intake nutrisi
17
No Diagnosa NOC NIC
sekunder - Berikan terapi antibiotic bila perlu
- Penurunan hemoglobin - Monitor tanda dan gejala infeksi
- Imunosupresi - Inspeksi kulit dan area mukosa
Vaksinasi tidak adekuat - Inspeksi area luka atau insisi bedah
Pemajanan terhadap pathogen - Lakukan pemeriksaan laboratorium
Prosedur invasive secara berkala
Mal nutrisi - Ajarkan keluarga cara menghindari
infeksi
- Ajarkan keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
5 Retensi Urine Kriteria hasil: Manajemen eliminasi urin
Definisi: pengosongan kandung kemih Kandung kemih kosong secara - Monitor intake dan output
tidak komplit perlahan - Monitor balance cairan
Batasan karakteristik: Bebas dari ISK - Monitor derajat distensi bladder
Tidak ada haluaran urin Tidak ada spasme bladder - Stimulasi reflek bladder dengan
Distensi kandung kemih Balance cairan seimbang kompres dingin pada abdomen
Disuria - Kateterisasi jika perlu
Sering berkemih - Monitor tanda dan gejala ISK
Inkontinensia aliran berlebih (panas, hematuria, perubahan bau
Sensasi kandung kemih penuh dan konsistensi urin)
Berkemih sedikit
Faktor yang berhubungan
18
No Diagnosa NOC NIC
Sumbatan
Tekanan ureter tinggi
Sfingter kuat
Proses penyakit
6 Ketidakefektifan perfusi jaringan Kriteria hasil: Manajemen sensasi perifer:
perifer Tekanan darah dalam batas normal - Pantau area tertentu yang peka
Definisi: penurunan sirkulasi darah ke Tidak ada tanda tanda PTIK terhadap panas atau dingin
perifer yang dapat meganggu kesehatan Komunikasi jelas - Batasi gerak kepala, leher dan
Batasan karakteristik: Nilai laboratorium dalam rentang punggung
Tidak ada nadi normal - Mengatur posisi dengan
Perubahan fungsi motorik meninggikan kepala
Perubahan karakteristik kulit - Mengukur kapiler refill time dalam
Warna tidak kembali ke tungkai waktu berkala
ketika tungkai turunkan - Monitor hasil laboratorium
Kelambatan penyembuhan luka - Berikan therapy oksigen yang
perifer sesuai
Nyeri ekstremitas - Berikan therapy obat dan transfuse
yang sesuai
Warna kulit pucat saat elevasi
- Pantau intake yang adekuat
Pengisian kapiler kembali lambat
- Pantau aktivitas pasien sesuai
Hb rendah
dengan toleransi
Faktor yang berhubungan:
- Berikan lingkungan yang aman dan
Kurang pengetahuan tentang faktor
nyamn
pemberat
Kurang pengetahuan tentang proses
19
No Diagnosa NOC NIC
penyakit
Proses penyakit
Gaya hidup monoton
Merokok
Pertahanan sekunder tidak adekuat
7 Resiko ketidakseimbangan elektrolit Kriteria Hasil Manajemen cairan
Definisi: beresiko mengalami perubahan Mempertahankan urin output sesuai - Timbang popok/pembalut jika
kadar elektrolit serum yang dapat dengan usia dan BB diperlukan
meganggu kesehatan Tekanan darah, nadi, suhu dalam - Pertahankan catatan intake dan
Faktor resiko: batas normal output yang adekuat
Defisiensi volume cairan Tidak ada tanda-tanda dehidrasi - Monitor statu hidrasi
Diare Elastisitas turgor kulit baik - Monitor tanda-tanda vital
Disfungsi endokrin - Hitung intake halori harian
Kelebihan volume cairan - Kolaborasikan pemberian IV
Gangguan mekanisme regulasi - Monitor status nutrisi
Disfungsi ginjal - Dorong masukan oral
Efek samping obat
Manajemen hipovolemia
Mual muntah
- Memantau hasil laboratorium
- Pantau respon pasien tehadap
penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Monitor tanda dan gejala kelabihan
volume cairan
20
No Diagnosa NOC NIC
8 Keletihan Kriteria Hasil Manajemen energy
Definisi: rasa letih luar biasa dan Memverbalisasikan peningkatan - Observasi adanya pembatasan
penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa energy dan merasa lebih baik pasien dalam melakukan aktivitas
pada tingkat yang biasanya secara terus Menjelaskan penggunaan energy - Dorong untuk mengungkapkan
menerus untuk mengatasi kelelahan keterbatasan
Batasan karakteristik: Kecemasan menurun - Kaji adanya faktor penyebab
Gangguan kosentrasi Glukosa darah adekuat kelelahan
Gangguan libido Kualitas hidup meningkat - Monitor nutrisi dan sumber energy
Penurunan performa Istirahat cukup yang adekuat
Kurang minat terhadap sekitar Mempertahankan kemampuan - Monitor pasien akan adanya
Mengantuk kelelahan fisik dan emosi secara
untuk berkonsentrasi
Peningkatan keluhan fisik berlebihan
- Monitor pola tidur dan lamanya
Peningkatan kebutuhan istirahat
tidur
Instropeksi
- Bantu aktivitas sehari-hari sesuai
Kurang energy
dengan kebutuhan
Letargi
- Tingkatkan tirah baring dan
Lesu
pembatasan aktivitas
Mengatakan kurang energy yang - Konsultasi dengan ahli gizi untuk
luar biasa meningkatkan asupan makanan
Mengatakan perasaan lelah yang berenergi
Mengatakan tidak mampu
mempertahankan aktivitas
Mengatakan tidak mampu
melakukan rutinitas yang biasanya
21
No Diagnosa NOC NIC
Faktor yang berhubungan:
Psikologis : ansietas, mengatakan
gaya hidup membosankan, stress
Fisiologis : anemia, status penyakit,
peningkatan kelemahan fisik,
malnutrisi, kondisi fisik buruk,
kehamilan
Lingkungan : kelembaban, suhu,
cahaya, kebisingan
Situasional : peristiwa hidup
negative, pekerjaan
22
DAFTAR PUSTAKA
Arora, M., Koley, S., Gupta, S. (2007). A Study on Lipid Profile and Body Fat in
Patient with Diabetes Mellitus. Antropologist, 9(4):295-8
Digiulio., Jackso, M., Keogh. (2007). Keperawatan medical bedah. Jakarta: Rapha
Publishing
Gibney, M.J., Maargetts, B.M., Kearney, J.M & Arab, L. (2008). Gizi masyarakat
kesehatan. Jakarta: EGC
Setiati, S., Alwi, L., Sudoyo, A. W., Simadibrata, M., Setiyohadi, B. & Syam, A. F.
(2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi 6 jilid III. Jakarta: Interna
Publishing
Smeltzer, S. C & Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner
& suddarth (ed. 8 vol 1). Jakarta: EGC
23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
A. Konsep Anemia
1. Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
2011).
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.
Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia didefinisikan
sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang
nilai yang berlaku untuk orang sehat (Santosa, 2007)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya. (Doenges, 2002).
2. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologi : (Santosa, 2007).
a. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1) Anemia aplastik
Penyebab :
a) Agen neoplastik/sitoplastik
b) Terapi radiasi
c) Antibiotic tertentu
d) Obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
24
Gejala-gejalanya :
a) Atropi papilla lidah
b) Lidah pucat, merah, meradang
c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
2) Anemia megaloblastik
Penyebab :
a) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
b) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
b. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan olehdestruksi sel darah merah :
1) Pengaruh obat-obatan tertentu
2) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
3) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
4) Proses autoimun
5) Reaksi transfusi
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
.
DERAJAT WHO NCI
25
Derajat 4
(mengancam jiwa)
3. Etiologi
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya
banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus
di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
f. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.
26
g. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
h. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah
(Wilkinson, Judith M. 2006).
4. Manifestasi Klinis
a. Lemah, letih, lesu dan lelah
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
d. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
e. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman
O2berkurang)
f. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
g. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare) (Smeltzer & Bare. 2002).
5. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui.
27
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
(Brunner & Suddarth. 2002).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera) (Brunner & Suddarth. 2002).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria) (Brunner & Suddarth. 2002).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia (Brunner & Suddarth.
2002).
28
B. Proses Keperawatan Pada Pasien dengan Anemia (Doengoes 2015, NANDA
2015, NIC-NOC 2015)
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala: keletihan, kelemahan, malaise umum.
Tanda: takikardia, dispnea, apatis, lesu
b. Sirkulasi
Gejala: riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF
Tanda: TD: peningkatan sistolik dan diastolic stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural.
d. Integritas Ego
Gejala: keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfuse
Tanda: depresi
e. Eliminasi
Gejala: riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
Tanda; distensi abdomen
f. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah
atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan
sebagainya
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
29
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah.
g. Pernapasan
Gejala: riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea
h. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat
kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi
darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
i. Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik) ( Brunner & Suddarth. 2002).
