Anda di halaman 1dari 41

GAMBARAN UMUR, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASA TUBUH PADA

PASIEN LOW BACK PAIN DI POLIKLINIK REHABILITASI MEDIK RSPAD


GATOT SOEBROTO PERIODE BULAN FEBRUARI 2019

PROPOSAL SKRIPSI

Di Susun oleh :

IDA NURDIANINGSIH
20180301124

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Low back pain(LBP) merupakan nyeri pada punggung bagian bawah,

bukan merupakan penyakit atau diagnosis untuk suatu penyakit namun

merupakan nyeri yang dirasakan di area yang tertekan bervariasi lama terjadinya

nyeri. Low back pain(LBP) adalah suatu pengalaman sendorik dan emosional

yang tidak menyenangkan di daerah antara vertebra thorakal 12 sampai dengan

bagian bawah pinggul atau lubang dubur yang timbul akibat adanya potensi

kerusakan ataupun adanya kerusakan jaringan antara lain : dermis pembulug

darah, fasia, muskulus, tendon, cartilage, tulang, ligament, intra artikuler

meniscus, dan bursa (WHO, 2013)

Low back painmerupakan masalah kesehatan dunia yang sangat umum.

Nyeri punggung merupakan nyeri musculoskeletal yang banyak di keluhkan oleh

masyarakat. Nyeri punggung memang tidak menyebabkan kematian, tetapi

individu yang mengalaminya menjadi tidak produktif.Beberapa dampak LBP

dapat berupa spasme otot sehingga menyebabkan nyeri yang sangat berat dan

dapat menyebabkan disabilitas tulang punggung. Nyeri punggung bawah banyak

dikeluhkan oleh tenaga kesehatan dengan prevalensi di Negara barat 36,2 –

57,9% dan di Negara asia 36,8 – 69,7%(Perioperatif, 2015)


Menurut WHO Low back pain (LBP) dialami hampir oleh setiap orang

selama hidupnya. Di Negara barat kejadian LBP telah mencapai proporsi

epidemik. Prevalensi kejadian low back pain di dunia menunjukkan bahwa 33%

penduduk di negara berkembang nyeri persisten. Di Inggris sekitar 17,3 juta

orang pernah mengalami nyeri punggung dan dari jumlah tersebut sekitar 1,1

juta orang mengalami kelumpuhan yang diakibatkan oleh nyeri punggung. 26%

orang dewasa Amerika dilaporkan mengalami LBP setidaknya satu hari dalam

durasi tiga bulan. Data epidemiologi mengenai Low back pain di Indonesia

belum ada, namun insiden berdasarkan kunjungan pasien beberapa rumah sakit

di Indonesia berkisar antara 3-17%(Harahap, 2018).

Berdasarkan hasil riset studi pada 9.482 warga dalam usia produktif

bekerja di 12 Kabupaten/kota di Indonesia sebagian besar berupa penyakit LBP

(16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (6%), gangguan pernafasan

(3%),dan penyakit THT (1,5%)(Harwanti, 2018). Data ini menunjukakan bahwa

penyakit LBP paling banyak dialami oleh pekerja. Data epidemiologi Jawa

Tengah melaporkan dari kunjungan pasien di beberapa rumah sakit terdapat

sekitar 40% orang mengalami LBP (Purnamasari H., Untung Gunarso, 2010)

Faktor penyebab Low back pain salah satunya adalah gangguan otot akan

diperberat oleh situasi tertentu misalnya posisi duduk yang tidak benar, umur,

jenis kelamin, Indeks Masa Tubuh (IMT) yang overweight, postur tubuh serta

kursi yang tidak ergonomis. Tekanan antara ruas tulang belakang akan

meningkat pada saat duduk, seperti cara duduk dikendaraan dimana ada getaran,
dan seorang tidak siap untuk mengubah sikap duduknya. Faktor lain yang

menyebabkan keluhan gangguan otot maka posisi duduk yang tidak benarlah

faktor paling banyak ditemukan. Posisi duduk yang tidak alamiah atau tidak

ergonomis akan menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan)

pada otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan. Posisi duduk baik tegak

maupun membungkuk dalam jangka waktu lebih dari 30 menit dapat

mengakibatkan gangguan pada otot(Hadyan, 2015).

Menurut penelitian Widjaya., et al didapatkan hasil bahwa ada hubungan

antara umur dengan kejadian low back pain. Peningkatan frekuensi kejadian low

back painseiring dengan peningkatan umur berhubungan dengan proses penuaan.

Sejalan dengan meningkatnya umur akan terjadi degenerasi pada tulang. Pada

umur 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian

jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan

stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Jadi semakin tua seseorang,

semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas

pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya gejala gangguan musculoskeletal.

Keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada umur kerja yaitu 25-65 tahun

(Widjaya, 2015).

Menurut penelitian Widjaya., et al didapatkan hasil ada hubungan antara

overweight dengan kejadian low back pain. Kelebihan berat badan dan lemak

akan disalurkan ke daerah perut yang berarti kerja lumbal akan bertambah. Saat

berat badan bertambah tulang belakang akan tertekan untuk menahan beban
tersebut sehingga mudah terjadi kerusakan struktur tulang dan bahaya bagi

tulang belakang. Daerah yang paling berbahaya adalah daerah vertebra lumba

yang dapat menyebabkan LBP. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya

fleksibilitas rendah dari tulang belakang dan meningkatnya kekakuan pada

bagian punggung (Widjaya, 2015).

