Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA INTOLERANSI AKTIVITAS PADA

PASIEN NY. L DENGAN ANEMIA GRAVIS RUANG CRYSAN C RSU SIAGA


MEDIKA BANYUMAS

Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase KMB Profesi Ners

DISUSUN OLEH:
ANGGUN KUSUMA DEWI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA INTOLERANSI AKTIVITAS


PADA PASIEN NY. L DENGAN ANEMIA GRAVIS RUANG CRYSAN C RSU SIAGA
MEDIKA BANYUMAS

Asuhan keperawatan ini telah disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing lahan Pembimbing Akademik

(Desi Kuntarti, S.kep., Ns) (Irmawan Andri, M.Kep)

Mahasiswa

(Anggun Kusuma Dewi)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energi untuk melakukan

aktivitas sehari-hari. (Tim Pokja SDKI DPP, 2016). Selain itu intoleransi aktivitas

juga didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis yang

digunakan untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin

dilakukan atau harus dilakukan (Wilkinson, 2016). Salah satu masalah

keperawatan yang muncul pada anak dengan anemia aplastik adalah intoleransi

aktivitas (Hidayat, 2008).

B. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2016), penyebab intoleransi aktivitas pada

anak anemia aplastik adalah :

a. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

b. Tirah baring.

c. Kelemahan.

d. Imobilitas.

e. Gaya hidup monoton.

C. Batasan Karakteristik
1. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
- Mengeluh lelah
Objektif
- frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat
2. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
- Dispnea saat/setelah aktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah
Objektif
- Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
- Gambaran EKG menunjukan iskemia
- Sianosis

D. Patoisiologi dan Pathway


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
6
dapat terjadi karena kekurangan nutrisi, terpapar zat toksik, invasi tumor, atau

kebanyakan idiopatik. Sel darah merah dapat berkurang melalui adanya perdarahan.

Berkurangnya jumlah sel darah merah mengakibatkan oksigen yang dikirimkan ke

jaringan menjadi sedikit. Pada kasus ini dapat terjadi hipoksia jaringan. Hipoksia

jaringan merupakan suatu kondisi kurangnya pasokan oksigen di jaringan tubuh untuk

menjalankan fungsi normalnya. Saat pasokan oksigen ke jaringan sedikit maka akan

terjadi mekanisme kompensasi tubuh, diantaranya seperti adanya peningkatan curah

jantung atau pernapasan, meningkatnya pelepasan oksigen dan hemoglobin, terjadi

pengembangan volume plasma, dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.

Peningkatan frekuensi jantung mengakibatkan beban kerja jantung meningkat dan

terjadi hipertrofi ventrikel. Hipertrofi ventrikel menyebabkan curah jantung menurun

dan mengakibatkan terjadinya kelemahan fisik dan terjadi intoleransi aktivitas

(Muttaqin, 2014).
E. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Anoreksia
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

F. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis keperawatan intoleransi
aktivitas menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), adalah :
1. MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)
Observasi
a. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
b. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
d. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
2. TERAPI AKTIVITAS (I.05186)
Observasi
a. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
b. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
c. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
d. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
e. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
f. Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
a. Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
b. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi danrentang aktivitas
c. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan social
d. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
e. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
f. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
g. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
h. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
i. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energy, atau

gerak

j. Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif

k. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai

l. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot

m. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan emosional (mis.


kegitan keagamaan khusu) untuk pasien dimensia, jika sesaui

n. Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur, dan


aktif

o. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi dan diversifikasi untuk


menurunkan kecemasan ( mis. vocal group, bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permaianan sederhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kart)

p. Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu

q. Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri

r. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai


tujuan

s. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari

t. Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas


Edukasi

a. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu


b. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
c. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam
menjaga fungsi dan kesehatanAnjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
d. Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
b. Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Data Subjektif
a. Identitas klien
Nama : Ny. H
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Desa Susukan Rt 02/06 Susukan, Banjarnegara
No. RM : 306115
Dx Medis : Anemia
Tanggal Masuk : 27 September 2022 14.43 WIB
Tanggal Pengkajian : 27 September 2022 15.30 WIB

b. Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Desa Susukan Rt 02/06 Susukan, Banjarnegara
Hub dgn pasien : Suami

