Disusun Oleh:
SAHARUDIN
A. Latar Belakang
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep
kenyamanan memiliki subjektifitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu
memiliki karakteristik fissiologis, sosial, spiritual, psikologis dan kebudayaan
yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri.
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan
tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Bagi dokter, nyeri adalah suatu masalah yang membingungkan. Selain itu
nyeri merupakan alasan tersering yang dikeluhkan pasien ketika berobat kedokter.
Banyak institusi sekarang menyebut nyeri sebagai tanda vital kelima (vital sign),
dan mengelompokkannya bersama tandatanda klasik seprti: suhu, nadi, dan
tekanan darah. Milton mengatakan “Pain is perfect miserie, the worst / of evil.
And excessive, overture / All patience”. Sudah menjadi kewajaran bahwa
manusia sejak awal berupaya sedemikian untuk mengerti tentang nyeri dan
mencoba mengatasinya (Bonica & Loeser, 2001; Bahrudin, M 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui laporan pendahuluan kebutuhan dasar manusia tentang nyeri.
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia tentang nyeri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Nyeri
Nyeri merupakan keadaan ketika individu mengalami sensasi
ketidaknyaman dalam merespons suatu rangsangan yang tidak
menyenangkan (Lynda Juall, 2012). Nyeri akut adalah pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); serangan
yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan (NANDA,
2012). Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International Association for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba
atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantidipasi atau diprediksi dan berlangsung > 6 bulan (NANDA, 2012).
B. Klasifikasi
1. Nyeri
Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni: nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6
bulan. Yang termasuk dalam nyeri kronis ini adalah nyeri terminal, sindrom
nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Bila ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri
dibagi menjadi nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
C. Etiologi
1. Etiologi Nyeri
Penyebab nyeri dapat di klasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu
penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.
Nyeri yang disebabkan oleh factor fisik berkaitan dengan terganggunya
serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada
lapisan kulit pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak didalamnya. Nyeri
yang disebabkan oleh psikologis merupakan nyeri yang didasarkan bukan
karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan
pengaruhnya terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yang
termasuk kategori psikomatik. Nyeri karena factor ini disebut pula
psychogenic pain.
D. Patofisiologi
1. Patofisiologi Nyeri
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas
tinggi maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan.
Sel yang mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler.
Peningkatan kadar K + ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi
nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan akan menginfiltrasi
mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan / inflamasi. Akibatnya,
mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin
yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak
berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu
lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan
serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi
pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan
akumulasi K + ekstraseluler dan H + yang selanjutnya mengaktifkan
nosiseptor.
Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator
dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan
edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan
nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi
peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang akan
merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin),
diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan
migrain. Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri. (Bachrudin,
M., 2017).
E. Manifestasi Klinis
1. Tanda & Gejala pada Nyeri
Tanda dan gejala nyeri ada beberapa macam prilaku yang tercermin dari
pasien, namun beberapa hal yang sering terjadi secara umum orang yang
mengalami nyeri akan didapatkan respon psikologis berupa:
a. Suara: menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas.
b. Ekspresi wajah: meringis, mengigit lidah, mengatupkan gigi, dahi
berkerut, tertutup rapat/membuka mata atau mulut, menggigit bibir.
c. Pergerakan tubuh: kegelisahan, mondar-mandir, gerakan menggosok atau
berirama, gerakan melindungi bagian tubuh, imobilisasi, dan otot tegang.
d. Interaksi sosial: menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus
aktivitas untuk mengurangi nyeri, disorientasi waktu.
F. WOC
Kerusakan sel
Merangsang nosiseptor
(Reseptor nyeri)
Medulla spinalis
Otak
Korteks
somasosensorik
Persepsi nyeri
Nyeri akut/nyeri Kronik
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wahit Chayatin, N.Mubarak (2007) pemeriksaan penunjang nyeri
yaitu sbb:
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bil apa bila ada nyeri tekan di
abdomen
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
4. CT SCAN (Cidera kepala) untuk mengetahui adanya pem anya pembuluh
darah yang pecah.
BAB III
I. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Tn. M
Umur : 70 Thn
Jenis kelamin : Laki-Laki.
Pekerjaan : Tani
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam.
