Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. Y DENGAN DIAGNOSA TB SPONDILITIS


DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Disusun Oleh :
Sinta Zulmaidar
P1337420921240

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN – POLTEKNIK KESEHATAN


KEMENKES SEMARANG

2022
HALAMAN PERSUTUJUAN DAN PENGESAHAN

Judul kasus : Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Diagnosa Tb Spondilitis Di


RSUD dr Zainoel Abidin Banda aceh
Disusun Oleh : Sinta Zulmaidar
NIM : P1337420921240
Jurusan : Keperawatan
Program Studi : Profesi Ners

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini telah di baca dan disetujui oleh Clinical
Instruktur (CI) dan Dosen Pembimbing Akademik
.

Banda Aceh, 12 Agustus 2022

Menyetujui,

Clinical Instruktur (CI) Dosen Pembimbing Akademik

Ns. Juliani S.Kep Ns. Erlangga Galih Zulva Nugroho, M.Kep

Mengetahui, Mahasiswa yang bersangkutan

Sinta Zulmaidar
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) menjadi masalah kesehatan penting di dunia sehingga World


Health Organization (WHO) mencanangkan TB sebagai Global Emergency. Kasus
TB semakin meningkat tiap tahun dengan angka mortalitas yang tinggi. Menurut
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat
lebih dari 8 juta kasus baru tuberkulosa dan lebih kurang 3 juta orang meninggal
akibat penyakit ini. (WHO 2015).

Menurut sebuah penilitian, Spondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Pott’s
disease atau tuberculous vertebral osteomyelitis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang.
Spondylitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang yang dikenal pula dengan
nama Pott’s disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan
suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta
kematian terjadi setiap tahunnya dikarenakan penyakit ini. Penyakit ini pertama kali
dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun 1779 yang menemukan adanya
hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan kurvatura tulang belakang,
tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil tuberkulosa hingga ditemukannya
basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga etiologi untuk kejadian tersebut
menjadi jelas. Terapi konservatif yang diberikan pada pasien tuberkulosa tulang
belakang sebenarnya memberikan hasil yang baik, namun pada kasus – kasus tertentu
diperlukan tindakan operatif serta tindakan rehabilitasi yang harus dilakukan dengan
baik sebelum ataupun setelah penderita menjalani tindakan operatif3.(Vitriana 2017)

Menurut sebuah penelitian, Spondilitis tuberkulosis merupakan penyakit tuberkulosis


ekstrapulmonar yang sering terjadi. Insiden kasus mencapai setengah dari angka
kejadian tuberkulosis muskuloskeletal. Kebanyakan spondilitis TB terjadi pada anak-
anak dan dewasa muda. Angka kejadian cenderung meningkat pada negara
berkembang. Diagnosa segera dan tata laksana yang tepat dibutuhkan untuk
mencegah kerusakan neurologi permanen dan mencegah deformitas tulang
belakang.Faktor predisposisi termasuk kemiskinan, kepadatan penduduk, sosial,
malnutrisi, drug-abuse, diabetes melitus, terapi imunosupresif, dan HIV4. (Sahputra,
R. E. 2019)
Karakteristik spondilitis tuberkulosis adalah destruksi diskus intervertebralis dan
korpus yang berdekatan , kolapsnya elemen tulang belakang, anterior wedging dan
terbentuknya gibbus (deformitas yang teraba karena keterlibatan beberapa tulang
belakang). Segmen thorakal dan lumbal merupakan lokasi yang sering mengalami
kerusakan. Kerusakan pada umumnya terjadi pada lebih dari satu korpus dan korpus
lebih sering diserang dari pada arkus posterior 5,6.(Rajasekaran S, Soundararajan DCR,
et al. 2018)

Spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit kronik dan lambat berkembang dengan