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama ( Saat Masuk Rumah Sakit )
Klien datang karena BAB berwarna merah

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Saat dilakukan pengkajian pada hari selasa, 27 September 2022 didapatkan data
bahwa pasien datang kerumah sakit dengan keluhan BAB cair dan berwarna merah
sekitar 2 hari, dan BAB hitam selama 2 hari, pasien juga mengalami mual dan muntah
sehingga pasien tampak pucat dan lemas. Tingkat kesadaran pasien Composmentis
dengan TD 135/87, N 80x/menit, S 36,6oC RR 20x/menit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit seperti saat
ini.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga mengatakan dalam keluarga terdapat anggota keluarga yang menderita
hipertensi, yaitu ibu, dan kakak pasien. Ibu pasien telah meninggal karena gagal ginjal
sudah lebih dari 3 tahun.

Keterangan :
: Laki-laki : tinggal serumah
: Perempuan : Pasien

3. Pola Fungsional Virginia Henderson


1. Pemenuhan kebutuhan oksigen
Sebelum masuk RS pasien mengatakan tidak merasa sesak napas.
Saat di RS pasien tidak terlihat sesak napas dan tidak mengunakan alat bantu
pernafasan. RR 20 x/menit.
2. Pemenuhan kebutuhan Nutrisi
Sebelum masuk RS pasien mengatakan pola makan normal 3 kali sehari dengan
porsi banyak.
Saat di RS pasien tidak mau makan, pasien mengalami mual dan muntah, pasien
merasa lemas, terdapat penurunah BB 2 kg selama sakit
3. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
Sebelum masuk RS pasien mengatakan buang air besar sekali sehari, sedangkan
buang air kecil sekitar 3-7 kali perhari dengan jumlah sekitar 1-1,5 liter.
Saat di RS pasien mengatakan buang air besar kadang sekali sehari, sedangkan
buang air kecil pasien terpasang kateter karena pasien tidak dapat berjalan
kekamar mandi.
4. Pemenuhan kebutuhan aktivitas
Sebelum masuk RS pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa kesulitan. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
Saat di RS pasien mengalami keterbatasan aktivitas akibat kondisinya yang
lemas, tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri, ke kamar mandi
dibantu oleh keluarga, makan pun disuapi oleh keluarga pasien.
5. Pemenuhan kebutuhan istirahat
Sebelum masuk RS pasien mengatakan pasien dapat tidur 8 jam dan tanpa
gangguan setiap malam.
Saat di RS pasien tidak mengalami gangguan tidur, pasien tidur selama 2 jam
sekali, bangun jika hanya merasa haus, setelah itu tidur kembali.
6. Pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan
Sebelum masuk RS pasien dapat menjaga keamanan sensiri dan dapat
melindungi dirinya sendiri, dan pasien merasa nyaman karena berada dirumah
dan tidak merasakan sakit.
Saat di RS pasien merasa tidak nyaman karena merasa lemas, dan tidak dapat
banyak bergerak, sehingga pasien tidak bias menjaga keamanannya.
7. Pola Menjaga Suhu Tubuh
Sebelum masuk RS pasien mengatakan tidak memiliki gangguan dalam menjaga
suhu tubuh.
Saat di RS pasien mengatakan bahwa keadaan ruangan panas, sehingga pasien
menggunakan pakaian yang tipis dan menggunakan kipas tangan untuk
mendinginkan ruangan.
8. Pola Personal Hygiene
Sebelum masuk RS pasien mandi 2 kali sehari, sikat gigi dan keramas secara
rutin.
Saat di RS pasien hanya mandi dengan diseka oleh keluarga, tidak mau sikat
gigi karena merasa mual dan ingin muntah jia sikat gigi.
9. Pola Berpakaian
Sebelum masuk RS pasien dapat berpakian secara mandiri dan mampu memilih
pakaian sendiri.
Saat di RS pasien memakai pakaian yang tipis, dan dipakaikan baju oleh
keluarga dan tidak dapat memilih baju yang diinginkan.
10. Pola Komunikasi
Sebelum masuk RS pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik.
Saat di RS pasien mengalami hambatan dalam berkomukasi, karena merasa
lemas sehingga pasien tidak mau berbicara terlalu banyak.
11. Pola Spiritual
Sebelum masuk RS pasien mengatakan termasuk aktif dalam beribadah.dan
memunyai kepercayaan diri yang tinggi
Saat di RS pasien terlihat bersedih karena sakitnya danbeum menerima kalau
dirinya sakit. Pasien merasa serahurnya dirinya tidak sakit seperti ini. Pasien
tidak menjalankan ibadah
12. Pola Rekreasi
Sebelum masuk RS pasien mengatakan termasuk aktif dan banyak kegiatan
sosial yang di ikuti
Saat di RS pasien berkumpul bersama suami dan anaknya untuk menghilangkan
kebosanan.
13. Pola Bekerja
Sebelum masuk RS pasien bekerja keras sebagai ibu rumah tangga.
Saat di RS pasien tidak mampu melakukan aktivitas apapun dan hanya tiduran
di tempat tidur saja.
14. Pola Belajar
Sebelum masuk RS pasien tidak memiliki hambatan.
Saat di RS pasien sering bertanya mengenai penyakit yang diderita ataupun
tentang perawatan-perawatan yang dilakukan oleh perawat.

4. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
a. Keadaan Umum : cukup
b. Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 M6 V5
Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah: 135/87 mmHg
b) Nadi : 80 x/menit
c) Suhu tubuh : 36,60C
d) Respirasi : 20 x/menit
c. TB/BB : 160cm/42kg
b. Kepala
Bentuk simetris, tidak ada nyeri kepala/sakit kepala, benjolan tidak ada, rambut hitam,
panjang dan tampak kusut.
c. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor (2ml/2ml),
sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya (+/+). Tajam penglihatan tidak dapat dievalusai,
mata tampak cowong.
d. Telinga
Pendengaran baik, bentuk telinga simetris, telinga tampak bersih. Tidak ada
penumpukan sekret ditelinga.
e. Hidung
Bentuk simetris, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada,
f.Mulut dan faring
Bentuk simetris, mukosa bibir kering, stomatitis (-), gigi tampak kuning, lidah tampak
putih, kelainan lidah tidak ada.
g. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, vena jugularis tidak ada,. tidak ada benjolan, tidak ada
pembengkakang kelenjar tiroid.
h. Thoraks
Dada
I : Gerakan dada simitris, bentuk simetris, tidak tampak ada jejas, tidak ada
benjolan
Pal : Nyeri tekan tidak ada, vocal fremitus normal pada kedua lapang paru
Per : Sonor pada semua lapang paru
A : Vesikuler
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
Pal : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis tidak teraba
Per : Pekak pada lapang jantung
A : terdengan ritem, tidak ada bunyi mur-mur
i. Abdomen
I : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak tampak jejas atau pembengkakan
A : Bising usus 10x/menit; bunyi bruit sangat jelas
Per : bunyi thympani
Pal : perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites (-), tidak ada nyeri tekan
j.Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh limfe tidak
ada., tidak ada hemoroid, terpasang kateter
k. Ekstrimitas
Atas : Bawah : Akral hangat, edema -/-, kekuatan 5/5, gerak yang tidak disadari -/-,
atropi -/-, capillary refill < 2 detik, atropi -/-. Perifer tampak pucat.
Bawah : Akral hangat, edema -/-, kekuatan 5/5, gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-
, capillary refill < 2 detik, atropi -/-. Perifer tampak pucat.
5. Pemeriksaan Penunjang
- Hasil pemeriksaan laboratorium (27 September 2022) ;

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi
Hemoglobin 4,0 13-16
Jumlah leukosit 7540 5000-10000
Jumlah trombosit 184000 1500000-400000
Hematokrit 12* 37-43
Jumlah eritrosit 1360000 Perempuan
4000000-5000000,
laki-laki 4500000-
5500000
MCV 88,6 76-96
MCH 29,5 27-32
MCHC 33,2 30-35
Eosinofil 1,8 1-4
Basofil 0,1 0-1
Limfosit 11,0 20-40
Monosit 2,5 2-8
Neutrofil 84,6
Creatinin 5,42 0,6-1,1
Ureum 153 10-50
Imunoserologi
HbsAg (ITC) NEGATIF Negatif