30
3. Rencana Asuhan Keperawatan (NIC-NOC, 2012)
No Diangosa NOC NIC
1 Perfusi Jaringan Tidak Kriteria Hasil : Peripheral Sensation Management
Efektif Mendemontrasikan status sirkulasiyang (Manajemen sensasi perifer)
Definisi : penurunan ditandai dengan : - Monitor adanya daerah tertentu
sirkulasi darah ke perifer Membran mukosa merah yang hanya peka terhadap
yang dapat menggangu Konjungtiva tidak anemis panas/dingin/tajam/tumpul
kesehatan Akral hangat - Monitor adanya paretese
Batasan karakteristik : Tanda-tanda vital dalam rentang - Instruksikan keluarga untuk
Tidak ada nadi normal mengobservasi kulit jika ada lesi
Perubahan fungsi atau laserasi
motorik - Gunakan sarun tangan untuk
Perubahan proteksi
karakteristik kulit - Batasi gerakan pada kepala, leher
(warna, elastisitas, dan punggung
rambut, kelembapan, - Monitor kemampuan BAB
kuku, sensasi, suhu) - Kolaborasi pemberian analgetik
Indek ankcle- - Monitor adanya tromboplebitis
brachial < 0.90 - Diskusikan menganai penyebab
Perubahan tekanan perutbahan sensasi
darah di ekstremitas
Waktu pengisian
kapiler > 3 detik
Claudikasi
Warna tidak kembali
31
No Diangosa NOC NIC
ke tuangkai saat
tungkai di turunkan
Kelambatan
penyembuhan luka
perifer
Perunan nadi
Edema
Nyeri ektremitas
Bruit femoral
Faktor berhubungan :
Kurang pengetahuan
tentang faktore
pemberat (mis.,
merokok, gaya hidup
monoton,trauma,
obesitas, asupan
garam, imobilitas)
Kurang pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis.,
diabetes,
hiperlipidemia)
Diabete mellitus
Hipertensi
32
No Diangosa NOC NIC
Gaya hidup monoton
Merokok
33
No Diangosa NOC NIC
kandungan kalori
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
- -Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentas
- -Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor makanan kesukaan
34
No Diangosa NOC NIC
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
3 Defisit perawatan diri b/d Self care status Self Care assistane : ADLs
kelemahan fisik Self care status : dressing - Monitor kemempuan klien untuk
Definisi : Activity tolerance perawatan diri yang mandiri.
Gangguan kemampuan Fatigue level - Monitor kebutuhan klien untuk
untuk melakukan ADL pada Kriteria hasil : alat-alat bantu untuk kebersihan
diri Klien terbebas dari bau badan diri, berpakaian, berhias, toileting
Batasan karakteristik : Menyatakan kenyamanan terhadap dan makan.
ketidakmampuan untuk kemampuan untuk melakukan ADLs - Sediakan bantuan sampai klien
mandi, ketidakmampuan mampu secara utuh untuk
Dapat melakukan ADLS dengan
untuk berpakaian, melakukan self-care.
bantuan
ketidakmampuan untuk - Dorong klien untuk melakukan
makan, ketidakmampuan aktivitas sehari-hari yang normal
untuk toileting sesuai kemampuan yang dimiliki.
- Dorong untuk melakukan secara
35
No Diangosa NOC NIC
Faktor yang berhubungan mandiri, tapi beri bantuan ketika
: kelemahan, kerusakan klien tidak mampu
kognitif atau perceptual, melakukannya.
kerusakan neuromuskular/ - Ajarkan klien/ keluarga untuk
otot-otot saraf mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
- Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
36
No Diangosa NOC NIC
Trauma untuk cuci tangan
Kerusakan jaringan dan - tangan setiap sebelum dan
peningkatan paparan sesudah tindakan keperawatan
lingkungan - baju, sarung tangan sebagai alat
Ruptur membraamnion pelindung.
Agen farmasi - Pertahankan lingkungan aseptik
(imunosupresan) selama pemasangan alat.
Malnutrisi - Ganti letak IV perifer dan line
Peningkatan paparan central dan dressing sesuai
lingkungan patogen dengan petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten untuk
- menurunkan infeksi kandung
kencing
- intake nutrisi
37
No Diangosa NOC NIC
menular
- Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
38
No Diangosa NOC NIC
5 Intoleransi aktifitas Energy conservation Activity Therapy
Definisi : ketidakcukupan Activity tolerance - Observasi adanya pembatasan
energy psikologis atau Sef care : ADLs klien dalam beraktifitas.
fisiologi untuk melanjutkan Kriteria hasil: - Kaji kesesuaian
atau menyelesaikan aktifitas Berpartisipasi dalam aktivitas fisik aktivitas&istirahat klien sehari-
sehari hari yang harus atau dgn TD, HR, RR yang sesuai hari.
yang ingin dilakukan Menyatakan gejala memburuknya - ↑ aktivitas secara bertahap,
Batasan karakteristik: efek dari OR&menyatakan onsetnya biarkan klien berpartisipasi dapat
Respon tekanan darah segera. perubahan posisi, berpindah &
abnormal terhadap Warna kulit normal,hangat&kerin perawatan diri.
aktifitas - Pastikan klien mengubah posisi
Memverbalisa-sikan pentingnya
Respon frekuensi aktivitasseca-ra bertahap
secara bertahap.
jantung abnormal - Monitor gejala intoleransi
Mengekspresikan pengertian
terhdap aktifitas aktivitas.
pentingnya keseimbangan
Perubahan EKG yang latihan&istirahat
- Ketika membantu klien berdiri,
mencerminkan aritmia observasi gejala intoleransi spt
toleransi aktivitas
Perubahan EKG yang mual, pucat, pusing, gangguan
mencerminkan iskemia kesadaran&tanda vital.
Ketidak nyamanan - Lakukan latihan ROM jika klien
setelah beraktifitas tidak dapat menoleransi aktivitas.
Depsnea setelah - Bantu klien memilih aktifitas
berkatifitas yang mampu untuk dilakukan.
Menyatakan merasa
letih
39
No Diangosa NOC NIC
Merasakan merasa
lemah
Faktore yang
berhubungan :
Tirah baring atau
imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidak seimbangan
antara suplai dan
kebutuhan O2
Imobilitas
Gaya hidup monoton
6 Gangguan pertukaran gas Mendemonstrasikan peningkatan Terapi Oksigen
b.d ventilasi-perfusi ventilasi dan oksigenasi yang - Bersihkan mulut, hidung dan
adekuat. secret trakea.
Memelihara kebersihan paru paru - Pertahankan jalan nafas yang
dan bebas dari tanda tanda distress paten.
pernafasan. - Atur peralatan oksigenasi.
Mendemonstrasikan batuk efektif - Monitor aliran oksigen.
dan suara nafas yang bersih, tidak - Pertahankan posisi pasien.
ada sianosis dan dyspneu (mampu - Onservasi adanya tanda tanda
mengeluarkan sputum, mampu hipoventilasi.
bernafas dengan mudah, tidak ada - Monitor adanya kecemasan pasien
pursed lips). terhadap oksigenasi.
40
No Diangosa NOC NIC
tanda vital dalam rentang normal Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
- Catat adanya fluktuasi tekanan
darah.
- Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri.
- Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan.
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas.
- Monitor kualitas dari nadi.
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
- Monitor suara paru.
- Monitor pola pernapasan
abnormal.
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.
- Monitor sianosis perifer.
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik).
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
41
No Diangosa NOC NIC
7 Gangguan Pertukaran Respitory Status : gas exchange Airway Managemen
Gas Respiratory siklus Status : - Buka jalan nafas, guanakan teknik
Definisi : Kelebihan Atau ventilation chin lift atau jaw thrust bila perlu.
Deficit Pada Oksigenasi Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk
Dan/ Eleminiasi Co2 Pada memaksimalkan ventilasi.
Membran Alveolar-Kapiler suara nafas yang bersih, tidak ada - Identifikasi pasien perlunya
Batasan Karakteristik : sianosis dan dyspneu (mampu pemasangan alat jalan nafas
Ph Darah Arteri mengeluarkan sputum, mampu buatan.
Abnormal bernafas dengan mudah, tidak ada - Pasang mayo bila perlu.
Ph Arteri Abnormal pursed lips). - Lakukan fisioterapi dada jika
Pernapasan Menunjukkan jalan nafas yang perlu.
abnormal (mis., paten (klien tidak merasa - Keluarkan sekret dengan batuk
kecepatan, irama, tercekik, irama nafas, frekuensi atau suction.
kedalaman) pernafasan dalam rentang normal, - Auskultasi suara nafas, catat
Warna kulit tidak ada suara nafas abnormal). adanya suara tambahan.
abnormal (mis., Tanda Tanda vital dalam rentang - Lakukan suction pada mayo.
kehitaman) normal (tekanan darah, nadi, - Berikan bronkodilator bila perlu.
Sianosis (pada pernafasan) - Berikan pelembab udara Kassa
neonatus) basah NaCl Lembab.
Konfusi - Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Dispnea
Sakit kepala saat
bangun
Hipoksia
42
No Diangosa NOC NIC
Iritabilitas
Napas cuping
hidung
Gelisah
Samnolen
43
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
44
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PSMBA (PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS)
45
2. Etiologi
Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas pada
buku The Merck Manual of Patient Symptoms (Porter, 2008):
a. Duodenal ulcer
b. Gastric atau duodenal erosions
c. Varices
d. Gastric ulcer
e. Mallory –Weiss tear
f. Erosive esophagitis
g. Arteriovenous malformation
h. Gastrointestinal stromal tumors
46
Beberapa etiologi yang dapat menimbulkan perdarahan saluran makan bagian
atas beserta menurut Jutabha, R., et al (2003)adalah :
47
2) Penggunaan kortikosteroid saja tidak meningkatkan terjadinya tukak
gaster, tetapi penggunaan bersama NSAIDs mempunyai potensi untuk
menimbulkan tukak gaster
3) Resiko perdarahan saluran cerna bagian atas dapat terjadi dengan
penggunaan obat spironolactone diuretic atau serotonin reuptake
inhibitor. (Anand, 2011).
3. Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang dianggap berperan dalam patogenesis
PSMBA. Faktor risiko yang telah di ketahui menurut Loren (2005) adalah
a. Usia
Perdarahan SCBA sering terjadi pada orang dewasa dan risiko meningkat
pada usia>60 tahun karena terjadi peningkatan frekuensi pemakaian
OAINS dan interaksi penyakit komorbid yang menyebabkan terjadinya
berbagai macam komplikasi.
b. Penggunaan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
Studi cross sectional terhadap individu yang mengkonsumsi OAINS pada
dosis maksimal dalam jangka waktu lama 35% hasil endoskopi adalah
normal, 50% menunjukkan adanya erosi atau petechiae, dan 5%-30%
menunjukkan adanya ulkus. Jenis-jenis OAINS yang sering dikonsumsi
adalah ibuprofen, naproxen, indomethacin, piroxicam, asam mefenamat,
diklofenak.
c. Penggunaan obat-obat antiplatelet
Penggunaan aspirin dosis rendah (75 mg per hari) dapat menyebabkan
faktor perdarahan naik menjadi dua kali lipat, bahkan dosis subterapi 10
mg per hari masih dapat menghambat siklus oksigenasi.Aspirin dapat
menyebabkan ulkus lambung, ulkus duodenum, komplikasi perdarahan dan
perforasi pada perut dan lambung.
