DISUSUN OLEH:
P1337420920078
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
1
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH :
P1337420920078
Disetujui oleh :
Nurwanto Adi Prakoso, S. Kep., Ners. Siswanto, S. Pd., S. Kep., Ners., M. Kes.
NIP. 19801211 200604 1 006 NIP. 19620723 198403 1 002
2
ABSTRAK
2. WOC
Terlampir
BAB II
LAPORAN KASUS
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 43 tahun
Alamat : Todanan
Pendidikan : S1 Pendidikan
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Tanggal masuk dan pengkajian/jam: 14 Juni 2021/08.00 WIB
Diagnosa medis : Open fraktur 1/3 distal tibia fibula
Penjamin : Jasa Rahrja
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. P
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Alamat : Todanan
Pekerjaan : PNS
Hubungan dengan pasien : Suami
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pasien dibawa polisi pada pagi hari dengan mobil patroli polisi ke UGD
Puskesmas Ngawen Kabupaten Blora post kecelakaan tunggal menabrak jalan
berlubang. Pasien mengatakan terpental, jatuh ke samping dan tertindih motor.
Awalnya keluarga menghendaki pasien untuk dibawa ke Sangkal Putung akan tetapi
setelah diberikan penjelasan oleh perawat, keluarga menyetujui pasien untuk dirujuk
ke RSUD Dr. R. Soetijono Blora meskipun sementara harus dirawat di ruang rawat
inap Puskesmas Ngawen sambil menunggu tersedia ruangan di RSU Blora. Saat ini
pasien merasa lemah, mata berkunang-kunang, dan mengeluh sulit menggerakkan
kaki kanannya.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit dan belum pernah
mengalami kecelakaan.
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Dalam keluarga pasien, tidak memiliki riwayat penyakit jantung maupun
Diabetes Mellitus.
d. Riwayat Alrgi
Pasien tidak memiliki alergi pada makanan maupun obat-obatan.
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit : klien BAB 1x/ hari dengan konsistensi lembek, berwarna kuning
dengan bau khas. Pasien BAK 10 x/ hari.
b. Saat sakit : klien belum BAB, BAK terukur dengan kateter urin
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : kebutuhan tidur klien tercukupi yaitu 6-8 jam/hari.
Saat sakit : Klien mengatakan tidur dengan baik
5. Pola aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit : klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri saat bekerja
maupun di rumah.
2) Saat sakit : Klien melakukan aktivitas dibantu oleh suaminya
Penilaian mobilisasi
Ny. S mengatakan selalu melibatkan suami bila ingin duduk di atas tempat tidur dan
miring kanan kiri
Skala Kategori
Adanya kekuatan otot sendi seperti fleksi namun tidak bisa melawan
2
gravitasi
5 5
2 5
E. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : E4V5M6 composmentis
b. Tanda-tanda Vital
Nadi : 94 x / menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu Tubuh : 36,60 C
Tekanan Darah : 90/70 mmHg
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. LABORATORIUM
Hasil Laborat tanggal 14 Juni 2021 :
Hemoglobin : 10
Leukosit : 9.569
Trombosit : 167.000
Hematokrit : 31 %
Golongan Darah : A
Rapid Tes Covid : Non Reaktif
2. TERAPI
TERAPI RUTE FUNGSI
Cairan kristaloid yang
mengandung kalsium, kalium,
RL 20 tpm Intravena laktat, natrium, klorida dan air
untuk hidrasi cairan dan
memenuhi kebutuhan elektrolit
Asam Mefenamat 500 mg Per oral Anti inflamasi Non Steroid yang
menghambat sintesis
prostaglandin dan sebagai
analgesik perifernya, serta
memiliki efek menaikkan asam
lambung
Mengurangi dan menghentikan
perdarahan dengan menghambat
Asam traneksamat 500mg Per oral
hancurnya bekuan darah yang
sudah terbentuk
Menurunkan asam lambung dan
Ranitidine 25mg Per oral mengurangi sensasi terbakar
pada ulu hati
Menghambat pertumbuhan
Amoxicillin 500 mg Per oral bakteri yang menyebabkan
infeksi pada luka terbuka.
G. ANALISA DATA
TANGGAL / MASALAH
N
JAM DATA FOKUS ETIOLOGI KEPERAWATAN TTD
O
(SDKI)
1. Senin, 14 Data subjektif Gangguan Gangguan mobilitas
Juni 2021 Saat ini pasien mengeluh sulit musculoskeletal fisik
menggerakkan kaki kanannya. Rena
Jam 08.30 (D. 0054)
WIB Data objektif
Tampak patahan tulang pada
bagian dalam luka di bagian 1/3
distal tibia fibula kanan dan
terdengar krepitasi
2 5
dan kekuatan nadi lemah, SpO2 : 97%, S : 36,5 , Capillary Refill Time : <2 detik, akral
hangat, tidak sianosis, pitting edema : baik, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
suara jantung tambahan seperti gallop maupun murmur, Ada luka robek dengan panjang
10 cm dan dalam 1 cm dan perdarahan massif di bagian 1/3 distal tibia fibula kanan,
tampak patahan tulang pada bagian dalam luka, dan terdengar krepitasi. Kemudian Ny. S
mengeluh nyeri
P : fraktur cruris S : skala 8
Q : seperti mencengkram T : setiap waktu
R : ektremitas kanan bawah
Gangguang mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam kebebasan bergerak untuk
pergerakan fisik tertentu pada bagian tubuh baik satu atau lebih ekstremitas. Batasan
karakteristik untuk menegakkan diagnosa tersebut adalah postur tubuh yang tidak stabil
selama melakukan kegiatan rutin harian, keterbatasan kemampuan untuk melakukan
ketrampilan motorik kasar dan motorik halus, pergerakan minimal, tidak ada koordinasi
atau pergerakan yang tersentak-sentak, keterbatasan ROM, kesulitan berbalik, dan
perubahan gaya berjalan.
