Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA (IBU S) DENGAN GOUT ARTRITIS


DI DESA POJOKWATU RT. 01 RW. 03 KEC. SAMBONG KAB. BLORA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :
Handoko_P1337420920077
Siti Sholichah_P1337420920064
Titik Novia Patminingsih_ P1337420920057
Dian Mustika Ningrum_ P1337420920065
Diah Ayu Retno Yuliastuti_ P1337420920069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic
syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman
beralkohol. Penimbunan kristal monosodium urat (MSU) pada sendi dan
jaringan lunak merupakan pemicu utama terjadinya keradangan atau
inflamasi pada gout artritis (Widyanto, 2014).
Kadar asam urat normal pada wanita berkisar 2,4-5,7 mg/dl,
sedangkan pada laki-laki berkisar 3,4-7,0 mg/dl, dan pada anak-anak 2,8-4,0
mg/dl. Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017),
prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering terjadi
di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara Amerika
sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout arthritis tidak
hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara
berkembang, salah satunya di Negara Indonesia. Prevalensi gout arthritis di
Indonesia semakin mengalami peningkatan.
Pada tahun 2013 kejadian gout arthritis sebesar 11,9% (Kemenkes RI,
2013). Namun, mengalami peningkatan pada tahun 2016 gout arthritis
menduduki urutan kedua setelah hipertensi. Berdasarkan data RISKESDAS
2013, prevalensi penyakit sendi pada usia 55 - 64 tahun 45,0%, usia 65 – 74
tahun 51,9, usia ≥ 75 tahun 54,8%. Satu survei epidemologik yang dilakukan
di Jawa Tengah atas kerjasama WHO terhadap 4.683 sampel berusia antara
15-45, didapatkan prevalensi artritis gout sebesar 24,3%. Sedangkan
penelitian yang dilakukan di puskesmas Gajah Mungkur Semarang terjadi
peningkatan kejadian artritis gout sebesar 17,26% pada tahun 2011 (Angriani,
Dewi, & Novayelinda, 2018).
Peningkatan kejadian gout arthritis disebabkan oleh berbagai faktor
resiko seperti faktor asupan purin, obesitas, dan penyakit penyerta
diantaranya hipertensi dan diabetes melitus. Asupan purin adalah
mengkonsumsi makanan yang mengandung purin. Asupan purin dapat
mempengaruhi terjadinya gout arthritis dan akan bertambah berat apabila
disertai dengan pola konsumsi yang tidak seimbang (Angriani et al., 2018).
Setiap peningkatan satu kg berat badan akan meningkatkan terjadinya
gout arthritis sebesar 9-13%. Resiko tersebut semakin meningkat jika terjadi
penumpukan lemak di bagian perut. Maka akan memicu terjadinya obesitas
dan gout arthritis. Namun, kejadian gout arthritis akan bertambah berat
apabila diiringi dengan penyakit penyerta, diantaranya hipertensi dan diabetes
melitus (Angriani et al., 2018).
Perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern merupakan
pemicu utama artritis gout (Lallo, Mirwan, Palino, Nursamsiar, & Hardianti,
2018). Sebagian besar kasus artritis gout mempunyai latar belakang penyebab
primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar asam urat jangka panjang.
Perlu komunikasi yang baik dengan penderita untuk mencapai tujuan terapi.
Hal itu dapat diperoleh dengan edukasi dan diet rendah purin yang baik
(Sulistyoningsih, Rakhmawati, & Septiyanto, 2018). Pencegahan lainnya
berupa penurunan konsumsi alkohol dan penurunan berat badan dengan
aktivitas fisik. Mempertahankan aktivitas pergerakan sendi sangat dianjurkan
untuk meminimalkan kontraktur dan mengatasi penurunan fungsional sendi
akibat nyeri sendi yang muncul. Tindakan pertahanan yang dapat dilakukan
untuk mengurangi nyeri agar sendi mampu difungsikan (Hafiza, Pramana, &
Fahdi, 2019).
Tindakan secara farmakologis atau tindakan pemberian obat-obatan,
tindakan non farmakologis seperti edukasi pasien, terapi fisik, okupasional,
aplikasi kompres dingin atau panas, latihan fisik, istirahat dan merawat
persendian atau masase (Kurniawan, Wantiyah, & Kushariyadi, 2017),
penurunan berat badan, akupunktur, dan terapi bedah sebagai pilihan terakhir
(Aryanti, Haryanto, & Ulfiana, 2019). Tindakan non farmakologis berupa
keompres hangat dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat
nyeri pada klien dengan gout arthritis.
Pemberian kompres menggunakan aromaterapi dapat membantu
mengobati nyeri arthritis (Setyoadi, 2011). Aromaterapi sudah dipakai sejak
500 tahun yang lalu, bangsa Mesir dan Cina untuk perawatan tubuh, dupa
pengharum ruangan maupun obat berbagai penyakit (Jaelani, 2009). Menurut
Craig Hospital (2013) Kompres yang berisi minyak esensial dapat digunakan
untuk sakit tulang dan nyeri, memar atau sakit kepala. Sedangkan Mehmet Oz
MD, seorang profesor bedah di Universitas Colombia mengatakan
aromaterapi efektif untuk mengatasi nyeri karena dia bekerja secara langsung
di amygdale dan pusat emosi otak (Chappell, 2013).
Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternatif
menggunakan sari tumbuhan aromatik murni dimana sistem penyembuhan
yang melibatkan pemakaian minyak atsiri murni. Minyak yang digunakan
dalam terapi komplementer meliputi minyak atsiri, bunga lavender,
chamomile, jeruk yang dapat menimbulkan aroma sedatif, minyak ylang-
ylang yang memberikan efek menenangkan, serta minyak melati yang
memberikan efek relaksasi (Setyoadi, 2011).
Aromaterapi bekerja sebagai liniments dengan cara dikompreskan.
Kompres panas dengan minyak esensial lavender sangat bermanfaat untuk
menghadapi penyakit arthritis pada lansia (Setyoadi, 2011). Minyak esensial
lavender bersifat anti inflamasi, antiseptik yang kuat, antivirus, dan anti jamur
yang dapat menurunkan emosional, sedatif, relaksasi dan mengurangi rasa
sakit (Gaware, 2013). Pemberian kompres hangat dapat meningkatkan
absorbsi molekul minyak atsiri dalam kulit karena oklusi yang disebabkan
oleh penutupan permukaan kulit yang akan mengurangi penguapan minyak
atsiri sekaligus menghangatkan kulit sehingga meningkatkan penetrasi
(Koesoemardiyah, 2009).
Lansia yang diwawancarai belum melakukan penatalaksanaan nyeri
sendi secara khusus untuk mengatasi nyeri, lansia cenderung membiarkan
nyeri yang dia rasakan. Apabila nyeri berat terjadi, lansia periksa ke
puskesmas terdekat.
B. WOC
BAB II
LAPORAN KASUS KELOLAAN

Tanggal Pengkajian : 30 November 2020, 15.30 WIB


A. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama : Ibu S
Tempat /tgl lahir : Blora, 15 April 1953
Usia : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tidak bekerja
Alamat Rumah : Sambong
b. Keluarga yang bisa dihubungi
Ibu S mengatakan apabila ada masalah kesehatan dan masalah yang
lain menghubungi 2 anaknya yaitu Tn. G dan Ny. T. Dua anaknya
tersebut tinggal ± 300 meter dari rumah Ibu S. dan Ibu S memiliki
nomor telepon kedua anaknya tersebut.
c. Riwayat keluarga dan genogram
Keterangan :
: meninggal
: Laki-laki
: perempuan
: Klien

Ibu S mengatakan suaminya telah meninggal sejak tahun 2017.


