Anda di halaman 1dari 21

STIKes HORIZON KARAWANG

LAPORAN PENDAHULUAN

YULIYANTI
NIM. 433811490122099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes Horizon Karawang
Jln.Pangkal Perjuangan Km.1 By Pass Karawang 41316
Karawang, September 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Kebutuhan Nyeri


1. Definisi Kebutuhan Nyeri
Nyeri merupakan sebuah pengalaman universal, yang bersifat subjektif dan
individual karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya, nyeri juga merupakan salah satu
mekanisme pertahanan tubuh yang menandakan adanya masalah (Kozier, B., et.
all, 2011).

2. Fisiologi Nyeri
a. Nosisepsi
Sistem saraf tepi meliputi saraf sensorik primer yang khusus mendeteksi
kerusakan jaringan dan menimbulkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri,
dan tekanan. Reseptor yang menyalurkan sensai nyeri di sebut nosiseptor.
Reseptor nyeri atau nosiseptor ini dapat di eksitasi oleh stimulus mekanik,
suhu, atau kimia. Proses fisiologi yang berhubungan dengan persepsi nyeri
digambarkan sebagai nosisepsi. Empat proses yang terlibat dalam nosisepsi:
transduksi, transmisi,persepsi, dan mudulasi (Kozier, B., et. all, 2011).
1) Transduksi
Selama fase transduksi, stimulus berbahaya (cedera jaringan) memicu
pelepasan mediator biokimia (mis, prostaglandin, bradikinin, serotonin,
histamin, zat p) yang mensensitisasi nosiseptor. Stimulus meyakitkan
atau berbahaya juga menyebabkan pergerakan ion-ion menembus
membran sel, yang membangkitkan nosiseptor (Kozier, B., et. all, 2011).
2) Transmisi
Proses nosisepsi kedua, transmisi nyeri meliputi tiga segmen. Selama
segmen pertama, impuls nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medula
spinalis. Zat p bertindak sebagai sebuah neurotansmiter, yag
meningkatkan pergerakan impuls menyebrangi sinaps saraf dari neuron

2
aferen primer ke neouran ordo kedua di kornu dorsalis medula spinalis.
Dua tipe serabut nosiseptor menyebabkan transmisi ini ke kornu dorsalis
medula spinalis. Serabut C, yang mentransmisikan nyeri tumpul yang
berkepanjangan dan serabut A-delta, yang menstransisikan nyeri tajam
dan lokal. Segmen kedua adalah transmisi dari medula spinalis dan
asenden, melalui traktus spinotalamikus, ke batang otak dan talamus.
Segmen ketiga melibatkan transmisi sinyal antara talamus ke korteks
sensorik somatik tempat terjadinya persepsi nyeri (Kozier, B., et. all,
2011).
3) Persepsi
Proses ketiga, persepsi, adalah saat klien menyadari rasa nyeri. Diyakini
bahwa persepsi nyeri terjadi dalam sktruktur kortikal, yang
memungkinkan strategi kognitif-perilaku yang berbeda dipakai untuk
mengurangi konponen sensorik dan afektif nyeri (Kozier, B., et. all,
2011).
4) Modulasi
Sering kali digambarkan sebagai “sistem desendens”, proses ke empat
terjadi saat neuron di batang otak mengirimkan sinyal menuruni kornu
dorsalis medula spinalis. Serabut desendens ini melepaskan zat seperti
opioid endogen, serotonin, dan norepinefrin, yang dapat menghambat
naiknya impuls berbahaya (menyakitkan) di kornu dorsalis. Namun,
neuro transmiter ini diambil kembali oleh tubuh, yang membatasi
kegunaan analgesiknya (Kozier, B., et. all, 2011).
b. Teori gerbang kendali
Menurut teori gerbang kendali Melzack, & Wall (1965), mengatakan
serabut saraf perifer yang membawa nyeri ke medula spinalis dapat
memodifikasi inputnya di tingkat medula spinalis sebelum input tersebut
ditransmisikan ke otak. Sinaps dikurno dorsalis bekerja sebagaisebuah
gerbang yang tertutup untuk menjaga impuls agar tidak mencapai otak atau
yag terbuka untuk memungkinkan impuls naik menuju otak (Kozier, B., et.
all, 2011).