Menurut Penelitian Sekar Mira Wulandari (2013bahwa faktor yang

mempengaruhi terjadinya Low Back Pain (LBP) salah satunya adalah jenis

kelamin (Sekar, 2013). Faktor jenis kelamin dan hormonal seseorang juga dapat

mempengaruhi timbulnya low back pain. Jenis kelamin perempuan lebih sering

mengalami low back paindibandingkan jenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat

dikarenakan adanya faktor dari hormon estrogen yang berperan. Kehamilan,

penggunaan kontrasepsi dan menopause yang terjadi pada perempuan

mempengaruhi peningkatan dan penurunan dari kadar estrogen. Peningkatan

estrogen pada proses kehamilan dan penggunaan kontrasepsi menyebabkan

terjadinya peningkatan hormon relaxin. Meningkatnya kadar hormon relaxin

dapat menyebabkan terjadinya kelemahan pada sendi dan ligamen khususnya

pada daerah pinggang. Selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan

kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga

memungkinkan terjadinya low back pain.Didalam teori menyebutkan

kemampuan otot perempuan lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan otot

laki-laki(Sekar, 2013).
Rumah sakit adalah sebuah institusi kesehatan professional yang

didalamnya terdapat pelayanan kesehatan yang disediakan oleh dokter, perawat

dan tenaga kesehatan lainnya(Jais, 2018). Begitu pula RSPAD Gatot Soebroto

merupakan rumah sakit rujukan tertinggi, TNI dan Umum dengan jumlah pasien

khususnya pasien low back painyang banyak setiap tahunnya bahkan bertambah

jumlah tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari total kunjungan

pelayanan rawat jalan di Poli Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto,

prevalensi pasien dengan diagnosa low back painpada tahun 2017 berjumlah

13,8% dari total kunjungan pasien, adapun kenaikan jumlah pasien ditahun 2018

sebanyak 16,25% dari total kunjungan pasien dan terus meningkat pada tahun

2019 sebesar 17,4% dari total kunjungan pasien.Berdasarkan hasil wawancara

dengan petugas di Poli Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebrotodidapatkan

bahwa dampak yang dialami oleh pasien dengan keluhan low back pain ini

diantaranya kesulitan beraktivitas normal sehingga memerlukan istirahat dari

pekerjaannya sehingga harus diberikan surat izin sakit. Data yang digunakan

dalam penelitian ini diambil di bulan yang paling tinggi jumlah kasus low back

pain dari bulan – bulan yang lain yaitu bulan Februari 2019 dengan total kasus

mencapai 90 kunjungan.

Berdasarkan dengan data di atas tentang meningkatnya kunjungan pasien

low back painmaka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Gambaran

Umur dan Indeks Masa Tubuh pada Pasien Low back pain di Poliklinik

Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode Bulan Februari 2019.


1.2 Rumusan Masalah

Tingginya jumlah pasien low back painselama 3 tahun terakhir dan terus

mengalami peningkatandi Poli Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot

Soebrotodimanapada tahun 2017 berjumlah 13,8% dari total kunjungan pasien,

kemudian mengalami kenaikantahun 2018sebanyak 16,25% dari total kunjungan

pasien dan terus meningkat pada tahun 2019 sebesar 17,4% dari total kunjungan

pasien. Keluhan low back pain ini berdampak pada pasien diantaranya kesulitan

beraktivitas normal sehingga memerlukan istirahat dari pekerjaannya sehingga

harus diberikan surat izin sakit. Dari data di atas maka penulis tertarik untuk

meneliti Gambaran Umur, Jenis Kelamin dan Indeks Masa Tubuh pada Pasien

Low back pain di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode

Bulan Februari 2019.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana Gambaran Umur, Jenis Kelamin dan Indeks Masa Tubuh

pada Pasien Low back pain di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSPAD

Gatot Soebroto Periode Bulan Februari 2019.

2. Bagaimana gambaran umurpada Pasien Low back pain di Poliklinik

Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode Bulan Februari 2019

3. Bagaimana gambaran jenis kelaminpada Pasien Low back pain di

Poliklinik Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode Bulan

Februari 2019
4. Bagaimana gambaran indeks masa tubuh pada Pasien Low back pain di

Poliklinik Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode Bulan

Februari 2019

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Umur, Jenis Kelamin dan Indeks Masa Tubuh

pada Pasien Low back paindi Poliklinik Rehabilitasi Medik RSPAD

Gatot Soebroto Periode Bulan Februari 2019.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran umurpada Pasien Low back paindi Poliklinik

Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode Bulan Februari

2019

2. Mengetahui gambaran indeks masa tubuh pada Pasien Low back

paindi Poliklinik Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode

Bulan Februari 2019

3. Mengetahui gambaran jenis kelaminpada Pasien Low back paindi

Poliklinik Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode Bulan

Februari 2019

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat bagi Poli Rehab Medik RSPAD Gatot Soebroto


Sebagai salah satu acuan, masukan, tambahan kepada manajemen rumah

sakit tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian low back

paindi Poliklinik Rehabilitasi Medik dalam rangka meningkatkan

optimalisasi pelayanan rumah sakit.

1.5.2 Manfaat bagi Prodi Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan acuan untuk

menambah pengetahuan Mahasiswa dan akademik yang berkaitan

dengan pengaruh Low back pain di rumah sakit.

1.5.3 Manfaat bagi Peneliti

1. Penelitian ini akan menjadi salah satu bahan informasi dan

pengetahuan pada mahasiswa tentang pengaruh Low back pain

sehingga memberikan motivasi untuk melayani pasien tersebut

dengan sangat baik.

