Anda di halaman 1dari 10

INTERVENSI KOMPRES HANGAT SERAI PADA LANSIA YANG MENGALAMI

SINDROM GERIATRI IMMOBILITY DENGAN MASALAH NYERI

Nurdiana¹, Aidah Fitriani², Eny Sutria³, Nurhidayah, Aisyah Arsyad ⁵


¹Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
²Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
³Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
⁴Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
⁵Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar
Email: nurdianarudin@gmail.com

Abstrak
Penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan penurunan fungsional organ dan system
tubuh, salah satunya system musculoskeletal. Nyeri sendi merupakan masalah yang umum
dan signifikan diantara banyak masalah lainnya lansia yang sering dikaitkan dengan
kesehatan yang lebih buruk karena gangguan fungsional yang lebih besar, kecacatan,
depresi, demensia, gangguan tidur, dan isolasi sosial. Tujuan studi kasus ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan intervensi kompres hangat serai pada lansia yang mengalami
sindrom geriatri immobility dengan masalah nyeri. Studi kasus ini dilakukan dengan
metode observasi, wawancara, dan pemberian intervensi kompres hangat serai pada Ny.R
selama 3 hari. Dari hasil studi kasus dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan intensitas
nyeri pada lansia yang mengalami sindrom geriatri immobility dengan masalah nyeri
dengan pelaksanaan intervensi kompres serai hangat.

Kata kunci : Sindrom Geriatri Immobility, Nyeri, Kompres Serai Hangat.

Abstract
Aging that occurs in the elderly causes a decrease in functional organs and body systems,
one of which is the musculoskeletal system. Joint pain is a common and significant
problem among many other problems in the elderly that is often associated with poorer
health due to greater functional impairment, disability, depression, dementia, sleep
disturbances, and social isolation. The purpose of this case study was to determine the
implementation of the lemongrass warm compress intervention in the elderly who
experience geriatric immobility syndrome with pain problems. This case study was
conducted using observation, interviews, and intervention by giving a warm lemongrass
compress to Mrs.R for 3 days. From the results of the case study, it can be concluded that
there is a decrease in pain intensity in the elderly who experience geriatric immobility
syndrome with pain problems with the implementation of the warm lemongrass compress
intervention.

Keywords: Geriatric Immobility Syndrome, Pain, Warm Lemongrass Compress.


PENDAHULUAN

Lansia adalah seseorang yang telah


memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia Penuaan menyebabkan penurunan
merupakan kelompok umur pada manusia fungsional organ dan system tubuh, salah
yang telah memasuki tahapan akhir dari satunya system muskuloskeletal.
fase kehidupannya. Kelompok yang Berdasarkan Data World Health
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu Organization (WHO) tahun 2020 ada
proses yang disebut Aging Process atau sekitar 1,71 miliar di orang dunia memiliki
proses penuaan. Penuaan merupakan proses masalah pada system muskuloskeletal di
alamiah, yang berarti seseorang telah seluruh dunia. Dengan prevelensi tertinggi
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu yaitu sakit punggung 568 juta jiwa, patah
anak, dewasa, tua. Memasuki tua berarti tulang dengan 436 juta, osteoarthritis 343
mengalami kemunduran, msialnya juta jiwa, nyeri leher 222 juta jiwa,
kemunduran fisik yang di tandai dengan amputasi 175 juta dan rheumatoid arthritis
kulit mengendur, rambut memutih, gigi 14 juta orang di seluruh duni. sedangkan di
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, Indonesia berdasarkan data Riskasdes tahun
penglihatan semakin memburuk, gerakan 2018 nyeri sendi terjadi pada usia 55-64
lambat, dan figur tubuh yang tidak tahun sebesar 15,5%, usia 65-74 tahun
proposional. (Nugroho, 2008 dalam Hasrul sebesar 18,6% dan pada usian <75 sebesar
& Muas, 2018) 18,9%. Prevalensi penyakit sendi di
Menurut data World health Sulawesi selatan sebesar 6,85%, dan di
Organization (WHO) pada tahun 2020 di kabupaten Gowa 5,46% jiwa.