Setelah itu klien tinggal sendiri di rumahnya. Klien mengatakan
tidak mau tinggal bersama anaknya, klien merasa lebih nyaman
tinggal dirumahnya sendiri. Klien menghidupi dirinya sendiri
dengan gaji pensiun PNS dari almarhum suaminya.
d. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : tidak bekerja
b. Pekerjaan sebelumnya : tidak bekerja
c. Sumber pendapatan : dari gaji pensiun PNS dari almarhum
suaminya
d. Kecukupan pendapatan : tercukupi dadari gaji pensiun bulanan
e. Lingkungan tempat tinggal
- Kebersihan Dan Kerapihan Ruangan : tempat tidur, lemari, meja
tertata dengan rapi.
- Penerangan : penerangan baik, saat malam lampu cukup terang dan
saat saing hari penerangan rumah dari genting kaca dan jendela
- Sirkulasi Udara : terdapat jendela yang cukup baik untuk sirkulasi
udara dan jendela dibuka setiap pagi
- Keadaan Kamar Mandi/ Wc : terdapat WC duduk bersih, lantai
kasar, tidak licin
- Sumber Air Minum : air galon
- Pembuangan Sampah : pembuangan sampah ditempat sampah dan
selanjutnya akan dibakar. Sedangkan sampah basah dimanfaatkan
sebagai makanan ayam yang dipelihara Ibu S.
f. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Klien mengeluh sering
merasa linu-linu dan nyeri pada persendian terutama pada kaki
bagian kiri saat digunakan untuk berjalan selama 1 minggu terakhir.
Keluhan dirasakan kambuh kambuhan.
a. Riwayat Keperawatan sekarang
1) Gejala yang dirasakan : klien sering merasa linu - linu dan
nyeri pada persendian kaki
2) Faktor pencetus : jika berjalan dan beraktivitas berat
3) Timbulnya keluhan : Keluhan timbul secara bertahap
4) Upaya mengatasi : tiduran dan beristirahat, selain itu juga
dioles dengan balsem.
5) Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter
praktek/bidan/perawat : Saat merasakan keluhan nyeri pada
persendia kaki, klien diperiksakan ke Puskesmas oleh
anaknya. Di Puskesmas dilakukan pemeriksaan dan
didapatkan hasil Gula darah sewaktu 123 mg/dl, Kholestrol
total 114 mg/dl dan Asam urat 7 mg/dl.
6) Mengkomsumsi obat-obatan sendiri : Klien tidak
mengkonsumsi obat sendiri, tiap merasakan keluhan/sakit
klien periksa ke Puskesmas dan hanya minum obat yang
dianjurkan dokter saja. Klien mendapatkan obat penurun
asam urat yaitu allopurinol 100 mg dengan aturan minum
obat 1 x 1 tab/hari.
b. Riwayat Keperawatan Lalu
1) Penyakit yang pernah diderita : Klien tidak pernah
menderita penyakit yang Hipertensi, DM dan lain – lain.
2) Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) : Klien
mengatakan tidak alergi pada apapun
3) Riwayat kecelakaan dan jatuh : Klien tidak pernah
mengalami kecelakaan ataupun jatuh sendiri di rumah.
4) Riwayat pernah dirawat di RS
Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit.
c. Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)
1) Masalah Kesehatan kronis
Skor 16
Keterangan : Tidak ada masalah Kronis
2) Fungsi Intelektual dan Kognitif
a. SPMSQ (Short Portable Status Quesioner)
Skor salah 1
Keterangan : Fungsi intelektual utuh
b. MMSE (Mini Mental State Examinational)
Skor 22
Keterangan : Tidak terjadi kerusakan kognitif
3) Status Fungsional
Skor : Nilai A
Keterangan : Mandiri
4) Status Psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yassavage)
Skor 4
Keterangan : Tidak Depresi
5) APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration) Keluarga
Skor 8
Keterangan : Disfungsi keluarga tidak ada
6) Fungtional Reach (FR) Test
Skor 7 inchi, tidak beresiko roboh
7) The Time Up and Go (TUG) Test
Skor : 9 detik
Keterangan : resiko jatuh rendah
g. Pola Fungsional
a. Persepsi Kesehatan Dan Pola Manajemen Kesehatan
Klien tidak memiliki kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan. Apabila ada keluhan yang dirasakan Ibu S periksa
ke Puskesmas. Klien selalu mentaati nasehat dan pengobatan
yang diberikan oleh dokter.
b. Nutrisi Metabolic
Ibu S mengatakan Frekuensi makan 3x sehari,, 1 porsi habis,
klien tidak menyukai makanan pedas. Klien tidak memiliki
pantangan makanan. Klien menyukai sayur bersantan dan
kadang kadang sayur bersantan di hangatkan berulang kali
dan masih dikonsumsi oleh klien. Klien juga menyukai
jeroan ayam dan sapi.
c. Eliminasi
Ibu S mengatakan BAB 1 kali/hari dengan konsistensi lunak,
biasanya klien BAB pada pagi hari , BAK 4 – 6x/ hari
dengan warna kuning jernih.
d. Aktifitas Pola Latihan
Ibu S mengatakan mandi 2x sehari ( jam 5 pagi dan 4 sore),
aktivitas sehari-hari klien, dimulai dengan bangun pagi jam
04.00 WIB melakukan sholat shubuh kemudian klien mandi
dan dilanjutkan jalan - jalan pagi ± 15 menit, meski hanya
sebentar klien mengatakan dengan jalan – jalan pagi dapat
bersosialisasi dengan tetangga dan membuat badan menjadi
segar dengan menghirup udara pagi. Jam 06.00 WIB Ibu S
belanja keperluan sehari dengan berjalan kaki. Tempat
belanja klien ± 100 meter dari rumahnya. Kemudian klien
memasak dan dilanjutkan menyapu rumah dan halaman.
Pukul 12.00 keatas klien istirahat dan melakukan kegiatan
yang lain. Dalam 1 minggu terakhir aktivitas klien sedikit
terganggu saat nyeri timbul pada pergelangan kaki kiri.
e. Pola Istirahat Dan Tidur
Ibu S mengatakan tidur 7 jam / hari (jam 9 malam – 4 pagi ),
Klien tidak terbiasa tidur siang, namun terkadang tidur siang
setelah makan siang pukul 12.30-13.30 WIB.
f. Pola Kognitif Persepsi Sensori
Ibu S mengatakan tidak ada masalah dalam hal penglihatan,
hanya saja sudah mulai kabur karena efek usia. Kedua mata
klien sering berair. Ibu S mengatakan bahwa pendengarannya
juga mulai berkurang pada telinga kanan dan kiri. Klien
tidak memakai alat bantu penglihatan dan pendengaran. Saat
dikaji klien tidak memiliki kesulitan dalam membuat
keputusan dalam menentukan pilihannya. Klien dapat
menentukan prioritas yang harus dilakukan. Klien
mengatakan linu – linu dan nyeri pada persendian kaki.
P : Nyeri timbul setiap saat terutama jika berdiri terlalu lama
dan berjalan
Q : Seperti tertekan
R : Nyeri terasa pada kedua kaki terutama pada kaki sebelah
kiri
S:5
T : Hilang timbul
g. Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
Body image : Ibu S mengatakan dirinya tidak minder
terhadap kondisi fisiknya.
Identitas diri : Ibu S mengetahui siapa dan ada apa dengan
dirinya saat ini.
Harga diri : Ibu S bisa berinteraksi dengan tetangga
dekat, Ibu S menerima dirinya apa adanya
sehingga merasa percaya diri dengan
keadaannya.
Peran diri : Ibu S mengatakan dapat menjalankan
aktivitasa sehari hari seperti biasa, tetapi
kadang – kadang kakinya terasa linu – linu
dan nyeri, sehingga sebagian pekerjaan rumah
di kerjakan oleh anaknya saat sore hari.
Ideal diri : Ibu S merasa senang dan nyaman dirumah
serta mampu melakukan banyak kegiatan
sehari - hari.
h. Pola Peran – Hubungan
Ibu S mengatakan tidak ada masalah dengan anak – anak dan
tetangganya. Ibu S memiliki hubungan baik dengan anak -
anak dan tetangganya. Anak dan cucunya hampir setiap hari
berkunjung kerumahnya karena jarak rumah hanya 100
meter.
i. Sexualitas
Ibu S mengatakan sudah tidak menstruasi/menopouse sudah
10 tahun yang lalu.
j. Pola Koping Toleransi Stress
Ibu S jika sedang ada masalah selalu cerita dengan anak
perempuannya untuk mendapatkan solusi pemecahannya.
Misalnya ada masalah dengan kesehatannya Ibu S meminta
anaknya untuk periksa ke Puskesmas. Apabila Ibu S merasa
kangen dengan anak dan cucunya yang berada di Jakarta, Ibu
S meminta anaknya untuk menelfon dengan video call.
k. Nilai Pola Keyakinan
Ibu S mengatakan jika ibadah adalah wajib dan sangat
penting. Ibu S mampu berwudhu dan melakukan sholat 5
waktu tanpa kendala. Ibu S sangat yakin dengan agama Islam
yang dianutnya. Ibu S juga meyakini bahwa sehat dan sakit
itu karena Allah SWT.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. TTV :
TD : 130/85 mmHg
HR : 80 x/menit
S : 36,9 °C
RR : 20 x/menit
BB/TB : 58 kg/152 cm
c. Head to Toe
 Rambut : berwarna putih, tidak rontok, tidak berbau,
lurus bersih, terlihat diikat
 Kepala : mesocepal,tidak terdapat luka, tidak
terdapat benjolan, kadang terasa gatal pada kulit kepala,
bentuk wajah simetris, tidak ada nyeri tekan, terdapat
bintik- bintik hitam, terlihat keriput pada area sudut mata,
bibir dan hidung.
 Mata : gerakan bola mata simetris, kelopak mata dapat
menutup dan membuka dengan baik, tidak ada lesi,tidak
ada masa, sedikit berair, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, bentuk pupil isokor, reaksi terhadap cahaya
miosis dan kembali ke bentuk semula saat tidak di beri
cahaya, reaksi yang sama pada pupil yang lain, Tidak ada
nyeri tekan. Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Penglihatan sudah berkurang.
 Telinga :
Kanan
Bentuk simetris dengan telinga kiri, tidak ada lesi,
terdapat sedikit serumen dengan keadaan lembab, tidak
ada masa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kemerahan
pada lubang telinga, dan fungsi pendengaran sudah
sedikit berkurang, sehingga lawan bicara harus berbicara
dengan pelan dan agak keras, namun Ibu S masih dapat
menangkap informasi yang disampaikan, tidak
menggunakkan alat bantu dengar.
Kiri
Bentuk simetris dengan telinga kanan, tidak ada lesi,
tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
kemerahan pada lubang telinga, terdapat sedikit serumen,
fungsi pendengaran mulai berkurang, tidak
menggunakkan alat bantu dengar
 Hidung : bentuk lubang hidung simetris, bersih, tidak
ada sinus pada kedua lubang hidung, tidak ada lesi,
tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, fungsi penciuman
baik. Tidak terdapat polip, tidak keluar lendir dari
hidung. Fungsi penciuman masih tajam.
 Mulut dan bibir : mukosa bibir kering, terlihat berwarna
kecoklatan, tidak terdapat lesi, tidak terdapat masa, tidak
terlihat adanya sianosis, fungsi perasa baik. Tidak
terdapat bau mulut. Keadaan mulut cukup bersih.
 Gigi : banyak gigi yang telah tanggal.
d. Paru – paru
Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak tampak
penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada
jejas
Palpasi : vocal fremitus kanan-kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
e. Jantung
Inspeksi : tidak ada sianosis, bentuk dada simetris
Palpasi : HR 88x/menit
Perkusi : Pekak
Auskultasi : terdengar BJ I – II normal
f. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), umbilikal bersih tidak terdapat
hernia umbilikal, tidak ada peningkatan
intra abdomen, visible peristaltik(-),
stoma(-), bentuk perut tidak buncit, terdapat
luka bekas jahitan.
Perkusi : kontur lunak, tidak kembung, distensi,
tidak terdapat nyeri tekan.
Palpasi : tidak ada perbesaran hepar, ginjal, splain.
Auskultasi : terdengar suara bowel sound pada semua
kuadran abdomen dengan jumlah 10x/ menit.
g. Muscoloskeletal
Gaya berjalan : Ibu S mampu berjalan seperti biasa, tidak ada
gangguan saat berjalan. Ibu S tidak menggunakan alat bantu.
Postur : bungkuk, simetris tubuh : simetris, terdapat sedikit
edema dan kemerahan serta nyeri pada sendi pergelangan
kaki kiri, kekuatan otot :
5 55