6. Terapi

Nama obat Dosis Pemakaian


NaCl 0,9 21 tpm Infus
Pantoprazole 4 amp Siring Pump
Cetriaxone 2x1 amp Injeksi
Kalnex 3x250 mg Oral
Sukralat 3x2 sendok Oral

7. Diit
pasien mendapat diit yang rendah garam dan tinggi protein
B. Analisa Data

No Waktu Data Fokus Pathway Problem Etiologi


1 Selasa, DS Anemia Intoleransi Kelemahan
27 - Klien Aktivitas fisik
September mengaakan Kelelahan
2022 merasa lemas
dan lelah Intoleransi
- Klien Aktivitas
mengatakan
aktivitas
terganggu karena
lemas
- Klien
mengatakan
tidak mampu
beraktivitas
secara mandiri
- Klien
mengatakan
tidak mampu
pergi kemamr
madi sendiri
- Klien
mengatakan
tidak mampu
makan secara
mandiri
DO
- Klien tampak
lemas
- Klien hanya
tiduran ditempat
tidur
- Terpasang kateter
- Konjungtiva
anemis
- HB 4,0

2 Selasa, 27 DS Anemia Ketidakseimbangan Anoreksia


september - Klien nutrisi kurang dari
2022 mengatakan tidak Penurunan kerja GI kebutuhan tubuh
nafsu makan
- Klien Anoreksia
mengatakan
makan dibantu Ketidakseimbangan
oleh keluarga nutrisi kurang dari
- Klien kebutuhan tubuh
mengatakan
makan hanya 2
sendok saja
- Kien mengatakan
jika makan
merasa mual

DO:
- Klien terlihan
pucat
- BB turun 2 kg
selama sakit
- Lidah putih
- Gigi kuning

3 Selasa, 27 DS Anemia Defisit perawatan Kelemahan


september - Klien diri
2022 mengatakan Mekanisme
tidak mandi anaerob
selama sakit
- Klen mengaakan Kelemahan
tidak pernah
gosok gigi Defisit perawatan
selama sakit diri
- Klien
mengatakan
dibantu keluarga
saat akan
kekamar mandi
- Klien
mengatakan
dibantu keluarga
saat berpakaian
DO
- Klien tampak
kusut
- Rambut klien
tampak kusut
- Gigi klien
tampak kuning
- Klien hanya
mengganti
pakaian sekali
sehari

C. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan isik


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
D. Intervensi Keperawatan

No Waktu Tujuan Intervensi Rasionalisasi


DX
1 Selasa, 27 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi (I.
September selama 3x5 jam Intoleransi 05178)
2022 Aktivitas teratasi dengan Observasi
kriteria hasil: - Identifkasi - Untuk
Toleransi Aktivitas gangguan fungsi mengetahui
L.05047 tubuh yang tindakan apa
No SLKI Sbl Ssd mengakibatkan yang akan
1. Kemudahan 2 4 kelelahan dilakukan
melakukan
- Monitor kelelahan - Mengetahui
aktivitas
fisik dan emosional pikiran pasien
2. Kemampuan 2 4
berjalan - Monitor pola dan - Untuk
3. Kekuatan 2 4 jam tidur menghindari
tubuh kelelahan
Ket: - Monitor lokasi dan - Untuk
1= meningkat
ketidaknyamanan ketepatan
2= cukup meningkat
3= sedang
selama melakukan tindakan
4= cukup menurun aktivitas keperawatan
5= menurun Terapeutik
- Sediakan - Agar pasien
lingkungan nyaman merasa rileks
dan rendah dan nyaman
stimulus (mis.
cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan rentang - Untuk
gerak pasif mencegah
dan/atau aktif kontraktur
- Berikan aktivitas - Untuk
distraksi yang membuat
menyenangkan pasien nyaman
- Fasilitas duduk di - Untuk
sisi tempat tidur, melatih otot
jika tidak dapat pasien
berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring - Untuk
- Anjurkan meltih otot
melakukan - Agar
aktivitas secara pasien mempu
bertahap melkukan
- Anjurkan aktivitas
menghubungi
perawat jika tanda - Memfasilit
dan gejala asi pasien
kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi - Agar
kelelahan latihan
Kolaborasi aktivitas pasien
Kolaborasi dengan ahli efektif
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan . - Agar tepat
dalam
pemberian
terapi