kawasan Asia Tenggara populasi Lansia Berdasarkan hasil pengkajian yang
sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada dilakukan oleh penulis di Balai Rehabilitasi
tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia Sosial Lanjut Usia (BRSLU) Gau Mabaji
meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada Gowa pada tanggal 2 Juni 2021 di dapatkan
tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 bahwa ada total 9 orang yang berada di
(7,4%) dari total populasi, sedangkan pada BRSLU dan semuanya mengalami berbagai
tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 sindrom geriatri serta 6 lansia diantaranya
(9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 mengeluh nyeri persendian khususnya pada
diperkirakan jumlah Lansia mencapai lututnya sehingga menggaggu dalam
28,800,000 (11,34%) dari total populasi. aktivitas dan mobilitas lansia.
Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun Nyeri sendi merupakan masalah
2020 diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80 yang umum dan signifikan diantara banyak
juta jiwa. (Kemenkes, 2020). masalah lainnya lansia yang sering
Adapun data jumlah lansia Di dikaitkan dengan kesehatan yang lebih
Indonesia berdasarkan Badan Pusat buruk karena gangguan fungsional yang
Statistik (BPS) tahun 2020 adalah sebesar lebih besar, kecacatan, depresi, demensia,
9,92% atau 26,82 juta jiwa dari total gangguan tidur, dan isolasi sosial. Nyeri
penduduk Indonesia. Sedangkan untuk bukanlah bagian dari penuaan, tetapi sering
jumlah lansia di provinsi Sulawesi Selatan dirasakan pada orang normal yang memiliki
adalah sebesar 9,52% jiwa. Di kabupaten usia lebih tua. Penelitian telah menunjukkan
Gowa tercatat jumlahpenduduk lansia sebanyak 50% orang dewasa yang lebih tua
sebanyak 9,41 % atau 8,91 ribu jiwa di yang tinggal di komunitas dan 45% hingga
tahun 2020.
80% mereka yang tinggal di panti jompo sindrom geriatri immobility dengan masalah
menderita masalah ini (Pany, 2019). nyeri”
Intervensi mandiri yang dapat
perawat lakukan untuk menurunkan
intensitas nyeri, yaitu salah satunya terapi METODE PENELITIAN
nonfarmakologi dengan memanfaatkan
Penelitian ini menggunakan desain
tanaman serai. Dalam buku Herbal
penelitian case study. Study kasus ini penulis
Indonesia disebutkan bahwa khasiat
tanaman serai mengandung minyak atsiri lakukan pada tanggal 2-5 Juni 2021 di Balai
yang memiliki sifat kimiawi dan efek Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (BRSLU)
farmakologi yaitu rasa pedas dan bersifat Gau Mabaji. Sampel dalam penelitian ini
adalah Ny.R. Alat ukur dalam case study ini
hangat sebagai anti radang (anti inflamasi)
adalah skala numerik (Numerical Scale
dan menghilangkan rasa sakit atau nyeri
Rating/NRS. Case study ini dilakukan dengan
yang bersifat analgetik serta melancarkan
metode observasi, wawancara, dan
sirkulasi darah, yang di indikasikan untuk
pemberian intervensi kompres hangat serai
menghilangkan nyeri otot dan nyeri sendi,
pada Ny.R selama 3 hari berturut-turut.
badan pegalinu dan sakit kepala (Hembing,
2007 dalam Yanti, 2018). HASIL DAN PEMBAHASAN
Hal ini juga dibuktikan dengan
penelitan yang telah dilakukan oleh 1. Analisis Kasus
Nurfitriani dan Tina Yuli Fatmawati pada Study kasus ini penulis lakukan
tahun 2020 yang menunjukan bahwa pada tanggal 2-5 Juni 2021 di Balai
pemberian kompres hangat serai Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia
memberikan pengaruh dalam penurunan (BRSLU) Gau Mabaji dengan total
skala nyeri pada lansia yang menderita lansia berjumlah 9 orang dan 6
penyakit reumathoid arthritis di PSTW diataranya mengalami sindrom geriatric
Jambi. Hasil penelitian ini juga sejalan immobility.