5 5

tonus otot : tidak ada deformitas , rentang gerak sendi aktif.


Ibu S mengatakan tida ada gangguan berjalan, tetapi
terkadang timbul nyeri dan linu – linu pada persendian kaki
terutama pada kaki kiri apabila berjalan jauh.
h. Neurologis
GCS : E4 V5 M6
Nervus I : Nosofomia
Nervus II : visus kanan 4/6, visus kiri 2/6
Nervus III,IV,VI : tidak terdapat diplophia, tidak
terdapat nistagmus, tidak terdapat
starbismus, pupil kanan dan kiri
mampu mengecil dan ukurannya
isokor, bentuk bulat dan bening.
Nervus V : adanya kontraksi dari m. maseter,
sensitibilitas akan nyeri dan
rangsangan baik
Nervus VII : wajah simetris, tidak terdapat gerakan
abnormal (tic,grimacing,dll),
mampu membedakan rasa pahit,
manis, asin, dan asam
Nervus VIII : baik mampu mendengar kata yang
diucapkan oleh mahasiswa pada telinga
kanan dan kiri
Nervus IX dan X : reflek muntah (-), disatria (-),
kelumpuhan palatum (-)
Nervus XI : parese (-)
Nervus XII : artikulasi Ibu S jelas, lidah tidak ada
penyimpangan, lidah lurus.
i. Integument
Kulit bersih, lembab, tidak bersisik, dan tidak ada keluhan
j. Ekstremitas bawah: Kaki kanan dan kiri terasa nyeri pada
persendian. Terdapat sedikit oedema pada lutut kiri.Ibu S
tidak mengguanakan alat bantu.
9. Aspek Psikologis
Ibu S jika sedang ada masalah selalu bercerita kepada anak
perempuannya untuk mencari solusi. Dari hasil pengkajian depresi
dengan menggunakan skala depresi Geriatrik Yassavage didapatkan
skore 4 dengan keterangan tidak depresi. Ibu S mengatakan
menerima dirinya apa adanya dan menikmati semua kegiatan sehari
hari di rumah dan kadang – kadang pergi keladang untuk melihat
tanaman jagung.
10. Aspek Sosial
Ibu S bersosialisasi dengan tetangga saat jalan – jalan pagi dan saat
berbelanja. Tetapi pada situasi pandemi covid – 19, Ibu S menjaga
jarak dan selalu memakai masker saat melakukan jalan pagi dan
berbelanj. Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan
tetangganya, hubungan Ibu S dengan tetangga sangat baik.
11. Aspek Spiritual
Ibu S beragama Islam dan taat beribadah. Ibu S mengatakan bahwa
ibadah itu penting, dengan beribadah Ibu S merasa tenang dan
nyaman. Ibu S mampu berwudhu dan sholat 5 waktu dengan baik
tanpa gangguan.
12. Program Terapi
Cara
Nama Obat Dosis Fungsi
Pemberian
Allopurinol 1x1 Oral Untuk menurunkan kadar
100 mg tab/hr asam urat dalam darah

