Disusun Oleh:
Hyperglikemia Anabolisme
Batas melebihi
Glukosuria protein menurun
ambang ginjal
Syok Hyperglikemia
Kerusakan pada
Dieresis osmotik Vikositas darah antibodi
meningkat Koma diabetik
Dieresis osmotik
Iskemik jaringan Nekrosis luka Neuropati sensori
perifer
Kehilangan
Ketidakefektifan Gangrene
elektrolit dalam Klien tidak merasa
sel perfusi jaringan sakit
perifer
Protein dan lemak
dibakar Kerusakan
Dehidrasi
Dieresis osmotik integritas jaringan
Kehilangan kalori
Pemecahan protein
Resiko Syok BB Menurun
Sel kekurangan
bahan untuk Keton
Katabolisme metabolisme Keletihan
lemak
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh Intake
Asam Lemak
Ketoasidosis metabolik Mual, Muntah Anorexia
5. Klasifikasi
1) Klasifikasi Klinis
a. DM
Tipe I: IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel Beta pulau langerhans akibat
proses autoimun
Tipe II: NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel Beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambatproduksi glukosa oleh hati:
Tipe II dengan obesitas
Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamilan
2) Klasifikasi risiko statistic
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa.
6. Manifestasi Klinis
1) Keluhan klasik
a. Banyak kencing (Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam
jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada
waktu malam hari.
b. Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah
tafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus itu penderita banyak minum.
c. Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita
diabetes melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori
negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk
menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.
d. Penurun berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat
harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang
menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga
mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga
terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
menjadi kurus.
2) Keluhan lain
a. Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki
di waktu malam hari, sehingga mengganggu tidur.
b. Gangguan penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali
agar tetap dapat melihat dengan baik.
c. Gatal/Bisul
kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi didaerah kemaluan dan
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering
pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.
luka ini dapat timbul karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet
karena sepatu atau tertusuk peniti.
d. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering
tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. hal ini terkait
dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan
masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan
seseorang.
e. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala
yang dirasakan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan pada penderita
DM untuk menegakkan diagnose kelompok resiko DM yaitu kelompok
usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun), obesitas, hipertensi, riwayat keluarga
DM riwayat kehamilan dengan bayi lebih dari 4000 gram, riwayat DM
selama kehamilan. Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan gula darah
sewaktu kemudian dapat diikuti dengan Test Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) Untuk kelompok resiko yang hasil pemeriksaan nya negatif, perlu
pemeriksaan ulang setiap tahunnya (Homenta, 2012).
Pada pemeriksaan dengan DM dipemeriksaan akan didapatkan
hasil gula darah puasa >140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan. Dan gula
darah post prandial >200mg/dl. Selain itu juga dapat juga dilakukan
pemeriksaan antara lain:
1) Aseton plasma (keton) > positif secara mencolok
2) Asam lemak bebas:kadar lipid dan kolesterol meningkat
3) Elektrolit :natrium naik ,turun kalium naik, turun, fosfor turun
4) Gas Darah Arteri: menunjukkan PH menurun dan HCO3
menurun (Asidosis Metabolik) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
5) Urine: Gula dan aseton positif (berat jenis dan osmolaritas
meningkat.
6) Kultur dan Sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih infeksi saluran pernafasan, dan infeksi pada luka
Menurut Arora (2009: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan
meliputi 4 hal yaitu:
1) Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka
diatas 130 mg/dL mengindikasikan diabetes.
2) Hemoglobin glikosila
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah
selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1%
menunjukkan diabetes.
3) Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan
75 gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula
darah yang normal dua jam setelah meminum cairan tersebut
harus < dari 140 mg/dl.
4) Tes glukosa darah dengan finger stick
Yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah
diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah
pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk
memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.
Pemeriksaan diagnostik untuk DM dapat dilakukan dengan cara:
1) Tes toleransi glukosa (TTG)
Diindikasikan mengalami DM jika hasilnya yaitu lebih dari 200
mg/dL. Biasanya tes ini di anjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi
stress.