2 Selasa, 27 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


September keperawatan selama 3x5 (I. 03119)
2022 jam ketidak seimbangan
Observasi
nutrisi kurang dari - Mengetahui
- Identifikasi
kebutuhan tubuh teratasi sejauh mana
dengan kriteria hasil: status nutrisi  
kebutuhan
Status nutrisi L.03030 nutrisi pasien
No SLKI Sbl Ssd
- Untuk
1. Porsi makan 2 4
- Identifikasi ketepatan
yang
terapi
dihabiskan alergi dan
2. Berat badan 2 4 - Meningkat
meningkat intoleransi kan nafsu
3. Nafsu 2 4 makan pasien
makanan
makan
- Ketepatan
Ket: - Identifikasi
asupan nutrisi
1= meningkat
makanan yang
2= cukup meningkat
3= sedang disukai   - Mencegah
4= cukup menurun - Identifikasi kekurangan
5= menurun
kebutuhan kalori nutrisi
- Mencegah
dan jenis nutrient
kekurangan
- Identifikasi
nutrisi
perlunya - Menentuka
penggunaan n terapi
selang - Menentuka

nasogastrik n terapi

- Monitor

asupan makanan
- Agar
pasien
- Monitor berat memiliki nafsu

badan makan
- Untuk
ketepatan
- Monitor hasil
asupan nutrisi
pemeriksaan pasien
laboratorium - Meningkat
Terapeutik   kan nasu
makan
- Lakukan oral

hygiene
- Kecukupan
sebelum makan,
gizi pasien
jika perlu

- Fasilitasi

menentukan - Kecukupan
gizi pasien
pedoman

diet (mis.
- Kecukupan
Piramida gizi pasien
makanan)

- Sajikan - Melatih
oral pasien
makanan secara

menarik dan

suhu yang

sesuai  

- Berikan

makan tinggi
- Agar
serat untuk 
pasien bisa
mencegah makan dengan
konstipasi nyaman
- Berikan - Ketepatan

makanan tinggi diet

kalori dan tinggi

protein

- Berikan - Pasien
suplemen nafsu makan

makanan, jika

perlu  

- Hentikan

pemberian

makan melalui

selang nasogast - Ketepatan
terapi
rik jika asupan

oral dapat

ditoleransi  

Edukasi

- Anjurkan

posisi duduk,

jika mampu

- Ajarkan diet
yang

diprogramkan

Kolaborasi

- Kolaborasi

pemberian

medikasi

sebelum makan 

(mis. Pereda

nyeri,

antiemetik), jika

perlu

- Kolaboraside

ngan ahli gizi

untuk

menentukan

jumlah  kalori

dan jenis

nutrient yang

dibutuhkan, jika

perlu

3 Selasa, 27 Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan


September keperawatan selama 3x5 Diri 1.11348
2022 jam gangguan komunikasi Observasi
verbal teratasi dengan - Identifikasi - Untuk
kriteria hasil: kebiasaan aktivitas ketepatan
Perawatan diri L.11103 perawatan diri aktivitas
No SLKI Sbl Ssd sesuai usia
1. Kemampuan 2 4 - Monitor tingkat - Untuk
mandi
kemandirian memperjelas
2. Kemampuan 2 4
keadan paien
mengenakan
- Identiikasi - Untuk
pakaian kebutuhan alat mengetahui
3. Melakukan 2 4 bantu kebersihan kebutuhan
perawatan
diri, berpakaian, pasien
diri
berhias, dan
Ket:
1= meningkat makan
2= cukup meningkat Terapeutik
3= sedang - Sediakan - Agar
4= cukup menurun
lingkungan yang pasien nyaman
5= menurun
terapeutik
- Siapkan - Untuk
keperluan pribadi menyamankan
pasien
- Dampingi - Agar
dalam melakukan pasien merasa
peraatan diri nyaman
sampai mandiri
- Fasilitasi untuk
menerima keadaan - Agar
ketergantungan pasien merasa
- Fasilitasi dihargai
kemandirian, bantu - Untuk
jika tidak mampu meningkatkan
melakukan keadaan pasien
perawatan diri
- Jadwalkan
rutinitas perawatan - Agar
diri pasien teratur
Edukasi
Anjurkan melakukan
perawatan diri secara - Agar
konsisten sesuai pasien mampu
kemampuan melakukan
secara mandiri