dengan penelitian yang dilakukankan oleh Penulis sendiri melakukan
Ridha Hidayat tahun 2019 yang pengkajian kepada Ny.R berumur 86
menunjukkan bahwa terjadi penurunan tahun yang mengalami sindrom geriatric
intensitas nyeri sebelum dan setelah immobility yang disebabkan karena
dilakukan kompres hangat serai hangat berbagai faktor salah satunya nyeri
pada lansia. persendian. Berdasarkan hasil
Kemudian diperkuat oleh penelitian wawancara klien mengatakan nyeri pada
Amelia Sarma dan Safitri Adinda Riska lutut, pinggang, dan bahunya sehingga
pada tahun 2020 yang menyimpulkan kesulitan untuk bergerak yang dirasakan
kompres hangat serai efektif dalam sejak 5 bulan yang lalu. Dari hasil
menurunkan skala nyeri pada lansia dan observasi penulis nampak lutut sebelah
bisa menjadi salah satu intervensi mandiri kiri klien tampak bengkak, terdengar
seorang perawat untuk mengurangi skala suara cracking pada kedua lutut klien
nyeri pada lansia yang mengalami dan terjadi kontraktur pada lutut sebelah
reumathoid arthritis. Berdasarkan uraian kiri dimana lutut sebelah kiri klien lebih
diatas, maka penulis merasa penting untuk pendek di banding lutut sebelah kanan,
menganalisis terkait “intervensi kompres kemudian dari hasil uji kekuatan otot
hangat serai pada lansia yang mengalami juga didapatkan bahwa klien mengalami
penurunan kekuatan otot dimana
ektremitas sebelah kiri yaitu kaki dan cracking. Hal ini sesuai dengan hasil
tangan hanya mampu terangkat sebentar pengkajian yang telah penulis lakukan
kemudian terjatuh (score 3) sedangkan terhadap Ny.R, dimana klien
ekstremitas sebelah kanan mampu menunjukkan tanda dan gejala tersebut.
terangkat namun tidak mampu melawan Diagnosis keperawatan utama pada
tekanan yang diberikan penulis (score 4). kasus ini adalah nyeri kronik. Masalah
Akibat dari kekuatan otot yang telah ini ditemukan penulis sejak hari pertama
menurun serta nyeri persendian yang dilakukan pengkajian. Klien mengatakan
alami, klien mengatakan sudah sering nyeri pada lututnya, pinggang, dan
terjatuh hingga 9 kali dalam beberapa bahunya sehingga kesulitan untuk
tahun terakhir dan terkadang hanya bergerak. Namun nyeri yang paling
berbaring selama berhari-hari karena sering dirasakan yaitu pada daerah
sudah tidak mampu bergerak. lututnya sebelah kiri, nyeri dirasakan
Hal ini sesuai dengan teori yang di seperti tertusuk-tusuk dengan skala 6
tuliskan oleh Dini AA (2013) dalam (sedang) dalam durasi 1-3 menit dan
jurnalnya bahwa imobility diartikan ilang timbul, nyeri dirasakan sejak 5
sebagai suatu kondisi tidak bulan yang lalu. Klien juga mengatakan
bergerak/tirah baring selama 3 hari atau sudah tidak mampu berjalan berdiri
lebih, dengan gerak anggota tubuh sehingga ketika ingin berpindah tempat
menghilang akibat perubahan fungsi klien berpegangan pada kursi kecil
fisiologis. Beberapa faktor fisik, kemudian merangkak secara perlahan.
psikologis, dan lingkungan bisa Oleh karena mobilitas klien dalam
mengakibatkan gangguan mobilisasi pemenuhan kebutuhan sehari-harinya
pada lansia. Penyebab utama imobilisasi menjadi terganggu.
yaitu adanya rasa nyeri, kelemahan, Dalam buku Standar Diagnosis
terjadi kekakuan otot, dan terjadi Keperawatan Indonesia tahun 2017
ketidakseimbangan. dituliskan bahwa nyeri kronik yaitu nyeri
Penyebab lain Ny.R mengalami yang dirasakan > 3 bulan dengan
sindrom Immobility adalah riwayat intensitas ringan sampai berat yang
penyakit reumathoid arthritis yang telah desebabkan oleh kerusakan jaringan
lama diderita oleh klien. Hal ini fungsional maupun aktual. Kondisi ini
berdasarkan hasil wawancara dengan sejalan dengan keluhan yang dialami
perawat BRSLU. Sejalan dengan teori oleh Ny.R.