2. Sebagai sumber data dasar dalam mengembangkan penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh Low back pain di rumah

sakit.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan ingin melihat gambaran umur, jenis kelamin dan

indeks masa tubuh pada pasien low back pain di poliklinik rehabilitasi medik

RSPAD gatot soebroto periode bulan Februari 2019.Penelitian ini akan

dilakukan di Poli Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian


inidimulai dari bulan Januari sampai bulan September tahun 2020.Subjek yang

diteliti adalah pasien dengan kasus baru (bukan kujungan ulang) di Poliklinik

Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode Bulan Februari 2019.

Penelitian ini dilakukan karena dalam kurun 3 tahun terjadi peningkatan jumlah

pasien low back paindari total kunjungan pelayanan rawat jalan di Poli

Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto. Jenis penelitian ini adalah

observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Adapun variabel

yang digunakan adalah umur, jenis kelamindan indeks masa tubuh. Data yang

digunakan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari hasil rekam medik

RSPAD gatot soebroto.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Low back pain

2.1.1 Pengertian Low back pain

Menurut WHO Low back pain (LBP) merupakan nyeri pada

punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit atau diagnosis

untuk suatu penyakit namun merupakan nyeri yang dirasakan di area

yang tertekan bervariasi lama terjadinya nyeri. Low back pain merupakan

nyeri di sekitaran lumbosacral dan sakroiliakal yang menjalar sampai

tungkai serta kaki(WHO, 2015)

Low back pain (LBP) adalah sensasi pada punggung bawah

mengacu pada rasa nyeri atau sakit di mana pun di daerah antara tulang

rusuk bawah dan di atas kaki. Rasa nyeri pada punggung bawah akibat

dari cidera atau ketegangan otot, atau bisa juga disebabkan oleh kondisi

yang lebih spesifik, seperti herniated disc(Tarwaka, 2015)

Low back pain adalah nyeri di sekitar lumbosakral dan

sakroiliakal yang disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki. Mobilitas

punggung bawah yang sangat tinggi, berfungsi sebagai menyangga beban

tubuh dan sekaligus berdekatan dengan jaringan lain yaitu traktus

digestivus dan traktus urinarius yang bila mengalami perubahan

patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah

punggung bawah (Harsono, 2015).


Dari berbagai pengertian diatas, disimpulkan bahwa Low back

pain (LBP) merupakan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,

dapat merupakan nyeri local maupun nyeri radikuler atau keduanya.

Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah

yaitu di daerah lumbal atau lumbosacral dan sering disertai dengan

penjalaran nyeri kea rah tungkai dan kaki.

2.1.2 Klasifikasi Low back pain

Klasifikasi Low back pain (LBP) Internasional Association for the Study

ofPain membagi low back pain ke dalam:

1. Low back pain akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.

2. LowBack Pain kronik, telah dirasakan sekurangnya 3 bulan.

3. Low back pain subakut telah dirasakan minimal 5-7 minggu, tetapi

tidak lebih dari 12 minggu. (Yuliana, 2011)

2.1.3 Etiologi

a. Diskogenik Sindroma radikuler

Low back pain disebabkan oleh suatu hernia nucleus pulposus yang

merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam

bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nucleus pulposus dan

keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks.Lokalisasinya

paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada
daerah torakal. Nucleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang

dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade

ketiga, gel dari nucleus pulposus hanya mengandung 90% air dan akan

menyusut terus sampai dekade keempat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi

dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan

molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian

luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada

trauma yang berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik

secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular dapat

menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan

berkurangnya nutrisi dan hidrasi nucleus. Perpaduan robekan secara

melingkar dan radial menyebabkan massa nucleus berpindah keluar

dari annulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi

ataupun kompresi akar saraf (Cohen, Steven P., 2007)

b. Non-diskogenik

Low back pain penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada

serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n.iskiadikus dan bisa

disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis,

yang mengiritasi n.iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus

lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai

sepanjang jalannya n. iskiadikus/ neuritis n. iskiadikus (Cohen, Steven

P., 2007)
2.1.4 Pemeriksaan Low back pain

Menurut Utami beberapa hal yang harus dilakukan pada pemeriksaan

LBP adalah

1. Inspeksi

a. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya

angulasi, pelvis yang miring atau asimetris, muskular

paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang

abnormal

b. Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah

ada hambatan selama melakukan gerakan

c. Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian,

apakah ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas

d. Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun

berbaring dan bangun dari berbaring

e. Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi,

pembengkakan, perubahan warna kulit

(Utami, G. T., & Utami, 2015)

2. Palpasi dan perkusi


Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya

paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang

terasa paling nyeri. Ketika meraba kolumna vertebralis seyogyanya

dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau anterior –

posterior (Utami, G. T., & Utami, 2015)

3. Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus

nyeri pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf

atau karena sebab yang lain (Utami, G. T., & Utami, 2015).

a. Pemeriksaan sensorik.

Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada

salah satu saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya

gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan

demikian segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan

sensorik ini meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa

suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila ada kelainan maka

tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana

yang terganggu

b. Pemeriksaan motorik

Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka

segmen mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang


mengenai segmen L4 maka m. tibialis anterior akan menurun

kekuatannya. Pemeriksaan yang dilakukan :

1) Kekuatan Fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah,

kaki, ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh penderita

melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, sementara

pemeriksaan menahan gerakan tadi.