E. Implementasi Keperawatan

Tanggal Jam No Implementasi Evaluasi Ttd


DX
Selasa 12.30 1 - Mengidentifikasi DO :karena Anemia Anggun
27-09- gangguan ungsi tubuh
22 yang menyebabkan
kelemahan
13.00 1 - Menyediakan lingkungan DS : pasien mengatakan
nyaman dan rendah sudah nyaman dengan
stimulus kondisi ruangan saat ini
- Mengidentifikasi status DS : pasien mengatakan
nutrisi pasien tidak nafsu makan
14.00 2 - Mengidentiikasi alergi DS : pasien mengatakan
dan intoleransi makanan tidak mempunyai alergi
dan menyukasi semua
jenis makanan
15.00 2 - Memfasilitasi untuk DS : pasien mengatakan
menentukan program diet tidak memilih makanan
15.30 3 - Mengidentiikasi DS : pasien mengatakan
perawatan diri jika biasanya pasien
mandi dan sikat gigi
setiap hari
16.00 3 - Sediakan keperluan DO : sudah tersedia
pribadi sabun mandi dan sikat
gigi
16.30 3 - Jadwalkan rutinitas DO : dijawdalkan untuk
perawatan diri mandi dan sikat gigi
setiap hari
Rabu, 13.00 1 - Memonitor kelelahan fisik DS : klien mengatakan
28-09- dan emosional badan terasa lemas
2022 14.00 1 - Melakukan rentang gerak DO : pasien koperatif
pasif/aktif
15.00 1 - Memfasilitasi duduk disisi DO : klien tidak mamu
tempat tidur, jika tidak melakukannya
dapat berpindah atau
berjalan
15.30 2,3 - Melakukan oral hygien DO : gigi tampak bersih
sebelum makan
16.00 2 - Menganjurkan posisi DS : klien mengatakan
duduk jika mampu sudah mampu untuk
setengah duduk
16.15 2 - Menyajikan makanan DO : pasien makan
secara menarik dan suhu setengah porsi
yang sesuai makanannya
16.30 3 - Memfasilitasi
kemandirian, bantu jika DO : pasien masih
tidak mampu melakukan tampak kesulitan untuk
perawatan diri memenuhi kebutuhannya
17.00 3 - Menganjurkan pasien sendiri
melakukan perawatan diri DS : pasien mengatakan
secara konsisten sesuai akan berusaha untuk
kemampuan melakukan aktivitas
secara mandiri
Kamis, 13.00 1 - Melakukan aktivitas DO : pasien sudah bias
29-09- secara bertahap kekamar mandi
2022 13.30 1 - Menyediakan linkungan DS : klien mengatakan
yang nyaman dan rendah nyaman ditempatna
stimulus sekarang
14.00 2 - Memberikan aktivitas DS : paisen
distraksi yang mengatakansenang
nenyenangkan berjalan-jalan didepan
kamar
15.30 2 - Memonitor berat badan DO : BB naik 0,5 kg
15.45 2,3 - Melakukan oral hygiene DO : gigi dan mulut
sebelum makan tampak bersih
16.25 2 - Memberikan makanan DO : klien
tinggi kalori dan tinggi menghabiskan separuh
protein nasimya
16.45 3 - Memonitor tingkat DO : klien sudah bisa
kemandirian pasien melakukan perawatan
- diri seperti berdandan
dan berhias secara
mandiri
F. Evaluasi Keperawatan