13. Pemeriksaan Penunjang


Saat periksa ke Puskesmas dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
didapatkan hasil :
GDS : 123 mg/dl
Kholestrol total : 114 mg/dl
Asam urat : 7 mg/dl
ANALISA DATA

Hari Masalah
No Data Fokus Etiologi Ttd
tanggal Keperawatan
1. Senin, 30 DS : Agen cidera Nyeri Akut
November - Ibu S mengatakan sering fisiologis
2020 merasa linu-linu dan nyeri pada
persendian terutama pada kaki
15.30 WIB
bagian kiri saat digunakan
untuk berjalan dan aktivitas
berat.
P : Nyeri hilang timbul, nyeri
memberat terutama jika berdiri
terlalu lama dan berjalan
Q : Seperti tertekan
R : Nyeri terasa pada kedua
kaki terutama pada kaki sebelah
kiri
S:5
T : Setiap saat
- Ibu S menyukai makanan
bersantan dan sering
mengkonsumsi sayur bersantan
yang dihangatkan berulangkali
dan masih di konsumsi
- Ibu S juga menyukai jeroan
ayam dan sapi
DO :
Pergelangan Kaki kiri tampak
sedikit bengkak dan kemerahan
Skala nyeri 5
Tekanan darah : 130/85 mmHg
Nadi : 80 x/menit
S : 36,9 °C
RR : 20 x/menit
Hasil Lab :
GDS : 123 mg/dl
Kholestrol total : 114 mg/dl
Asam urat : 7 mg/dl
14. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa
Hari,Tanggal Tujuan Intervensi Ttd
Keperawatan
Senin, 30 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi skala nyeri
November 2020 berhubungan selama 5x pertemuan, diharapkan nyeri 2. Identifikasi faktor yang memperberat
16.00 WIB dengan agen cidera akut teratasi dengan kriteria hasil : dan memperingan nyeri
fisiologis - Skala nyeri menjadi 1 3. Berikan pendidikan kesehatan tentang
- Dapat mengontrol nyeri dengan diet rendah purin
melakukan kompres hangat dengan 4. Monitor tanda-tanda vital
aromaterapi lavender secara mandiri 5. Batasi aktivitas
- Dapat memahami dan melaksanakan 6. Berikan dan ajarkan teknik non
program diet rendah purin yang farmakologis kompres hangat dengan

dianjurkan aromaterapi lavender


7. Dampingi klien saat olahraga jalan pagi
8. Pantau klien dalam minum obat
allopurinol 1 x 100 mg
SDKI Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Tahun 2017, PPNI

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari, Tanggal Dx Keperawatan Implementasi Respon Ttd

Senin, 30 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:


November 2020 berhubungan 2. Mengidentifikasi faktor yang - Saat dilakukan identifikasi nyeri
16.30 dengan agen cidera memperberat dan memperingan nyeri Ibu S mengatakan linu –
fisiologis 3. Memberikan pendidikan kesehatan linu dan nyeri pada persendian
tentang diet rendah purin kaki terutama pada lutut kiri.
4. Memonitor tanda-tanda vital - Ibu S mengerti dan memahami
5. Membatasi aktivitas tentang makanan yang
6. Memberikan dan mengajarkan teknik menyebabkan meningkatnya
non farmakologis kompres hangat asam urat dalam darah dan akan
dengan aromaterapi lavender mematuhi anjuran
7. Memantau klien dalam minum obat - Nyeri memberat apabila berdiri
allopurinol 1 x 100 mg lama dan berjalan, dan nyeri
mereda saat klien istirahat
dalam posisi berbaring
- P : Ibu S mengatakan nyeri
dirasakan saat
beraktifitas,berdiri lama dan
berjalan
Q : seperti tertekan
R : kedua kaki terutama pada
lutut kiri
S : Skala 5
T : Hilang timbul
O:
- TTV :
TD : 130/85 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,9 °C
- Klien tampak meringis saat
kaki dipegang
- Obat allopurinol diminum jam
07.00 WIB dan tidak ada tanda
alergi
- Klien kooperatif saat
dilakukan kompres
hangat dengan
aromaterapi lavender
Selasa, 1 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
Desember 2020 berhubungan dengan 2. Mengidentifikasi faktor yang - Setelah 30 menit dilakukan
15.30 WIB agen cidera memperberat dan memperingan nyeri kompres hangat dengan
fisiologis 3. Memonitor tanda-tanda vital aromaterapi lavender, Ibu S
4. Membatasi aktivitas mengatakan mengatakan linu –
5. Memberikan dan mengajarkan teknik linu dan nyeri pada persendian
non farmakologis kompres hangat kaki berkurang.
dengan aromaterapi lavender - Nyeri memberat apabila berdiri
6. Memantau klien dalam minum obat lama dan berjalan, dan nyeri
allopurinol 1 x 100 mg mereda saat klien istirahat
dalam posisi berbaring atau
duduk dengan posisi kedua kaki
diluruskan
- P : Ibu S mengatakan nyeri
dirasakan saat
beraktifitas,berdiri lama dan
berjalan
Q : seperti tertekan
R : kedua kaki terutama pada
lutut kiri
S : Skala 4
T : Hilang timbul
O:
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 °C
- Klien tampak lebih rileks
- Obat allopurinol diminum jam
07.00 WIB dan tidak ada tanda
alergi
- Klien kooperatif saat dilakukan
kompres hangat dengan
aromaterapi lavender
Rabu, 2 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
Desember 2020 berhubungan dengan 2. Mengidentifikasi faktor yang - Setelah 30 menit dilakukan
15.30 WIB agen cidera memperberat dan memperingan nyeri kompres hangat dengan
fisiologis 3. Memonitor tanda-tanda vital aromaterapi lavender, Ibu S
4. Membatasi aktivitas mengatakan mengatakan linu –
5. Memberikan dan mengajarkan teknik linu dan nyeri pada persendian
non farmakologis kompres hangat kaki berkurang.
dengan aromaterapi lavender - Nyeri memberat apabila berdiri
6. Memantau klien dalam minum obat lama dan berjalan, dan nyeri
allopurinol 1 x 100 mg mereda saat klien istirahat
dalam posisi berbaring atau
duduk dengan posisi kedua kaki
diluruskan
- P : Ibu S mengatakan nyeri
dirasakan saat
beraktifitas,berdiri lama dan
berjalan
Q : seperti tertekan
R : kedua kaki terutama pada
lutut kiri
S : Skala 3
T : Hilang timbul
O:
- TTV :
TD : 132/80 mmHg
HR : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 °C
- Klien tampak lebih rileks
- Obat allopurinol diminum jam
07.00 WIB dan tidak ada tanda
alergi
- Klien kooperatif saat dilakukan
kompres hangat dengan
aromaterapi lavender
- Klien tampak tertidur
Kamis, 3 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
Desember 2020 berhubungan dengan 2. Memonitor tanda-tanda vital - Setelah 30 menit dilakukan
15.30 WIB agen cidera 3. Membatasi aktivitas kompres hangat dengan
fisiologis 4. Memberikan dan mengajarkan teknik aromaterapi lavender, Ibu S
non farmakologis kompres hangat mengatakan mengatakan linu –
dengan aromaterapi lavender linu dan nyeri pada persendian
5. Memantau klien dalam minum obat kaki berkurang. Kaki tidak
allopurinol 1 x 100 mg terasa kaku
- P : Ibu S mengatakan nyeri
dirasakan saat
beraktifitas,berdiri lama dan
berjalan
Q : seperti tertekan
R : kedua kaki terutama pada
lutut kiri
S : Skala 2
T : Hilang timbul