B. Analisa intervensi keperawatan
Ekstremitas bawah memiliki fungsi yang lebih berarti dalam mobilitas seseorang,
beberapa fungsi dari ekstremitas bawah yang juga tercantum dalam Lower Extremity
Functional Scale yang digunakan untuk mengukur fungsi ekstremitas bawah di antaranya
adalah kemampuan melakukan pekerjaan, hobi, rekreasi dan olahraga, duduk, berdiri,
berjalan dan berlari. Intervensi pembidaian dapat mempengaruhi struktur tulang dan
mengurangi tingkat nyeri. Adapun artikel yang menyebutkan hubungan pemasangan
balut bidai dengan penurunan intensitas nyeri pada Pasien Fraktur di Ruang IGD RSUD
Pandan Arang Boyolali. Berdasarkan hasil penelitian diketahui p-value = 0,043 < 0,05,
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pemasangan balut bidai dengan penurunan intensiats nyeri pada Pasien Fraktur di
Ruang IGD RSUD Pandan Arang Boyolali (Widiyastuti, 2017).
Adanya pembidaian akan membuat otot–otot skelet yang mengalami spasme
perlahan berelaksasi, sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri. Ketika terjadi fraktur,
bagian- bagiannya tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah
(gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Otot akan berespon secara
alamiah, yaitu dengan berkontraksi, tujuannya adalah untuk membebat dan melindungi
daerah yang cedera. Kontraksi terus menerus akan menyebabkan nyeri. Spasme otot
yang menyertai fraktur juga merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang (Price & Wilson, 2011).
Secara fisiologis nyeri timbul ketika ujung-ujung syaraf yang disebut nosiseptor
dipengaruhi oleh stimulus berbahaya, sehingga menciptakan impuls syaraf. Impuls ini
mengalir dengan cepat ke sumsum tulang belakang melalui syaraf sensorik. Impuls ini
akan segera didorong ke otak, otak akan memproses sensasi nyeri, kemudian
meresponnya melalui jalur motorik untuk menghentikan tindakan yang menimbulkan
nyeri (Sjafiq, 2006).
Pembidaian dapat menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau
berubah dari posisi yang dikehendaki, sehingga menghindari bagian tubuh agar tidak
bergeser dari tempatnya dan dapat mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri. Pemasangan
balut bidai yang baik dapat menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi
gerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Menurut Suwanto
(2014) menjelaskan bahwa dampak dari pemberian bidai dapat menurunkan intensitas
nyeri. Setelah mengetahui dampak dari pembidaian yang ternyata dapat mengurangi
intensitas nyeri pada pasien fraktur yang akan dioperasi, maka implementasi yang
dilakukan untuk menurunkan skala nyeri dilakukan dengan teknik pembidaian, teknik ini
merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri
kronik ketika mengalami penanganan awal di IGD. Pemberian balut bidai yang sempurna
dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah
menghambatnya stimulasi nyeri.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Terjadinya fraktur mengakibatkan adanya kerusakan syaraf dan pembuluh darah
yang dapat menimbulkan nyeri. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun
potensial. Dalam manajemen nyeri banyak pasien dan tenaga kesehatan cenderung
memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Banyak
intervensi keperawatan nonfarmakologis yang dapat membantu dalam
menghilangkan nyeri.
Salah satu upaya untuk menurunkan atau mengurangi nyeri atas trauma yang
terjadi pada pasien tersebut adalah pembidaian. Pembidaian/splinting adalah tehnik
yang digunakan untuk mengimobilisasi atau menstabilkan ekstremitas yang cedera.
Imobilisasi menurunkan nyeri, bengkak, spasme otot, perdarahan jaringan, dan risiko
emboli lemak. Tindakan pembidaian ini dapat mengurangi VAS dari 8 menjadi 6
dikarenakan membuat struktur tulang sesuai anatomi tubuh dan mencegah impuls
saraf motorik menuju ke otak.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran klinik kebutuhan dasar kegawatdaruratan
berdasarkan evidence based nursing pada kasus fraktur
2. Bagi perawat klinis
Perlu adanya kajian manajemen pengelolaan pasien fraktur yang tepat agar dapat
diterapkan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang benar dan menguntungkan
bagi pasien.
3. Bagi klien dan keluarga
Meningkatkan wawasan mengenai perawatan klien dengan fraktur saat di rumah
sakit dan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Suwanto. (2014). Pengaruh Pemasangan Bidai terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien
Fraktur di IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Universitas Sahid Surakarta.
Widiyastuti, Dewi. (2017). Hubungan pemasangan balut bidai dengan penurunan intensitas
nyeri pada pasien fraktur di ruang IGD RSUD Pandan Arang Boyolali. Surakarta:
Stiker Kusuma Husada