48
d. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya ulkus duodenum, ulkus gaster
maupun keduanya. Merokok menghambat proses penyembuhan ulkus,
memicu kekambuhan, dan meningkatkan risiko komplikasi
e. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol konsentrasi tinggi dapat merusak pertahanan
mukosa lambung terhadap ion hidrogen dan menyebabkan lesi akut
mukosa gaster yang ditandai dengan perdarahan pada mukosa.
f. Riwayat Gastritis
Riwayat Gastritis memiliki dampak besar terhadap terjadinya ulkus. Hal ini
diprediksi risiko terjadi bukan karena sekresi asam tetapi oleh adanya
gangguan dalam mekanisme pertahanan mukosa dan proses penyembuhan.
g. Infeksi bakteri Helicobacter pylori
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral yang
hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Beberapa penelitian menunjukkan tingkat infeksi H.pylori <75% pada
pasien ulkus duodenum
h. Chronic Kidney Disease
Efek uremia terhadap mukosa saluran cerna, disfungsi trombosit akibat
uremia, hipergastrinemia, penggunaan antiplatelet dan antikoagulan, serta
heparinisasi pada saat dialysis.
i. Hipertensi
Hipertensi menyebabkan disfungsi endotel sehingga mudah terkena
jejas.Selain itu hipertensi memperparah artherosklerosis karena plak mudah
melekat.
49
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Porter, 2008) gejala klinis perdarahan saluran cerna, ada 3 gejala
khas, yaitu:
a. Hematemesis
Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas,
yang berwarna coklat merah atau “coffee ground”
b. Hematochezia
Keluarnya darah dari rectumyang diakibatkan perdarahan saluran cerna
bahagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna
bahagian atas yang sudah berat.
c. Melena
Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur
asam lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bagian
atas, atau perdarahan daripada usus-usus ataupun colon bagian kanan dapat
juga menjadi sumber lainnya.
d. Disertai gejala anemia, yaitu: pusing, syncope, anginaatau dyspnea.(Laine,
2008).
50
Gagal hepar sirosis
kronis Syok hipovolemik
Kematian
hepar
5. Patofisiologi
Penurunan arus Cairan keluar banyak
balik vena..jantung
Perdarahan Peningkatan
gastrointestinal Varises Diltasi darah tekanan vena
massif lambung portal
Nutrisi kurang dari
SCBA & SCBB kebutuhan tubuh
Defisit volume Dehidrasi
cairan
Vasokontriksi
52
Auskultasi Usus Hiperaktif Normal
(Savides, T.J., et al., 2010)
d. Endoskopi
Forest II Perdarahan berhenti dan masih Gumpalan darah pada dasar tukak
terdapat sisa perdarahan atau terlihat pembuluh darah
53
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium penunjang awal ditujukan untuk menilai kadar
(Sudoyo, 2007) adalah :
a. Hemoglobin
b. fungsi hati dan kimia dasar yang berhubungan dengan status
haemodinamik.
c. Pemeriksaan kadar hematokrit dilakukan secara serial (setiap 6-8 jam)
agar dapat dilakukan antisipasi transfusi secara lebih tepat serta untuk
memantau lajunya proses perdarahan
d. Elektrokardiagram (terutama pasien berusia > 40 tahun)
e. BUN, kreatinin serum
f. Elektrolit (Na, K, Cl)
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari perdarahan saluran makan bagian atas menurut
Dubey tahun 2008 adalah :
a. Anemia
b. Dehidrasi
c. Nyeri Dada – jika ada juga penyakit jantung
d. Syok ( hipovolemik, kardiogenik, neurogenik )
e. Kematian
f. Gagal jantung
g. Sirosis hepatis kronis
h. Gastritis
9. Penatalaksanaan
a. Resusitasi
Bila sudah dalam keadaan hemodinamik tidak stabil atau dalam
keadaan renjatan, maka proses resusitasi cairan (cairan kristaloid atau
koloid) harus segera dimulai tanpa menunggu data pendukung lainnya.
Pilihan akses, jenis cairan resusitasi, kebutuhan transfuse darah,
54
tergantung derajat perdarahan dan kondisi klinis pasien. Cairan
kristaloid dengan akses perifer dapat diberikan pada perdarahan ringan
sampai sedang tanpa gangguan hemodinamik. Cairan koloid diberikan
jika terjadi perdarahan yang berat sebelum transfuse darah bisa
diberikan. Pada keadaan syok dan perlu monitoring ketat pemberian
cairan, diperlukan akses sentral. Target resusitasi adalah hemodinamik
stabil, produksi urin cukup (>30 cc/jam), tekanan vena sentral 5-10 cm
H2O, kadar Hb tercapai (8-10) gr/dl. (Jutabha, 2003)
b. PPI (Proton Pump inhibitor)
PPI merupakan pilihan utama dalam pengobatan perdarahan, PPI akan
menghentikan perdarahan karena ulkus peptikum dan mencegah
perdarahan berulang. PPI memiliki mekanisme kerja yaitu menghambat
H+/K+ATPase dan enzim karbonik anhidrase mukosa lambung
manusia.Hambatan menyebabkan sekresi asam lambung dihambat dan
pH lambung meningkat.Hambatan pada pada enzim karbonik anhidrase
terjadi perbaikan vaskuler, peningkatan mikrosirkulasi lambung, dan
meningkatkan aliran darah mukosa lambung. Obat PPI
1) omeprazol,
2) lansoprazole,
3) pantoprazole,
4) rabeprazole, dan
5) esomeprazole.
PPI efektif jika diberikan dengan dosis tinggi intravena selama 72 jam
setelah terapi endoskopi pada perdarahan pada ulkus dengan stigmata
endoskopi risiko tinggi misalnya, lesi tampak pembuluh darah dengan
atau tanpa perdarahan akut.Dosis rekomendasi omeprazol untuk
stigmata resiko tinggi pada pemeriksaan endoskopi adalah 80 mg bolus
diikuti dengan 8 mg/jam infuse selama 72 jam dilanjutkan dengan
terapi oral. (Jutabha, 2003)
55
B. Proses Keperawatan Pada Pasien Perdarahan Saluran Makan Bagian
Atas(Doengoes 2015, Nanda 2015, Nic-Noc 2012)
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala : lemah, letih, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur
Tanda: takikardia, takipnea/hiperventilasi terhadap aktifitas)
b. Sirkulasi
Gejala: hipotensi; takikardia, (respons disritmia,
(hipovolemia/hipoksemia)
Tanda: nadi perifer lemah; pengisian kapiler
lambat/perlahan(vasokontriksi); warna kulit pucat, sianosis;
kelembaban kulit/membran mukosa : berkeringat(menunjukkan status
syok, nyeri akut, respons psikologi).
c. Intergritas Ego
Gejala :stress, tergantung pada orang lain
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat,berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar
d. Eliminasi
Gejala: nyeri tekan abdomen, konstipasi\
Tanda: bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan,distensi
abdomen, perubahan feses (melena) ; haluaran urine menurun, pekat
e. Makanan/cairan
Gejala: anoreksia,mual, muntah ; masalah menelan, cegukan; nyeri ulu
hati
Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit buruk, berat jenis urine
menurun, napas bau asam, penurunan berat badan
f. Neurosensori
Gejala rasa berdenyut, pusing/sakit kepala, kelemahan
Tanda: disorientasi, mengantuk, status mental : tingkat kesadaran
terganggu
56
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: abdemone tegang/nyeri, pusing, nyeri tekan abdomen ;nyeri
digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
epigastrium kiri sampai tengah atau menyebar ke punggung
Tanda: wajah meringis, berhati-hati pada daerah yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit
h. Pernafasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum
Tanda: batuk, frekuensi pernafasan.
(NANDA, 2015)
57
3. Rencana Asuhan Keperawatan (Nanda 2015,NIC-NOC 2012)
58
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Hipoventilasi sindrom - Informasikan pada pasien dan
Nyeri keluarga tentang tehnik relaksasi
Kecemasan untuk memperbaiki pola nafas.