O:
- TTV :
TD : 130/85 mmHg
HR : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 °C
- Klien tampak lebih rileks
- Obat allopurinol diminum jam
07.00 WIB dan tidak ada tanda
alergi
- Klien kooperatif saat dilakukan
kompres hangat dengan
aromaterapi lavender
Jum’at, 4 Nyeri Akut Mendampingi klien saat olahraga jalan S:
Desember 2020 berhubungan dengan pagi. - Ibu S mengatakan kaki terasa
05.30 WIB agen cidera nyaman saat berjalan dan hanya
fisiologis sedikit nyeri
- Ibu S mengatakan hatinya
sangat senang saat ditemani
mahasiswa olahraga jalan pagi
O:
- Wajah klien tampak tersenyum
berseri seri
- Saat berjalan klien tidak
mengeluh nyeri
Jum’at, 5 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
Desember 2020 berhubungan dengan 2. Memonitor tanda-tanda vital - Setelah 30 menit dilakukan
15.30 WIB agen cidera 3. Membatasi aktivitas kompres hangat dengan
fisiologis 4. Memberikan dan mengajarkan teknik aromaterapi lavender, Ibu S
non farmakologis kompres hangat mengatakan sedikit nyeri
dengan aromaterapi lavender persendian kaki
5. Memantau klien dalam minum obat - P : Ibu S mengatakan nyeri
allopurinol 1 x 100 mg dirasakan saat berdiri lama dan
berjalan sudah berkurang
Q : seperti tertekan
R : kedua kaki terutama pada
lutut kiri
S : Skala 1
T : Hilang timbul
O:
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,2 °C
- Klien tampak lebih rileks dan
tersnyum senang
- Obat allopurinol diminum jam
07.00 WIB dan tidak ada tanda
alergi
- Klien kooperatif saat dilakukan
kompres hangat dengan
aromaterapi lavender
- Klien mampu melakukan
kompres hangat dengan
aromaterapi lavender
EVALUASI

Hari /
Dx. Kep Evaluasi TTD
Tanggal
Jum’at, 5 Nyeri Akut S:
Desember berhubungan - Ibu S mengatakan sudah mempraktekan cara yang
2020 dengan agen telah diajarkan dan mengatakan nyeri berkurang
17.00 WIB cidera fisiologis - P : Klien mengatakan nyeri dirasakan saat
beraktifitas
Q : seperti tertekan
R : kedua kaki
S : Skala 1
T : Hilang timbul
O:
- Skala nyeri 1
- Klien terlihat lebih rileks dan senang
- Klien sudah bisa melakukan latihan sedikit-
sedikit
- Tekanan darah 130/00 mmHg, Nadi 80
x/menit, Suhu 36,2 °C, Pernafasan 20
x/menit
- Klien mampu menerapkan terapi
nonfarmakologis saat nyeri muncul
A : Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- Identifikasi skala nyeri
- Memantau minum obat klien
- Lakukan kompres hangat dengan aromaterapi
lavender saat nyeri timbul
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Berdasarkan pengkajian, didapatkan data subyektif yaitu : Ibu S
seorang janda berusia 67 tahun. Ibu S mengatakan sering merasa linu-linu di
persendian terutama pada kaki bagian kiri saat digunakan untuk beraktivitas,
berdiri lama dan berjalan. Nyeri dirasakan seperti tekanan terutama pada
pergelangan kaki kiri klien ± 1 minggu, skala nyeri 5. Klien sering
mengkonsumsi makanan bersantan yang sudah dihangatkan berkali kali dan
klien juga menyukai jeroan ayam dan sapi.
Selain data subyektif, juga didapatkan hasil data obyektif melalui
pemeriksaan fisik dan penunjang yaitu : Pergelangan kaki kiri klien tampak
sedikit bengkak dan kemerahan. Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan
hasil tensi 130/85 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36.9 °C, pernapasan 20
x/menit. Dan dari data hasil pemeriksaan laboratorium di Puskesmas
didapatkan hasil GDS 123 mg/dl, kholestrol 114 mg/dl, asam urat 7nmg/dl. Kadar
asam urat klien meningkat.
Usia >50 tahun akan memiliki persentase lebih besar terhadap
kejadian gout arthritis. Usia penderita gout arthritis paling sering pada usia
diatas 60 tahun.
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam
Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi batas normal
yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan organ lainnya
(Susanto, 2013). Dan inilah yang menyebabkan nyeri dan bengkak pada persendian.
Nyeri sendi muncul dengan adanya hambatan pada sendi saat
dilakukan gerakan. Selain nyeri sendi, lansia juga mengatakan mengalami
kaku pada sendi yang bertambah pada malam hari dan ketika melakukan
pemeriksaan fisik, pada tulang persendian terutama pergelangan kaki dan jari
kaki maupun tangan terdapat edema dan warna kemerahan. Dengan
keberadaan nyeri akibat pembengkakan ini, maka lansia membatasi
pergerakan pada bagian yang nyeri. Pembatasan gerak pada sendi dapat
menyebabkan kekakuan atau atropi otot sendi yang lama kelamaan dapat
menghentikan secara permanen fungsional sendi tersebut (Sitinjak et al.,
2016).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisis data pengkajian dirumuskan diagnosa keperawatan
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (gangguan pada
kaki) ditandai dengan data subyektif, Ibu mengatakan sering merasa linu-linu
di persendian terutama pada kaki bagian kiri saat digunakan untuk
beraktivitas, berdiri lama dan berjalan. Nyeri dirasakan seperti tekanan
terutama pada pergelangan kaki kiri klien ± 1 minggu, skala nyeri 5. Klien
sering mengkonsumsi makanan bersantan yang sudah dihangatkan berkali
kali dan klien juga menyukai jeroan ayam dan sapi. Dan data obyektif,
Pergelangan kaki kiri klien tampak sedikit bengkak dan kemerahan.
Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan hasil tensi 130/85 mmHg, nadi 80
x/menit, suhu 36.9 °C, pernapasan 20 x/menit. Dan dari data hasil
pemeriksaan laboratorium di Puskesmas didapatkan hasil GDS 123 mg/dl,
kholestrol 114 mg/dl, asam urat 7nmg/dl.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian dan perumusan masalah direncanakan
dan didiskusikan dengan klien tentang tindakan keperawatan yang akan
dilakukan yaitu mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, memberikan pendidikan kesehatan
tentang diet rendah purin, memonitor tanda – tanda vital, membatasi aktivitas,
memberikan dan mengajarkan teknik non farmakologi kompres hangat
dengan aromaterapi lavender, mendampingi klien saat olahraga jalan pagi,
dan pantau klien minum obat allopurinol 1 x 100 mg.
Nyeri sendi pada penderita gout arthritis termasuk dalam kategori
nyeri somatik dalam dimana reseptor nyeri ini terletak pada otot dan tulang
serta penyokong tubuh lainnya.Tubuh memiliki neuromodulator alami yang
dapat menghambat transmisi impuls nyeri salah satunya adalah beta-endorfin.
Menurut American Geriatric Society olahraga seperti senam sebanyak tiga
kali seminggu secara signifikan memperbaiki kesehatan lansia arthritis
termasuk gout arthritis. menjadi berkurang (Smeltzer, 2013).
Tindakan secara farmakologis atau tindakan pemberian obat-obatan,
tindakan non farmakologis seperti edukasi pasien, terapi fisik, okupasional,
aplikasi kompres dingin atau panas, latihan fisik, istirahat dan merawat
persendian atau masase (Kurniawan, Wantiyah, & Kushariyadi, 2017),
penurunan berat badan, akupunktur, dan terapi bedah sebagai pilihan terakhir
(Aryanti, Haryanto, & Ulfiana, 2019). Tindakan non farmakologis berupa
keompres hangat dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat
nyeri pada klien dengan gout arthritis.
Pemberian kompres menggunakan aromaterapi dapat membantu
mengobati nyeri arthritis (Setyoadi, 2011). Aromaterapi sudah dipakai sejak
500 tahun yang lalu, bangsa Mesir dan Cina untuk perawatan tubuh, dupa
pengharum ruangan maupun obat berbagai penyakit (Jaelani, 2009). Menurut
Craig Hospital (2013) Kompres yang berisi minyak esensial dapat digunakan
untuk sakit tulang dan nyeri, memar atau sakit kepala. Sedangkan Mehmet Oz
MD, seorang profesor bedah di Universitas Colombia mengatakan
aromaterapi efektif untuk mengatasi nyeri karena dia bekerja secara langsung
di amygdale dan pusat emosi otak (Chappell, 2013).
Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternatif
menggunakan sari tumbuhan aromatik murni dimana sistem penyembuhan
yang melibatkan pemakaian minyak atsiri murni. Minyak yang digunakan
dalam terapi komplementer meliputi minyak atsiri, bunga lavender,
chamomile, jeruk yang dapat menimbulkan aroma sedatif, minyak ylang-
ylang yang memberikan efek menenangkan, serta minyak melati yang
memberikan efek relaksasi (Setyoadi, 2011).
Aromaterapi bekerja sebagai liniments dengan cara dikompreskan.
Kompres panas dengan minyak esensial lavender sangat bermanfaat untuk
menghadapi penyakit arthritis pada lansia (Setyoadi, 2011). Minyak esensial
lavender bersifat anti inflamasi, antiseptik yang kuat, antivirus, dan anti jamur
yang dapat menurunkan emosional, sedatif, relaksasi dan mengurangi rasa
sakit (Gaware, 2013). Pemberian kompres hangat dapat meningkatkan
absorbsi molekul minyak atsiri dalam kulit karena oklusi yang disebabkan
oleh penutupan permukaan kulit yang akan mengurangi penguapan minyak
atsiri sekaligus menghangatkan kulit sehingga meningkatkan penetrasi
(Koesoemardiyah, 2009).