3
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah :
a. Arti Nyeri. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan
hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi oleh
berbgai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosila budaya,
lingkungan, dan pengalaman.
b. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi elevasi kognitif). Persepsi ini
dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulus nociceptor.
c. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungan dengan intensitas nyeri yang
dapat memengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang
dapat memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-
obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan
yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi
antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung
hilang, sakit, dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons
seseorang terhadap nyeri, seperti katakutan, gelisah, cemas, menangis, dan
menjerit. Semua ini merupakn bentuk respons nyeri, pengalaman masa lalu,
nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas,
usia, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tentang nyeri pada seorang individu


meliputi:

a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Budaya
d. Pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya
e. Makna nyeri
f. Perhatian klien

4
g. Tingkat kecemasan
h. Tingkat stress
i. Tingkat energy
j. Pengalaman sebelumnya
k. Pola koping
l. Dukungan keluarga dan social

Faktor-faktor yang meningkatkan toleransi terhadap nyeri adalah sebagai


berikut:

a. Alcohol
b. Obat-obatan
c. Hypnosis
d. Panas
e. Gesekan/garukan
f. Pengalihan perhatian
g. Kepercayaan yang kuat

Faktor-faktor yang menurunkan toleransi terhadap nyeri antara lain:

a. Kelelahan
b. Marah
c. Kebosanan, depresi
d. Kecemasan
e. Nyeri kronis
f. Sakit/penderitaan

4. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-
lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom

5
nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat
dibagi dalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar
(Kozier, B., et. all, 2011).

Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis

Karakterisrik Nyeri Akut Nyeri Kronis


Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status
eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau
penyakit dari dalam pengobatan yang terlalu
lama
Serangan Nyeri akut nya Bisa mendadak,
mendadak berkembang, dari
terselubung
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan
sampai bertahun-tahun
Pernyataan Nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit
diketahui dengan pasti dibedakan intensitasnya,
sehingga sulit dievaluasi
(perubahan perasaan
sosial)
Gejala-gejala Klinis nyeri akut pola respon Pola respon yang
yang khas dengan bervarisi dengan sedikit
gejala yang lebih jelas gejala ( adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus,
dapat bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat
setelah beberapa saat setelah beberapa saat

Selain klasifikasi nyreri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya:

6
a. Nyeri kutaneus berasal dari kulit atau jaringan subkutan. Teriris kertas yang
menyebabkan nyeri tajam dengan sedikit rasa terbakar.
b. Nyeri somatik propunda berasal dari ligamen, tendon, tulang, pembuluh
darah, dan sarf. Nyeri somatik prupunda menyebar dan cenderung
berlangsung lebih lama dibandingkan nyeri kutaneus. Contohnya seperti
keseleo pergelangan kaki.
c. Nyeri viseral berasal dari stimulasi reseptor nyeri di rongga abdomen,
kranium, dan thoraks. Nyeri viseral cenderung menyebar seperti rasa
terbakar, nyeri tumpul atau merasa tertekan.
d. Nyeri neuropatik adalah nyeri akibat kerusakan sistem saraf tepi atau
sistem saraf pusat seperti kerusakan jaringan atau saraf. Nyeri neuropatik
berlangsung lama, tidak menyenangkan dan digambarkan sebagai rasa
terbakar dan nyeri tumpul (Kozier, B., et. all, 2011).

5. Pohon Masalah

B. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Nyeri

7
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Kaji masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu, satus kesehatan
keluarga, dan status perkembangan.
b. Pemeriksaan fisik: data fokus
1) Pendekatan klinis terhadap nyeri klien
 A: Ask (tanyakan nyeri secara teratur)
 A: Assess (kaji nyeri secara sistematis)
 B: Behavior (percaya apa yang dilaporkan klien dan keluarga
serta apa yang mereka lakukan untuk menghilangkan nyeri)
 C: Choose (pilih cara pengontrolan nyeri yang cocok untuk klien)
- Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai
tindakan penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik
maupun perilaku kognitif.