2) Gula Darah Puasa (FPB)
Diindikasikan mengalami DM jika hasilnya lebih dari 126
mg/dL. Tes ini mengukur presentase gula yang melekat pada
hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin selama
hidup SDM. Rentang normal antara 5 – 6 %.
3) Tes Urin
Dipastikan mengalami DM jika Urinalisis positif terhadap
glukosa dan keton. Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria.
Glukosa menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsobsi
glukosa dicapai. Ketonuria menendakan ketoasidosis.
8. Penatalaksanaan
1) Diet
Perhimpunan diabetes Amerika dan persatuan dietetik Amerika
merekomendasikan = 50/60% kalori yang berasal dari:
a. Karbohidrat 60-70%
b. Protein 12-20%
c. Lemak 20-30%
2) Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
a. Sulfonilurea: obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara:
Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan.
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa
b. Biguanid: menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di
bawah normal.
c. Inhibitor α glukosidase: menghambat kerja enzim α glukosidase
di dalam saluran cerna; sehingga menurunkan penyerapan glukosa
dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial
d. Insulin sensiting agent: Thoazahdine diones meningkatkan
sensitivitas insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi
insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia, tetapi obat ini belum
beredar di Indonesia.
e. Insulin:
Indikasi gangguan:
DM dengan berat badan menurun dengan cepat
Ketoasidosis asidosis laktat dengan koma hyperosmolar
DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi
barat dll)
DM dengan kehamilan atau DM gestasional yang tidak
terkendali dalam pola makan.
DM tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dengan dosis maksimal (kontraindikasi dengan obat tersebut).
Insulin oral/suntikan dimulai dari dosis rendah, lalu dinaikkan
perlahan, sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil
pemeriksaan gula darah pasien.
3) Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju
metabolisme istirahat dapat menurunkan BB, stress dan menyegarkan
tubuh. Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas
bawah, dan hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin,
serta pada saat pengendalian metabolik buruk. Gunakan alas kaki yang
tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan Latihan.
4) Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri.
9. Komplikasi
1) Komplikasi yang bersifat akut:
a. Hipoglikemia
Keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan penurunan
glukosa darah.
b. Hiperglikemia
c. Dari anamnese didapatkan masukan kalori yang berlebihan,
penghentian obat oral dan insulin yang didahului stres akut.
Ketoasidosis Diabetik (KAD) merupakan defisiensi insulin berat
dan akut.
d. Hiperglikemik Non-Ketotik (NHK)
Ditandai dengan hiperglikemia berat non- ketotik atau ketotik dan
asidosis ringan. Pada keadaan lanjut dapat mengalami koma,
akibat penurunan komposisi cairan intra sel dan ekstra sel karena
banyak disekresi lewat urine.
2) Komplikasi yang bersifat kronik
a. Pembuluh darah otak: Stroke
b. Pembuluh darah mata: Kebutaan
c. Pembuluh darah jantung: PJK
d. Pembuluh darah ginjal: Penyakit ginjal kronik
e. Pembuluh darah kaki: Luka sukar sembuh
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh-sembuh
c. Kesemutan
d. Menurunnya BB
e. Meningkatnya nafsu makan
f. Sering haus
g. Banyak kencing
h. Menurunnya ketajaman penglihatan
2) Riwayat kesehatan dahulu ↔ riwayat penyakit pankreas, hipertensi, MCl,
ISKberkurang
3) Riwayat kesehatan keluarga ↔ riwayat keluarga dengan DM
4) Pemeriksaan fisik ↔ head to toe
2. Diagnosa Keperawtan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi kurang adekuat.
2) Kerusakan integritas jaringan b.d status nutrisi tidak seimbang
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d diabetes melitus
4) Keletihan b.d malnutrisi
5) Resiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis
6) Resiko syok dibuktikan dengan hipovolemik
7) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah b.d pemantauan
glukosa darah tidak adekuat.
