Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh :
Handoko_P1337420920077
Siti Sholichah_P1337420920064
Titik Novia Patminingsih_ P1337420920057
Dian Mustika Ningrum_ P1337420920065
Diah Ayu Retno Yuliastuti_ P1337420920069
A. LATAR BELAKANG
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic
syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman
beralkohol. Penimbunan kristal monosodium urat (MSU) pada sendi dan
jaringan lunak merupakan pemicu utama terjadinya keradangan atau
inflamasi pada gout artritis (Widyanto, 2014).
Kadar asam urat normal pada wanita berkisar 2,4-5,7 mg/dl,
sedangkan pada laki-laki berkisar 3,4-7,0 mg/dl, dan pada anak-anak 2,8-4,0
mg/dl. Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017),
prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering terjadi
di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara Amerika
sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout arthritis tidak
hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara
berkembang, salah satunya di Negara Indonesia. Prevalensi gout arthritis di
Indonesia semakin mengalami peningkatan.
Pada tahun 2013 kejadian gout arthritis sebesar 11,9% (Kemenkes RI,
2013). Namun, mengalami peningkatan pada tahun 2016 gout arthritis
menduduki urutan kedua setelah hipertensi. Berdasarkan data RISKESDAS
2013, prevalensi penyakit sendi pada usia 55 - 64 tahun 45,0%, usia 65 – 74
tahun 51,9, usia ≥ 75 tahun 54,8%. Satu survei epidemologik yang dilakukan
di Jawa Tengah atas kerjasama WHO terhadap 4.683 sampel berusia antara
15-45, didapatkan prevalensi artritis gout sebesar 24,3%. Sedangkan
penelitian yang dilakukan di puskesmas Gajah Mungkur Semarang terjadi
peningkatan kejadian artritis gout sebesar 17,26% pada tahun 2011 (Angriani,
Dewi, & Novayelinda, 2018).
Peningkatan kejadian gout arthritis disebabkan oleh berbagai faktor
resiko seperti faktor asupan purin, obesitas, dan penyakit penyerta
diantaranya hipertensi dan diabetes melitus. Asupan purin adalah
mengkonsumsi makanan yang mengandung purin. Asupan purin dapat
mempengaruhi terjadinya gout arthritis dan akan bertambah berat apabila
disertai dengan pola konsumsi yang tidak seimbang (Angriani et al., 2018).
Setiap peningkatan satu kg berat badan akan meningkatkan terjadinya
gout arthritis sebesar 9-13%. Resiko tersebut semakin meningkat jika terjadi
penumpukan lemak di bagian perut. Maka akan memicu terjadinya obesitas
dan gout arthritis. Namun, kejadian gout arthritis akan bertambah berat
apabila diiringi dengan penyakit penyerta, diantaranya hipertensi dan diabetes
melitus (Angriani et al., 2018).
Perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern merupakan
pemicu utama artritis gout (Lallo, Mirwan, Palino, Nursamsiar, & Hardianti,
2018). Sebagian besar kasus artritis gout mempunyai latar belakang penyebab
primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar asam urat jangka panjang.
Perlu komunikasi yang baik dengan penderita untuk mencapai tujuan terapi.
Hal itu dapat diperoleh dengan edukasi dan diet rendah purin yang baik
(Sulistyoningsih, Rakhmawati, & Septiyanto, 2018). Pencegahan lainnya
berupa penurunan konsumsi alkohol dan penurunan berat badan dengan
aktivitas fisik. Mempertahankan aktivitas pergerakan sendi sangat dianjurkan
untuk meminimalkan kontraktur dan mengatasi penurunan fungsional sendi
akibat nyeri sendi yang muncul. Tindakan pertahanan yang dapat dilakukan
untuk mengurangi nyeri agar sendi mampu difungsikan (Hafiza, Pramana, &
Fahdi, 2019).