Disfungsi Neuromuskuler - Ajarkan bagaimana batuk efektif
Obesitas - Monitor pola nafas
Injuri tulang belakang
2. Perfusi jaringan gastrointestinal tidak Jumlah, warna, konsistensi dan bau - Monitor TTV
efektif feses dalam batas normal - Monitor elektrolit
Definisi : peningkatan, Tidak ada nyeri perut - Monitor irama jantung
penurunan,ketidakefektifan, atau kurang Bising usus normal - Catat intake dan output secara akurat
aktivitas peristaltic didalam sistem Tekanan systole dan diastole dalam - Kaji tanda-tanda gangguan
gastrointestinal rentang normal keseimbangan cairan dan elektrolit
Batasan Karakteristik Distensi vena leher tidak ada (membran mukosa kering, sianosis,
Nyeri Gangguan mental, orientasi jaundice)
perut pengetahuan dan kekuatan otot - Kelola pemberian suplemen
Mual normal elektrolit sesuai order
Distensi abdominal Na, K, Cl, Ca, Mg dan Biknat - Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah
Bising usus turun/ tidak ada dalam batas normal kalori dan jumlah zat gizi yang
Faktor yang berhubungan Tidak ada bunyi nafas tambahan dibutuhkan
gangguan afinitas Hb oksigen Intake output seimbang - Pasang NGT jika perlu
penurunan konsentrasi Hb, Tidak ada oedem perifer dan asites - Monitor output gaster
Hipervolemia Tdak ada rasa haus yang abnormal - Kolaborasi pemberian obat
Hipoventilasi Membran mukosa lembab
gangguan transport O2 Hematokrit dalam batas normal
59
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
3. Ketidakseimbangan cairan dan - Pertahankan catatan intake dan
elektrolit Mempertahankan urine output sesuai output yang akurat
Definisi :penurunan cairan intravascular dengan usia dan BB, BJ urine - Monitor status hidrasi ( kelembaban
interstisial, dan/ atau intraselular. Ini normal, membran mukosa, nadi adekuat,
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan Tekanan darah, nadi, suhu tubuh tekanan darah ortostatik ), jika
saat tanpa perubahan pada natrium dalam batas normal diperlukan
Batasan Karakteristik Tidak ada tanda tanda dehidrasi, - Monitor hasil lab yang sesuai dengan
Haus , lemas, muntah Elastisitas turgor kulit baik, retensi cairan (BUN , Hmt,
Penurunan turgor kulit/lidah membran mukosa lembab, tidak ada osmolalitas urin, albumin, total
Membran mukosa/kulit kering rasa haus yang berlebihan protein )
Peningkatan denyut nadi, penurunan Orientasi terhadap waktu dan tempat - Monitor vital sign setiap 15menit – 1
tekanan darah, penurunan baik jam
volume/tekanan nadi Jumlah dan irama pernapasan dalam - Kolaborasi pemberian cairan IV
Pengisian vena menurun batas normal - Monitor status nutrisi
Perubahan status mental Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas - Berikan cairan oral
Konsentrasi urine meningkat normal - Berikan penggantian nasogatrik
Temperatur tubuh meningkat pH urin dalam batas normal sesuai output (50 – 100cc/jam)
Kehilangan berat badan secara tiba- Intake oral dan intravena adekuat - Dorong keluarga untuk membantu
tiba pasien makan
Penurunan urine output - Kolaborasi dokter jika tanda cairan
HMT meningkat berlebih muncul meburuk
Kelemahan
Faktor yang berhubungan - Persiapan untuk tranfusi
Kehilangan volume cairan secara aktif - Pasang kateter jika perlu
60
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kegagalan mekanisme pengaturan - Monitor intake dan urin output setiap
8 jam
4. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri Mampu mengontrol nyeri (tahu - Lakukan pengkajian nyeri secara
Definisi : merasa kurang senang, lega, dan penyebab nyeri, mampu komprehensif termasuk lokasi,
sempurna dalam dimensi fisik, menggunakan tehnik karakteristik, durasi, frekuensi,
psikospiritual, lingkungan, dan sosial. nonfarmakologi untuk mengurangi kualitas dan faktor presipitasi
Batasan Karakteristik nyeri, mencari bantuan) - Observasi reaksi nonverbal dari
Laporan secara verbal Melaporkan bahwa nyeri berkurang ketidaknyamanan
Posisi untuk menahan nyeri dengan menggunakan manajemen - Bantu pasien dan keluarga untuk
Tingkah laku berhati-hati nyeri mencari dan menemukan dukungan
Gangguan tidur (mata sayu, tampak Mampu mengenali nyeri (skala, - Kontrol lingkungan yang dapat
capek, sulit atau gerakan kacau, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu
menyeringai) Menyatakan rasa nyaman setelah ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Terfokus pada diri sendiri nyeri berkurang - Kurangi faktor presipitasi nyeri
Fokus menyempit (penurunan persepsi Tanda vital dalam rentang normal - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
waktu, kerusakan proses berpikir, Tidak mengalami gangguan tidur menentukan intervensi
penurunan interaksi dengan orang dan - Ajarkan tentang teknik non
lingkungan) farmakologi: napas dala, relaksasi,
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- distraksi, kompres hangat/ dingin
jalan, menemui orang lain dan/atau - Kolaborasi pemberian analgetik untuk
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) mengurang nyeri
61
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Respon autonom (seperti diaphoresis, - Tingkatkan istirahat
perubahan tekanan darah, perubahan - Berikan informasi tentang nyeri
nafas, nadi dan dilatasi pupil) seperti penyebab nyeri, berapa lama
Perubahan autonomic dalam tonus otot nyeri akan berkurang dan antisipasi
(mungkin dalam rentang dari lemah ke ketidaknyamanan dari prosedur
kaku) - Monitor vital sign sebelum dan
Tingkah laku ekspresif (contoh : sesudah pemberian analgesik pertama
gelisah, merintih, menangis, waspada, kali
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan
minum
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari Kriteris Hasil : Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh Adanya peningkatan berat badan - Kaji adanya alergi makanan
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk sesuai dengan tujuan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
memenuhi kebutuhan metabolic Berat badan ideal sesuai dengan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Batasan Karakteristik : tinggi badan yang dibutuhkan pasien
Kram abdomen Mempu mengidentifikasi - anjurkan pasien untuk meningkatkan
Nyeri abdomen kebutuhan nutrisi protein dan vitamin C
Menghindari makanan Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi - berikan substansi gula
Berat badan 20% atau lebih dibawah Menunjukkan peningkatan fungsi - yakinkan diet yang dimakan
berat badan ideal pengecapan dari menelan mengandung tinggi seratu untuk
Diare Tidak terjadi penurunan berat mencegah konstipasi
Kehilangan rambut berlebihan badan yang berarti - monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Bising usus hiperaktif
62
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kurang informasi - kaji kemampuan pasien untuk
Kurang minat pada makanan (kurang mendapatkan kebutuhan nutrisi yang
nafsu makan) dibutuhkan
Membran mukosa pucat
Ketidakmampuan memakan makanan Memantau Nutrisi
Tonus otot menurun - Berat badan pasien dalam batas
Mengeluh gangguan sensasi rasa normal
- Monitor adanya penurunan berat
Sariawan
badan
Kelemahan otot untuk menelan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas
Faktor yang berhubungan:
yang biasa dilakukan
Faktor biologis
- Monitor lingkungan selama makan
Faktor ekonomi
- Monitor kulit kering dan perubahan
Ketidakmampuan untuk
pigmentasi
mengabsorbsi nutrient
- Monitor turgor kulit
Ketidakmampuan untuk mencerna - Monitor kekeringan, rambut kusam
makanan dan mudah patah
Ketidakmampuan menelan makanan - Monitor mual dan muntah
Faktor psikologis - Monitor kadar albumin, total protein,
Hb dan Ht
- Monitor pucat
- Catat adanya edema
63
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
6. Resiko syok Kriteria Hasil : Syok Prevention
Definisi : beresiko terhadap Nadi dalam batas normal - Monitor status sirkulasi tekanan
ketidakcukupan aliran darah kejaringan Irama jantung dalam batas normal darah, warna kulit, suhu kulit, denyut
tubuh, yang dapat mengakibatkan Pernafasan dalam batas normal jantung, dan kapiler refill
disfungsi seluler yang mengancam jiwa Mata cekung tidak ditemukan - Monitor tanda inadekuat oksigenasi
Faktor resiko : Tidak demam jaringan
Hipotensi Tekanan darah dalam batasan - Monitor suhu dan pernapasan
Hipovolemi normal - Monitor input dan output
Hipoksemia - Pantau nilai laboratorium
Hipoksia - Monitor tanda dan gejala asites
Infeksi - Monitor tanda awal syok
Sepsis - Tempatkan pasien pada posisi
supine, kaki elevasi untuk
Sindrom respons inflamasi sistemik
peningkatan preload
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan cairan intravena dan oral
yang tepat
- Berikan vasodilator yang tepat
- Ajarkan keluarga tentang tanda-tanda
syok
- Ajarkan keluarga tentang langkah
untuk mengatasi syok
64
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Syok management
- Monitor fungsi neurologis
- Monitor fungsi renal
- Monitor nadi
- Monitor status cairan, input dan
output
- Monitor gas darah arteri dan oksigen
di jaringan
- Monitor EKG
- Monitor gejala gagal nafas
- Monitor nilai laboratorium
7. Resiko infeksi Kriteria Hasil: Kontrol infeksi:
Definisi: mengalami peningkatan resiko Pasien bebas dari tanda dan gejala - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
terserang organism patogenik infeksi pasien
Faktor-faktor resiko: Mendeskripsikan proses penularan - Pertahankan teknik isolasi
Penyakit kronis (diabetes mellitus, penyakit, faktor yang mempengaruhi - Batasi pengunjung bila perlu
obesitas, sirosis hepatis, dll) penyebaran dan penatalaksanaannya - Mencuci tangan sebelum dan setelah
Pengetahuan yang kurang Menunjukkan kemampuan untuk menyentuh pasien
Pertahanan tubuh primer yang tidak mencegah timbulnya infeksi - Cuci tangan sebelum dan setelah
adekuat Jumlah leukosit dalam batas normal tindakan keperawatan
- Gangguan peristaltik Menunjukkan perilaku hidup sehat - Gunakan alat pelindung diri yang
- Kerusakan integritas kulit tepat
(pemasangan kateter intravena, - Pertahankan lingkungan aseptic
prosedur invasive) selama pemasangan alat
65
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
- Perubahan sekresi pH - Gunakan kateter intermiten untuk
- Pecah ketuban dini menurunkan infeksi kandung kemih
- Trauma jaringan - Tingkatkan intake nutrisi
Ketidakadekuatan pertahanan - Berikan terapi antibiotic bila perlu
sekunder - Monitor tanda dan gejala infeksi
- Penurunan hemoglobin - Inspeksi kulit dan area mukosa
- Imunosupresi - Inspeksi area luka atau insisi bedah
Vaksinasi tidak adekuat - Lakukan pemeriksaan laboratorium
Pemajanan terhadap pathogen secara berkala
Prosedur invasive - Ajarkan keluarga cara menghindari
Mal nutrisi infeksi
- Ajarkan keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
8. Gangguan pola tidur Jumlah jam tidur dalam batas - Determinasi efek-efek medikasi
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas normal terhadap pola tidur
waktu tidur akibat faktor eksternal Pola tidur,kualitas dalam batas - Jelaskan pentingnya tidur yang
Batasan Karakteristik : normal adekuat
Bangun lebih awal/lebih lambat Perasaan fresh sesudah - Fasilitasi untuk mempertahankan
Secara verbal menyatakan tidak tidur/istirahat aktivitas sebelum tidur (membaca)
fresh sesudah tidur Mampu mengidentifikasi hal-hal - Ciptakan lingkungan yang nyaman
Penurunan kemempuan fungsi yang meningkatkan tidur - Kolaburasi pemberian obat tidur
Penurunan proporsi tidur REM
66
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Penurunan proporsi pada tahap 3
dan 4 tidur.