A. Evaluasi

Waktu No. DX Evaluasi


Selasa, 27-09- 1 S : Pasien mengatakan belum bias beraktivitas secara
22 mandiri
O : Pasien tampak masih terbaring ditempat tidur,
pasien tidak bias melakukan aktivitas secara mandiri
A :Masalah Intoleransi Aktivitas belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi melatih kemandirian

2 S : pasien mengatakan tidak nafsu makan


O: pasien tidak menghabiskan makannya, BB tidak
naik
A : masalah keperatan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi pemenuhan diet

3 S : pasien mengatakan belum bisa melakukan


perawatan diri secara mandiri
O : pasien tampak kusut, tidak terawat
A : masalah deisit perawatan diri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi oral hygiene

Rabu, 28-09- 1 S : Pasien mengatakan sudah bias setengah duduk,


2022 pasien mengatakan sudah tidak lesu sekali tetapi
masih sedikit lemah
O : pasien tampak lebih segar dan bisa
beraktivitasringan diatas tempat tidur
A :Masalah Intoleransi Aktivitas teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi

2 S : pasien mengatakan tidak nasu makan, tetapi tetap


makan karena tidak muntah
O: pasien menghabiskan setengah porsi makanannya
A : masalah keperawatan keseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : lanjutkan Intervensi
3 S : pasien mengatakan terasa segar dan fresh setelah
diseka dan sikat gigi
O : pasien tampak lebih rapih dan terlihat segar
A : masalah defisit perawatan diri teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

Kamis, 29-09- 1 S : Pasien mengatakan sudah bias beraktivitas secara


22 mandiri secara perlahan
O : Pasien sudah bias berjalan kedepan kamar dan
kekamar mandi
A :Masalah keperawatan Intoleransi Aktivitas
teratasi.
P : hentikan intervensi
Anjurkan pasien tetap berlatig secara mandiri

2 S : pasien mengatakan sudah ada nasu makan dan


mampu menghabiskan makannya
O: pasien menghabiskan 1 porsi makanannya, BB
naik 0,5 kg
A : masalah keperatan Keseimbangan Nutrisi Kurang
dari Kebutuan Tubuh Teratasi
P : hentikan intervensi

S : pasien mengatakan sudah bisa melakukan


3 perawtan diri secara mandiri, pasien sudah mandi dan
gosok gigi secara mandiri
O : pasien tampak bersih, rapih, dan wangi
A : masalah keperawatan Defisit Perawatan Diri
teratasi
P : hentikan intervensi
BAB III

PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian terhadap Ny. H di bangsal Crysan C RS Siaga Medika Banyumas
didaptkan data baha Ny. H menderita anemia grafis karena BAB darah selama 2 hari, sehingga
menyebabkan pasien merasa lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri dan
menyebabkan pasien mengalami Intoleransi Aktivitas.
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
yang dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Anemia menyebabkan transfer oksigen yang memperlancar
metabolisme sel-sel otak menjadi terhambat. Menurut Putrihantini & Erawati (2013), dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa orang yang mengalami anemia akan mengalami penurunan
kemampuan kognitif sehingga produktifitas akan menurun.
Upaya untuk mencegah terjadinya masalah pada intoleransi aktifitas yaitu dengan
melaksanakan latihan Range Of Motion (ROM) aktif guna mengembalikan kondisi kesehatan
dan memperbaiki reganggan pada otot-otot. Latihan Range Of Motion (ROM) yaitu latihan
yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan
tonus otot. Latihan ROM sebaiknya dilakukan 2x dalam waktu sehari karena dalam durasi 2x
ini merupakan durasi waktu yang paling efektif untuk melenturkan kekuatan otot dan
persendian, persendian bisa fleksibel karena memiliki kemampuan untuk menekuk dan
melakukan gerakan tetapi hal ini diperlukan latihan untuk meningkatkan fleksibilitas
persendian secara rutin dimana frekuensi latihan lebih penting dibandingkan dengan durasi
saat latihan. Dampak yang terjadi bila persendian fleksibel adalah bisa bergerak secara bebas.
Dengan demikian terapi ROM yang dilakukan kepada Ny. H terbukti efektif untuk
mengatasi Intoleransi Aktivitas, dengan hasil klien sudah tidak mengeluh lemas dan kaku.
DAFTAR PUSTAKA