Penanganan fisik meliputi stimulasi kulit, stimulasi elekrik


saraf kulit transkutan (TENS, Transcutaneous Electric Nerve
Stimulation), akupuntur, dan pemberian placebo. Intervensi
perilaku kognitif meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi,
imajinasi terbimbing, umpan-balik biologis, hypnosis, dan
sentuhan terapeutik.
Penanganan nyeri dengan tindakan fisik dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
 Meningkatkan kenyamanan
 Memperbaiki adanya disfungsi fisik
 Mengubah respons fsikologik
 Menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan
imobilisasi karena nyeri atau adanya pembatasan
aktivitas

8
Stimulasi kulit dapat member efek penurunan nyeri yang
efektif. Tindakan ini mengalihkan perhatian sehingga klien
berfokus pada stimulus taktil dan mengabaikan sensasi nyeri,
yang pada akhirnya dapat menurunkan persepsi
nyeri.stimulasi kulit juga dipercaya dapat:

 Meningkatkan pelepasan endorphin tang memblok


transmisi stimulus nyeri
 Menstimulasi serabut saraf berdiameter besar A-Beta
sehingga menurunkan transmisi impuls nyeri melalui
serabut kecil A-Delta dan serabut saraf C

Yang termasuk teknik stimulasi kulit meliputi:

 Masase
 Kompres panas dan dingin
 Akupuntur
 Stimulasi kontralateral
1) Masage
Masase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan
ketegangan otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya
akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga
mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri.
Beberapa strategi stimulasi kulit lainya juga menggunakan
mekanisme ini.

Masase adalah stimulasi kulit tubuh secara umum,


dipusatkan pada penggung dan bahu, atau dapat dilakukan
pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan
sekitar 10 menit pada masing-masing bagian tubuh untuk
mencapai hasil relaksasi yang maksimal.

Masase kulit dapat dilakukan dengan menggunakan


ointment (balsam gosok) atau liniment (obat carir gosok)

9
yang mengandung mentol yamg membantu pengurangan
nyeri. Balsam ini akan menimbulkan sensasi hangat
segera setelah pemakaian hingga beberapa saat setelah
pemberian. Di Indonesia sering digunakan untuk
mengurangi nyeri ototdan sendi serta digunakan pada
perut yang terasa kembung.

Berikut ini contoh prosedur penanganan nyeri dengan


masase punggung.

Tipe Masase

 Efflurage: memberikan pukulan pada tubuh


 Petrisage: membuat pijatan atau cubitan besar
pada kulit, subkutan,dan otot

2) Kompres panas dan dingin


Penggunaan panas dingin meliputi penggunaan kantong
es, masase air dingin atau panas, penggunaan selimut atau
bantal panas.

Kompres panas dingin, selain menurunkan sensasi nyeri


juga dapat meningkatkan proses penyembuhan jaringan
yang mengalami kerusakan.

Penggunaan kompres panas, selain member efek


mengatasi atau nenghilangkan sensasi nyeri, teknik ini
juga memberikan efek fisiologis antara lain:

 Meningkatkan respons inflamasi


 Meningkatkan pembentukan edema
 Meningkatkan aliran darah dalam jaringan

10
Penggunaan panas (aplikasi kompres panas) sebaiknya
dilakukan pada:

 Trauma yang lebih dari 48 jam


 Sistitis
 Hemoriid
 Nyeri punggung
 Arthritis
 Bursitis
Penggunaan kompres panas dikontraindikasikan pada :
 Trauma 12-24 jam pertama
 Perdarahan/edema
 Gangguan vaskuler
 Pruitus
Perlu diketahui apabila suhu yang diaplikasikan terlalu
tinggi akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan kurang
memberikan efek penurun nyeri pada klien. Untuk itu,
suhu perlu diatur yaitu sekitar 52o C pada dewasa normal,
40,5-46oC pada anak kecil di bawah usia 2 tahun.

