Anda di halaman 1dari 13

HIGEIA 7 (1) (2023)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Keluhan Low Back Pain pada Pekerja di Sentra Pembuatan Garam

Raihan Kenang Tiasna1*, Anik Setyo Wahyuningsih1

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
1

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: UD. Windu Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2 merupakan sentra pembuatan garam
Diterima Agustus 2022 yang terletak di Desa Kepoh. Hasil studi pendahuluan pada 10 sampel pekerja menggunakan
Disetujui Desember 2022 kuesioner NBM, 8 diantaranya (80%) mengalami keluhan low back pain (LBP). Tujuan penelitian
Dipublikasi Januari 2023 ini yaitu menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan LBP pada pekerja di sentra
________________ pembuatan garam. Jenis penelitian deksriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
Keywords: menggunakan metode total sampling yang dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2022.
Low back pain, salt making Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan kuesioner. Teknik analisis data
____________________ menggunakan uji Chi-square. Hasil uji menunjukkan variabel yang berhubungan dengan keluhan
DOI: LBP adalah usia (p-value=0,009), kesegaran jasmani (p-value=0,000), riwayat penyakit (p-
https://doi.org/10.15294 value=0,000), beban kerja (p-value=0,000), sikap kerja (p-value=0,034), dan masa kerja (p-
/higeia.v7i1.59877 value=0,000). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah jenis kelamin (p-value=0,392),
____________________ kebiasaan merokok (p-value=0,737), dan IMT (p-value=1,000). Simpulan dari penelitian ini adalah
faktor yang berhubungan dengan keluhan LBP pada pekerja di sentra pembuatan garam adalah
usia, kesegaran jasmani, riwayat penyakit, beban kerja, sikap kerja, dan masa kerja.

Abstract
___________________________________________________________________
UD. Windu Mas Putra Jaya and UD. Windu Mas Putra 2 is a salt-making center located in Kepoh Village.
The results of a preliminary study on 10 samples of workers using the NBM questionnaire, 8 of them (80%)
experienced complaints of low back pain (LBP). The purpose of study was to analyze the factors associated with
complaints of LBP among workers in salt-making centers. This type of quantitative descriptive research with a
cross-sectional approach with a total sampling method was carried out from April to May 2022. The
instruments used were observation sheets and questionnaires. The data analysis technique used Chi-square test.
The results show that the variables associated with LBP complaints are age (p-value=0.009), physical fitness
(p-value=0.000), disease history (p-value=0.000), workload (p-value=0.000), attitude work (p-value=0.034),
and years of service (p-value=0.000). The unrelated variables were gender (p-value=0.392), smoking habit (p-
value=0.737), and BMI (p-value=1,000). The conclusion of this study is that the factors associated with
complaints of LBP among workers in the salt-making center are age, physical fitness, disease history, workload,
work attitude, and years of service.

© 2023 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi:
p ISSN 2541-5581
Gedung F5 FIK UNNES, Kampus Sekaran
Kec. Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229 e ISSN 2541-5603
E-mail: raihankenangt@students.unnes.ac.id