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan keluarga dilakukan sesuai dengan perencanaan
keperawatan kelurga yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan didampingi oleh perawat.

E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan selama 5 hari asuhan dengan tanya jawab, observasi dan
studi kasus. Klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri akut teratasi dengan
kriteria hasil skala nyeri dari 5 menjadi skala nyeri 1, klien dapat mengontrol
nyeri dengan melakukan kompres hangat dengan aromaterapi lavender secara
mandiri, serta klien dapat memahami dan melaksanakan program diet rendah
purin yang dianjurkan.
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Gout Arthritis pada lansia (Ibu S)
selama 5 hari mulai tanggal 30 November sampai dengan 4 Desember
2020 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada saat pengkajian, didapatkan data subyektif yaitu : Ibu S seorang
janda berusia 67 tahun. Ibu S mengatakan sering merasa linu-linu di
persendian terutama pada kaki bagian kiri saat digunakan untuk
beraktivitas, berdiri lama dan berjalan. Nyeri dirasakan seperti tekanan
terutama pada pergelangan kaki kiri klien ± 1 minggu, skala nyeri 5.
Klien sering mengkonsumsi makanan bersantan yang sudah
dihangatkan berkali kali dan klien juga menyukai jeroan ayam dan
sapi. Selain data subyektif, juga didapatkan hasil data obyektif melalui
pemeriksaan fisik dan penunjang yaitu : Pergelangan kaki kiri klien
tampak sedikit bengkak dan kemerahan. Pemeriksaan tanda tanda vital
didapatkan hasil tensi 130/85 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36.9 °C,
pernapasan 20 x/menit. Dan dari data hasil pemeriksaan laboratorium
di Puskesmas didapatkan hasil GDS 123 mg/dl, kholestrol 114 mg/dl,
asam urat 7nmg/dl. Kadar asam urat klien meningkat.
2. Berdasarkan analisis data dirumuskan diagnoa keperawatan yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis.
3. Intervensi keperawatan yang telah diajukan untuk menagatasi nyeri
tersebut adalah Identifikasi skala nyeri, identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, berikan pendidikan kesehatan
tentang diet rendah purin, monitor tanda – tanda vital, batasi aktivitas,
berikan dan ajarkan terapi non farmakologi yaitu kompres hangat
dengan aromaterapi lavender, dampingi klien saat olahraga pagi,
pantau klien dalam minum obat allopurinol 1 x 100 mg, ajak klien
untuk kegiatan rekereasi dengan berkebun/menanam tanaman obat.
4. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi
keperawatan
5. Evaluasi dilakukan setelah 5 hari dilakukan asuhan keperawatan Gout
Arthritis pada lansia dengan cara observasi, wawancara dan
pemeriksaan fisik serta penunjang.

B. SARAN
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan laporan studi kasus ini dapat digunakan bagi peserta
didik serta sebagai bahan bacaaan bagi mahasiswa keperawatan.
2. Bagi pasien dan keluarga
Hasil penulisan karya tulis ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman responden tentang penyakit gout
arthritis pada lansia.
3. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan laporan studi kasus ini dapat menambah wawasan
peserta ujian akhir program dan pengetahuan peserta ujian akhir
program pada pasien dengan diagnosa medis Gout Arthritis sehingga
dapat mengaplikasikan ilmu yang diperolah di bangku kuliah dan
pengalaman nyata dalam melaksanakan praktek nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Angriani, E., Dewi, A. P., & Novayelinda, R. (2018). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Gout Arthritis Masyarakat Melayu. JOM
FKp, 5(2).

Aryanti, P. I., Haryanto, J., & Ulfiana, E. (2019). Pengaruh Masase Jahe Merah
(Zingiber Officinale Var. Rubrum) Terhadap Nyeri Pada Lansia Dengan
Osteoarthritis. Ejournal Umm, 10(1).

Gloria, D. (2016). Nursing Interventions Classifications and Nursing Outcome


Classifications Edisi Bahasa Indonesia (VI). Yogyakarta: Mocomedia.

Hafiza, N., Pramana, Y., & Fahdi, F. K. (2019). Perbedaan Efektivitas Kompres
Hangat Kayu Manis Dan Kompres Hangat Jahe Putih Terhadap Skala Nyeri
Kadar Asam Urat Suhu Lokal Gout Arthritis. Jurnal Proners, 4(1).

Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. (P. S. Kesehatan, Ed.). Jakarta.

Kurniawan, A., Wantiyah, & Kushariyadi. (2017). Pengaruh Terapi Slow Stroke
Back Massage ( SSBM ) terhadap Depresi pada Lansia di Unit Pelayanan
Teknis Panti Sosial Lanjut Usia ( UPT PSLU ) Kabupaten Jember. E-Jurnal
Pustaka Kesehatan, 5(3).