3. Intervensi Keperawatan
Kondisi terkait
- Diabetes melitus
- Prosedur endovascular
- Hipertensi
- Trauma
4 Keletihan b.d malnutrisi NOC NIC
Endurance Energy Management
Definisi: keletihan terus-menerus Concentrasion Observasi adanya
danpenurunan kapasitas kerja fisik Energy conservation pembatasan klien dalam
dan mental pada tingkat yang lazim Nutritional status: energy melakukan aktivitas
Dorong anak untuk
Batasan karakteristik Setelah diberikan asuhan mengungkapkan perasaan
- Gangguan konsentrasi keperawatan selama …x... jam terhadap keterbatasan
- Gangguan libido diharapkan keletihan dapat Kaji adanya
- Apatis teratasi. faktor yang
- Kurang minat terhadap sekitar Kriteria Hasil menyebabkan
- Mengantuk Memverbalisasikan kelelahan
Merasa bersalah karena tidak peningkatan energi dan Monitor nutrisi dan
dapatmenjalankan tanggung jawab merasa lebih baik sumber energi yang
- Tidak mampu Menjelaskan penggunaan adekuat
mempertahankan aktivitas energi untuk mengatasi Monitor pasien akan
fisik pada tingkat yang kelelahan Kecemasan adanya kelelahan fisik
biasanya menurun dan emosi secara
- Tidak mampu Glukosa darah adekuat berlebihan
mempertahankan rutinitas Kualitas hidup meningkat Monitor respon
yang biasanya Istirahat cukup kardiovaskuler terhadap
- Peningkatan keluhan fisik Mempertahankan aktivitas
- Peningkatan kebutuhan istirahat kemampuan untuk Monitor pola tidur
- Penurunan performa peran berkonsentrasi dan lamanya
- Kekurangan energi tidur/istirahat pasien
- Introspeksi Dukung pasien dan
- Letargi keluarga untuk
- Pola tidur tidak menyehatkan mengungkapkan
- Kelelahan perasaan, berhubungan
dengan perubahan hidup
Faktor yang berhubungan yang disebabkan
- Anxietas keletihan
- Depresi Bantu aktivitas sehari-
- Kendala lingkungan hari sesuai dengan
- Peningkatan kelelahan fisik kebutuhan
- Malnutrisi Tingkatkan tirah
- Gaya hidup tanpa stimulasi baring dan pembatasan
- Tuntutan pekerjaan aktivitas (tingkatkan
- Fisik tidak bugar periode istirahat)
- Kurang tidur Konsultasi dengan ahli gizi
- Stressor untuk meningkatkan
asupan makanan yang
Populasi berisiko berenergi tinggi
- Tuntutan pekerjaan
- Peristiwa hidup negatif Behavior
Management
Kondisi terkait Activity Therapy
- Anemia kehamilan Nutrition
- Penyakit Management
5 Resiko infeksi dibuktikan dengan NOC NIC
penyakit kronis Immune Status Infection Control
Knowledge : Infection Bersihkan
Definisi: rentan mengalami invasi control lingkungan setelah
danmultiplikasi organisme patogenik Risk control dipakai pasien lain
yangdapat mengganggu kesehatan Pertahankan teknik isolasi
Setelah diberikan asuhan Batasi pengunjung bila perlu
Faktor risiko keperawatan selama …x… Instruksikan pada
- Gangguan peristalsis jam diharapkan risiko infeksi pengunjung untukmencuci
- Gangguan integritas kulit dapat dihindari tangan saat berkunjung
- Vaksinasi tidak adekuat kriteria hasil : dan setelah berkunjung
- Kurang pengetahuan untuk Mendeskripsikan proses meninggalkan pasien
menghindari pemajanan penularan Gunakan sabun
patogen penyakit, factor antimikrobial untuk
- Malnutrisi yang mempengaruhi mencuci tangan
- Obesitas penularan serta Cuci tangan setiap
- Merokok penatalaksanaannya, sebelum dan sesudah
- Stasis cairan tubuh Menunjukkan kemampuan tindakan keperawatan
untuk mencegah timbulnya Gunakan baju, sarung
Populasi berisiko infeksi tangan sebagai alat
- Terpajan pada wabah Menunjukkan perilaku pelindung
hidup sehat Pertahankan
Kondisi terkait lingkungan aseptik