Tindakan secara farmakologis atau tindakan pemberian obat-obatan,
tindakan non farmakologis seperti edukasi pasien, terapi fisik, okupasional,
aplikasi kompres dingin atau panas, latihan fisik, istirahat dan merawat
persendian atau masase (Kurniawan, Wantiyah, & Kushariyadi, 2017),
penurunan berat badan, akupunktur, dan terapi bedah sebagai pilihan terakhir
(Aryanti, Haryanto, & Ulfiana, 2019). Tindakan non farmakologis berupa
keompres hangat dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat
nyeri pada klien dengan gout arthritis.
Pemberian kompres menggunakan aromaterapi dapat membantu
mengobati nyeri arthritis (Setyoadi, 2011). Aromaterapi sudah dipakai sejak
500 tahun yang lalu, bangsa Mesir dan Cina untuk perawatan tubuh, dupa
pengharum ruangan maupun obat berbagai penyakit (Jaelani, 2009). Menurut
Craig Hospital (2013) Kompres yang berisi minyak esensial dapat digunakan
untuk sakit tulang dan nyeri, memar atau sakit kepala. Sedangkan Mehmet Oz
MD, seorang profesor bedah di Universitas Colombia mengatakan
aromaterapi efektif untuk mengatasi nyeri karena dia bekerja secara langsung
di amygdale dan pusat emosi otak (Chappell, 2013).
Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternatif
menggunakan sari tumbuhan aromatik murni dimana sistem penyembuhan
yang melibatkan pemakaian minyak atsiri murni. Minyak yang digunakan
dalam terapi komplementer meliputi minyak atsiri, bunga lavender,
chamomile, jeruk yang dapat menimbulkan aroma sedatif, minyak ylang-
ylang yang memberikan efek menenangkan, serta minyak melati yang
memberikan efek relaksasi (Setyoadi, 2011).
Aromaterapi bekerja sebagai liniments dengan cara dikompreskan.
Kompres panas dengan minyak esensial lavender sangat bermanfaat untuk
menghadapi penyakit arthritis pada lansia (Setyoadi, 2011). Minyak esensial
lavender bersifat anti inflamasi, antiseptik yang kuat, antivirus, dan anti jamur
yang dapat menurunkan emosional, sedatif, relaksasi dan mengurangi rasa
sakit (Gaware, 2013). Pemberian kompres hangat dapat meningkatkan
absorbsi molekul minyak atsiri dalam kulit karena oklusi yang disebabkan
oleh penutupan permukaan kulit yang akan mengurangi penguapan minyak
atsiri sekaligus menghangatkan kulit sehingga meningkatkan penetrasi
(Koesoemardiyah, 2009).
Lansia yang diwawancarai belum melakukan penatalaksanaan nyeri
sendi secara khusus untuk mengatasi nyeri, lansia cenderung membiarkan
nyeri yang dia rasakan. Apabila nyeri berat terjadi, lansia periksa ke
puskesmas terdekat.
B. WOC
BAB II
LAPORAN KASUS KELOLAAN
5 5
Hari Masalah
No Data Fokus Etiologi Ttd
tanggal Keperawatan
1. Senin, 30 DS : Agen cidera Nyeri Akut
November - Ibu S mengatakan sering fisiologis
2020 merasa linu-linu dan nyeri pada
persendian terutama pada kaki
15.30 WIB
bagian kiri saat digunakan
untuk berjalan dan aktivitas
berat.