Pendidikan : SD
Alamat : Randegan RT : 03 RW : 02 Kebasan Banyumas
No RM : 31.27.94
Tanggal masuk : 13 November 20222
Tanggal Pengkajian : 14 November 2022
Diagnosa Medis : POST DEBRIDEMEN GENU
Penanggung Jawab
Nama :Tn.A
Umur : 45 tahun
Hub Keluarga : Anak
Pekerjaan : Tani
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 15 November 2022 Pasien mengatakan nyeri
menusuk dan panas di bagian kaki yang telah di operasi. Kaki pasien tampak dibalut
dengan tensocrepe. Dari observasi pasien tanpak meringis dan menahan nyeri, pasien
tanpak merasakan nyeri di bagian kaki sebelah kanan post debridemen dengan skala
nyeri 6, lamanya nyeri ±5 menit, luka tertutup perban, pasien tampak terpasang infus
RL dengan 20 gtt/ menit di tangan kiri.
Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Keturunan
: Klien
: Suami-Istri
: Tinggal Serumah
5. Pemeriksaan Fisik
1 Kepala.
a. Rambut
Bentuk kepala bulat, rambut pasien tampak hitam,tidak kotor,tidak
ada lesi,tidak ada pembengkakan tidak berminyak,tidak rontok dan
penyebaran merata,
b. Mata
Simetris kiri dan kanan, congjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan ( Kaca mata),
reflek pupil isokor, reflek cahaya (+/+), Ukuran pupil normal.
c. Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pendengaran
baik, tidak ada pembengkakan.
d. Hidung
Hidung simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada sekret, tidak ada cuping
hidung, tidak ada lesi.
e. Mulut Dan Gigi
Bibir simetris atas dan bawah, gigi klien tampak rapih dan bersih,
tidak ada karies, tidak ada peradangan pada mulut, mukosa bibir
lembab tidak ada sianosis.
f. Leher
a. Paru-paru
I : Pergerakan dinding dada normal, simetris kiri dan kanan, tidak ada
menit.
P: Sonor
A: Vesikuler
b. Jantung
P : Redup
c. Abdomen
I : Perut klien tampak bersih,tidak ada bekas luka, warna kulit sama.
d. Ekstremitas
Atas
Bawah
Kekutan otot
55555555
22225555
e. Genitalia
f. Integumen
Warna kulit sawo matang, tugor kulit baik, tidak terdapat adanya lesi
g. Data Biologis
1 Makan dan minuman
a. Makanan :
Sebelum sakit : nasi lauk habis sepiring Tidak ada pantangan
Sakit : makan yang di sedikan rumah sakit, habis seporsi tidak
ada pantangan
b. Minuman
Sebelum sakit : 8-10 gelas, air putih
Sakit : 8-10 gelas, air putih
c.
2Eliminasi
a. BAB :
Sebelum sakit : Frekuensi : sehari sekali, Warna :kuning, Bau,
tidak ada kesulitan
Sakit : ada kesulitan
b. BAK
Sebelum sakit : Frekuensi : 5-6 kali, Warna : kuning, Bau :
pesing, tidak ada kesulitan
Sakit : ada kesulitan
e. Personal hygine
Sebelum sakit : 2 x sehari, sikat gigi 2 x sehari, potong kuku
seminggu 1 x
Sakit : mandi hanya di seka dengan waslap, sikat gigi sehari sekali
masih di bantu,berpakain masih di bantu sama keluarga
f. Riwayat Elergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.
g. Data Psikologis
Pasien mengatakan selama pasien sakit, pasien sama sekali tidak mengeluh
dengan penyakitnya sekarang.
h. Data Sosial ekonomi
Pasien mengatakan tinggal dengan keluarga. Passien belum ada
penghasilan tetap.
i. Data Spritual
pasien mengatakan beragama islam,waktu sehat pasien mengatakan rajin
beribadah dan waktu sakit klien juga ta’at beribadah.
7 DATA PENUNJANG
1 Laboratorium
Tanggal 13 November 2022
Data Objektif :
1. Jari klien terlihat
banyak mengeluarkan
darah
Data Objektif :
1. Ekspresi klien tampak pucat
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Faktor Mekanis
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
V. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
Nyeri Akut berhubungan
dengan agen pencedera Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
fisik Definisi: pengalaman Definisi: mengidentifikasi dan
Definisi: pengalaman sensorik atau emosional mengelola pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaita dengan sensoria tau emosional yang
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual berkaitan dengan kerusakan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan jaringan atau fungsional
atau fungsional, dengan onset menadak atau dengan onset mendadak atau
onset mendadak atau lambat lambat dan berintensitas lambat dan berintensitas ringan
dan berintensitas ringan ringan hingga berat dan hingga berat dan konsisten.
hingga berat yang konsisten.
berlangsung kurang dari 3 Setelah dilakukan Aktivitas-aktivitas:
bulan. tindakan keperawatan Observasi:
diharapkan: a. Identifikasi lokasi,
Keluhan nyeri (4) karakteristik, durasi,
Meringis (4) frekuensi, kualitas,
Gelisah (4) intensitas nyeri.