- Perubahan PH sekresi selama pemasangan
- Penyakit kronis alat
- Penurunan kerja siliaris Ganti letak IV perifer
- Penurunan hemoglobin dan line central dan
- Imunosupresi dressing sesuai dengan
- Prosedur invasif petunjuk umum
- Leukopenia Gunakan kateter
- Pecah ketuban dini intermiten untuk
- Pecah ketuban lambat menurunkan infeksi
- Supresi respon inflamasi kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila
perlu
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
Monitor hitungan granulosit,
WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Pertahankan teknik asepsis
padapasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi
k/p
Inspeksi kulit dan
membran mukosaterhadap
kemerahan panas,
drainase
Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukan nutrisi
yang cukup
Dorong masukkan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tandadan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Melaporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
6 Resiko syok dibuktikan dengan NOC NIC
hipovolemik Syok prevention Syok Prevention
Syok management Monitor status sirkulasi
Definisi: rentan mengalami BP, warna kulit, suhu
ketidakcukupan aliran darah ke Setelah diberikan asuhan kulit, denyut jantung,
jaringan tubuh, yang dapat keperawatan selama …x… HR, dan ritme nadi
mengakibatkan disfungsi seluler yang jam diharapkan risiko syok perifer, dan kapiler refill
mengancam jiwa, yang dapat dapat dihindari Monitor tanda inadekuat
mengganggu kesehatan. Kriteria Hasil: oksigenasijaringan
Nadi dalam batas yang Monitor suhu dan
Faktor risiko diharapkan pernafasan
- Akan dikembangkan Irama jantung dalam batas Monitor input dan output
yangdiharapkan Pantau nilai labor: HB,
Kondisi terkait Frekuensi nafas dalam HT, AGDdan elektrolit
- Hipotensi batas yangdiharapkan Monitor hemodinamik
- Hipovolemia Irama pernafasan dalam invasi yangsesuai
- Hipoksemia batas yangdiharapkan Monitor tanda dan gejala
- Hipoksia Natrium serum dbn asites
- Infeksi Kalium serum dbn Monitor tanda awal syok
- Sepsis Klorida serum dbn Tempatkan pasien pada
- Sindrom respons inflamasi sistemik Kalsium serum dbn posisi supine, kaki elevasi
(systemic inflamatory response Magnesium serum dbn untuk
syndrome [SIRS]) PH darah serum dbn peningkatan preload dengan
tepat
Hidrasi Lihat dan pelihara
Indikator: kepatenan jalannafas
Mata cekung tidak Berikan cairan IV dan atau
ditemukan oral yangtepat
Demam tidak ditemukan Berikan vasodilator yang
TD dbn tepat
Hematokrit dbn Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda dan
gejala datang nya syok
Ajarkan keluarga dan
pasien tentang langkah
untuk mengatasi gejala
syok
Syok Management
Monitor fungsi neurologis
Monitor fungsi renal (e.g
BUN danCr Lavel)
Monitor tekanan nadi
Monitor status cairan, input
output
Catat gas darah arteri dan
oksigen dijaringan
Monitor EKG
Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan
tekanan darah, sesuai
Menggambar gas darah
arteri dan memonitor
jaringan oksigenasi
Memantau trend dalam
parameter hemodinamik
(misalnya, CVP, MAP,
tekanan kapiler pulmonal
atauarteri)
Memantau faktor penentu
pengiriman jaringan oksigen
(misalnya PaO2 kadar
hemoglobinSaO2, CO), jika
tersedia
Mantau tingkat
karbondioksida
sublingual dan/atau
tonometri lambung,
sesuai
Monitor gejala gagal
pernapasan (misalnya
rendah PaO2 peningkatan
PaO2 tingkat, kelelahan
otot pernafasan)
Monitor nilai laboratorium
(misalnya CBC dengan
diferensial) koagulasi
profil, ABC, tingkat laktat,