Peningkatan proporsi pada tahap 1
tidur
Jumlah tidur kurang dari normal
sesuai usia
Faktor berhubungan :
Psikologis : usia tua, kecemasan,
agen biokimia, suhu tubuh, pola
aktivitas, depresi, kelelahan, takut,
kesendirian.
Lingkungan : kelembaban,
kurangnya privacy/kontrol tidur,
pencahayaan, medikasi (depresan,
stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual, posisi,
urgensi urin, nyeri
9. Intoleransi aktivitas Berpartisipasi dalam aktivitas fisik - Observasi adanya pembatasan klien
Definisi : ketidakcukupan energy tanpa disertai peningkatan tekanan dalam melakukan aktivitas
psikologis atau fisiologis untuk darah, nadi dan RR - Kaji adanya faktor yang
melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas Mampu melakukan aktivitas sehari menyebabkan kelelahan
kehidupan sehari-hari yang harus atau hari (ADLs) secara mandiri - Monitor nutrisi dan sumber energi
yang ingin dilakukan Keseimbangan aktivitas dan istirahat yang adekuat
Batasan Karakteristik : - Monitor pasien akan adanya
67
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Melaporkan secara verbal adanya kelelahan fisik dan emosi secara
kelelahan atau kelemahan. berlebihan
Adanya ketidaknyamanan saat - Monitor respon kardivaskuler
beraktivitas. terhadap aktivitas (takikardi,
Respon abnormal dari tekanan darah disritmia, sesak nafas, diaporesis,
atau nadi terhadap aktifitas pucat, perubahan hemodinamik)
Perubahan ECG : aritmia, iskemia - Monitor pola tidur dan lamanya
Faktor yang berhubungan : tidur/istirahat pasien
Tirah Baring atau imobilisasi - Kolaborasikan dengan Tenaga
Kelemahan menyeluruh Rehabilitasi Medik dalam
Ketidakseimbangan antara suplei merencanakan progran terapi yang
oksigen dengan kebutuhan tepat.
Gaya hidup yang dipertahankan. - Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
- Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
- Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
68
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
krek
- Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
69
DAFTAR PUSTAKA
Anand, B.S., Katz, J. (2011). Peptic Ulcer Disease, Medscape Reference, Professor.
Department of Internal Medicine, Division of Gastroenterology, Baylor College of
Medicine. Available from:http://emedicine.medscape.com/( Accessed 23 Februari
2011)
Holster IL, Kuipers EJ. Management of acute nonvariceal upper gastrointestinal bleeding:
current policies and future perspectives. World J Gastroenteral. 2012; 18:1207-7
Jutabha, R., et al. (2003). Acute Upper Gastrointestinal Bleeding.Dalam: Friedman, S.L., et
al. Current Diagnosis & Treatment in Gastroenterology 2 ed. USA: McGraw-Hill
Companies, 53 – 67.
Loren L. Gastrointestinal bleeding. In: Braunwald E, Fauci AS, Dasper DL, hauser SL.
Longo DL, Jameson JL, eds. Harrisons’s Principle of Internal medicine. 18thed.USA:
McGraw-Hill Companies Inc: (2005) ; 235
Porter, R.S., et al. (2008). The Merck Manual of Patient Symptoms.USA: Merck Research
Laboratories
70
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. (2007). Buku ajar ilmu penyakit
dalam.Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Wong SY, Chang CM, Chen WH, KNG C. High incidence of clopidogrel-associated
gastrointestinal bleeding in patients with previous peptic ulcer disease. Aliment
Pharmacol Ther. 2003;(18):443-9.
71
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
GAGAL GINJAL
ginjal atau fungsi ginjal yang mengalami penurunan tingkat lebih dari 3 bulan, ini
Price & Wilson (2006, p.912-913) menjelaskan bahwa gagal ginjal kronik
adalah perkembangan yang lambat dan progresif yang terjadi pada gagal ginjal
biasanya berlangsung beberapa tahun. Ginjal tidak mampu lagi untuk
mempertahankan volume dan cairan elektrolit tubuh dalam keadaan. Melihat
perjalanan dari gagal ginjal kronik yaitu dengan memantau hasil kreatinin serum
dengan laju filtrasi glomerulus (GFR) sebagai presentase dari keadaan normal,
penyakit gagal ginjal kronik dapat merusak massa nefron secara progresif.
2. Klasifikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gagal ginjal dibagi menjadi dua kategori,
yaitu :
1. Gagal ginjal akut, seringkali berkaitan dengan penyakit kritis, berkembang cepat
dalam hitungan beberapa hari hingga minggu dan biasanya reversible bila
pasien dapat bertahan dengan penyakit kritisnya.
2. Gagal ginjal kronik adalah perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak
reversible)
3. Etiologi
a. Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik (Smeltzer & Bare, 2001. p.1448) :
Klasifikasi penyakit Penyakit
Penyakit infeksi Peielonefritis kronik atau refluk nefropati
tubulointerstitial
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
72
Klasifikasi penyakit Penyakit
Penyakit vaskular hipertensif Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan ikat Lupus eritematosus sistemik
Poliarteritis nodosa
Gangguan kongenital dan Penyakit ginjal polikistik
herediter Asidosis tubulus ginjal
Penyakit meabolik Doabetes mellitus
Goat
Hiperparatiroidisme
Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesic
Nefropati timah
Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas: batu,
neoplasma fibrosis retroperitonial
Traktus urinarius bagian bawah : hipertrofi
prostat struktur uretra, anomali kongenital,
leher vesika urinaria dan uretra
b. Klasifikasi penyebab gagal ginjal akut (Smeltzer & Bare, 2001. p.1448) :
1) Azotemia Prarenal (Penurunan Perfusi Ginjal)
a. Deplesi volume cairan ekstrasel (ECF) absolute
1) Perdarahan : operasi besar, trauma, pascapartum
2) Diuresis berlebihan
3) Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat : muntah, diare
4) Kehilangan cairan dari ruang ketiga : luka bakar, peritonitis,
pankreatitis
b. Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif
1) Penurunan curah jantung : infark miokardium, disritmia, gagal
kongestif, temponade jantung, emboli paru
2) Vasodilatasi perifer: sepsis, anafilaksis, obat anastesi, antihipertensi,
nitrat
3) Hipoalbuminemia : sindromnefrotik, gagal hati (sirosis)
c. Perubahan hemodinamik ginjal primer
1) Penghambat sintesis prostaglandin, aspirin, dan obat NSAID lain
73
2) Vasodilatasi arteriol eferen : penghambat enzim pengkonversi
angiotensin misalnya captopril
3) Sindroma hepatorenal
d. Obstruksi vaskular ginjal bilateral
a. Stenosis arteri ginjal, emboli, trombosis
b. Trombosis vena renalis bilateral
2) Azotemia Pascarenal (Obstruksi Saluran Kemih)
1. Obstruksi uretra : katup uretra, struktur uretra
2. Obstruksi aliran keluar kandung kemih: hipertrofi prostat, karsinoma
3. Obstruksi ureter bilateral
a. Intraureter: batu, bekuan darah
b. Ekstraureter (kompresi): fibrosis retroperitonial, neoplasma
kandung kemih, prostat atau serviks ligasi bedah yang tidak
disengaja atau cedera
4. Kandung kemih neurogenik
4. Manifestasi Klinis
a. Gagal ginjal kronik, menurut perjalanan klinisnya (Smeltzer & Bare, 2001,
p.1448) :
1) Menurunnya cadangan ginjal pasien asimptomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal
2) Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
3) Penyakit ginjal stadium akhir atau sindrom uremik (lemah, letargi,
anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan), neuropati
perifer, pruritus, uremik frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma
yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum
kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan
gejala yang komplek.
74
b. Gagal ginjal akut
Perjalanan klinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi 3 stadium:
oliguria, diuresis, dan pemulihan. Pembagian ini dipakai pada penjelasan
dibawah ini, tetapi harus diingat bahwa gagal ginjal akut azotemia dapat saja
terjadi saat keluaran urin lebih dari 400ml/24jam (Smeltzer & Bare, 2001.
p.1448).
1) Stadium oliguria, oliguria timbul dalam waktu 24 - 48 jam sesudah
trauma dan disertai azotemia
2) Stadium diuresis
1) Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400 ml/hari
2) Berlangsung 23 minggu
3) Pengeluaran urin harian jarang melebihi 4 liter, asalkan pasien tidak
mengalami hidrasi yang berlebih
4) Tingginya kadar urea darah
5) Kemungkinan menderita kekurangan kalium, natrium, dan air
6) Selama stadium dini diuresis kadar BUN mungkin meningkat terus
3) Stadium penyembuhan, stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai
1 tahun, dan selama itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit
demi sedikit membaik.