Pada aplikasi dingin, selain memberikan efek menurunkan


sensasi nyeri alikasi dingin juga member efek fisiologis:
 Menurunkan respons inflamasi jaringan
 Menurunkan aliran darah
 Mengurai edema

Penggunaan kompres dingin diindikasikan pada:

 Trauma 12-24 jam pertama


 Fraktur
 Gigitan serangga
 Perdarahan
 Spasme otot

11
 Arthritis rheumatoid
 Pruritis
 Sakit kepala

Penggunaan kompres dingin dikontraindikasikan pada:

 Penyakit reinuad
 Alergi dingin
 Trauma yang lama (lebih dari 48 jam)
Untuk memberikan efek terapeutik yang diharapkan
(mengurangi nyeri), sebaiknya suhu tidak terlalu dingin
(yaitu, berkisar antara 18-25oC), karena suhu yang terlalu
dingin selain memberikan rasa tidak nyaman dapat
menyebabkan frostbite/membeku.

3) Akupuntur
Acupressure dikembangkan dari ilmu pengobatan kuno
Cina dengan menggunakan system akupunktur. Terapis
member tekanan jari-jari pada berbagai titik organ tubuh
seperti pada akupunktur. Tindakan ini merupakan tindakan
sederhana dan mudah dipelajari.

4) Stimulasi kontralateral
Stimulasi kntralateral adalah memberi stimulasi pada
daerah kulit di sisi yang berlawanan dari daerah terjadi
nyeri. Stimulasi kontralateral dapat berupa garukan pada
daerah yang berlawanan jika terjadi gatal, menggosok
(masase) jika kram (kejang) atau pemberian kompres
dingin atau panas serta pemberian balsam atau obat cair
gosok.

12
Metode ini mungkin berguna jika daerah yang mengalami
nyeri tidak dapat disntuh karena hipersensitif, tertutup
perban atau gips atau ketika terjadi nyeri bayangan atau
fhantom (phantom pain).

- Farmakologi
Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna
mengganggu atau memblok tranmisi stimulus agar terjadi
perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal
terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika.

Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan


darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti
respirasi. Jenis bukan narokotika yang paling banyak
dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetamenofen, dan
bahan antiinflamasi nonsteroid. Golongan aspirin
(asetysalicylic acid) digunakan untuk memblok
rangsangan pada sentral dan perifer, kemungkinan
menghambat sintesis prostagladin yang memiliki khasiat
setelah 15-20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2
jam.

Aspirin juga menghambat agregasi trombosit dan


antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat
meningkatkan waktu perdarahan dan protombin bila
diberikan dalam dosis yang tinggi. Golongan asetaminofen
sama seperti aspirin, akan tetapi tidak menimbulkan
perubahan kadar protombin dan jenis nonsteroid anti
inflamatory drug (NSAID), juga dapat menghambat
prostaglandin dan dosis rendah dapat berfungsi sebagai
analgesik. Kelompok obat ini meliputi ibupofren,

13
mefenamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac, dan
lain-lain.

Jens obat analgesik narkotika

Nama generik Nama dagang Dosis Cara serangan puncak Lama


pemberian khasiat
Morphin sulfat - 5-20 mg per Sc, im 5-10 menit 60 4-6 jam
3-4 jam menit
Codein sulfat - 15-60 mg Sc, po 5-30 menit 5-30 3-4 jam
per 3-4 jam menit
Hydromarphone Dilaudid 2-4 mg per Iv, im, sc, 5-15 menit 1 jam 4-6 jam
hydrocloride 4-6 jam po
Meperidine Demeral 50-150 mg Iv, im, sc, 10-15 30-60 2-4 jam
per 3-4 jam po menit menit
Methadone Dolophine 2,5-10 mg Im, sc, po 10 menit 1-2 jam 4-6 jam
per 3-4 jam
Pentazocine Talwin 50-100 mg Po
per 3-4 jam
Keterangan:

SC = subcutan

Im = intramuskular

Iv = intravena

Po = per oral

c. Karakteristik
 P: Provokatif/paliatif (apa penyebab, apa yang memunculkannya,
apa yang menguraninya ? )
 Q: Qualitas (bagaimana rasanya ? )
- Remuk/sensasi pukul
- Berdenyut