P : Nyeri hilang timbul, nyeri
memberat terutama jika berdiri
terlalu lama dan berjalan
Q : Seperti tertekan
R : Nyeri terasa pada kedua
kaki terutama pada kaki sebelah
kiri
S:5
T : Setiap saat
- Ibu S menyukai makanan
bersantan dan sering
mengkonsumsi sayur bersantan
yang dihangatkan berulangkali
dan masih di konsumsi
- Ibu S juga menyukai jeroan
ayam dan sapi
DO :
Pergelangan Kaki kiri tampak
sedikit bengkak dan kemerahan
Skala nyeri 5
Tekanan darah : 130/85 mmHg
Nadi : 80 x/menit
S : 36,9 °C
RR : 20 x/menit
Hasil Lab :
GDS : 123 mg/dl
Kholestrol total : 114 mg/dl
Asam urat : 7 mg/dl
14. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Hari,Tanggal Tujuan Intervensi Ttd
Keperawatan
Senin, 30 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi skala nyeri
November 2020 berhubungan selama 5x pertemuan, diharapkan nyeri 2. Identifikasi faktor yang memperberat
16.00 WIB dengan agen cidera akut teratasi dengan kriteria hasil : dan memperingan nyeri
fisiologis - Skala nyeri menjadi 1 3. Berikan pendidikan kesehatan tentang
- Dapat mengontrol nyeri dengan diet rendah purin
melakukan kompres hangat dengan 4. Monitor tanda-tanda vital
aromaterapi lavender secara mandiri 5. Batasi aktivitas
- Dapat memahami dan melaksanakan 6. Berikan dan ajarkan teknik non
program diet rendah purin yang farmakologis kompres hangat dengan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari, Tanggal Dx Keperawatan Implementasi Respon Ttd
O:
- TTV :
TD : 130/85 mmHg
HR : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 °C
- Klien tampak lebih rileks
- Obat allopurinol diminum jam
07.00 WIB dan tidak ada tanda
alergi
- Klien kooperatif saat dilakukan
kompres hangat dengan
aromaterapi lavender
Jum’at, 4 Nyeri Akut Mendampingi klien saat olahraga jalan S:
Desember 2020 berhubungan dengan pagi. - Ibu S mengatakan kaki terasa
05.30 WIB agen cidera nyaman saat berjalan dan hanya
fisiologis sedikit nyeri
- Ibu S mengatakan hatinya
sangat senang saat ditemani
mahasiswa olahraga jalan pagi
O:
- Wajah klien tampak tersenyum
berseri seri
- Saat berjalan klien tidak
mengeluh nyeri
Jum’at, 5 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
Desember 2020 berhubungan dengan 2. Memonitor tanda-tanda vital - Setelah 30 menit dilakukan
15.30 WIB agen cidera 3. Membatasi aktivitas kompres hangat dengan
fisiologis 4. Memberikan dan mengajarkan teknik aromaterapi lavender, Ibu S
non farmakologis kompres hangat mengatakan sedikit nyeri
dengan aromaterapi lavender persendian kaki
5. Memantau klien dalam minum obat - P : Ibu S mengatakan nyeri
allopurinol 1 x 100 mg dirasakan saat berdiri lama dan
berjalan sudah berkurang
Q : seperti tertekan
R : kedua kaki terutama pada
lutut kiri
S : Skala 1
T : Hilang timbul
O:
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,2 °C
- Klien tampak lebih rileks dan
tersnyum senang
- Obat allopurinol diminum jam
07.00 WIB dan tidak ada tanda
alergi
- Klien kooperatif saat dilakukan
kompres hangat dengan
aromaterapi lavender
- Klien mampu melakukan
kompres hangat dengan
aromaterapi lavender
EVALUASI
Hari /
Dx. Kep Evaluasi TTD
Tanggal
Jum’at, 5 Nyeri Akut S:
Desember berhubungan - Ibu S mengatakan sudah mempraktekan cara yang
2020 dengan agen telah diajarkan dan mengatakan nyeri berkurang
17.00 WIB cidera fisiologis - P : Klien mengatakan nyeri dirasakan saat
beraktifitas
Q : seperti tertekan
R : kedua kaki
S : Skala 1
T : Hilang timbul
O:
- Skala nyeri 1
- Klien terlihat lebih rileks dan senang
- Klien sudah bisa melakukan latihan sedikit-
sedikit
- Tekanan darah 130/00 mmHg, Nadi 80
x/menit, Suhu 36,2 °C, Pernafasan 20
x/menit
- Klien mampu menerapkan terapi
nonfarmakologis saat nyeri muncul
A : Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- Identifikasi skala nyeri
- Memantau minum obat klien
- Lakukan kompres hangat dengan aromaterapi
lavender saat nyeri timbul
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Berdasarkan pengkajian, didapatkan data subyektif yaitu : Ibu S
seorang janda berusia 67 tahun. Ibu S mengatakan sering merasa linu-linu di
persendian terutama pada kaki bagian kiri saat digunakan untuk beraktivitas,
berdiri lama dan berjalan. Nyeri dirasakan seperti tekanan terutama pada
pergelangan kaki kiri klien ± 1 minggu, skala nyeri 5. Klien sering
mengkonsumsi makanan bersantan yang sudah dihangatkan berkali kali dan
klien juga menyukai jeroan ayam dan sapi.