75
5. Patofisiologi
GGK Anemia
Ketidakefektifan
perfusi jaringan 76
perifer
Gastritis Hematemesis Hipertrofi ventrikel kiri Ketidakefektifan perfusi
Melena jaringan perifer
Mual, muntah
Payah jantung kiri
Anemia
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
keb.tubuh Keletihan COP turun Bendungan atrium
kiri naik
Aliran darah ginjal turun Suplai O2 jaringan turun Suplai O2 ke otak turun
Tekanan vena pulmonalis
77
6. Penatalaksanaan
Pengelolaan dapat meliputi (Smeltzer & Bare, 2001. p.1448) :
1. Terapi penyakit ginjal
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Penghambatan penurunan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6. Terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejal dan
tanda uremia
78
B. Proses Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal (Doengoes 2015, Nanda 2015, NIC-
NOC 2012)
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia /
gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak,tangan, disritmia jantung.
Nadi lemah halus,hipotensi ortostatik menunjukan hipovolemia, pucat,
kecenderungan perdarahan.
c. Integritas Ego
Gejala : Factor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
d. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare,
atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, cokelat,berawan,
oliguria, dapat menjadi anuria.
e. Makanan/ Cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penuruna berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap di mulut
(pernapasan amonia), penggunaan diuretic
Tanda : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,, perubahan turgor kulit /
kelembaban, edema (umum,tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi / lidah,
penurunan oto, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “ kaki
gelisah”,
79
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkosentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam
hari)
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
h. Pernapasan
Gejala : napas pendek ; dispnea nocturnal paroksimal ; batuk dengan / tanpa
sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (pernapasan
kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah muda – encer (edema paru).
i. Kenyamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual
terjdai peningkatan pada pasie yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal., petechie.
j. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido ; amenorea ; infertilitas
k. Interaksi sosial
Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankn
fungsi peran biasanya dalam keluarga.
l. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis herediter,kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh
toksin, contoh, obat, racun lingkungan
80
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa
mulut
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perlemahan aliran
darah keseluruh tubuh
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk
sampah
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas, gangguan status
metabolik sekunder
(NANDA, 2015)
81
3. Rencana Asuhan Keperawatan (NIC-NOC, 2012)
82
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Faktor-faktor yang hiperventilasi, cheyne stokes
berhubungan: - Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan
Perubahan membrane alveolar- paradoksis)
kapiler - Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/ tidak
Ketidakseimbangan ventilasi- adanya ventilasi dan suara tambahan
perfusi - Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkgi pada jalan napas
- Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
2. Nyeri akut Pail level Management pain:
Definisi: pengalaman sensori dan Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehemsif
emosional yang tidak Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekunsi,
menyenangkan muncul akibat kualitas dan faktor presipitasiobservasi reaki
kerusakan jaringan yang actual atau Kriteria hasil: nonverbal dan ketidaknyamanan
potensial atau digambarkan dalam Mampu mengontrol nyeri - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
hal kerusakan sedemikian rupa: (penyebab nyeri, mampu mengetahui pengalaman nyeri pasien
awitan yang tiba-tiba atau lambat menggunakan teknik - Kaji kultru yang mempengaruhi respon nyeri
dari intensitas ringan hingga berat nonfarmakollogi untuk - Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
dengan akhir yang dapat diantisipasi mengurangi nyeri dan mencari - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
atau diprediksi dan berlangsung <6 bantuan) tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
bulan. Melaporkan bahwa nyeru - Bantu pasien dan keluaarga mencari dan
Batasan karakteristik: berkurang dengan menggunakan menemukan dukungan
Perubahan selera makan manajemen nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
Perubahan tekanan darah, denyut Mampu mengenali nyeri (skala, nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
jantung dan pernapasan intensitas, frekuensi dan tanda kebisingan
Diaphoresis nyeri) - Kurangi faktor presipitasi nyeri
Perilaku distraksi (mis.,berjalan - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
83
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
mondar mandir mencari orang Menyatakan rasa nyaman non farmakologi
lain atau aktivitas lain, aktivitas setelah nyeri berkurang - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
yang berulang) - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Mengekspresikan perilaku - Tingkatkan istirahat
(mis.,gelisah, merengek, - Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
menangis) tindakan nyeri tidak berhasil
Sikap melindungi area nyeri - Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
Fokus menyempit (mis., nyeri
gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berfikir, Analgesic administration:
penurunan interaksi dengan orang - Tentukan lokasi, karakterisktik, kualitas dan derajat
dan lingkungan nueri sebelum pemberian obat
Indikasi nyeri yang dapat diamati - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
Perubahan posisi untuk frekuensi
menghinndari nyeri - Cek riwayat alergi
Dilatasi pupil - Pilih analgesic yang diperlukan
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan:
Agen cedera (mis., biologis, zat
kimia, fisik, psikologis)
3. Kelebihan volume cairan Tissue integrity : skin and - Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Definisi: peningkatan retensi mucous - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
cairan isotonic Wound healing : primary and - Pasang urin kateter jika diperlukan
secondary intention - Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
84
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Batasan karakteristik: (BUN, osmolalitas urin)
Bunyi napas adventisius Kriteria Hasil : - Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
Gangguan elektrolit Perfusi jaringan normal PCWP
Ansietas Tidak ada tanda-tanda infeksi - Monitor vital sign
Azotemia Ketebalan dan tekstur jaringan - Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles,
Perubahan tekanan darah, normal CVP, edema, distensi vena leher, asites)
frekuensi pernapasan, Menunkukkan pemahaman - Kaji lokasi dan luas edema
Perubahan status mental dalam proses perbaikan kulit - Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake
kalori
Perubahan hemoglobin, dan mencegah terjadinya
cidera berulang - Monitor status nutrisi
hematokrit
Menunjukkan terjadinya - Kolaborasi pemberian diuretic sesuai instruksi
Dispnea
- Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremia
Edema proses penyembuhan luka
dilusi dengan serum Na< 130 mEq/l
Penignkatan tekanan vena sentral
- Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
Asupan melebihi haluaran
memburuk
Distensi vena jugularis
Oliguria Fluid monitoring:
Ortopnea - Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
Efusi pleura eliminasi
Refleksi hepatojugular posistif - Tentukan riwayat kemungkinan faktor risiko dari
Perubahan tekanan arteri ketidakseimbangan cairan (hipertermia, terapi
pulmonal diuretic, kelainan renal, gagal jantung, diaphoresis,
Kongesti pulmonal disfungsi hati, dll)
Gelisah - Monitor berat badan
Perubahan berat badan dalam - Monitor serum dan elektrolit urin
waktu yang singkat - Monitor serum dan osmolalitas urine
Perubahan berat jenis urin - Monitor BP, HR, dan RR
85
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Bunyi jantung s3 - Monitor tekanan darah ortostatik dan perubahan
irama jantung
Faktor-faktor yang berhubungan: - Monitor parameter hemodinamik infasif
Gangguan mekanisme regulasi - Catat secara akurat intake dan ouput
Kelebihan asupan cairan - Monitor adanya distensi leher, edema perifer dan
Kelebihan asupan natrium penambahan BB
- Monitor tanda dan gejala dari edema
4. Ketidakseimbangan nutrisi Nutrional status Airway management
kurang dari kebutuhan tubuh Nutrional status : food and fluid - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
Defenisi : Asupan nutrisi tidak Intake thrust, bila perlu
cukup untuk memenuhi kebutuhan Nutrional status : nutrient intake - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
metabolik - Identifikasi pasien perlunya pemasangan jalan nafas
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : buatan
Kram abdomen Adanya peningkatan berat badan - Pasang mayo jika perlu
Nyeri abdomen sesuai dengan tujuan - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Menghindari makanan Berat badan ideal sesuai dengan - Keluarkan secret dengan batuk atau suction
Berat badan 20% atau lebih tinggi badan - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
dibawah berat badan ideal Mampu mengidentifikasi
Kerapuhan kapiler - Berikan bronkodilator, bila perlu
kebutuhan nutrisi
Diare - Berikan pelembab udara atau nebulizer
Tidak ada tanda-tanda
- Atur intake cairan untuk mengoptimalkan
Kehilangan rambut berlebihan malnutrisi
keseimbangan
Bising usus hiperaktif Menunjukkan peningkatan
- Monitor respirasi dan status O2
Kurang makanan fungsi pengecapan dari menelan
Kurang informasi Tidak terjadi penurunan berat Respiratory monitoring
Kurang minat pada makanan badan yang berarti - Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha
Penurunan berat badan dengan respirasi
86
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
asupan makanan adekuat - Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
Kesalahan informasi penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraotot
Membran mukosa pucat supraclavicular dan intercostals
Ketidakmampuan memakan - Monitor suara nafas
makanan - Monitor pola nafas: bradipnea, takipnea, kussmaul,
Tonus otot menurun hiperventilasi, cheyne stokes
Mengeluh gangguan sensasi rasa - Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan
Cepat kenyang setelah paradoksis)
- Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/ tidak
Sariawan rongga mulut
adanya ventilasi dan suara tambahan
Steatorea
- Tentukan kebutuhan suction dengan
Kelemahan otot pengunyah
mengauskultasi crakles dan ronkgi pada jalan napas
Kelemahan otot untuk menelan
- Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
Faktor-faktor yang berhubungan
mengetahui hasilnya
:
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Faktor psikologis
Ketidakmampuan
untukmengabsobsi nutrien
Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
Ketidakmampuan untuk menelan
makanan
87
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan Circulation status Peripheal Sensation Management manajemen
perifer Tissue Perfusion: cerebral sensasi perifer)
Defenisi : Penurunan sirkulasi darah - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
ke perifer yang dapat mengganggu Kriteria Hasil: terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
kesehatan Mendemostrasikan status - Monitor adanya paretese
Batasan karakteristik: sirkulasi yang ditandai dengan: - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
Tidak ada nadi Tekanan sistol dan diastol dalam jika ada isi atau laserasi
Perubahan fungsi motorik rentang yang diharapkan - Gunakan sarung tangan untuk proteksi
Perubahan karkteristik kulit Tidak ada ortostatik hipertensi - Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
warna, elastisitas, rambut, Tidak ada tanda adanya tanda - Monitor kemampuan BAB
kelembapan, kuku, sensasi, suhu) peningkatan tekanan intrakranial - Monitor adanya tromboplebitis
Indeks ankle-brackial < 0,90 Mendemonstrasikan
Perubahan tekanan darah kemampuan kognitif yang
diektremitas ditandai dengan:
Waktu pengisian kapiler >3 detik Berkomunikasi dengan jelas dan
Klaudiaksi sesuai dengan kemampuan
Warna tidak kembali ke tungkai Menunjukkan perhatian,
saat tungkai diturunkan konsentrasi dan orientasi
Kelambatan penyembuhan luka Memproses informasi
perifer Membuat keputusan dengan
Penurrunan nadi benar
Edema Menunjukkan fungsi sensori
Nyeri ekstremitas motori cranial yang utuh :
Bruit femoral tingkat kesadaran membaik,
Warna kulit pucat saat elevasi tidak ada gerakan involunter
88
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Faktor yang berhubungan:
Kurang pengetahuan tentang
faktor pemberat (mis. Merokok,
gaya hidup monoton, trauma,
obesitas, asupan garam,
imobilitas)
Kurang pengetahuan tentang
proses penyakit
Diabetes mellitus
Hipertensi
Merokok
6. Kerusakan integritas jaringan Tissue integrity : skin and Pressure ulcer prevention wound care
Defenisi : Kerusakan jaringan mucous - Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
membran mukosa, kornea, Wound healing : primary and - Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
integumen, atau subkutan secondary intention - Monitor kulit akan adanya kemerahan
Batasan karakteristik - Oelskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah
Kerusakan jaringan (mis. Kornea, Kriteria Hasil : yang tertekan
membran mukosa, kornea, Perfusi jaringan normal - Monitor status nutrisi apsien
integumen, atau subkutan) Tidak ada tanda-tanda infeksi - Memandikan pasien dnegan sabun dan air hangat
Kerusakan jaringan Ketebalan dan tekstur jaringan - Observasi luka: lokasi, dimensi, kedalaman luka,
Faktor yang berhubungan normal jaringan nekrotik, tanda infeksi lokal
Gangguan sirkulasi Menunkukkan pemahaman - Ajarkan keluarga tentan luka dan perawatan luka
Iritan zat kimia dalam proses perbaikan kulit - Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP
Defisit cairan dan mencegah terjadinya cidera - Cegah kontaminasi feses dan urin
- Lakukan teknik pembersihan luka dengan steril
Kelebihan cairan berulang
- Berika posisi yang mengurangi tekanan pada luka
89
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Hambatan mobilitas fisik Menunjukkan terjadinya proses - Hindari kerutan pada tempat tidur
Kurang pengetahuan penyembuhan luka
Faktor mekanik
Faktor nutrisi
Radiasi
Suhu ektrem
90
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Menyatakan merasa lemah dan ventilasi adekuat
91
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, S. B., George, L. B. (2011). Chronic kidney disease (GAGAL GINJAL KRONIK)
and hypertension essentials. Jones & Bartlett Learning: New York.