2) Perhatikan atrofiotot

3) Perlu perhatikan adanya fasikulasi (kontraksi involunter yang

bersifat halus) pada otot – otot tertentu

c. Pemeriksaan reflek

Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi

motor neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada

nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon

dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang

1) Refleks lutut/patela: lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat

berbaring atau duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patela

dipukul dengan palu refleks. Apabila ada reaksi ekstensi

tungkai bawah, maka refleks patela postitif. Pada HNP lateral

di L4-L5, refleksi ini negatif.

2) Refleks tumit/achiles: penderita dalam posisi berbaring, lutut

dalam posisi fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai yang

satunya, dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi


ringan, kemudian tendo achiles dipukul. Apabila terjadi

gerakan plantar fleksi maka refleks achiles positif. Pada HNP

lateral L5-S1, refleksi ini negatif.

Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu

menegakkan diagnosa LBP antara lain (Todingan, 2015)

1) Tes Laseque(straight leg raising)

Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap

lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri punggung

dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada

sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.

2) Tes Bragard

Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama

seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki. Bila nyeri

punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan

dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat

sampai ujung kaki.

3) Tes Sicard

Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari

kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka

nyeri akandirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari

pantat sampai ujung kaki.

4) Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki diletakkan

pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan

pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri,

maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya

coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua kaki.

5) Tes Kontra Patrick

Tes kontra patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama

halnya dengan melakukan tes patrick akan tetapi kaki dirotasi

kedalam (internal). Tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki

dan bagian lateral dari lutut. Setelah itu lakukan penekanan pada

sendi lutut ke rotasi dalam. Apabila nyeri timbul (+) menunjukkan

sumber nyeri di sacroiliaka.

6) Tes Valsalva

Pasien disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup

sekuatkuatnya. Hasil positif pada hernia nukleus pulposus (HNP).

2.1.5 Faktor Risiko Low back pain

Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya low back painyaitu

sebagai berikut:

a. Faktor individu

1) Umur
Umur merupakan salah satu faktor utama yang

mendukung terjadinya low back pain. LBP biasanya di derita oleh

orang berumur lanjut dikarenakan adanya penurunan fungsi-

fungsi tubuhnya terutama tulang sehingga tidak lagi elastis seperti

diwaktu muda(Todingan, 2015).

Umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada

umur kerja yaitu 25-65. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada

umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan

dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur

setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun

setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun

sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat (Tarwaka,

2015).

Umur merupakan faktor yang memperberat terjadinya

NPB, sehingga biasanya diderita oleh orang berumur lanjut

karena penurunan fungsifungsi tubuhnya terutama tulangnya

sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Penelitian telah

memperlihatkan bahwa risiko dari nyeri punggung bawah

meningkat pada pasien yang semakin tua, tetapi ketika mencapai

umur sekitar 65 tahun risiko akan berhenti meningkat. Tetapi saat

ini sering ditemukan orang berumur muda sudah terkena nyeri

punggung bawah. Bahkan anak-anak dan remaja saat ini semakin


berisiko mengalami nyeri punggung. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa rata-rata umur pekerja kelompok intervensi

yang mengalami nyeri punggung bawah adalah umur 45 tahun

dan umur rata-rata pekerja pada kelompok kontrol yang

mengalami skala nyeri adalah umur 35 tahun. low back pain

menyerang perempuan dan laki-laki sama banyak dan serangan

biasanya terjadi pada umur 30-50 tahun. low back pain juga dapat

terjadi pada lansia, diskus intervebralis akan mengalami

perubahan sifat ketika umur bertambah tua (Nurlis, 2014).

Hasil penelitianHendy pada pasien poli saraf Rsud Prof.

Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dari 90 pasien LBP yang

diteliti diperoleh data bahwa sebagian besar berusia > 54 Tahun

(63,3%)(Purnamasari, 2010). Hasil penelitian(Sutardi,

2017)didapatkan karakteristik responden dengan low back pain

menurut umur yaitu umur >30 tahun sebanyak 45 orang (77,9%)

dan umur <30 sebanyak 23 orang (22,1%). Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden dengan low back painberumur

> 30 tahun.

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin yaitu tanda biologis yang membedakan

manumur berdasarkan kelompok laki - laki dan perempuan. Jenis


kelamin mengacu pada seseorang berperilaku dan mencerminkan

penampilan sesuai dengan jenis kelaminnya(Notoatmodjo, 2018)

Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita

daripada laki-laki. Secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih

rendah daripada pria. Selain itu, wanita dengan umur kisaran 41-

50 yang mulai memasuki masa menopause terjadi penurunan

hormon estrogen yang mengakibatkan kepadatan tulang

berkurang sehingga berisiko terjadinya LBP (Alhalabi, M. S.,

Alhaleeb, H. & Madani, 2015).

Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama

terhadap keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun

pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi

timbulnya keluhan LBP, karena pada wanita keluhan ini sering

terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu

proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang

berkurang akibat penurunan hormone estrogen, sehingga

memungkinkan terjadinya LBP (Kurnawidjaja, 2014).

Hasil penelitianHendy pada pasien poli saraf Rsud Prof.

Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dari 90 pasien LBP yang

diteliti diperoleh data yaitu Jumlah pasien LBP terbanyak pada

jenis kelamin perempuan sebesar 60,98%. Hasil penelitian(Putra,

2015)didapatkan proporsi terbanyak responden denganlow back


painyaitu responden dengan responden jenis kelamin perempuan

sebanyak 50 responden (75,8%) dan untuk jenis kelamin laki-laki

hanya sebanyak 16 responden (24,2%).