19
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

PENDAHULUAN mengangkat beban, dan posisi berdiri atau


duduk yang mengakibatkan perbedaan beban
Industri berperan penting terhadap pada tulang punggung, penggunaan peralatan,
pembangunan dan perekonomian di Indonesia repetisi tugas, serta getaran yang ditimbulkan
saat ini. Industri apabila ditinjau berdasarkan dari alat kerja.
modal kerja yang digunakan dapat Indikasi seseorang menderita LBP
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok meliputi perasaan kaku di bagian punggung,
yaitu industri besar (industri dasar), industri rasa baal atau mati rasa, nyeri, rasa lemah, dan
menengah (aneka industri), dan industri kecil. kesemutan yang disertai rasa tertusuk
Industri kecil yang masih menggunakan (Riningrum, 2016). Low back pain tidak
teknologi tradisional atau sederhana dengan merupakan penyakit yang berdiri sendiri,
jumlah modal yang relatif terbatas merupakan namun merupakan gabungan gejala yang
industri yang banyak bergerak di sektor informal mengindikasikan adanya kesalahan dalam
(Depkes RI, 2003). Hal ini juga berhubungan tubuh. Rasa nyeri diilustrasikan seperti keadaan
terhadap jumlah penduduk di Indonesia yang buruk yang muncul jika terkena kerusakan atau
sangat besar yaitu mencapai 160 juta jiwa cedera pada tubuh. Rasa nyeri bisa berupa
dengan 70% penduduknya bekerja pada sektor gemetar, panas, kesemutan seperti tertusuk,
informal dan 30% bekerja pada sektor formal tertikam, dan terbakar. Rasa nyeri menimbulkan
(Suryanto, 2020). Dikarenakan industri sektor suatu gangguan apabila memiliki pengaruh
informal masih menggunakan teknologi yang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kondisi
sederhana tentunya menimbulkan berbagai ini dapat terjadi akibat nyeri berkelanjutan yang
macam bahaya yang dihadapi oleh pekerja berlangsung lama atau dapat menjadi kronik.
selama melakukan pekerjaannya. Low back pain adalah penyebab utama
Studi epidemiologis menunjukkan bahwa kunjungan perawatan akut bagi cedera terkait
postur canggung, pengangkatan manual yang pekerjaan dengan tingkat kejadian 20 per 10.000
berat, gerakan berulang, tugas monoton, dan pekerja dengan rata-rata 7 hari libur kerja per
posisi berdiri dalam waktu lama merupakan cedera (Owens, 2019). Berdasarkan Global
faktor risiko ergonomi dalam pekerjaan Burden of Disease Study 2017, angka kejadian
(Nourollahi, 2018). Aktivitas kerja yang Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada tahun 2017
dilakukan dengan posisi membungkuk, sebesar 577,5 juta. Prevalensi Nyeri Punggung
mengangkat, dan membawa beban berat atau Bawah (NPB) tertinggi pada tahun 2017 adalah
biasa disebut tidak alamiah serta dilakukan Amerika Latin sebesar 13,47%, diikuti oleh Asia
dalam jangka waktu yang lama dapat Pasifik sebesar 13,16%, Asia Timur sebesar
mengakibatkan berbagai keluhan dan penyakit 3,92%, dan Amerika Latin Tengah sebesar
akibat kerja yaitu nyeri punggung bagian bawah 5,62% (Hutasuhut, 2021). Prevalensi terjadinya
(NPB). LBP sebesar 60%-70% di negara industri dengan
Nyeri punggung bagian bawah atau low prevalensi setiap tahunnya sebanyak 15%
back pain merupakan rasa nyeri yang muncul hingga 45%, serta insiden pada orang dewasa
pada punggung bagian bawah yang bersumber sebesar 5% per tahun (Dwiguno, 2020).
dari tulang belakang daerah spinal (punggung Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar
bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya di pada tahun 2018, prevalensi penyakit
sekitar daerah tersebut (Suma’mur, 2014). Low muskuloskeletal di Indonesia yang pernah
back pain adalah salah satu jenis gangguan didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar
muskuloskeletal yang mayoritas ditemukan di 11,9% dengan besarnya gejala yaitu 24,7%.
tempat kerja dan digolongkan sebagai penyakit Sedangkan jumlah penderita nyeri punggung
akibat kerja. Sedangkan pemicu timbulnya LBP bagian bawah di Indonesia tidak diketahui pasti,
saat bekerja muncul karena terdapat namun diperkirakan antara 7,6% sampai 37%
pembebanan berupa membawa barang, (Kumbea, 2021). Prevalensi penyakit