yang dituliskan oleh Nurfitriani (2020) 2. Analisis Intervensi
bahwa Reumathoid Arthritis atau biasa Tindakan keperawatan utama yang
disebut rematik sering menampilkan penulis lakukan untuk mengatasi
tanda dan gejala gejala seperti berikut : masalah keperawatan nyeri kronik
Nyeri sendi, terutama ketika tubuh adalah dengan memberikan kompres
bergerak. Umumnya terjadi sendi hangat serai. Tindakan keperawatan
penopang beban tubuh, misalnya nonfarmakologi dapat menurunkan nyeri
panggul, tulang belakang serta lutut. dengan resiko yang lebih rendah untuk
Terjadinya kemerahan, peradangan nyeri klien serta tidak membutuhkan biaya
sendi dan bisa terjadi deformitas, rasa yang besar. Walaupun tindakan tersebut
nyeri bertambah hebat pada sendi bukan merupakan pengganti untuk obat-
pinggul, lutut dan jari jari pada saat obatan, namun tindakan ini
berpindah posisi dapat terdengar suara kemungkinan dapat mempersingkat
waktu nyeri yang dirasakan (smeltzer, karena kompres yang diberikan kurang
2013 dalam Hidayat, 2020). panas. Menurut asumsi penulis hal ini
Dalam penelitian yang dilakukan terjadi karena klien sudah terbiasa
oleh Aminurul Yuliastri pada tahun 2012 dengan suhu panas karena sebelumnya
menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh klien sering menggunakan hot krim. Hot
pengurangan nyeri pada nyeri sendi lutut krim adalah krim analgesik yang efektif
antara terapi panas dan terapi dingin pada untuk menurunkan nyeri otot dengan cepat,
subyek penelitian di posyandu lansia Desa namun memiliki efek samping yang
Nglangon Kelurahan Karang Tengah mungkin timbul seperti iritasi pada kulit
Sragen. Terapi panas lebih efektif dalam pada beberapa orang akibat reaksi alergi,
pengurangan nyeri pada sendi. Terapi panas diimana timbulnya rasa gatal, kemerahan,
merupakan pemberian aplikasi panas pada melepuh dan panas karena adanya kandung
tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut zat kimia didalamnya (Radhianie, 2017).
maupun kronis. Terapi ini efektif untuk Kompres hangat serai juga efektif
mengurangi nyeri yang berhubungan dengan guna mengurangi rasa nyeri, karena pada
ketegangan otot dan kekakuan sendi tanaman serai terkandung senyawa aktif
walaupun dapat juga dipergunakan untuk yang dapat meredahkan rasa nyeri serta
mengatasi berbagai jenis nyeri yang lain.
tanaman serai juga mempunyai
Sedangkan Terapi dingin adalah penggunaan
dingin dalam pengobatan trauma akut dan
kandungan enzim siklo-oksigenase yang
cedera subakut dan penurunan bisa mengurangi inflamasi pada
ketidaknyamanan setelah rekondisi dan penderita rheumatoid arthritis, selain itu
rehabilitation (Prentice, 2005 dalam serai juga mempunyai efek farmakologis
Yuliastri 2012). Sejalan dengan hal ini yakni adanya rasa pedas yang bersifat
penulis memilih kompres hangat dengan hangat. Dimana efek panas tersebut bisa
campuran serai untuk mengatasi nyeri mengurangi rasa nyeri, kaku sendi dan
kronik pada Ny.R. spasme otot, karenakan terjadi
Kompres hangat serai penulis vasodilatasi pembuluh darah (Hidayat
berikan selama 3 hari di setiap pagi hari 2020).