3) Indeks masa tubuh (IMT)

Indeks masa tubuh (IMT) dapat digunakan sebagai indikator

kondisi status gizi. Dihitung dengan rumus IMT = Berat badan

(dalam kg) : Tinggi badan (dalam m)²(Delitto A, 2012)

a) Untuk perempuan

Rentang nilai indeks massa tubuh untuk perempuan dewasa

sebagai berikut:

1) Kurus: < 17 kg/m²

2) Normal: 17 – 23 kg/m²

3) Kegemukan: 23 – 27 kg/m²

4) Obesitas: > 27 kg/m²

b) Untuk laki-laki

Rentang nilai indeks massa tubuh untuk laki-laki dewasa

adalah sebagai berikut:

1) Kurus: < 18 kg/m²

2) Normal: 18 – 25 kg/m²

3) Kegemukan: 25 – 27 kg/m²

4) Obesitas: > 27 kg/m²


Seseorang yang memiliki IMT ≥ 30 akan lebih rentan

terkena LBP. IMT berkaitan erat dengan berat badan. Semakin

meningkat berat badan, maka beban tubuh juga semakin

bertambah. Tulang belakang akan semakin tertekan sehingga

mudah terjadi kerusakan pada struktur tulang belakang, dan lebih

berisiko untuk terjadinya trauma dan rasa 21 nyeri (Alhalabi, M.

S., Alhaleeb, H. & Madani, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian(Sutardi, 2017)Karakteristik

responden dengan low back pain menurut IMT didapatkan IMT

17-23 sebanyak 27 orang (39,7%) dan IMT >23 sebanyak 41

orang (60,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki IMT >23. Hasil penelitian (Setyaningrum,

2014)Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta, dari 51 responden yang

diteliti diperoleh data bahwa sebagian besar responden yang

mengalami low back pain adalah overweight yaitu sebanyak 51%.

b. Faktor lingkungan

Ada dua faktor lingkungan yang menyebabkan risiko low back pain,

yaitu sebagai berikut:

1) Pekerjaan

a) Posisi tubuh saat bekerja

(1) Duduk dan berdiri terlalu lama Postur duduk dan berdiri

terlalu lama dapat berisiko terjadinya LBP. Pada postur tubuh


duduk menurunkan lumbal lordosis dan meningkatkan aktivitas

otot punggung bawah, tekanan cakram, dan tekanan pada ischium

yang terkait dengan perkembangannya dari LBP. Postur duduk

dalam waktu lama mengakibatkan tulang berada pada posisi

statis, sehingga tulang menjadi lebih kaku karena kurangnya

intensitas pergerakan tulang. Tulang yang kaku meningkatkan

risiko pegal, nyeri, dan gangguan pada tulang. Sedangkan, sikap

berdiri dalam waktu lama juga akan menyebabkan terjadinya

beban kerja statis pada otot punggung dan kaki. Kondisi tersebut

juga menyebabkan mengumpulnya darah pada anggota tubuh

bagian bawah sehingga berisiko menyebabkan nyeri pada bagian

punggung serta kaki (Septadina IS, 2014).

(2) Membungkuk Posisi membungkuk akan meregangkan jarak

antara tulang-tulang pinggang. Hal ini dapat menyebabkan cedera

pada tulang hingga menyebabkan nyeri punggung jika posisi

membungkuk dalam jangka waktu yang lama (Septadina IS,

2014)

(3) Beban Kerja Beban kerja berlebih pada tulang menyebabkan

cedera maupun trauma pada jaringan lunak, sehingga terasa nyeri

pada tulang belakang, termasuk nyeri di daerah pinggang

(Septadina IS, 2014)


Pekerjaan yang berisiko menimbulkan LBP antara lain

pekerjaan yang memiliki jam kerja panjang dan mengharuskan

karyawannya untuk duduk dalam waktu yang lama pada posisi

duduk tertentu (Pirade, A., Angliadi, E., Sengkey, 2013).

2) Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak,

seperti ketika tangan harus memegang alat, maka jaringan otot

tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung di pegangan

alat, apabila sering terjadi dapat menyebabkan nyeri otot yang

menetap(Andini, 2015).

3) Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi

otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran

darah tidak lancer, sehingga penimbunan asam laktat meningkat

dan akhirnya timbul rasa nyeri otot(Andini, 2015).

4) Akses terhadap pelayanan kesehatan

Menurut Anasab (2015), pelayanan kesehatan dapat dijangkau

apabila tersedia akses pelayanan yang baik atau dengan kata lain,

semakin baik akses ke pelayanan kesehatan maka makin cepat,

mudah, aman dan nyaman untuk sesorang mendapatkan

pelayanan kesehatan tersebut.


2.2Patofisiologi LBP

Pada kasus LBP mekanik, aktivasi nosireseptor disebabkan oleh rangsang

mekanik, yaitu penggunaan otot yang berlebihan. Hai ini dapat terjadi pada saat

tubuh dipertahankan dalam posisi statis atau postur yang salah untuk jangka

waktu yang cukup lama di mana otot di daerah punggung akan berkontraksi

untuk mempertahankan postur tubuh yang normal, atau pada saat aktivitas yang

menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot punggung bawah,

misalnya mengangkat beban-beban yang berat dengan posisi yang salah.