Lallo, S., Mirwan, M., Palino, A., Nursamsiar, & Hardianti, B. (2018). Aktifitas
Ekstrak Jahe Merah Dalam Menurunkan Asam Urat Pada Kelinci Serta
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Bioaktifnya. Jurnal Farmasi UMI, 5(1).

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017


(10th ed.). Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC (Jilid 3). Yogyakarta: MediAction.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2011). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit (6th ed.). Jakarta: EGC.
Sitinjak, V. M., Hastuti, M. F., & Nurfianti, A. (2016). Pengaruh Senam Rematik
terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis
Lutut. Jurnal Keperawatan Padjajaran, 4(2).

Smeltzer, S. C. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &


Suddarth (8th ed.). Jakarta: EGC.

Sulistyoningsih, M., Rakhmawati, R., & Septiyanto, A. A. (2018). Pengaruh


Pemberian Jahe, Kunyit dan Salam Terhadap Kadar Asam Urat dan Glukosa
Darah pada Bebek. Jurnal Peternakan Indonesia, 20(2).

Widyanto, F. W. (2014). Artritis gout dan perkembangannya. Saintika Medika :


Jurnal Ilmu Kesehatan Dan Kedokteran Keluarga, 10(2).
LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian pada klien


Masalah Kesehatan Kronis
No Keluhan Kesehatan atau Gejala Selalu Sering Jarang T.Pernah
yang diarasakan PM dalam (3) (2) (1) (0)
Waktu 3 bulan terakhir
berkaiatan dg Fungsi-fungsi

A. Fungsi penglihatan

1. Penglihatan kabur v

2. Mata berair v

3. Nyeri pada mata V

B. Fungsi pendengaran

1. Pendengaran berkurang v

2. Telinga berdenging v

C. Fungsi paru (pernapasan)

1. Batuk lama disertai V


keringat malam

2. Sesak nafas V

3. Berdahak/sputum V

D. Fungsi jantung

1. Jantung berdebar-debar v

2. Cepat lelah v

3. Nyeri dada v
E. Fungsi pencernaan

1. Mual/muntah v

2. Nyeri ulu hati v

3. Makanan dan minuman v


banyak (berlebih)
4. Perubahan kebiasaan buang v
air besar (mencret
/ sembelit)
F. Fungsi pergerakan

5. Nyeri kaki saat berjalan v

6. Nyeri pinggang atau v


tulang belakang
7. Nyeri persendian/ v
bengkak
G. Fungsi Pergerakan

8. Lumpuh/ kelemahan v
pada kaki atau tulang
9. Kehilangan rasa v

10. Gemeteran / tremor v

11. Nyeri/ pegal pada daerah v


tengkuk
H. Fungsi saluran perkemihan

1. Buang air kecil banyak v

2. Sering buang air kecil v


pada malam hari
3. Tidak mampu v
mengontrol pengeluaran
air kemih (mengompol)
3 8 5

JUMLAH 16

Analisa hasil: 16
Skore : ≤ 25 :Tidak ada masalah kesehatan kronis
Skor 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Skor ≥ 51 : masalah kesehatan kronis berat

Hasil pengkajian : skor 16 yaitu tidak ada masalah kesehatan kronis


APGAR KELUARGA

Kadang- Tidak
Selalu
No Items Penilaian Kadang Pernah
(2)
(1) (0)
1 A : Adaptasi V
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya

2 P : Partnership v
Saya puas dengan cara keluarga saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah saya.
3 G : Growth V
Saya puas bahwa keluarga saya menerima &
mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktifitas atau arah baru.
4 A : Afek v
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai.
5 R : Resolve V
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
menyediakan waktu bersamasama
mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH 9

Penilaian
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
PENGKAJIAN FUNGSI KOGNITIF
( SPMSQ )

No Item Pertanyan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang ? v
Jawab : jam 15.30
2 Tahun berapa sekarang ? v
Jawab :2020
3 Kapan Bapak/Ibu lahir? v
Jawab : tahun 1953
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ? v
Jawab : 67 tahun
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ? v
Jawab : Sambong
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama
Bapak/Ibu? Jawab : tidak ada v
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama
Bapak/Ibu ? Jawab : tidak ada v
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ? v
Jawab : 17 Agustus 1945
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ? v
Jawab : Jokowi
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ? v
Jawab : 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
JUMLAH 0
Analisis Hasil : 0
Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan
Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang
Skore Salah :8-10 : Kerusakan intelektual berat
PENGKAJIAN MMSE
Benar Salah
No Item Penilaian
(1) (0)
1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang? 2020 v
2. Musim apa sekarang ? Mulai hujan v
3. Tanggal berapa sekarang ? 30 November v

4. Hari apa sekarang ? Senin v


5. Bulan apa sekarang ? November v
6. Dinegara mana anda tinggal ? Indonesia v
7. Di Provinsi mana anda tinggal ? Jawa Tengah v

8. Di kabupaten mana anda tinggal ? blora v

9. Di kecamatan mana anda tinggal ? sambong v

10. Di desa mana anda tinggal ? desa pojokwatu v

2 REGISTRASI
Minta Klien menyebutkan tiga obyek
11. Pulpen v
12. Buku v
13. Gunting v
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari belakang, v
misal” BAPAK “
14. K
15. A
16. P
17. A
18. B
4 MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek diatas
19. Pulpen v
20. Buku v
21. Gunting v
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien menyebutkan :
22. Sprei v
23. bantal v
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat
berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ v
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas ! v
26. Lipat dua ! v
27. Taruh dilantai ! v
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata v
29. Tulis satu kalimat v
Saya bisa membaca
30. Salin gambar v
kotak
JUMLAH 25 1
Analisis hasil :
Nilai < 21 : Kerusakan kognitif
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
( Indeks Kemandirian Katz )
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi
Mandiri
:
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti
punggung atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau
mandi sendiri sepenuhnya Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan v
masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi
sendiri
2 Berpakaian Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian v
3 Ke Kamar Kecil Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan v
menggunakan pispot

4 Berpindah Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk,
bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, v
tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan
5 Kontinen v
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers )

6 Makan v
Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan
parenteral (NGT )
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi PM Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah, kekamar kecil,
mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan
Nilai E: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu
fungsi tambahan.
Nilai F: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
SCREENING FAAL
FUNGTIONAL REACH (FR) TEST
NO LANGKAH
1 MINTA KLIEN BERDIRI DI SISI TEMBOK DENGAN TANGAN
DIRENTANGKAN KEDEPAN
2 BERI TANDA LETAK TANGAN I
3 MINTA KLIEN CONDONG KEDEPAN TANPA MELANGKAH SELAMA
1-2 MENIT, DENGAN TANGAN DIRENTANGKAN KE DEPAN
4 BERI TANDA LETAK TANGAN KE II PADA POSISI CONDONG
5 UKUR JARAK ANTARA TANDA TANGAN I & KE II

USIA LEBIH 70 TAHUN : KURANG 6 INCHI : RESIKO ROBOH

THE TIMED UP AND GO (TUG) TEST


NO LANGKAH
1 POSISI KLIEN DUDUK DIKURSI
2 MINTA KLIEN BERDIRI DARI KURSI, BERJALAN 10
LANGKAH(3METER), KEMBALI KE KURSI, UKUR WAKTU DALAM
DETIK
INTERPRETASI : 9 detik
Skor :
≤10 detik : resiko jatuh rendah
11 – 19 detik : resiko rendah jatuh
20 -29 detik : resiko sedang hingga risiko jatuh tinggi
≥30 detik : ketergantungan total, risiko jatuh tinggi
GERIATRIC DEPRESSION SCALE ( SKALA DEPRESI )
NO PERTANYAAN TIDAK YA
1 apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? v
2 apakah anda telah meninggalkan banyak v
kegiatan dan minat/kesenangan anda
3 apakah anda merasa kehidupan anda kosong? v
4 apakah anda sering merasa bosan? v
5 apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? v
6 apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada v
anda?
7 apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? V
8 apakah anda merasa sering tidak berdaya? V
9 apakah anda lebih sering dirumah daripada pergi keluar dan
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
v
10 apakah anda merasa mempunyai banyak masalah v
dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang ?
11 apakah anda pikir bahwa kehidupan anda sekarang V
menyenangkan?
12 apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? v
13 apakah anda merasa penuh semangat? V
14 apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? v
15 apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik keadaannya daripada v
anda?