Ainy, R. E. N., & Nurlaily, A. P. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien Stroke


Hemoragik dalam Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis: Oksigenasi. Journal of Advanced
Nursing and Health Sciences, 2(1), 21-25.
https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/KN/article/view/723/448
Anggraini, S., & Chanif, C. (2020). Efektifitas Pemberian Posisi Kepala Elevasi pada Pasien
Hipertensi Emergensi. Ners Muda, 1(2), 78–87. https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5491
Bachus, E., Holm, H., Hamrefors, V., Melander, O., Sutton, R., Magnusson, M., &
Fedorowski, A. (2018). Monitoring of Cerebral Oximetry during Head-Up Tilt Test in
Adults with History of Syncope and Orthostatic Intolerance. EP Europace, 20(9),
1535–1542. https://doi.org/10.1093/europace/eux298
Ekacahyaningtyas, M., Setyarini, D., Agustin, W. R., & Rizqiea, N. S. (2017). Posisi Head Up
30° sebagai Upaya untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen pada Pasien Stroke
Hemoragik dan Non Hemoragik. Adi Husada Nursing Journal, 3(2), 55–
59. https://adihusada.ac.id/jurnal/index.php/AHNJ/article/view/98
Hasan, A. K. (2018). Study Kasus Gangguan Perfusi Jaringan Serebral dengan
Penurunan Kesadaran pada Klien Stroke Hemoragik setelah Diberikan Posisi Kepala
o
Elevasi 30 . Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 9(2).
https://doi.org/10.36729/bi.v9i2.135
Makowiec, D., Wejer, D., Graff, B., & Struzik, Z. (2018). Dynamical Pattern Representation
of Cardiovascular Couplings Evoked by Head-up Tilt Test. Entropy, 20(4), 1-24.
https://doi.org/10.3390/e20040235
Mustikarani, A., & Mustofa, A. (2020). Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien
Stroke Melalui Pemberian Posisi Head Up. Ners Muda, 1(2), 114-119.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5750
Pertami, S. B., Munawaroh, S., & Rosmala, N. W. D. (2019). Pengaruh Elevasi Kepala
30 Derajat terhadap Saturasi Oksigen dan Kualitas Tidur Pasien Stroke. Health
Information : Jurnal Penelitian, 11(2), 134–145.
https://doi.org/10.36990/hijp.v11i2.133
Pertami, S. B., Sulastyawati, S., & Anami, P. (2017). Effect Of 30° Head-Up Position on
Intracranial Pressure Change in Patients with Head Injury in Surgical Ward of
General Hospital of Dr. R. Soedarsono Pasuruan. Public Health of Indonesia,
3(3), 89–95. https://doi.org/10.36685/phi.v3i3.131
Riberholt, C. G., Wagner, V., Lindschou, J., Gluud, C., Mehlsen, J., & Møller, K.
(2020). Early Head-Up Mobilisation Versus Standard Care for Patients with Severe
Acquired Brain Injury: A Systematic Review with Meta-Analysis and Trial Sequential
Analysis. Plos One, 15(8), 1-33. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0237136
Sands, E., Wong, L., Lam, M. Y., Panerai, R. B., Robinson, T. G., & Minhas, J. S. (2020).
The Effects of Gradual Change in Head Positioning on the Relationship between
Systemic and Cerebral Haemodynamic Parameters in Healthy Controls and Acute
Ischaemic Stroke Patients. Brain Sciences, 10(9), 1-17.
https://doi.org/10.3390/brainsci10090582
Wahidin, W., & Supraptini, N. (2020). Penerapan Teknik Head Up 30° terhadap Peningkatan
Perfusi Jaringan Otak pada Pasien yang Mengalami Cedera Kepala Sedang. Nursing
Science Journal (NSJ), 1(1), 7-13. https://doi.org/10.53510/nsj.v1i1.14

Anda mungkin juga menyukai