Penggunaan otot yang berlebihan ini menimbulkan iskemia dan inflamasi. Setiap

gerakan otot akan menimbulkan nyeri sekaligus akan menambah spasme otot

sehingga lingkup gerak punggung bawah menjadi terbatas. Mobilitas lumbal

menjadi terbatas, terutama untuk gerakan membungkuk (fleksi) dan memutar

(rotasi) (Ramadhani, 2015)

Nyeri dan spasme otot seringkali membuat individu takut menggunakan

otot-otot punggungnya untuk melakukan gerakan pada lumbal. Selanjutnya akan

menyebabkan perubahan fisiologis pada otot-otot tersebut, yaitu berkurangnya

massa otot dan penurunan kekuatan otot. Akhirnya individu akan mengalami

penurunan tingkat aktivitas fungsionalnya (Guyton AC, 2014)

2.3 Tanda dan Gejala Low back pain


Menurut Badriah dalam Chenny (2012), nyeri punggung bawah dapat

diketahui dengan memperhatikan gejala yang muncul atau dirasakan oleh

penderita yaitu sebagai berikut:

a. Gejala ringan, seperti nyeri mendadak pada tulang belakang, pegal dan

terasa panas.

b. Terasa sakit bila digerakkan baik pada saat membungkuk kedepan dan

belakang, maupun pada saat berputar kekiri dan kekanan.

c. Gejala-gejala tadi akan semakin bertambah berat terutama pada saat akan

mengangkat beban berat, mengejan, bersin atau batuk. Hal ini dapat

disebabkan karena adanya perubahan struktur. Rasa sakit akan menjalar

14 kebawah (bagian otot –otot belakang), otot – otot paha bagian belakang

dan kadang-kadang dapat menimbulkan sensasi mati rasa atau kesemutan

yang berat.

d. Pada tingkatan berat dapat mengakibatkan keluhan seperti lumpuh pada

bagian pinggang sampai kaki. Hal ini terjadi karena terjepitnya sarafsaraf

ditulang belakang, yang fungsinya sebagai pusat refleks gerak sederhana,

sehingga terjadi kelumpuhan total.

2.4 Cara Pencegahan Low back pain (LBP)

Berikut akan diuraikan cara pencegahan terjadinya LBP dan cara

mengurangi nyeri apabila LBP telah terjadi (Khaizun, 2013):

a. Latihan punggung setiap hari :


1) Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu

lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian

lakukan pada kaki yang lain.

2) Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai.

Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah

beberapa detik kemudia relaks.

3) Berbaringlah terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di

lantai. Lakukan sit up parsial dengan melipatkan tangan dan mengangkat bahu

setinggi 6-12 inci dari lantai.

b. Berhati-hatilah saat mengangkat:

1) Gerakkanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum

mengangkatnya.

2) Tekukkan lutut, bukan punggung untuk mengangkat benda yang lebih rendah.

3) Peganglah benda dekat perut dan dada.

4) Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda.

5) Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda.

c. Lindungi punggung saat duduk dan berdiri :

1) Hindari duduk dikursi yang empuk dalam waktu lama.

2) Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa

lutut sejajar dengan paha.


3) Jika memang harus berdiri terlalu lama, letakkanlah salah satu kaki pada

bantalan kaki secara bergantian. Beranjaklah sejenak untuk mengubah posisi

secara periodik.

4) Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut dapat tertekuk dengan baik tidak

teregang.

5) Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk

di kursi.

d. Tetaplah aktif dan hidup sehat

1) Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan

sepatu berhak rendah.

2) Makanlah makanan seimbang dan banyak mengkonsumsi sayur dan buah.

3) Tidurlah di kasur yang nyaman.

4) Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.

5) Coping dengan nyeri leher Kakukan leher, nyeri leher dan bahu bisa

disebabkan oleh akut injuri, regangan kronik, arthritis dan masalah serta

tulang lainnya.

2.5 Kerangka Teori


Faktor individu
Umur
Jenis Kelamin
3. Indeks masa tubuh

Low back pain

Faktor Lingkungan
Pekerjaan
Tekanan
Getaran
Akses terhadap
pelayanan kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Lionel (2014); Septadina (2014), Umami (2014), Tan dan Horn

(1998), (Kurnawidjaja, 2014)., Winardi (2010), Nurlis et al (2012)

2.5 Penelitian Terkait

Tabel 2.1 Penelitian Terkait

Variabel Variabel
No Judul Penulis Hasil
Independen Dependen
1 Overweight Hendy 1. IMT Low Back Dari 90
Sebagai Faktor Purnamasari 2. Jenis Pain responden yang
Resiko Low Back (Purnamasari, Kelamin diteliti
Pain Pada Pasien 2010a) 3. Umur diperoleh data
Poli Saraf Rsud bahwa sebagian
Prof. Dr. besar
Margono responden adalah
Soekarjo overweight yaitu
Purwokerto sebanyak
65,6%.Jumlah
pasien
LBP yang
berjenis kelamin
perempuan
(60,98%) lebih
banyak daripada
yang berjenis
kelamin laki
laki (39,02%)
Pasien
LBP paling
banyak terdapat
pada usia > 54
Tahun (63,3%)
2 Pengaruh Latihan Diki Prawira 1. Jenis Pengaruh Latihan akuatik
Rutin Akuatik Adifa, Khairun Kelamin Latihan berpengaruh
pada Low back Nisa Berawi 2. Umur Akuatik untuk
pain Tahun 2019 3. Lama mengurangi rasa
latihan nyeri, spasme
akuatik otot dan
dekompresu
langsung pada
diskus serta akan
memberikan efek
dekompresi dan
stabilitas akibat
terlatihnya otot-
otot perut dan
punggung pada
LB.
3 Hubungan Maria Septiana 1. Umur Low Back Dari 51
Indeks Massa Setyaningrum 2. Jenis Pain responden yang
Tubuh Dengan (Setyaningrum kelamin diteliti
Angka Kejadian , 2014) 3. IMT diperoleh data
bahwa sebagian
Low Back Pain
besar
Di Rsud Dr. responden yang
Moewardi mengalami low
Surakarta back pain adalah
overweight yaitu
sebanyak
51%.Berdasarkan
jenis kelamin
yang terbanyak
adalah jenis
kelamin
perempuan
(52,9%) dan
berdasarkan usia
responden
LBP paling
banyak terdapat
pada usia > 50
Tahun (74,5%)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel yang diteliti adalah variabel umur, jenis kelamin, dan indeks masa tubuh.