Selain data subyektif, juga didapatkan hasil data obyektif melalui
pemeriksaan fisik dan penunjang yaitu : Pergelangan kaki kiri klien tampak
sedikit bengkak dan kemerahan. Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan
hasil tensi 130/85 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36.9 °C, pernapasan 20
x/menit. Dan dari data hasil pemeriksaan laboratorium di Puskesmas
didapatkan hasil GDS 123 mg/dl, kholestrol 114 mg/dl, asam urat 7nmg/dl. Kadar
asam urat klien meningkat.
Usia >50 tahun akan memiliki persentase lebih besar terhadap
kejadian gout arthritis. Usia penderita gout arthritis paling sering pada usia
diatas 60 tahun.
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam
Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi batas normal
yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan organ lainnya
(Susanto, 2013). Dan inilah yang menyebabkan nyeri dan bengkak pada persendian.
Nyeri sendi muncul dengan adanya hambatan pada sendi saat
dilakukan gerakan. Selain nyeri sendi, lansia juga mengatakan mengalami
kaku pada sendi yang bertambah pada malam hari dan ketika melakukan
pemeriksaan fisik, pada tulang persendian terutama pergelangan kaki dan jari
kaki maupun tangan terdapat edema dan warna kemerahan. Dengan
keberadaan nyeri akibat pembengkakan ini, maka lansia membatasi
pergerakan pada bagian yang nyeri. Pembatasan gerak pada sendi dapat
menyebabkan kekakuan atau atropi otot sendi yang lama kelamaan dapat
menghentikan secara permanen fungsional sendi tersebut (Sitinjak et al.,
2016).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisis data pengkajian dirumuskan diagnosa keperawatan
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (gangguan pada
kaki) ditandai dengan data subyektif, Ibu mengatakan sering merasa linu-linu
di persendian terutama pada kaki bagian kiri saat digunakan untuk
beraktivitas, berdiri lama dan berjalan. Nyeri dirasakan seperti tekanan
terutama pada pergelangan kaki kiri klien ± 1 minggu, skala nyeri 5. Klien
sering mengkonsumsi makanan bersantan yang sudah dihangatkan berkali
kali dan klien juga menyukai jeroan ayam dan sapi. Dan data obyektif,
Pergelangan kaki kiri klien tampak sedikit bengkak dan kemerahan.
Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan hasil tensi 130/85 mmHg, nadi 80
x/menit, suhu 36.9 °C, pernapasan 20 x/menit. Dan dari data hasil
pemeriksaan laboratorium di Puskesmas didapatkan hasil GDS 123 mg/dl,
kholestrol 114 mg/dl, asam urat 7nmg/dl.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian dan perumusan masalah direncanakan
dan didiskusikan dengan klien tentang tindakan keperawatan yang akan
dilakukan yaitu mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, memberikan pendidikan kesehatan
tentang diet rendah purin, memonitor tanda – tanda vital, membatasi aktivitas,
memberikan dan mengajarkan teknik non farmakologi kompres hangat
dengan aromaterapi lavender, mendampingi klien saat olahraga jalan pagi,
dan pantau klien minum obat allopurinol 1 x 100 mg.