20
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

muskuloskeletal di Jawa Tengah sendiri pada karakteristik individu usia 25-45 tahun, 9
tahun 2018 menurut Riset Kesehatan Dasar pekerja berjenis kelamin perempuan dan 1
mencapai 18,9%. Menurut Laporan Nasional pekerja berjenis kelamin laki-laki menggunakan
Riskesdas Tahun 2018, di Provinsi Jawa Tengah kuesioner Nordic Body Map (NBM), 8
terdapat 6,4% orang mengalami cedera pada diantaranya (80%) mengalami keluhan LBP.
bagian punggung, 30,7% orang mengalami Mayoritas pekerja mengeluhkan rasa sakit dan
cedera pada bagian anggota gerak atas, dan pegal diantaranya pada bagian leher bawah
68,3% orang mengalami cedera pada bagian (40%), punggung (80%), pinggang (80%),
anggota gerak bawah (Kementerian Kesehatan punggung bawah (80%), bokong (50%), dan
RI, 2018). Sedangkan di Kabupaten Pati sendiri, lutut (60%). Berdasarkan permasalahan tersebut,
proporsi cedera di bagian punggung menurut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Laporan Nasional Riskesdas tahun 2018 sebesar faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan
6,91 (Kementerian Kesehatan RI, 2018). low back pain pada pekerja di sentra pembuatan
Kabupaten Pati merupakan kabupaten garam (UD. Windu Mas Putra Jaya dan UD.
nomor satu dalam hal produksi garam di Windu Mas Putra 2).
Provinsi Jawa Tengah dan terbesar ketiga di Proses produksi garam dimulai dari
Indonesia. Dari statistik tahun 2019, Kabupaten proses pengangkutan bahan baku, pemindahan
Pati mampu memproduksi 350,760 ton garam. bahan baku, pencucian, penggilingan,
Pada tahun 2020, Kabupaten Pati telah pencetakan, pengeringan, dan pengemasan.
memproduksi garam sebanyak 20.705 ton Proses pengangkutan bahan baku garam
hingga akhir Bulan Juli. Produksi garam di dilakukan pekerja dengan cara memanggul
Kabupaten Pati sendiri berpusat di 21 desa yang garam dari truk menuju gudang penyimpanan.
tersebar di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Berat pembebanan pada proses ini sebesar 50
Trangkil, Batangan, Juwana, dan Wedarijaksa. kg. Proses kedua adalah pemindahan bahan
UD. Windu Mas Putra Jaya dan UD. Windu baku. Pemindahan bahan baku garam ini
Mas Putra 2 merupakan industri sektor informal dilakukan pekerja dengan cara memanggul
yang bergerak dalam bidang produksi garam garam dari gudang penyimpanan menuju bagian
yang terletak di Desa Kepoh, Kecamatan pencucian garam. Berat pembebanan pada
Wedarijaksa, Kabupaten Pati. UD. Windu Mas proses ini sebesar 50 kg.
Putra Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2 Proses selanjutnya adalah pencucian
memproduksi garam dalam dua bentuk yaitu garam. Pada proses ini garam dicuci
garam halus dan garam briket. Karakteristik menggunakan mesin pencucian dan air bersih
UD. Windu Mas Putra Jaya dan UD. Windu untuk menghilangkan kotoran yang terkandung
Mas Putra 2 dalam hal proses kerja, lama kerja, di dalam garam. Setelah garam selesai dicuci,
alat kerja, dan pembagian tugas tergolong sama. pekerja kemudian mengeluarkan garam dari
Proses produksi garam dimulai dari proses mesin pencucian menggunakan sekop untuk
pengangkutan bahan baku, pemindahan bahan ditiriskan. Hal ini berfungsi agar kadar air pada
baku, pencucian, penggilingan, pencetakan, garam dapat berkurang. Berat pembebanan pada
pengeringan, dan pengemasan. Lama kerja proses ini sebesar ± 2 kg.
produksi garam adalah 9 jam dimulai pukul Proses berikutnya adalah penggilingan
07.00 hingga pukul 16.00 WIB. Pekerja UD. garam. Proses ini bertujuan untuk
Windu Mas Putra Jaya sebanyak 25 orang dan menghancurkan garam sampai komposisi garam
pekerja UD. Windu Mas Putra 2 sebanyak 30 menjadi halus sebesar 80% untuk garam halus
orang. dan sebesar 20% untuk garam briket. Pada
Berdasarkan hasil studi pendahuluan proses ini juga dilakukan penambahan yodium
pada 10 sampel pekerja yaitu 5 sampel pekerja pada garam sesuai persyaratan minimum Badan
UD. Windu Mas Putra Jaya dan 5 sampel POM sebesar 30 ppm. Berat pembebanan pada
pekerja UD. Windu Mas Putra 2 dengan proses ini sebesar ± 2 kg. Proses selanjutnya