gejala yang telah berlangsung lama. Gambaran klinik berupa nyeri lokal, nyeri tekan
lokal, kaku dan spasme otot, abses, gibbus, dan deformitas. Nyeri punggung gejala
yang paling sering dikeluhkan. Nyeri bertambah dengan pergerakan tulang belakang,
batuk dan berat badan karena kerusakan diskus dan instabilitas tulang belakang,
kompresi serabut saraf atau fraktur patologi. Deformitas tulang belakang yang terjadi
tergantung lokasi lesi. Kifosis terjadi karena lesi mengenai vertebra thorakal. Derajat
kifosis tergantung pada jumlah vertebra yang terlibat diagnosis spondilitis
tuberkulosis ditegakkan berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang 5,7.
(Rajasekaran S, Soundararajan DCR, et al. 2018), ( Jiang T, Zhao J, et al.2015).
Di waktu yang lampau, spondilitis tubekulosa merupakan istilah yang dipergunakan
untuk penyakit pada masa anak-anak, yang terutama berusia 3-5 tahun. Saat ini
dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami
perubahan sehingga golongan umur dewasa menjadi lebih sering terkena
dibandingkan anak-anak8.Terapi konservatif yang diberikan pada pasien tuberkulosa
tulang belakang sebenarnya memberikan hasil yang baik, namun pada kasus – kasus
tertentu diperlukan tindakan operatif serta tindakan rehabilitasi yang harus dilakukan
dengan baik sebelum ataupun setelah penderita menjalani tindakan operatif 9.(Li W,
Deng G, et al.2012).

Dilakukannya Rehabilitasi dapat mengurangi gejala, biaya perawatan,


mengoptimalkan status fungsional, meningkatkan partisipasi, toleransi latihan, status
kesehatan, pencegahan perburukan penyakit, komplikasi dan eksaserbasi. Oleh
karena itu rehabilitasi paru diharapkan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Peningkatan kualitas hidup penderita dengan memperhatikan faktor psikologis
(seperti mengatasi cemas dan depresi) juga turut menjadi perhatian. Intervensi ini
dapat menstabilkan dan mengembalikan manifestasi sistemik penyakit paru.
(European Respiratory Society Statement on Pulmonary Rehabilitation. 2012).
BAB II
LAPORAN KASUS KELOLAAN

ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA Ny. Y DI RUANG RAUDHAH 6 RSUDZA BANDA ACEH
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. Y
Tanggal Lahir : 11 Juni 1983
Umur : 39 Th
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : Tamat SMA
Alamat : Lam Kruet, Lhokga, Aceh Besar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Aceh
Diagnosa Medis : TB Spondilitis
Tanggal Masuk RS : 18 Juli 2022
Tanggal Pengkajian : 08 Agustus 2022
Sumber Informasi : Pasien, keluarga, rekam medis
Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Agama : Islam
Alamat : Lam Kruet, Lhokga, Aceh Besar
Pekerjaan : Swasta
Jenis Kelamin : laki-laki
Hubungan dengan Pasien : Suami pasien
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri di area punggung
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh sakit area pinggang sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Klien
awalnya kontrol di Rumah sakit Harapan Bunda lalu dari rumah sakit tersebut di rujuk
ke RSUDZA. Setelah di rawat beberapa hari di RSUDZA klien dijadwalkan operasi
yang dilakukan pada tanggal 03 Agustus 2022.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya klien tidak pernah memiliki riwayat pernyakit.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien
3. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola)
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan sakit apabila merasa tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
dengan baik. Apabila merasa tidak enak badan klien membeli obat diwarung dekat
rumah. Dan jika merasa sakit pasien selalu memeriksakan kesehatan ke Puskesmas
atau ke RS.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
Makan 3x/hari dengan jenis nasi, lauk, sayur dan pada pagi hari pasien biasa
sarapan dengan teh. Klien tidak alergi terhadap makanan tertentu. Minum air putih 5-7
gelas perhari .
Selama sakit :
Di RS pasien makan 3X sehari dan klien menghabiskan setiap porsi makanannya.
BB: 46 kg
TB: 158 cm
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB 1-2 hari sekali dengan warna konsistensi lembek, warna kuning, bau khas. BAK
1-2 kali sehari, warna jernih dengan bau khas.
Selama sakit :
BAB 1 kali /3 hari, konsistensi keras, warna kuning, bau khas. BAK terpasang kateter
Urine.

4. Aktivitas dan Latihan


Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Kemampuan melakukan ROM √
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √
Kemampuan makan/minum √
Kemampuan toieting √
Kemampuan Mandi √
Kemampuan berpindah √
Kemampuan berpakaian √
Ket. : 0 = Mandiri 1= Menggunakan alat bantu 2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung Total

5. Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit :
Pasien tidur 6-7 jam perhari, pasien mengatakan tidak ada keluhan, bangun tidur terasa
segar.
Selama sakit :
Pasien mengatakan bisa tidur tadi malam. Tidur sebanyak 8-9 jam. Pasien menyatakan
sering terbangun saat terasa nyeri lalu tidur kembali saat nyeri hilang
6. Sensori, Persepsi dan Kognitif
Pasien bisa berkomunikasi dengan perawat mampu menjawab pertanyaan perawat
dengan tepat dan jelas, dengan menggunakan bahasa Aceh dan bahasa Indonesia.
Pasien tidak mempunyai gangguan pendengaran, pengecapan dan penglihatan serta
penciuman.
Pengkajian nyeri :
P : Sakit ketika bergerak dan ketika diam tiba-tiba nyeri
Q : Seperti di tusuk tusuk
R : Sakit mulai dari tulang punggung belakang hingga seluruh tubuh
S:6
T : ketika digerakan terus menerus dan ketika diam tiba-tiba nyeri
7. Konsep diri
a. Identitas Diri : Pasien mampu mengenali diri dan menyadari dirinya seorang istri,
ibu yang memiliki 4 orang anak
b. Gambaran Diri : pasien merasa dirinya sedang sakit namun pasien merasa dapat
sembuh dan sekarang sedang menjalankan perawatan untuk membaik.
c. Ideal Diri : Pasien ingin sembuh dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti
sebelum sakit
d. Harga Diri : pasien terlihat optimis dan bersemangat dalam melakukan
pengobatan, karena suami, anak dan keluarga memberikan motivasi dan doa.
e. Peran Diri : selama ini pasien menjalani perannya sebagai istri dan ibu.
8. Sexual dan Reproduksi
Pasien sudah berumur 39 tahun, mempunyai 4 orang anak.
9. Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit : Hubungan dengan keluarga dan masyarakat baik, komunikasi dengan
menggunakan Bahasa Aceh dan Bahasa Indonesia
Selama sakit : Hubungan dengan keluarga,sesama pasien, dan perawat baik.
10. Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : bila ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarga
Selama sakit :bila ada masalah selalu bicara dengan suami dan keluarga, menjalankan
pengobatan sesuai dengan anjuran Tim kesehatan.
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : pasien beragama Islam, rutin menjalankan ibadah
Selama sakit : Pasien berserah pada Tuhan dengan berdoa untuk memohon
kesembuhan. Klien tampak berdzikir ketika nyeri datang.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : KU sedang, Kesadaran : CM GCS E:4 V:5 M: 6
2. TTV : S :36.6 °C N : 95 X/mnt TD :120/70 mmHg RR :26 X/mnt,
3. Antropometri : TB : 158 cm; BB : 46 kg.
4. Kepala :bentuk kepala simetris, penyebaran rambut merata, rambut warna hitam,
rambut acak-acakan, tidak ada lesi.
5. Mata, Telinga, Hidung :
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
Hidung : tidak terdapat polip hidung, terdapat sedikit kotoran hidung, fungsi baik.
Telinga : terdapat sedikit serumen, fungsi pendengaran baik
6. Mulut : bibir kering, tidak terdapat lesi di area mulut
7. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid
8. Dada/Thoraks :
Inspeksi : dada kanan dan kiri tampak mengembang dan mengempis secara bersamaan
dan sama rata, tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak teraba masa, tidak ada nyeri tekan,vocal premitus teraba kanan dan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara Weezing, suara paru vesikuler,
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis terlihat di ic ke 5
Palpasi : : ictus cordis teraba di ic ke 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
9. Abdomen
Inspeksi : bentuk supel, tidak ada lesi, asites tak ada
Palpasi : tidak teraba masa, nyeri tekan pada abdomen kanan atas
Perkusi : bunyi timpany pada lambung
Auskultasi : peristaltik usus 18 kali permenit
10. Genetalia :
Terpasang kateter, tak ada tanda-tanda peradangan.
11. Ekstremitas :
Ekstremitas atas dan bawah simetris, terpasang infus 20 tpm pada pada tangan
sebelah kiri.
Kekuatan otot :
4 4
2 2

12. Kulit :
Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, kulit tampak kering, tak ada sianosis.
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal Sampel Jenis Pemeriksaan Hasil Angka normal Interp
retasi
07/09/2019 Darah Hematologi
Hemoglobin 9,5* g/dL 12,00-15,00 Low
Hematokrit 30* % 37-47 Low
Eritrosit 5,0^6/uL 4,2-5,4 Low
Trombosit 271 150-450 Low
Leukosit 6,15 4,5-10,5 Low
MCH 19* pg 27,00-31,00
MCV 60* fL 80-100 High
MCHC 32 g/dL 32-36
RDW 23,6* % 11,5-14,5 High