Nyeri sendi pada penderita gout arthritis termasuk dalam kategori
nyeri somatik dalam dimana reseptor nyeri ini terletak pada otot dan tulang
serta penyokong tubuh lainnya.Tubuh memiliki neuromodulator alami yang
dapat menghambat transmisi impuls nyeri salah satunya adalah beta-endorfin.
Menurut American Geriatric Society olahraga seperti senam sebanyak tiga
kali seminggu secara signifikan memperbaiki kesehatan lansia arthritis
termasuk gout arthritis. menjadi berkurang (Smeltzer, 2013).
Tindakan secara farmakologis atau tindakan pemberian obat-obatan,
tindakan non farmakologis seperti edukasi pasien, terapi fisik, okupasional,
aplikasi kompres dingin atau panas, latihan fisik, istirahat dan merawat
persendian atau masase (Kurniawan, Wantiyah, & Kushariyadi, 2017),
penurunan berat badan, akupunktur, dan terapi bedah sebagai pilihan terakhir
(Aryanti, Haryanto, & Ulfiana, 2019). Tindakan non farmakologis berupa
keompres hangat dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat
nyeri pada klien dengan gout arthritis.
Pemberian kompres menggunakan aromaterapi dapat membantu
mengobati nyeri arthritis (Setyoadi, 2011). Aromaterapi sudah dipakai sejak
500 tahun yang lalu, bangsa Mesir dan Cina untuk perawatan tubuh, dupa
pengharum ruangan maupun obat berbagai penyakit (Jaelani, 2009). Menurut
Craig Hospital (2013) Kompres yang berisi minyak esensial dapat digunakan
untuk sakit tulang dan nyeri, memar atau sakit kepala. Sedangkan Mehmet Oz
MD, seorang profesor bedah di Universitas Colombia mengatakan
aromaterapi efektif untuk mengatasi nyeri karena dia bekerja secara langsung
di amygdale dan pusat emosi otak (Chappell, 2013).
Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternatif
menggunakan sari tumbuhan aromatik murni dimana sistem penyembuhan
yang melibatkan pemakaian minyak atsiri murni. Minyak yang digunakan
dalam terapi komplementer meliputi minyak atsiri, bunga lavender,
chamomile, jeruk yang dapat menimbulkan aroma sedatif, minyak ylang-
ylang yang memberikan efek menenangkan, serta minyak melati yang
memberikan efek relaksasi (Setyoadi, 2011).
Aromaterapi bekerja sebagai liniments dengan cara dikompreskan.
Kompres panas dengan minyak esensial lavender sangat bermanfaat untuk
menghadapi penyakit arthritis pada lansia (Setyoadi, 2011). Minyak esensial
lavender bersifat anti inflamasi, antiseptik yang kuat, antivirus, dan anti jamur
yang dapat menurunkan emosional, sedatif, relaksasi dan mengurangi rasa
sakit (Gaware, 2013). Pemberian kompres hangat dapat meningkatkan
absorbsi molekul minyak atsiri dalam kulit karena oklusi yang disebabkan
oleh penutupan permukaan kulit yang akan mengurangi penguapan minyak
atsiri sekaligus menghangatkan kulit sehingga meningkatkan penetrasi
(Koesoemardiyah, 2009).
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan keluarga dilakukan sesuai dengan perencanaan
keperawatan kelurga yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan didampingi oleh perawat.
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan selama 5 hari asuhan dengan tanya jawab, observasi dan
studi kasus. Klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri akut teratasi dengan
kriteria hasil skala nyeri dari 5 menjadi skala nyeri 1, klien dapat mengontrol
nyeri dengan melakukan kompres hangat dengan aromaterapi lavender secara
mandiri, serta klien dapat memahami dan melaksanakan program diet rendah
purin yang dianjurkan.