mulai tanggal 3-5 juni 2021. Dengan Pada hari ketiga penulis
media air hangat ±40̊ C yang telah di memberikan kompres air serai hangat
campur dengan serai geprek sebanyak 7 dengan suhu yang lebih tinggi (≥40 ̊C)
batang, dan durasi pemberian kompres sesuai dengan teori Kozier (2009) dalam
hangat serai 15-20 menit. Hasil evaluasi penelitian Isnawati (2018)
implementasi kompres hangat serai pada mengungkapkan suhu yang
hari pertama klien mengatakan merasa direkomendasikan untuk kompres hangat
nyaman dan nyeri lututnya sedikit adalah 37 ̊C-46 ̊C, tetapi yang perlu
berkurang. Hal ini sejalan dengan hasil diperhatikan adalah lama pemberian
study Nurfitriani (2020) terdapah kompres. Panas menyebabkan
pengaruh dalam pemberian kompres vasodilatasi maksimum dalam waktu
hangar serai terhadap penurunan skala 15-20 menit, melakukan kompres lebih
nyeri pada lansia penderita rheumatoid dari 20 menit akan mengakibatkan
arthritis di PSTW kota jambi. kongesti jaringan dan klien akan
Kemudian pada hari kedua penulis beresiko mengalami luka bakar karena
kembali melakukan kompres hangat pembuluh darah yang berkontriksi tidak
serai kepada Ny.R, namun hasil evaluasi mampu membuang panas secara adekuat
setelah dilakukan tindakan klien melalui sirkulasi darah.
mengatakan nyerinya tidak berkurang
Hasil evaluasi implementasi meningkatkan suplai oksigen ke
kompres hangat serai pada hari ke tiga jaringan, sel-sel tubuh mendapatkan
klien mengatakan ada perubahan dari oksigen sehingga dapat meredahkan rasa
sebelum dilakukan kompres hangat serai nyeri. Namun walaupun telah terjadi
dan setelah dilakukan kompres hangat penurunan skala nyeri selama 3 kali
serai, klien merasa lebih nyaman, nyeri implementasi penulis menyimpulkan
lututnya sedikit berkurang dari skala 6 masalah keperawatan belum teratasi
(sedang) menjadi skala 5 (sedang). Hasil karena klien masih merasakan nyeri, dan
study kasus ini sejalan dengan penelitian masih kesulitan untuk bergerak.
yang dilakukan Amelia Sarma & Syafitri Hal ini disebabkan karena riwayat
Adinda Riski pada tahun 2020 di penyakit kronik yang dimiliki klien yaitu
Posyandu Lansia Deli Serdang rheumatoid arthritis yang telah diderita
menunjukkan hasil efektifitas kompres sejak ±10 tahun yang lalu, serta faktor
hangat serai terhadap penurunan usia klien yang sudah berada pada tahap
intensitas nyeri pada lansia. Begitupun usia lanjut beresiko masalah kesehatan.
dalam penelitian lain yang dilakukan Sejalan dengan teori Potter & Perry
oleh Yurida Olviani & Erna Lidia Sari (2005) dalam Hidayat (2020)
tahun 2020 juga didapatkan hasil menuliskan bahwa faktor usia juga akan
perubahan skala nyeri setelah dilakukan mempengaruhi terhadap respon nyeri
kompres hangat serai pada lansia. seseorang, umur adalah variabel penting
Menurut Andriani (2016) dengan yang mempengaruhi nyeri, khususnya
memberikan perlakuan kompres serai pada pasien lansia, seorang lansia
hangat pada lanjut usia akan terjadi mempunyai resiko tinggi mengalami
penurunan intensitas nyeri, ini situasi–situasi yang membuat mereka
dikarenakan efek hangat pada serai akan merasakan nyeri karena sudah
meransang sistem effektor sehingga mengalami berbagai perubahan-
mengeluarkan signal yang akan perubahan pada sistem tubuh.
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi Selain intervensi utama yang telah
perifer. Perubahan ukuran pembuluh penulis lakukan yaitu kompres hangat
darah diatur oleh pusat vasomotor pada serai, penulis juga melakukan berbagai
medulla oblongata dari tangkai otak, intervensi keperawatan lainnya untuk
dibawah pengaruh hipotalamik bagian mengatasi masalah keperawatan klien
anterior sehingga terjadi vasodilatasi. khususnya yang terkait sindrom geriatric
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan Immobility. Adapun intervensi yang
aliran darah kesetiap jaringan khususnya telah penulis lakukan yaitu melatih
yang mengalami radang dan nyeri kekuatan otot Ny.R dengan memberikan
bertambah, sehingga terjadi penurunan latihan rentang gerak (ROM) pasif dan
nyeri sendi pada jaringan yang aktif untuk mengatasi diagnosis
meradang. keperawatan gangguan mobilitas fisik.