14
- Tajam/tumpul
- Terbakar
- Tidak dapat dijelaskan
 R: Regio/radiasi (dibagian mana nyeri terjadi?, apakah menyebar?)
 S: Severiti (bagaimana intensitas nyeri dengan menggunakan skala
nyeri?,bagaimana pengaruh nyeri terhadap aktivitas?)
Skala Penilaian Numerik 0-10
- 0-3 tidak nyeri/nyeri ringan
- 4-7 nyeri sedang
- 8-10 sangat nyeri/nyeri berat

Skala Penilaian Numerik 0-5

- 0: tidak ada nyeri


- 1: nyeri ringan
- 2: nyeri sedang
- 3: nyeri berat
- 4: nyeri sangat berat
- 5: nyeri yang paling buruk
 T: Time (kaoan mulai terjadi nyeri?, berapa lama nyeri
terjadi?,apakah awitanya tiba-tiba atau bertahap?,seberapa sering
hal itu terjadi?)

d. Ekspresi Nyeri Klien


Laporan klien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indicator tunggal
yang paling dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan
apapun yang berhubungan dengan ketidaknyamanan.
Skala wajah Wong-bakers untuk mengukur nyeri

15
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaaan LAB sebagai data penunjang pemeriksaan lainya
d. CT SCAN (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak.

3. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Diagnosa I: Nyeri akut
1) Definisi
Pegalaman sensorik atau emosional yag berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlansung kurang dari 3
bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
2) Penyebab
- Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi,iskemi)
- Agen pencedera kimia ( mis. Terbakar)
- Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terpotong)
3) Batasan Karakteristik
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif : -

Objektif :
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)

16
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur

Gejala dan tanda minor :

Subjektif : -

Objektif :

- Tekanan darah meningkat


- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- diaforosis

4) Kondisi klinis terkait


- Kondisi pembedahan
- Cedera traumatis
- Infeksi
- Sindrommkoroner akut
- Glaukoma

b. Diagnosa 2: Nyeri Kronis


1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambatdan berintensitas ringan higga berat dan konstan, yang
berlansung lebih dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

17
2) Penyebab
- Kondisi muskuloskeletas kronis
- Kerusakan sistem saraf
- Penekanan saraf
- Infiltrasi saraf
- Gangguan imunitas
- Gangguan fungsi metabolik
- Kondisi pasca trauma

3) Batasan karakteristik
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
- Mengeluh nyeri
- Merasa depresi

Objektif :

- Tampak meringis
- Gelisah
- Tidak mampu menutaskan aktivitas

Gejala dan tanda minor

Subjektif :

- Merasa takut mengalami cedera berulang

Objektif :

- Bersikap protektif (posisi menghindari nyeri)


- Waspada
- Pola tidur berubah
- Anoreksia
- Fokus menyempit
- Berfokus pada diri sendiri

18
4) Faktor yang berhubungan
- Kondisi kronis (antrhitis reumatoid)
- Infeksi
- Cedera medula spinalis
- Kondisi pasca trauma dan tumor
4. Rencana tindakan
a. Diagnosa I : Nyeri Akut
Intervensi : Manajemen nyeri (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakterisitk, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri nonverbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperringan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengeruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
- Berika teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(TENS, hipnosis, akupresusr, terapi musik, biofeedback,terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

19
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
b. Diagnosa II : Nyeri kronis
Intervensi : Intervensi : Manajemen nyeri
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakterisitk, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri nonverbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperringan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengeruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
- Berika teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(TENS, hipnosis, akupresusr, terapi musik, biofeedback,terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri

20
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik

Daftar Pustaka

Hidayat,. A,. A,. A. (2008) pengantar kebutuhan dasar manusia- aplikasi konsep dan
proses keperawatan. Jakarta: Salemba medika.

Kozier, B., et. all. (2011). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses, &
praktik. Jakarta: EGC.

Nurarif,. A,. H. & Hardhi, K. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis nanda nic-noc. Jogjakarta: Mediaction.

Taylor,. C,. M. (2010). Diagnosis keperawatan dengan rencana asuhan. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia:
Definisi dan indikator diagnortik. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia: Definisi
dan tindakan keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

21

Anda mungkin juga menyukai