Dengan demikian, kerangka konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Variabel Independen
Umur
Indeks masa tubuh Variabel Dependen
Jenis kelamin Low back pain

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


1.2 Definisi Operasional

Variabe Definisi Alat Skala


No Cara Ukur Ukur Hasil Ukur
l Operasional Ukur

1 Umur Lama hidup Pengisian Lembar 0 = Berisiko jika Ordinal


responden dari menggunakan isian dan usia ≥ 35 tahun
lahir sampai data rekam data 1 = Tidak
penelitian medis yang ada rekam berisiko jika usia
di poliklinik medis < 35 tahun
Rehabilitasi (Tarwaka, 2015)
Medik tahun
2019
2 Indeks Status gizi Pengisian Lembar 0 = Berisiko jika Ordinal
masa responden menggunakan isian dan IMT ≥ 23
tubuh yang didapat data rekam data 1 = Tidak berisko
dari medis yang ada rekam jika IMT <23
perbandingan di poliklinik medis (Delitto A, 2012)
berat badan Rehabilitasi
dan tinggi Medik tahun
badannya 2019
dikuadratkan
3 Jenis Jenis kelamin Pengisian Lembar 0 = Berisiko jika Nominal
kelamin yaitu tanda menggunakan isian dan jenis kelamin
biologis yang data rekam data adalah perempuan
membedakan medis yang ada rekam 1= Tidak berisiko
manusia di poliklinik medis jenis kelamin
berdasarkan Rehabilitasi adalah laki laki
kelompok laki Medik tahun (Kurnawidjaja,
- laki dan 2019 2014).
perempuan.

1.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di RSPAD Gatot

Soebroto yang beralamat di Jalan Abdul Rahman Saleh No 24 Jakarta

Pusat.

3.4.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – September 2020

1.4 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain cross sectional (potong lintang) karena peneliti melakukaan pengambilan

data pada waktu yang bersamaan antara variabel dependen dan variabel

independen yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan korelasi secara

bersamaan antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamindanindeks masa

tubuh dengan variabel dependen adalah kejadian low back paindiPoliklinik

Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode Bulan Februari 2019.

3.6 Populasi dan sampel

3.6.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang akan

dilakukan (Hastono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien

dengan kasus baru (bukan kujungan ulang) di Poliklinik Rehabilitasi Medik

RSPAD Gatot Soebroto Periode Bulan Februari 2019 yang memiliki data

rekam medis lengkap sesuai dengan variabel yang akan di teliti yaitu

sebanyak 90 orang. 

3.6.2 Sampel
Sampling atau teknik pengambilan sampel merupakan sebuah proses

penyeleksian jumlah dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik

pengambilan sampel adalah berbagai cara yang ditempuh untuk

pengambilan sampel agar mendapatkan sampel yang benar-benar sesuai

dengan seluruh subjek penelitian tersebut (Nursalam, 2016). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total

sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiono, 2010). Alasan mengambil total sampling karena

menurut Sugiyono jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi

dijadikan sampel penelitian semuanya. Sampel penelitian ini adalah seluruh

pasien LBP di di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto pada

bulan Februari Tahun 2019 sejumlah 90 Responden

3.7 Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari data sekunder yaitu dari dokumen rekam

medis di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto Periode Bulan

Februari 2019.

3.8 Instrumen Penelitian 

a. Data umur diperoleh dari dokumen rekam medis di Poliklinik Rehabilitasi

Medik RSPAD Gatot Soebroto. Variabel umur dikategorikan menjadi 2 yaitu :

1. Berisiko : ≥ 35 tahun
2. Tidak berisiko : < 35 tahun

b. Data indeks masa tubuh diperoleh dari dokumen rekam medis di Poliklinik

Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto. Variabel indeks masa tubuh

dikategorikan menjadi 2 yaitu :

1. Berisiko : overweight ≥ 23
2. Tidak berisko : normal <23
c. Data jenis kelamin diperoleh dari dokumen rekam medis di Poliklinik

Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot Soebroto. Variabel jenis kelamin

dikategorikan menjadi 2 yaitu :

1. Berisiko : perempuan
2. Tidak berisko : laki – laki

3.8 Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo data yang terkumpul diolah dengan komputerisasi

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing  (penyunting data)

Pada tahap ini data yang telah terkumpul diseleksi untuk mendapatkan data

yang akurat. Editing data dilakukan dengan cara memeriksa dan mengamati

dengan teliti kelengkapan data, dan apabila terjadi kesalahan atau

kekurangan data yang belum lengkap dapat dilengkapi kembali

b. Coding

Coding yaitu proses pemberian kode pada jawaban kuesioner untuk

memudahkan data ketika dimasukkan ke dalam komputer (komputerisasi).


Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan.

c. Entry Data

Memproses data yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode (angka dan huruf) dimasukkan ke dalam program atau

software komputer. Salah satu paket program yang sering digunakan

untuk entry data penelitian adalah paket program SPSS for window.

d. Cleaning

Cleaning yaitu proses pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk

memastikan tidak terdapat kesalahan pada data tersebut. Kemudian data

tersebut telah siap diolah dan dianalisis (Notoatmodjo, 2018).