Asumsi peneliti sendiri adalah Intervensi ini penulis lakukan selama 3
adanya kandungan tanaman serai yakni hari di setiap pagi hari mulai tanggal 3-5
minyak atsiri yang mempunyai rasa juni 2021, namun hasil evaluasi setelah
pedas dan bersifat hangat sebagai anti dilakukan implementasi selama 3 hari
peradangan, sehingga dengan efek panas tidak terjadi peningkatan kekuatan otot
tersebut dapat memperlancar sirkulasi yang signifikan. Asumsi penulis hal ini
darah yang kemudian dapat disebabkan karena durasi pemberian
ROM cukup singkat karena hanya dengan memberikan terapi sederhana
dilakukan selama 3 hari sedangkan klien yaitu kompres hangat serai. Intervensi
Ny.R memiliki riwayat tirah baring yang ini mudah untuk dilakukan, tidak
cukup lama. membutuhkan biaya dan mudah
Selanjut penulis juga melakukan didapatkan sehingga klien dapat
intervensi keperawatan perawatan diri melakukannya secara mandiri untuk
untuk mengatasi deficit perawatan diri mengatasi masalah kesehatannya (Self
Ny.R, berdasarkan hasil pengkajian Care).
didapatkan klien mengatakan sudah lama Fokus utama konsep teori
tidak memotong kukunya, pakaian klien keperawatan ini agar pasien mampu
tampak bersih namun berbau pesing, untuk melakukan perawatan secara
begitupun dengan sprei kasur klien juga mandiri sehingga pasien mampu
berbau pesing. Setelah dilakukan mempertahankan dan tercapai
implementasi selama 3 hari di setiap kemampuaannya dalam peningkatan
pagi mulai tanggal 3-5 juni 2021, hasil kesehatan dan kesejahteraan hiduhp.
evaluasi didapatkan klien tampak bersih, Konsep ini memberikan landasan bagi
kuku kaki dan tangan tampak pendek, perawat nterkait pentingnya untuk
namun klien masih berbau pesing. Hal memanjdirikan pasien sesuai dengan
ini disebabkan karena kesulitan bergerak kemampuan dan tingkat
yang dialami klien sehingga terkadang ketergantungannya masing-masing, serta
klien BAK di ranjangnya. tidak menempatkan pasien pada posisi
Intervensi keperawatan terakhir dependen (Asmadi, 2005 dalam Risnah,
yang penulis lakukan adalah pencegahan 2020) (0,0%).
jatuh untuk mengatasi diagnosis 3. Alternatif Pemecahan Masalah
keperawatan risiko jatuh dengan Alternative pemecahan masalah atau
menganjurkan klien untuk melebarkan tindak lanjut yang dapat dilakukan
jarak kedua kakinya untuk mengkatkan terhadap Ny.R adalah dengan melakukan
keseimbangan ketika berdiri dan intervensi teknik relaksasi otot progresif.
memonitor kemampuan berpindah klien. Terapi latihan otot progresif merupakan
Hasil evaluasi setelah dilakukan salah satu terapi komplementer yang
implementasi keperawatan selama 3 hari mampu megurangi nyeri. Karena
di setiap pagi mulai tanggal 3-5 juni memang dalam terapi ini klien dilatih
2021 di dapatkan bahwa Faktor risiko untuk bisa konsetrasi, mengatur
tidak terjadi karena selama dilakukan pernafsan dan menjaga agar bisa dalam
implementasi keperawatan Ny.R tidak kondisi relaksasi (Ayu, 2020).