6. Therapy
Jenis Obat Dosis
08/08/2022
Infus Rl 20 tetes per menit
Nebul -
Sleding -
Scale
Injeksi Cefazoline 1 gr/8 jam
Lansoprazole 30g/12 jam
Gentamicyin 80g/12 jam
dextekoprofen 1 amp/8 jam
Per Oral Meloxicam 7,5 g/24 jam
Nat. Diklo 50 mg/24 jam
Pro TB 3 tb/24 jam
Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS : Nyeri akut Agen cidera fisik :
prosedur pembedahan
 Klien mengatakan terasa nyeri di bagian
punggung lebih tepatnya pada area operasi
DO :
 P : luka pasca pembedahan
Q : nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk
R : sepanjang punggung
S : nyeri pada skala 6
T : nyeri terasa bertambah saat tubuh akan
digerakkan
 TD : 140/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Klien tampak meringis kesakitan
DS : Deficit perawatan Gangguan
diri : mandi neuromuskular
Klien mengatakan belum membersihkan diri
sejak sebelum operasi, klien dan keluarga tidak
mengerti cara merawat diri sesuai dengan
keadaannya
DO :
 Kulit tampak kusam
 Gigi dan lidah tampak kotor
Rambut tampak kusam dan kulit kepala tampak
kotor
B. Diagnosa Perawatan Sesuai Prioritas
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : prosedur pembedahan (NANDA :
00132)
2. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan neuromuskular
(NANDA : 00108)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


TGL KEPERAWATAN
Senin, 08 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (NIC : 1400)
Agustus
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri
2022
dengan agen cidera diharapkan nyeri dapat berkurang komperehenfis (O)
fisik : prosedur atau hilang, dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan penggunaan teknik
pembedahan  Nyeri pada skala ≤ 1 nonfarmakologi (relaksasi) (N
(NANDA : 00132)  Klien tampak rileks 3. Ajarkan prinsip-prinsip
 TTV dalam batas normal manajemen nyeri (E)
 Klien tidak mengeluhkan 4. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
nyerinya
penanganan nyeri farmakolog
(E)
Senin, 08 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan latihan (NIC: 0200)
Agustus
diri : mandi keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Gali hambatan untuk melaku
2022
berhubungan diharapkan kebutuhan perawatan latihan (O)
dengan gangguan diri dapat terpenuhi, dengan kriteria 2. Lakukan latihan bersama
neuromuskular hasil : individu dan keluarga (N)
(NANDA : 00108)  Kulit tampak bersih dan segar 3. Informasikan individu menge
 Rambut dan kulit kepala tampak manfaat kesehatan dan efek
bersih fisiologis latihan (E)
 Mulut dan gigi tampak bersih 4. Libatkan keluarga/orang yang
memberi perawatan dalam
merencanakan dan
meningkatkan program latiha
(K)
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ tgl/ jam No DX Tindakan Respon Ttd
Senin, 1 Melakukan pengkajian Ds :
08 Agustus nyeri komperehensif Pasien mengatakan merasakan nyeri di
2022 punggung, pasien mengeluh tidak
Jam : nyaman dan tidak bisa tidur nyenyak
16.00 karena nyeri.
Do :
 P : Nyeri pasca operasi
 Q : tertusuk tusuk
 R : Punggung
 S:6
 T : Hilang timbul
Pasien tampak meringis ketika nyeri
Suhu tubuh : 36,3°C
Nadi :80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg

Jam : 1 mengajarkan Ds :
16:15 penggunaan teknik Klien mengatakan paham dan mengerti
nonfarmakologi cara melakukan tehnik relaksasi, setelah
(relaksasi) melakukannya klien mengatakan skala
nyeri berkurang.
Do :
Klien tampak melakukan tehnik
relaksasi dengan benar.
Skala nyeri 3.
16:20 1 Mengajarkan prinsip- Ds :
prinsip manajemen Klien mengatakan tahu cara
nyeri
meminimalisir nyeri
Do :
Klien tampak melakukan tehnik
relaksasi untuk meminimalisir nyeri
Suhu tubuh : 36,3°C
Nadi :80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg

Jam : 1 Berkolaborasi dengan Ds :