3.10 Analisis Data

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi dari

masing-masing variabel yang diteliti baik variabel independen maupun variabel

dependent. Pada penelitian ini variabel yang akan didediskripsikan variabel

independen yaitu umur, jenis kelamin dan indeks masa tubuh dengan variabel

dependen yaitu Low back paindi Poliklinik Rehabilitasi Medik RSPAD Gatot

Soebroto Periode Bulan Februari 2019.


DAFTAR PUSTAKA

Alhalabi, M. S., Alhaleeb, H. & Madani, S. (2015). Risk factors associated with chronic

low back pain in Syria. Avicenna Journal of Medicine, 5(4), Pp. 110-116.

Andini, F. (2015). Risk Factory of Low Back Pain in Workers. J Majority. Vol.4 No.1.

Januari 2015.

Cohen, Steven P., et al. (2007). “Management of Low Back Pain.” BMJ (Clinical

Research Ed.), vol. 337, no. January, 2008, doi:10.1136/bmj.a2718.

Delitto A, et al. (2012). Low back pain clinical practice guidelines linked to the

international classification of functioning, disability, and health from the

orthopaedic section of the american physical therapy association. J Orthop Sports

Phys Ther 42(4): A11.

Guyton AC, J. dan H. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.

Jakarta:Elsevier.
Hadyan, M. F. (2015). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Low Back Pain

pada Pengemudi Transportasi Publik. Jurnal Kedokteran Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung, 4.

Harahap, P. S. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengana Keluhan Low Back

Pain (LBP) Pada Pekerja Pengrajin Batik Tulis Di Kecamatan Pelayangan Kota

Jambi Tahun 2018. Riset Informasi Kesehatan, Vol. 7, No. 2.

Harsono. (2015). Nyeri Punggung Bawah. Kapita Neurologi Gadjah Mada University

Press.

Harwanti, S. (2018). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Low Back Pain (Lbp)

Pada Pekerja Di Home Industri Batik Sokaraja Kabupaten Banyumas. Jurnal

Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 109-123.

Jais, A. (2018). Analisis Sistem Pelayanan Penyakit Jantung di RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia,

Vol 4.

Khaizun. (2013). Faktor Penyebab Keluhan Subyektif Pada Nyeri Punggung Mekanik

Pekerja Tenun Sarung Desa Wanarejan Utara. Unnes Journal of Public Health

UJPH2 (2) (2013), Hal 2,3.

L, Sabri & S.P, H. (2014). Statistik Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nurlis, E. et al. (2014). Pengaruh Terapi Dingin Ice Massage Terhadap Perubahan

Intensitas Nyeri Pada Penderita Low Back Pain. Jurnal Alumni Keperawatan

Universitas Riau, Dosen PSIK Universitas Riau.


Perioperatif, J. A. et al. (2015). “Artikel penelitian,.” Jurnal Anastesi Perioperatif, 3(1),

Hal. 47–56. Doi: 10.15851/Jap.V3n1.379.

Pirade, A., Angliadi, E., Sengkey, L. S. (2013). Hubungan Posisi Dan Lama Duduk

Dengan Nyeri Punggung Bawah Mekanik Kronik Pada Karyawan Bank. Jurnal

Biomedik. Volume 5, Nomor 1, Suplemen, Maret 2013, Hlm. S98-104.

Purnamasari H., Untung Gunarso, & L. R. (2010). Overweight Sebagai Faktor Resiko

Low Back Pain Pada Pasien Poli Saraf RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo

Purwokerto. Mandala of health.

Purnamasari, H. (2010a). Overweight Sebagai Faktor Resiko Low Back Pain Pada

Pasien. Mandala of Health, 4(1), 26–32.

Purnamasari, H. (2010b). OVERWEIGHT SEBAGAI FAKTOR RESIKO LOW BACK

PAIN PADA PASIEN POLI SARAF RSUD PROF. DR. MARGONO

SOEKARJO PURWOKERTO. Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari

2010.

Putra, A. (2015). HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN ANGKA

KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA PEKERA OLAHAN MAKANAN DI

LINGKUNGAN 1 KELURAHAN KEDATON BANDAR LAMPUNG BULAN

FEBRUARI- MARET TAHUN 2015.

Sekar, W. (2013). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Low Back Pain

Pada Pekerja Pembuat Batu Bata Di Desa Pamijen Sokaraja Kabupaten

Banyumas.

Septadina IS, L. (2014). Nyeri pinggang dan faktor-faktor risiko yang


mempengaruhinya. J Keperawatan Unsri.

Setyaningrum, M. S. (2014). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Angka Kejadian

Low Back Pain Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

Sutardi, D. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

LOW BACK PAIN PADA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2017.

Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri: Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi

di Tempat Kerja. Edisi ke-2 dengan Revisi, Cetakan 1. Harapan Press.

Todingan, M. (2015). Lapsus LBP.

Utami, G. T., & Utami, S. (2015). Pengaruh Latihan Peregangan terhadap Penurunan

Intensitas Nyeri pada Perawat yang Menderita Low Back Pain (Lbp). Jurnal

Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 2(1), 600-

605.

WHO. (2013). The Prevention of Occupational Diseases. (online available at

www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/wcms_204755.pdf).

WHO. (2015). Low Back Pain: Bulletin of the World Health Organization.

http://www.who.int/bulletin/volumes/81/9/Ehrlich.pdf

Widjaya, M. (2015). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Low Back

Pain pada Pekerja Furniture.

Yuliana. (2011). Low Back Pain. RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Anda mungkin juga menyukai