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Gout Arthritis pada lansia (Ibu S)
selama 5 hari mulai tanggal 30 November sampai dengan 4 Desember
2020 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada saat pengkajian, didapatkan data subyektif yaitu : Ibu S seorang
janda berusia 67 tahun. Ibu S mengatakan sering merasa linu-linu di
persendian terutama pada kaki bagian kiri saat digunakan untuk
beraktivitas, berdiri lama dan berjalan. Nyeri dirasakan seperti tekanan
terutama pada pergelangan kaki kiri klien ± 1 minggu, skala nyeri 5.
Klien sering mengkonsumsi makanan bersantan yang sudah
dihangatkan berkali kali dan klien juga menyukai jeroan ayam dan
sapi. Selain data subyektif, juga didapatkan hasil data obyektif melalui
pemeriksaan fisik dan penunjang yaitu : Pergelangan kaki kiri klien
tampak sedikit bengkak dan kemerahan. Pemeriksaan tanda tanda vital
didapatkan hasil tensi 130/85 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36.9 °C,
pernapasan 20 x/menit. Dan dari data hasil pemeriksaan laboratorium
di Puskesmas didapatkan hasil GDS 123 mg/dl, kholestrol 114 mg/dl,
asam urat 7nmg/dl. Kadar asam urat klien meningkat.
2. Berdasarkan analisis data dirumuskan diagnoa keperawatan yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis.
3. Intervensi keperawatan yang telah diajukan untuk menagatasi nyeri
tersebut adalah Identifikasi skala nyeri, identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, berikan pendidikan kesehatan
tentang diet rendah purin, monitor tanda – tanda vital, batasi aktivitas,
berikan dan ajarkan terapi non farmakologi yaitu kompres hangat
dengan aromaterapi lavender, dampingi klien saat olahraga pagi,
pantau klien dalam minum obat allopurinol 1 x 100 mg, ajak klien
untuk kegiatan rekereasi dengan berkebun/menanam tanaman obat.
4. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi
keperawatan
5. Evaluasi dilakukan setelah 5 hari dilakukan asuhan keperawatan Gout
Arthritis pada lansia dengan cara observasi, wawancara dan
pemeriksaan fisik serta penunjang.
B. SARAN
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan laporan studi kasus ini dapat digunakan bagi peserta
didik serta sebagai bahan bacaaan bagi mahasiswa keperawatan.
2. Bagi pasien dan keluarga
Hasil penulisan karya tulis ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman responden tentang penyakit gout
arthritis pada lansia.
3. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan laporan studi kasus ini dapat menambah wawasan
peserta ujian akhir program dan pengetahuan peserta ujian akhir
program pada pasien dengan diagnosa medis Gout Arthritis sehingga
dapat mengaplikasikan ilmu yang diperolah di bangku kuliah dan
pengalaman nyata dalam melaksanakan praktek nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, P. I., Haryanto, J., & Ulfiana, E. (2019). Pengaruh Masase Jahe Merah
(Zingiber Officinale Var. Rubrum) Terhadap Nyeri Pada Lansia Dengan
Osteoarthritis. Ejournal Umm, 10(1).
Hafiza, N., Pramana, Y., & Fahdi, F. K. (2019). Perbedaan Efektivitas Kompres
Hangat Kayu Manis Dan Kompres Hangat Jahe Putih Terhadap Skala Nyeri
Kadar Asam Urat Suhu Lokal Gout Arthritis. Jurnal Proners, 4(1).
Kurniawan, A., Wantiyah, & Kushariyadi. (2017). Pengaruh Terapi Slow Stroke
Back Massage ( SSBM ) terhadap Depresi pada Lansia di Unit Pelayanan
Teknis Panti Sosial Lanjut Usia ( UPT PSLU ) Kabupaten Jember. E-Jurnal
Pustaka Kesehatan, 5(3).
Lallo, S., Mirwan, M., Palino, A., Nursamsiar, & Hardianti, B. (2018). Aktifitas
Ekstrak Jahe Merah Dalam Menurunkan Asam Urat Pada Kelinci Serta
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Bioaktifnya. Jurnal Farmasi UMI, 5(1).