Kesulitan tidur (4) b. Identifikasi skala nyeri
Ketegangan otot (4) c. Identifikasi respon nyeri
Tekanan darah (4) non verbal
Nafsu makan (4) d. Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri.
e. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri.
f. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respons
nyeri.
g. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup.
h. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan.
i. Monitor efek samping
penggunaan analgesic.
Terapeutik:
Berikanteknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi,teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
c. Fasilitasi istirahatdan
tidur.
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihanstrategi meredakan
nyeri.
Edukasi:
a.Jelaskanpenyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
b. Jelaskan strateg
meredakan i
Anjurkan
nyeri memonitor nyeri
secara mandiri.
Anjurkan menggunakan
analgesic secara tepat.
Ajarkanteknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
a.Kolaborasi pemberia
analgesic, jika perlu.
n
Edukasi :
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Kolaborasi :
a. Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik) jika
perlu
b. Kolaborasi pemberian
antibiotic, jika perlu
Terapeutik
a. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan denga
pencahayaandan n
ruangnyaman, suhu
memungkinkan jika
berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi:
a. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam,
relaksasi
b. Jelaskanotot progresif
secararinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
c. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
Anjurkan rileks dan
merasakansensasi relaksasi
Anjurkansering mengulangi
atau melatih teknik yang
dipilih
Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. napas
dalam, peregangan atau
imajinasi terbimbing)
NO HARI / JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1 Senin, 20 12.30 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi local, S:
September b.d Agen karakteristik,durasi,frekuensi, •Pasien
2022 cedera fisik di kualitas, intensitas nyeri. mengatakan
tandai dengan 2. Mengidentifikasi nyeri. masih nyeri
pasien 3. Mengidentifikasi respon pada kaki yang
tampak nyeri non verbal. telah di operasi.
meringgis, 4. Mengidentifikasi factor yang •pasien
gelisah memperberat dan mengatakan
5. memperingan nyeri. sudah lebih
6. Memonitor efek samping nyaman.
penggunaan analgetik. •pasien
7. Mengontrol lingkungan yang mengatakan
memperberat rasa nyeri . Sudah bisa
8. Memfaasilitasi istirahat dan mengendalikan
tidur. nyeri.
9. Memertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam O:
pemilihan strategy •pasien sudah
meredakan nyeri. tidak meringis,
10.Menjelaskan strategi menusuk-
meredakan nyeri. nusuk di bagian
11.Menganjurkan memonitor kaki selesai
nyeri secara mandiri. operasi sudah
12.Mengajarkan teknik non berkurang,
farmakologis untuk skala nyeri 3.
mengurangi nyeri.(gerak • pasien sudah
pasif / teknik rilexsasi) tidak gelisah
13.Kolaborasi pemberian
analgetik •TD = 120/70
mmHg
•Nadi =82 x/i
•P = 20x/i
•Suhu= 36,8ºC
A:
Masalah belum
teratasi nyeri
akut
P:
intervensi
dilanjutkan
2 Senin, 20 13.30 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi local, S:
September b.d Agen karakteristik,durasi,frekuensi, • Pasien
2022 cedera fisik di kualitas, intensitas nyeri. mengatakan
tandai dengan 2. Mengidentifikasi nyeri. masih nyeri
pasien 3. Mengidentifikasi respon pada kaki
tampak nyeri non verbal. yang telah di
meringgis, 4. Mengidentifikasi factor yang operasi.
gelisah memperberat dan •pasien
memperingan nyeri. mengatakan
5. Memonitor efek samping sudah lebih
penggunaan analgetik. nyaman.
6. Mengontrol lingkungan yang •pasien
memperberat rasa nyeri . mengatakan
7. Memfaasilitasi istirahat dan Sudah bisa
tidur. mengendalikan
8. Memertimbangkan jenis dan nyeri.
sumber nyeri dalam
pemilihan strategy O:
meredakan nyeri. •pasien sudah
9. Menjelaskan strategi tidak meringis,
meredakan nyeri. menusuk- nusuk
10. Menganjurkan memonitor di bagian kaki
nyeri secara mandiri. selesai operasi
11. Mengajarkan teknik non sudah
farmakologis untuk berkurang,
mengurangi nyeri.(gerak skala nyeri 3.