Baradero, M., Dayrit, W. M., & Siswadi, Y. (2008). Pasien gangguan ginjal. Jakarta : EGC.
Bradley, J., Wayne, D., Rubenstein, D. (2005). Kedokteran klinis. Erlangga : PT Gelora
Aksara Pratama.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Volume 1 dan
2. Jakarta: EGC.
Price, S. A. & Wilson, L.M (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, vol 2.
Jakarta:EGC
92
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
SIROSIS HEPATIS
1. Definisi
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan
distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenaratif (Sudoyo
Aru,dkk, 2009).
Penyakit hati ini dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal
dan lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang
tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Sylvia, 2010).
2. Etiologi
Menurut Brunner & Suddarth (2002) ada 3 tipe sirosis hepatis:
a. Sirosis Laennec (disebut juga sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi),
dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sirosis ini
paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis
b. Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar
sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya
c. Sirosis billiaris, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di
sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier
yang kronis dan infeksi (kolangitis)
3. Manifestasi Klinik
a. Keluhan pasien :
1) Pruritis
2) Urine berwarna gelap
3) Ukuran lingkar pinggang meningkat
4) Turunnya selera makan dan turunnya berat badan
5) Ikterus (kuning pada kulit dan mata) muncul belakangan
93
b. Tanda klasik:
1) Telapak tangan merah
2) Pelebaran pembuluh darah
3) Ginekomastia bukan tanda yang spesifik
4) Peningkatan waktu protombin adalah tanda yang lebih khas
5) Ensephalopati hepatis dengan hepatitis fulminan akut dapat terjadi
dalam waktu singkat dan pasien akan merasa mengantuk, delirium
kejang dan koma dalam waktu 24 jam
6) Onset ensephalopati hepatitis dengan gagal hati kronik lebih lambat
dan lemah
(Yuliana, 2009)
4. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan Mansjoer (2007) beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:
1) Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi
jaringan hepar)
2) Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism
protein)
3) Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme
bilirubin)
4) PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor
pembekuan)
b. Biopsy hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan
radiologis tak dapat menyimpulkan
c. CT Scan atau MRI dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat
obstruksi dan aliran darah hepatic
94
d. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia
(disebabkan oleh peningkatan skresi aldosteron pada respon terhadap
kekurangan volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites
e. TDL menunjukkan penurunan SDM, Hemoglobin, hematokrit, trombosit,
dan SDP (hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal
dan kerusakan metabolism nutrient)
f. Urinalisis menunjukkan billirubinuri
g. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
h. Endoskopi (varises) dengan barium esofagografi
i. Biopsy hepar dan ultrasanografi
5. Penatalaksanaan
a. Simtomatis
b. Supportif, yaitu antara lain:
1) Istirahat yang cukup
2) Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya: cukup
kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
3) Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya pada sirosis hati akibat
infeksi virus C dapat dicoba dengan interferon.
c. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti:
1) Asites
95
c) Diuretik, pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah
menjalani diet rendah garam dan pembatasan cairan namun
penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari.
Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah
hipokalem dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic,
maka pilihan utamadiuretic adalah spironolacton, dan dimulai
dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap
3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal diuresisnya belum
tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan furosemid.
2) Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)
Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III
(Cefotaxime),secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara
oral. Mengingat akan rekurennya tinggi maka untuk Profilaxis dapat
diberikan Norfloxacin (400mg/hari)selama 2-3 minggu.
3) Hepatorenal Sindrome
Hepatorenal Sindrome dicegah dengan menghindari pemberian
diuretik yang berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit
seperti gangguan elekterolit, perdarahan dan infeksi. Penanganan
secara konservatif dapat dilakukan berupa: Ritriksi cairan,garam,
potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang
nefrotoxic.Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti dengan
perbaikan dan fungsi ginjal.
4) Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus
Prinsip penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai
keadaan pasien stabil, dalam keadaan ini maka dilakukan: Pasien
diistirahatkan daan dpuasakan.
5) Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi.
6) Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali
kegunaannya, yaitu: untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es,
pemberian obat-obatan, evaluasi darah.
7) Pemberian obat-obatan berupa antasida, ARH2, Antifibrinolitik,
Vitamin K, Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin
96
8) Ensefalopati Hepatik
Nutrisi khusus hati akan menjaga kecukupan kebutuhan protein dan
mempertahankan kadar albumin darah tanpa meningkatkan risiko
terjadinya hiperamonia. Dengan nutrisi khusus ini diharapkan status
nutrisi penderita akan terjaga, mencegah memburuknya penyakit hati,
dan mencegah terjadinya ensefalopati hepatik sehingga kualitas serta
harapan hidup penderita juga akan membaik
97
Hepatitis virus B dan C Alkohol Metabolic: DM Kolestatis kronik Toksis dari obat: INH malnutrisi
1. Pengkajian
99
2. Masalah yang Lazim Muncul (Diagnosa)
100
3. Rencana Asuhan Keperawatan (NIC-NOC, 2012)
101
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
makanan ade kuat nutrisi kebutuhan Berikan subtansi gula
Kesalahan konsepsi nutrisi Yakinkan diet yang
Kesalahan informasi Tidak ada tanda – di makan
Membran gukosa pucat tanda mal nutrisi mengandung tinggi
Ketidakmampuan memakan makanan Menunjukkan fungsi serat untuk
Tonus otot menurun pengecapan dari mencegah konstipasi
Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA Tidak terjadi yang dipilih ( sudah
102
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition monitoring
- BB Pasien dalam
batas normal
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan
jumlah aktifitas
yang bisa dilakukan
- Monitor interaksi
103
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
anak atau orang tua
selama makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering
dan perubahan
pikmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
104
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
- Monitor kadar
album min, total
protein
2. Ketidakefektifan Pola Nafas Respiratoy status : Airway Management
Definisi : inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak - buka jalan nafas.
memberi ventilasi ventilation
Gunankan tehnik
Batasan karakteristik : Respiratory status :
Perubahan kedalaman pernafasan chin lift atau juw
airway patency
Perubahan ekskursi dada thrust jika perlu
Vital sign status
Mengambil posisi tiga titik - Posisikan pasien
105
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Fase ekspirasi memanjang bernfas dengan - Lakukan fisioterapi
Pernafasan bibir mudah, tidak ada dada jika perlu
Takipneu pursed lips) - Keluarkan sekret
Penggunaan otot aksesorius untuk bernafas Menunjukkan jalan dengan batuk atau
nafas yang paten suction
Faktor yang berhubungan : TTV dalam rentang - Auskultai suara
Ansietas
normal nafas, catat adanya
Posisi tubuh
suara tambahan
Deformitas tulang
- Lakukan suction
Deformitas dinding dada
pada mayo
Keletihan - Berikan
Hiperventilasi bronkodilator jika
Sindrom hipoventilasi perlu
Gangguan muskuloskeletal - Berikan pelembab
Kerusakan neurologis udara kassa basah
Imaturitas neurologis Nacl lembab
Disfungsi neuromuskular - Atur intake untuk
106
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Obesitas cairan mengotialkan
Nyeri keseimbangan
Keletihan otot pernafasan - Moitor respirasi dan
107
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
- Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
108
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
selama, dan setelah
aktifitas
- Monitor kualitas
dari nadi
- Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernafasan abnormal
- Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor cushing
triad (tekanan nadi
109
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
yang melebar,
bradikardi, tekanan
sistolik)
- Identifikasi dari
penyebab vital sign
3. Nyeri Akut Pain Level Pain Management
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang - Lakukan pengkajian
tidak menyenangkan yang muncul akibat keruskan Pain Control
nyeri secara
jaringan yang aktual atau potensial atau Konvor Level
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa komprehensif
(International Association For THE Study Of Pain) Kriteria Hasil :
Mampu termasuk lokasi,
: awitan yang tiba-tiba atu lambat dari intesitas
ringan hinnga berat dengan akhir yang dapat di mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
anstipasi atau di prediksi dan berlangsung < 6 ( tahu penyebab
nyeri, mampu frekuensi , kualitas
bulan.