A. Fungsi penglihatan
1. Penglihatan kabur v
2. Mata berair v
B. Fungsi pendengaran
1. Pendengaran berkurang v
2. Telinga berdenging v
2. Sesak nafas V
3. Berdahak/sputum V
D. Fungsi jantung
1. Jantung berdebar-debar v
2. Cepat lelah v
3. Nyeri dada v
E. Fungsi pencernaan
1. Mual/muntah v
8. Lumpuh/ kelemahan v
pada kaki atau tulang
9. Kehilangan rasa v
JUMLAH 16
Analisa hasil: 16
Skore : ≤ 25 :Tidak ada masalah kesehatan kronis
Skor 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Skor ≥ 51 : masalah kesehatan kronis berat
Kadang- Tidak
Selalu
No Items Penilaian Kadang Pernah
(2)
(1) (0)
1 A : Adaptasi V
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2 P : Partnership v
Saya puas dengan cara keluarga saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah saya.
3 G : Growth V
Saya puas bahwa keluarga saya menerima &
mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktifitas atau arah baru.
4 A : Afek v
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai.
5 R : Resolve V
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
menyediakan waktu bersamasama
mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH 9
Penilaian
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
PENGKAJIAN FUNGSI KOGNITIF
( SPMSQ )
2 REGISTRASI
Minta Klien menyebutkan tiga obyek
11. Pulpen v
12. Buku v
13. Gunting v
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari belakang, v
misal” BAPAK “
14. K
15. A
16. P
17. A
18. B
4 MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek diatas
19. Pulpen v
20. Buku v
21. Gunting v
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien menyebutkan :
22. Sprei v
23. bantal v
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat
berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ v
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas ! v
26. Lipat dua ! v
27. Taruh dilantai ! v
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata v
29. Tulis satu kalimat v
Saya bisa membaca
30. Salin gambar v
kotak
JUMLAH 25 1
Analisis hasil :
Nilai < 21 : Kerusakan kognitif
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
( Indeks Kemandirian Katz )
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi
Mandiri
:
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti
punggung atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau
mandi sendiri sepenuhnya Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan v
masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi
sendiri
2 Berpakaian Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian v
3 Ke Kamar Kecil Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan v
menggunakan pispot
4 Berpindah Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk,
bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, v
tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan
5 Kontinen v
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers )
6 Makan v
Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan
parenteral (NGT )
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi PM Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah, kekamar kecil,
mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan
Nilai E: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu
fungsi tambahan.
Nilai F: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
SCREENING FAAL
FUNGTIONAL REACH (FR) TEST
NO LANGKAH
1 MINTA KLIEN BERDIRI DI SISI TEMBOK DENGAN TANGAN
DIRENTANGKAN KEDEPAN
2 BERI TANDA LETAK TANGAN I
3 MINTA KLIEN CONDONG KEDEPAN TANPA MELANGKAH SELAMA
1-2 MENIT, DENGAN TANGAN DIRENTANGKAN KE DEPAN
4 BERI TANDA LETAK TANGAN KE II PADA POSISI CONDONG
5 UKUR JARAK ANTARA TANDA TANGAN I & KE II
Hasil Scoring : 24
PROSEDUR TES:
Pasien di observasi saat melakukan aktivitas di bawah ini.
NO AKTIFITAS SCORE
DEPENDENCE INDEPENDENCE
1 PEMELIHARAAN KESEHATAN 0 5
DIRI
2 MANDI 0 5
3 MAKAN 5 10
4 TOILET (AKTIFITAS BAB & BAB) 5 10
5 NAIK/TURUN TANGGA 5 10
6 BERPAKAIAN 5 10
7 KONTROL BAB 5 10
8 KONTROL BAK 5 10
9 AMBULASI 15
KURSI RODA 0
0 – 20 KETERGANTUNGAN PENUH
21 – 61 KETERGANTUNGAN BERAT (SANGAT TERGANTUNG)
62 -90 KETERGANTUNGAN MODERAT
91 – 99 KETERGANTUNGAN RINGAN
100 MANDIRI