pasif / teknik rilexsasi) • pasien sudah
12. Kolaborasi pemberian tidak gelisah
analgetik
• TD =
120/70 mmHg
• Nadi
=82 x/i
• P=
20x/i
• Suhu=
36,8ºC
A:
Masalah belum
teratasi nyeri
akut
P:
intervensi
dilanjutkan
3 Senin, 20 14.30 Resiko 1. Memonitor tanda dan gejala S:
September Infeksi b.d infeksi local dan sistemik. • Klien
2022 kerusakan 2. Membatasi jumlah mengatakan
integritas pengunjung. bagian luka
kulit 3. Memerikan perawatan kulit sudah tidak
pada area edema. panas lagi
4. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan O:
pasien. • Terdapat
5. Menjelaskan tanda dan gejala nyeri tekan di
infeksi. daerah kaki
6. Menganjurkan meningkatkan yang luka dan
asupan nutrisi. luka tanpak
7. Kolaborasi pemberian lembab.
imunisasi, • Luka klien
tanpak
memerah.
• Luka klien
tanpak panjang
± 9cm
A:
Masalah
belum teratasi
Resiko Infeksi
P:
intervensi
dilanjutkan
RESUME ANALISA KETERAMPILAN
(KEPERAWATAN DASAR PROFESI)
Ruangan : Crysan c
NO ITEM REVIEW
A. Identitas Klien
1. Inisial pasien : Tn. M
2. Usia : 70 tahun
3. Diagnose medis : synofektomy
4. Pemenuhan kebutuhan : Rasa Nyaman
5. Diagnose keperawatan : Nyeri Akut
6. Tindakan yang dilakukan : Relaksasi Nafas Dalam
7. Tanggal/waktu tindakan : 24/01/2021
H. Standar Prosedur Operasional : Relaksasi Nafas Dalam
1. Pengertian 1. Merupakan metode efektif untuk mengurangi
rasa nyeri pada pasien yang mengalami nyeri
kronis. Rileks sempurna yang dapat
mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,
kecemasan sehingga mencegah
menghebatnya stimulasi nyeri.
2. Tujuan tindakan 1. Meningkatkan aliran udara dan oksigen
dalam darah
2. Untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri
3. Membantu dan meningkatkan relaksasi
4. Meningkatkan kualitas tidur
A. Kesimpulan
Personal hygine adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri.
Dampak fisik yang timbul pada masalh personal hygine ialah banyak
gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
Bagi keluarga yang dapat membantu meningkatkan kemandirian personal
hygine (mandi dan berpakaian, berdandan, makan dan BAK/BAB) pada pasien
dengan masalah keperawatan defisit keperawatan diri dengan mengajarkan
aktivitas mandiri : personal hygine (mandi dan berpakaian, berdandan, makan,
BAK/BAB yang baik dan benar).
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena
ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas (tumpul,
seperti terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten, persisten), dan penyebaran
(superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus). Banyak institusi sekarang
menyebut nyeri sebagai tanda vital kelima (vital sign), dan mengelompokkannya
bersama tandatanda klasik seprti: suhu, nadi, dan tekanan darah. Sudah menjadi
kewajaran bahwa manusia sejak awal berupaya sedemikian untuk mengerti
tentang nyeri dan mencoba mengatasinya.
B. Saran
Saran saya agar perawat lebih mendalami lagi tentang bagaimana
pentingnya personal hygine dan kenyamanan untuk pasien, perawat dapat lebih
memperhatikan dan mengajarkan setiap hari kepada pasien tentang defisit
perawatan diri yang seharusnya dilakukan sesuai rencana tindakan keperawatan
dan secara berkesinambungan sehingga dapat terbentuk rasa nyaman pasien serta
percaya pasien terhadap perawat.
Peningkatan asuhan keperawatan perlu dilakukan karena tuntutan
masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan semakin meningkat, sehingga
perawat harus menyadari bahwa perlu membenahi dan meningkatkan pemberian
layanan asuhan keperawatan yang baik, profesional dan bermutu sehingga
memberikan kepuasan bagi pasien, khususnya pasien imobilisasi sebagai
penerima jasa layanan perawatan personal hygine dan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, S & Addi Mardi Harnato, 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta
Selatan. Pusdik SDM Kesehatan.
Zakia,A. 2015. Nyeri: Konsep dan Pelaksanaan dalam Praktik Keperawatan Berbasis
Bukti. Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia dan proses Keperawatan. Edisi 3
Jakarta: Selemba Medika.
Potter & Perry 2015. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rosmalawati (2016) Modul Bahan Ajar Keperawatan. Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia I.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016.
Skripsi Luthfiana Rahmawati (2018) Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien
Post Operasi Apendiktomi Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman
Nyaman Di RSUD Sleman