Batasan karakteristik : menggunakan dan faktor
Perubahan selera makan tehnik non
farmakologis presipitasi
Perubahan tekanan darah untuk - Observasi reaksi non
mengurangi
Perubahan frekuensi jantung verbal dari
nyeri, mencari
Perubahan frekensi pernafasan bantuan) ketidaknyamanan
Melaporkan
Laporan isyarat bahwa nyeri - Gunakan tehnik
110
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Diaforesis berkurang dengan komunikasi
menggunakan
Perilaku distraksi ( mis, berjalan mondar- manajemen nyeri
teraupetik untuk
mondir mencari orang lain dan atau Mampu mengetahui
mengenali nyeri (
aktivitas lain, ativitas yang berulang ) pengalaman nyeri
skala, intesitas,
Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, frekuensi dan pasien
tanda nyeri)
merengek, menangis) - Kaji kultur yang
Menyatakan rasa
Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, nyaman setelah mempengaruhi
nyeri berkurang
tampak kacau, gerakan mata berpencar atau respon nyeri
111
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Gangguan tidur lampau
Faktor yang berhubungan : - Bantu pasien &
Agens cedera (mis, bilogis, zat kimia, fisik, keluarga mencari
psikologis) dan menemukan
dukungan
- Kontrol lingkungan
yang dapar
mempengaruhi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
112
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
farmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menetukan
intervensi
- Ajarkan tnetang
tehnik non
farmakologis
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan
dengan dokter jika
113
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
ada keluhanan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesik
Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajar
nyeri sebekum
pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
114
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
dari tipe dan
beratnya nyeri
- Tentukan analgetik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
- Pilih rute secara
pemberian IV,IM
untuk pengobatan
nyeri secara
115
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
teraratur
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgetil pertama
kali
- Berikan anlgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
- Evaluasi efektifitas
anlgesik tanda &
gejala
116
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Anasarka Kriteria Hasil : - Pertahankan catatan
Terbebas dari
Ansietas intake & ouput yang
edema
Azotemia akurat
Efusi, anaskara
Perubahan TD - Pasang urine kateter
Bunyi nafas bersih, jika diperlukan
Perubahan status mental
tidak ada dispneu/ - Monitor hasil Hb
Perubahan pola pernafasan
orthopneu yang sesuai dengan
Penurunan Hematokrit
Terbebas dari retensi
Penurunan Hb
distensi vena cairan(BUN,HMT,o
Dispnea
jugularis smolalitas urine)
Edema
Reflek - Monitor status
Peningkatan tekanan vena sentral
hepatojugular (+) hemodinamik
Asupan melebihi haluaran
Distensi vena jugularis Memelihara termasuk CVP,
Oliguria tekanan vena sental, MAP,PAP, dan
Orthopnea tekanan kapiler PCWP
Efusi pleura paru, output jantung - Monitor vital sign
Refleksi hepatojugular positif & vital sign dalam - Monitor indikasi
117
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Perubahan tenakan arteri pulmonal batas normal retensi/kelebihan
Kongesti pulmonary Terbebas dari cairan (cracles,
Gelisah kelelahan CVP, edema,
118
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
hiponatremi dilusi
dengan serum Na <
130 mEq/l
- Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berleih muncul
memburuk
Fluid Monitoring
- Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
intake cairan &
eliminasi
- Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari
ketidakseimbangan
cairan
- Monitor BB
119
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
- monitor serum dan
elektrolit urin
- monitor serum &
osmolalitas urine
- monitor BP, HR dan
RR
- monitor TD
ortostatik &
perubahan irama
jantung
- monitor parameter
hemodinamik
invasive
- catat secara akutar
intake & output
- monitor adanya
distensi leher, rinci,
120
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
edema perifer &
- penambahan BB
- monitor tanda &
gejala dari edema
121
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
{shearing forces}) Perfusi jaringan pasien) setiap 2
Medikasi baik jam sekali
Lembab Menunjukkan - Monitor kulit
Imobilisasi fisik pemahaman dalam akan adanya
122
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
hangat
Insision Site Care
- Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan
proses
perkembangan
pada luka yang
ditutup dengan
jahitan, klip atau
straples
- Monitor proses
kesembuhan area
insisi
- Monitor tanda
dan gejala infeksi
pada area insisi
- Bersihkan area
123
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
sekitar jahitan
atau staples,
menggunakan lidi
kapas steril
- Gunakan preparat
antiseptik, sesuai
program
- Ganti balutan
pada interval
waktu yang
sesuai atau
biarkan luka tetap
terbuka (tidak
dibalut) sesuai
program
124
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
6. Intoleransi Aktivitas Energy Activity Therapy
Definisi : Ketidakcukupan energipsikologis atau - Kolaborasikan
fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan conservation
dengan tenaga
aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau Activity tolerance
yang ingin dilakukan rehabilitasi medik
Batasan karakteristik : Self care : ADLs
dalam
Respon tekanan darah abnormal terhadap Kriteria Hasil :
aktivitas Berpartisipasi merencanakan
125
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Tirah baring atau imobilisasi Tanda-tanda vital social
Kelemahan umum normal Bantu untuk
mengidentifikasi
Ketidakseimbangan antara suplai dan Energy dan mendapatkan
kebutuhan oksigen psikomotor sumber yang
diperlukan untuk
Imobilitas Level kelemahan aktivitas yang
Gaya hidup monoton Mampu diinginkan
- Bantu untuk
berpindah:
mendapatkan alat
dengan atau tanpa
bantuan aktivitas
bantuan alat
seperti kursi roda,
Status
krek
kardiopulmonari
- Bantu untuk
adekuat
mengidentifikasi
Sirkulasi status
aktivitas yang
baik
disukai
Status respirasi
- Bantu klien untuk
pertukaran gas
membuat jadwal
dan ventilasi
latihan di waktu
126
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
adekuat luang
- Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
- Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
127
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
- Monitor respon
fisik, emosi,
sosial dan
spiritual
Efek samping obat (mis. medikasi, drain) suhu tubuh dalam darah ortostatik), jika
128
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Tidak ada tanda- Monitor vital sign
tanda dehidrasi Monitor masukan
Elastisitas turgor makanan atau cairan
kulit baik, membran dan hitung intake
mukosa lembab, kalori harian
tidak ada rasa haus Kolaborasikan
yag berlebihan pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian
nasogastrk sesuai
output
Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
129
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
Kolaborasi dokter
jika ada tada cairan
berlebih muncul
memburuk
Atur kemungkinan
transfuse
Persiapan untuk
transfusi
Hypovolemia
Management
Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
130
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Monitor tanda vital
Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk
menambah intake
oral
Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
Monitor adanya
tanda gagal ginjal
131
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Medikasi hepatotoksik (mis. asetaminofen, Risk control drug use pengetahuan tentang
statin) Risk control alkohol proses penyakit
Ko-infeksi HIV use Kaji pengetahuan
Penyalahgunaan zat (mis. alkohol, kokain) Risk control : pasien tentang
Infeksi virus (mis. hepatitis A, hepatitis B, sexually transmitted kondisinya
hepatitis C, Epstein-Barr) Kriteria Hasil : Identifikasi
Penghentian perilaku kemungkinan
Penyalahgunaan penyebab
alcohol Jelaskan perjalanan
Pembekuan darah penyakit dan
Penghentian perilaku bagaimana
Penyalahgunaan hubungannya dengan
narkoba anatomi dan fisiologi
Elektrolit dan Berikan medikasi
asam/keseimbangan dan terapi untuk
basa proses penyakit yang
Pengetahuan: mendasari, untuk
132
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
pengobatan menurunkan resiko
Respon terhadap gangguan fungsi hati
pengobatan Mendiskusikan
Pengendalian resiko pilihan terapi
Pengendalian resiko: Berikan instruksi
penggunaan alcohol kepada pasien
Pengendalian resiko: tentang tanda dan
penggunaan narkoba gejala yang
Pengendalian resiko: menyertai penyakit
proses menular Dorong pasien untuk
Pengendalian resiko: mengemukakan
penyakit menular pilihan atau
seksual (PMS) mendapatkan pilihan
133
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
jaringan:selular Deskripsikan
kemungkinan
komplikasi kronik
Memberikan
informasi kepada
keluarga tentang
kemajuan kesehatan
pasien
Surveilance
Menumpulkan,
menginterpretasi dan
mensintesis data
pasien secara terarah
dan kontinyu untuk
mengambil
keputusan klinis
134
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC
Gibney, M.J., ,aargetts, B.M., Kearney, J.M & Arab, L. (2008). Gizi masyarakat
kesehatan. Jakarta: EGC
Setiati, S., Alwi, L., Sudoyo, A. W., Simadibrata, M., Setiyohadi, B. & Syam, A. F.
(2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi 6 jilid III. Jakarta: Interna
Publishing.
Smeltzer, S. C & Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner
& suddarth (ed. 8 vol 1). Jakarta: EGC
135