pernah terjatuh. Pengaturan pernafasan akan
Model konsep keperawatan orem membuat tubuh klien mampu menghirup
“Selft Care” penulis terapkan dalam oksigen sebanyak mungkin dan
melakukan asuhan keperawatan pada mengeluarkan CO2. Dalam kondisi ini
pasien lansia yang mengalami sindrom tubuh klien akan mengalami perfusi yang
geriatric immobility dimana pasien adekuat. Bisa mengantarakan suplai
memiliki keterbatasan dalam pergerakan darah yang cukup ke dalam sel. Sehingga
dan perawatan dirinya (Self care deficit) dapat memberikan kalori dan oksigen
akibat nyeri persendian, sehingga penulis yang pada akhirnya sumber tenaga akan
menentukan dan memberikan perawatan cukup. Dalam kondisi ini klien bisa
secara terapeutik (nursing system)
mengobati nyerinya sendiri dan sindrom geriatric immobility disebabkan
memperbaiki sel yang rusak (Eno, 2020). karena nyeri persendian.
Terapi otot progresif harus 2. Diagnosis keperawatan Ny.R dengan
dilakukan saat klien merasa santai atau sindom geriatric immobility di BRSLU
rileks. Dengan kondisi relaksasi maka Gau Mabaji, yaitu :
semua otot klien akan berkurang a) Nyeri Kronik b/d kondisi
ketegangannya. Sehingga bisa muskuloskeletal kronik
menurunkan saraf simpatis dan lebih b) Gangguan Mobilitas Fisik b/d nyeri,
mengaktifkan parasimpatis. Saat inilah kekakuan sendi, penurunan
sekresi ketokolamin dan kortisol akan kekuatan otot, dan gangguan
berkurang dan lebih banyak mensekresi muskuluskeletal
endorfin. Releasenya endorfin didalam c) Defisit perawatan diri b/d
tubuh akan membuat nyeri hilang, kelemahan dan gangguan
memberikan perasaan bahagia dan musculoskeletal
semua sel bisa memperbaiki d) Risiko Jatuh b/d kekuatan otot
kerusakannya (Susanto, 2018). menurun
Dalam penelitian Nurhidayati dan e) Risiko Ketidakberdayaan b/d kurang
Eno Wijaya pada tahun 2019 dukungan sosial
disimpulkan bahwa setelah dilakukan 3. Intervensi keperawatan pada Ny.R
terapi relaksasi otot progresif pada lansia dengan sindom geriatric immobility di
yang mengalami nyeri sendi kronik BRSLU Gau Mabaji Gowa, yaitu :
hasilnya menunjukan penurunan dari a) Manajemen nyeri : kompres hangat
skala nyeri sedang turun menjadi skala serai
nyeri ringan. Terapi relaksasi otot b) Dukungan mobilisasi
progresif mampu menurunkan nyeri c) Perawatan diri
sendi yang dialami lansia. Hasil d) Pencegahan jatuh
penelitian ini sejalan dengan penelitian 4. Implementasi keperawatan pada Ny.R
yang dilakukan oleh Eva Dwi Ramayanti dengan sindom geriatric immobility di
tahun 2021 yang menunjukkan bahwa BRSLU Gau Mabaji Gowa dilakukan
terapi relaksasi otot progresif secara selama 3x24 jam, dan semua intervensi
signifikan dapat menurunkan tingkat telah diimplementasikan kepada Ny.R.
nyeri pada lansia. Berdasarkan uraian 5. Hasil Evaluasi keperawatan pada Ny.R
diatas penulis penulis dengan sindom geriatric immobility di
merekomendasikan terapi relaksasi otot BRSLU Gau Mabaji Gowa di dapatkan
progresif sebagai alternatif pemecahan bahwa diagnosis keperawatan nyeri
masalah atau tindak lanjut dari masalah kronik, gangguan mobilisasi, dan deficit
nyeri sendi. perawatan diri hasilnya belum teratasi.
Sedangkan diagnosis keperawatan risko
KESIMPULAN jatuh hasilnya faktor resiko tidak terjadi
6. Hasil analisis intervensi didapatkan
Berdasarkan hasil studi kasus yang bahwa ada pengaruh kompres hangat
telah dilakukan penulis dapat disimpulkan serai pada lansia yang mengalami
bahwa : sindrom geriatri immobility dengan
1. Hasil pengkajian yang dilakukan masalah nyeri.
terhadap Ny.R di BRSLU Gau Mabaji
didapatkan bahwa Ny.R mengalami DAFTAR PUSTAKA
Nurfitriani & Tina Yuli Fatmawati. 2020.