16.25 tim kesehatan lain Klien mengatakan mau untuk diberikan
untuk penanganan nyeri terapi farmakologi untuk mengurangi
farmakologi rasa nyeri
Do :
Klien sudah diberikan obat
 Dexketoprofen: 25 mg / 8 jam
Jam : 2 Memberikan posisi Ds :
10:00 yang terapeutik Klien dan keluarga mengatakan akan
mengupayakan untuk menerapkan
posisis yang dianjurkan.
Do
Klien tampak mengubah posisi setiap 2
jam sekali
Selasa, 2 Gali hambatan untuk Ds :
09 Agustus melakukan latihan Klien mengatakan tidak dapat
2022 melakukan perawatan diri sencara
Jam : mandiri dan klien mengatakan kurang
15.00 WIB nyaman karna belum mandi dan
melakukan perawtan diri. Klien
mengatakan suami yang membantu
dalam perawatan diri.
Do :
Rambut tampak berantakan, kulit
kusam dan kering, tampak ada kotoran
di hidung dan telinga pasien.

Jam : 2 Melakukan latihan Ds :


15.10 WIB bersama individu dan klien dan keluarga mengatakan mampu
keluarga melakukan latihan yang sudah diajarkan
Do :
klien dan keluarga mampu
mempraktikan kembali latihan yang
sudah diajarkan

Jam : 2 Informasikan individu Ds :


15:15 WIB mengenai manaat Klien mengatakan mengerti mengenai
kesehatan dan efek manfaat kesehatan dan efek fisiologis
fisiologis latihan latihan
Do :
Klien mampu menjawab beberapa
pertanyaan dengan benar mengenai
manfaat kesehatan dan efek fisiologis
latihan.
Jam : 2 Melibatkan Ds :
15:20 WIB keluarga/orang yang Klien mengatakan keluarga mau untuk
memberi perawatan membantunya dalam melakukan
dalam merencanakan program latihan.
dan meningkatkan Do :
program latihan Tampak keluarga membantu klien
dalam melakukan program latihan.

E. EVALUASI
Tanggal No DX. Evaluasi TTD
Selasa, 1 S : klien mengatakan merasakan nyeri di punggung
09 Agustus O:
2022  P : Nyeri pasca operasi Q : tertusuk tusuk
 R : Punggung S:3 T : Hilang timbul
 Pasien sudah diajarkan tehnik non farmakologi
relaksasi
 Tingkat nyeri pasien menurun dari 6 menjadi 5
 Klien sudah diberikan obat, Dexketoprofen: 25
mg / 8 jam
Suhu tubuh : 36,3°C
Nadi :80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
 Megajarkan penggunaan tehnik
nonfarmakologi (relaksasi)
 Mengajarkan prinsip prinsip manajemen nyeri
 Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
penanganan nyeri farmakologi.
2 S : Klien mengatakan tidak dapat melakukan
perawatan diri secara mandiri dan klien mengatakan
kurang nyaman dengan tubuhnya karna belum mandi
atau membersihkan diri.
Klien mengatakan suaminya yang membantunya
dalam melakukan perawatan diri.
O:
Tampak klien dalam kondisi berkeringat, rambut
sedikit berantakan, bau badan sedikit menyengat.
Klien tampak kusam.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 Lakukan latihan bersama individu dan keluarga
 Informasikan individu mengenai manfaat
kesehatan dan efek fisiologis latihan
 Libatkan keluarga/orang yang memberi
perawatan dalam merencanakan dan
meningkatkan program latihan

1 S : Klien mengatakan tahu cara meminimalisir nyeri.


Klien mengatakan skala nyeri berkurang.
O:
 Klien sudah melakukan tehnik relaksasi untuk
meminimalisir nyeri
 Skala nyeri 3
 Klien sudah diberikan obat.
Cefazoline : 1 gr/ 8 jam (IV)
Dexketoprofen: 25 mg / 8 jam (IV)
Infus RL : 20 tpm (IV)
Suhu tubuh : 36,3°C
Nadi :80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
penanganan nyeri farmakologi
Melakukan pengkajian nyeri komperehensif
Rabu, 2 S : klien dan keluarga mengatakan mampu melakukan
10 Agustus latihan yang sudah diajarkan
2022 O:
klien dan keluarga mampu mempraktikan kembali
latihan yang sudah diajarkan
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 Kolaborasi dengan keluarga untuk membantu
perawatan diri pada klien

1 S : Klien mengatakan nyeri sudah sangat berkurang.
O:
 Skala nyeri 3
 Klien tampak rileks.
 Klien sudah diberikan obat.
PCT : 1 gr / 8 jam (IV)
Infus RL : 20 tpm (IV)
Suhu tubuh : 36°C
Nadi :80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg

A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan

Anda mungkin juga menyukai