Penilaian Skala Depresi  Geriatrik Yesavage : 4


Nilai 0-4   : Depresi Tidak ada Nilai  > 5  : Depresi 
SKOR NORTON
(untuk menilai potensi dekubitus)
Nama penderita : Ibu S
Skor 20
Kondisi fisik umum
Baik (4) v
Lumayan (3)
Buruk (2)
Sangat buruk (1)
Kesadaran
Komposmentis (4) v
Apatis (3)
Sopor (2)
Koma (1)
Aktivitas
Ambulan (4) v
Ambulan dengan bantuan (3)
Hanya bisa duduk (2)
Tiduran (1)
Mobilitas
Bergerak bebas (4) v
Sedikit terbatas (3)
Sangat terbatas (2)
Tak bisa bergerak (1)
Inkontinensia
Tidak (4) v
Kadang-kadang (3)
Sering inkontinensia urin (2)
Sering inkontinensia urin dan alvi (1)

Format Pengkajian Keseimbangan Lansia


Test Berg Balance Scale (BBS)
1. Berdiri tanpa support dengan mata tertutup.
Instruksi :Silahkan berdiri dengan tutup mata selama 10
detik. 0 : membutuhkan bantuan untuk menjaga supaya
tidak jatuh
1 : tidak bisa dengan menutup mata selama 3 detik tetapi mampu berdiri
tegak 2 : mampu berdiri selama 3 detik
3 : mampu berdiri selama 10 detik dengan
pengawasan 4 : mampu berdiri selama 10 detik
dengan aman

2. Berdiri tanpa support kedua kaki rapat


Instruksi : silahkan merapatkan kaki dan berdiri tanpa pegangan selama 1
menit. 0: membutuhkan bantuan saat berdiridan tidak mampu bertahan
selama 15 detik 1 : membutuhkan bantuan saat berdiri dan mampu berdiri
selama 15 detik
2 : tidak mampu berdiri selama 30 detik
3 : mampu berdiri selama 1 menit dengan
pengawasan 4 : mampu berdiri selama 1 menit
secara aman

3. Menggerakkan lengan kedepan dengan tangan terulur maksimal pada posisi


berdiri Instruksi : angkat lengan 90 º dan dapat meraih > 25 cm
menggerakkan lengan kedepan dan jari membuka sejauh mungkin semampu pasien
(therapist menempatkan penggaris pada jari terpanjang saat akhir gerakan, saat lengan
posisi 90 º). Jari – jari seharusnya tidak menyentuh penggaris saat pasien meraih kedepan
ukuran yang dicatat adalah jarak kedepan yang diraih saat posisi pasien lebih condong
kedepan.
0: kehilangan keseimbangan saat mencoba membutuhkan bantuan dari
luar 1 : meraih lengan kedepan tetapi membutuhkan bantuan
2 : dapat meraih lengan kedepan > 5 cm secara
aman 3 : dapat meraih lengan kedepan > 12 cm
secara aman
4 : dapat meraih lengan kedepan dengan keyakinan > 25 cm secara aman

4. Mengambil objek dilantai dari posisi berdiri


Instruksi : ambilah benda yang ditempatkan
dikakimu 0: tidak bisa mencoba
1 : memerlukan bantuan saat mengambil
2 : dapat meraih sejauh 2 - 5 cm dari benda dan mampu menjaga
keseimbangan 3 : mampu mengambil benda tetapi memerlukan
pengawasan
4 : mampu mengambil benda dengan mudah
5. Berbalik untuk melihat kebelakang melebih shoulder kiri dan kanan saat berdiri
Instruksi : berbalik melihat kearah kebelakangmu lebih kearah bahu kirimu, berbalik
lagi kearah kanan, tetapi boleh menggunakan benda dibelakang arah pasien untuk
dilihat memperoleh putaran yang lebih baik
0 : memerlukan bantuan untuk menjaga dari kehilangan
keseimbangan 1 : membutuhkan bantuan ketika berbalik
2 : mampu berbalik menyamping tetapi keseimbangan tetap terpelihara
3 : mampu melihat ke salah satu sisi pada sisi lainnya terjadi sedikit perubahan
berat badannya tetap keseimbangan terpelihara
4 : mampu melihat kebelakang dari kedua sisi dan perubahan berat badan dengan baik

6. Berdiri dengan satu kaki didepan kaki yang satu


Instruksi : berikan contoh pada pasien, tempatkanlah satu kaki didepan kaki yang lain
jika kamu merasa tidak dapat menempatkan kaki kedepan, contohlah melangkah
kedepan, letakkan tumit didepan jari-jari kaki yang lain ( score 3 panjang langkah
seharusnya dissuaikan kurang lebih dengan base pasien itu sendiri secara normal)
0 : keseimbangan hilang
saat berdiri 1 : mampu
bertahan selama 15
detik 2 : mampu
bertahan selama 30
detik
3 : mampu menempatkan kaki didepan kaki yang lainnya secara mandiri
selama 30 detik 4 : mampu menempatkan kaki dengan berurutan secara
mandiri selama 30 detik

7. Berdiri satu kaki


Instruksi : berdirilah satu kaki selama lebih dari 10 detik dan
tanpe pegangan 0 : tidak mampu mencoba
1 : mencoba mengangkat kaki tidak mampu bertahan selama 3 detik tetapi
mempertahankan berdiri
2 : mampu mengangkat kaki secara mandiri
selama > 3 detik 3 : mampu mengangkat kaki
secara mandiri selama 5–10 detik
4 : mampu mengangkat kaki secara mandiri selama > 10 detik

Hasil Scoring : 24

- 21-28 = risiko jatuh rendah


- 11-20 = risiko jatuh menengah
- 0-10 = risiko tinggi jatuh
FORMAT PENGKAJIAN KEMANDIRIAN LANSIA BARTHEL INDEKS

PROSEDUR TES:
Pasien di observasi saat melakukan aktivitas di bawah ini.

NO AKTIFITAS SCORE
DEPENDENCE INDEPENDENCE
1 PEMELIHARAAN KESEHATAN 0 5
DIRI
2 MANDI 0 5
3 MAKAN 5 10
4 TOILET (AKTIFITAS BAB & BAB) 5 10
5 NAIK/TURUN TANGGA 5 10
6 BERPAKAIAN 5 10
7 KONTROL BAB 5 10
8 KONTROL BAK 5 10
9 AMBULASI 15
KURSI RODA 0

10 TRANSFER KURSI/BED 5-10 15


TOTAL: 100

KRITERIA HASIL: 100

0 – 20 KETERGANTUNGAN PENUH
21 – 61 KETERGANTUNGAN BERAT (SANGAT TERGANTUNG)
62 -90 KETERGANTUNGAN MODERAT
91 – 99 KETERGANTUNGAN RINGAN
100 MANDIRI

Anda mungkin juga menyukai