Al-Qur’anul Karim Dan Terjemahannya. Pengaruh Konpres hangat Serai
Kementrian Agama RI : 2019 Terhadap Intensitas Nyeri Arthritis
Abdillah, Awaluddin Jahid. 2020. Rheumathoid Pada Lanjut Usia Di
Pengaruh Back Massage Terapi PSTW Budi Luhur. P-ISSN :2302-
Terhadap Penurunan Nyeri Reumatik 8416 E-ISSN: 2654-2552
Pada Lansia. Doi: Perry, P. 2009. Buku Ajar Fundamental
Http://Dx.Doi.Org/10.38165/Jk. E- Keperawatan: Konsep, Proses,
Issn: 2721-9518 P-Issn: 2088-0278 Praktik.
Adelina, Saputri, 2019. Asuhan PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Keperawatan Keluarga Dengan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Terapi Kompres Hangat Rebusan Keperawata, Edisi 1. Jakarta: DPP
Serai untuk Mengurangi Nyeri Pada PPNI
Ny.L dengan Arthritis Reumathoid Di PPNI. 2017. Standar Diagnosis
Jorong Solok Baruah Nagari Salo Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Indikator Diagnostik, Edisi III.
Skripsi : STIKES Perintis Padang Jakarta: DPP PPNI
Adriani, Marlina. 2016. Pengaruh Kompres PPNI. 2018. Standar Intervensi
Hangat Serai Terhadap Penurunan Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Intensitas Nyeri Rheumathoid Tindakan Keperawatan, Edisi II.
Arthritis Pada Lanjut Usia. ISSN: Jakarta: DPP PPNI
1979-9292 E-ISSN: 2460-5611 Ramayanti, Eva Dwi, dkk. Terapi
Dini, A.A. 2013. Sindrom Geriatric Relaksasi Otot Progresif
(Imobilitas, Instabilitas, Gangguan Berpengaruh Terhadap Tingkat Nyeri
Intelektual, Inkontinensia, Infeksi, Sendi Pada Lansia. E-ISSN 2549-
Malnutrisi, Gangguan Pendengaran). 8118; P-ISSN 2085-1049
Med.Unila,1(3):117-127 Riskesdas. 2018. Lapaoran Nasional
Hembing, w. 2007. Atasi Asam Urat dan Riskesdas 2018 Kementrian Ri.
Rematik ala Hembing. Jakarta : Wijaya, Tri. (2020). Penerapan Terapi
Puspaswara Relaksasi Otot Progresif Dalam
Hidayat & Napitaliu. 2015. Pemanfaatan Menurunkan Skala Nyeri Sendi
tumbuhan Berkhasiat Obat Oleh Lansia. e-ISSN: 2723-8067
Masyarakat Sekitar Cagor Alam World Health Organization (WHO).
Gunung Simpang, Jawa Barat. In Musculoskeletal Conditions (Who.Int)
Prosiding Seminar Nasional Yepi. 2017. Efektifitas Terapi Kompres
Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Hangat Serai Dengan Kompres
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id Dingin Terhadap Tingkat Nyeri
Hidayat, Ridha. 2020. Efektifitas Kompres Lansia Yang Mengalami
Serai Hangat Terhadap Penurunan Osteoarthritis.
Skala Nyeri arthritis Rheumathoid Yulianti. 2015. Laporan Pendahuluan
Pada Lansia Di Desa Naumbai Gerontology “Geriatric Syndrome”.
Wilayah Kerja Puskesmas Kampar. Universitas Brawijaya Malang
ISSN 2580-2194 Yuliastri, Aminurul. 2012. Pengaruh
Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik. Kompres Panas Dan Kompres Dingin
Jakarta : ECG Terhadap Pengurangan Nyeri Pada
Osteoarthritis Sendi Lutut.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Yurida Olviani & Erna Lidia. 2018.
Pengaruh Kompres Hangat Rebusan
Air Serai Terhadap Penurunan Nyeri
Arthritis Rheumatoid pada Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Banjar Baru Provinsi
Kalimantan selatan. (ISSN: 2086-3454
E-ISSN: 2549-4058).

Anda mungkin juga menyukai