budaya, dan profil kimia)
Masukkan dan memelihara
besarnya kebosanan akses
IV
7 Resiko ketidakstabilan kadar glukosa NOC NIC
dalam darah b.d pemantauan glukosa Blood Glucose Hiperglikemia Management
darah tidak adekuat. Diabetes Self Management Monitor kadar glukosa
darah, seperti yang
Definisi: rentan terhadap variasi Setelah diberikan asuhan ditunjukkan
kadar glukosa/gula darah dari rentang keperawatan selama Pantau tanda-tanda dan
normal, yang dapat mengganggu …x… jam diharapkan gejala hiperglikemia:
kesehatan. risiko ketidakstabilan poliuria, polidipsia,
kadar glukosa dalam polifagia, lemah,
Faktor risiko: darah dapatdihindari. kelesuan, malaise,
- Rata-rata aktivitas harian Kriteria Hasil: mengaburkan visi, atau
kurang dari yang dianjurkan Penerimaan: kondisi sakit kepala
menurut gender dan usia kesehatan Memantau keton urine,
- Tidak menerima diagnosis Kepatuan periaku: diet seperti yangditunjukkan
- Stress berlebihan sehat Memantau abg, elektrolit,
- Penambahan berat badan Dapat mengontrol kadar dan tingkat
berlebihan glukosadarah betahydroxybutyrate,
- Penurunan berat badan berlebihan Dapat mengontrol stress sebagaitersedia
- Pemantauan glukosa darah Dapat memanajemen Memantau tekanan darah
tidak kuat dan mncegah penyakit dan denyut nadi ortostatik
- Manajemen medikasi tidak semakin parah seperti yang ditunjukkan
efektif Tngkat pemahaman Mengelola insulin
- Manajemen diabetes tidak tepat untuk danpencegahan seperti yang
- Asupan diet kurang komplikasi ditentukan
- Kurang pengetahuan Dapat meningkatkan Mendorong asupan cairan
tentang manajemen istirahat oral
penyakit Mengkontrol perilaku Menjaga akses iv
- Kurang pengetahuan tentang berat badan Memberikan
factoryang dapat diubah Pemahaman manajemen cairan iv sesuai
- Kurang kepatuhan pada diabetes kebutuhan
rencanamanajemen diabetes Status nutrisi adekuat Mengelola kalium,
- Gangguan status mental Olahraga teratur seperti yang
- Gangguan status kesehatan fisik ditentukan
- Keterlambatan Konsultasikan dengan
perkembangankognitif dokter jika tanda dan
- Periode pertumbuhan cepat gejala hiperglikemia
kehamilan menetap atau
memburuk
Membantu ambulasi jika
hipotensiortostatik hadir
Menyediakan kebersihan
mulut, jikaperlu
Mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab
hiperglikemia
Mengantisipasi situasi
dimana kebutuhan
insulin akan meningkat
(misalnya, penyakit
kambuhan
Batasi latihan ketika
kadar glukosa darah
adalah >250 mg/dl,
terutamajika keton urine
yang hadir
Menginstruksikan orang
lain pasien dan signifikan
terhadap pencegahan,
pengenala manajemen dan
hiperglikemia
Mendorong pemantauan
diri kadarglukosa darah
Membantu pasien untuk
menafsirkan kadar glukosa
darah
Tinjau catatan glukosa
darah dengan pasien dan /
atau keluarga
Instruksikan tes urine
keton, yangsesuai
Anjurkan pasien untuk
melaporkan tingkat urine
keton sedang atau tinggi
untuk kesehatan profesioal
Menginstruksikan orang
lain pasien dan signifikan
terhadap manajemen
diabetes selama sakit,
termasuk penggunaan
insulin dan / atau agen
oral/mulut, asupan cairan
pemantauan, pengganti
karbohidrat, dan kapan
harus menari bantuan
kesehatan profesional,
sesuai
Memberikan bantuan
dalam menyesuaikan
rejimen untuk mencegah
da mengobati
hiperglikemia (misalnya,
peningkatan insulin atau
agen oral), seperti yang
ditunjukkan
Memfasilitasi
kepatuhan terhadap diet
dan latihan
Uji kadar glukosa darah
anggotakeluarga
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawat
DAFTAR PUSTAKA