21
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

adalah pencetakan garam. Garam yang dicetak telah dijadikan objek studi pendahuluan dan
akan menghasilkan garam briket. Sedangkan sisanya sebanyak 45 pekerja.
garam halus tidak melalui proses pencetakan. Pengambilan data menggunakan teknik
Pekerja mencetak garam secara manual wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
menggunakan alat cetak dan pemukul. Berat Sumber data dalam penelitian ini yaitu data
pembebanan pada proses ini sebesar ± 1 kg. primer dan data sekunder. Sumber data primer
Proses berikutnya adalah pengeringan garam. didapatkan dari hasil pengisian lembar jawaban
Garam briket yang sudah dicetak maupun menggunakan kueisoner dengan pekerja di
garam halus dikeringkan oleh pekerja dengan sentra pembuatan garam (UD. Windu Mas
cara dimasukkan ke dalam oven. Proses ini Putra Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2) untuk
bertujuan agar menghasilkan garam yang kering memperoleh data tentang usia, jenis kelamin,
sehingga garam tidak lembab dan tidak mudah kebiasaan merokok, Indeks Massa Tubuh
menggumpal. Berat pembebanan pada proses ini (IMT), riwayat penyakit, dan masa kerja
sebesar ± 1 kg. Proses terakhir adalah responden. Sedangkan penilaian kesegaran
pengemasan garam. Pekerja memasukkan jasmani dilakukan menggunakan metode
garam hasil pengeringan ke dalam plastik harvard step up test, beban kerja dilakukan
kemasan sesuai dengan berat yang sudah menggunakan metode Cardiovascular Load
ditentukan. Berat pembebanan pada proses ini (CVL), dan sikap kerja dilakukan menggunakan
sebesar ± 1 kg. metode Rapid Entire Body Assessment (REBA).
Kemudian untuk mengetahui adanya keluhan
METODE low back pain pada responden dilakukan
pengukuran dengan menggunakan lembar
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Nordic Body Map (NBM). Data primer juga
deskriptif kuantitatif dengan metode diperoleh dari studi pendahuluan dengan 10
observasional analitik menggunakan pekerja di sentra pembuatan garam (UD. Windu
pendekatan cross sectional. Penelitian ini Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2).
dilakukan di sentra pembuatan garam Desa Sedangkan data sekunder didapatkan dari
Kepoh, Kecamatan Wedarijaksa yang meliputi tinjauan pustaka seperti buku, artikel, jurnal,
UD. Windu Mas Putra Jaya dan UD. Windu dan skripsi terdahulu. Analisis data dalam
Mas Putra 2. Penelitian ini dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat,
kurun waktu April 2022 – Mei 2022. Variabel bivariat, dan multivariat. Analisis bivariat
bebas dalam penelitian ini adalah usia, jenis menggunakan uji statistik yaitu uji Chi-Square.
kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran
jasmani, Indeks Massa Tubuh (IMT), riwayat HASIL DAN PEMBAHASAN
penyakit, beban kerja, sikap kerja, dan masa
kerja. Sedangkan variabel terikatnya adalah Tabel 1. menunjukkan analisis univariat
keluhan low back pain. yang digunakan pada penelitian ini. Distribusi
Populasi dalam penelitian ini adalah usia pada pekerja UD. Windu Mas Putra Jaya
pekerja di sentra pembuatan garam (UD. Windu dan UD. Windu Mas Putra 2 yaitu berisiko
Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2) sebanyak 36 pekerja (80,0%) dan tidak berisiko
yang berjumlah 55 pekerja. Teknik sampling sebanyak 9 pekerja (20,0%). Usia dinyatakan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah total berisiko adalah usia pekerja ≥ 35 tahun.
sampling, yaitu memasukkan semua responden Responden berjenis kelamin perempuan
ke dalam sampel penelitian, maka jumlah sebanyak 31 pekerja (68,9%) dan laki-laki
sampel dalam penelitian ini adalah semua sebanyak 14 pekerja (31,1%). Responden yang
pekerja di sentra pembuatan garam (UD. Windu memiliki kebiasaan merokok sebanyak 13
Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2) pekerja (28,9%) dan pekerja yang tidak merokok
yang berjumlah 55 pekerja, dimana 10 pekerja sebanyak 32 pekerja (71,1%). Responden yang

22
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

memiliki kesegaran jasmani berisiko sebanyak dinyatakan berisiko jika nilai %CVL 60 –
12 pekerja (26,7%) dan sebanyak 33 pekerja >100% yang diukur dengan metode
(73,3%) memiliki kesegaran jasmani tidak Cardiovascular Load (CVL). Responden yang
berisiko. Kesegaran jasmani dinyatakan berisiko memiliki sikap kerja berisiko sebanyak 38
jika nilai IKJ <50 yang diukur dengan metode pekerja (84,4%) dan sebanyak 7 pekerja (15,6%)
Harvard Step Up Test. memiliki sikap kerja tidak berisiko. Sikap kerja
Kemudian, responden yang memiliki dinyatakan berisiko jika nilai REBA 4-15 yang
IMT berisiko sebanyak 2 pekerja (4,4%) dan diukur dengan metode Rapid Entire Body
sebanyak 43 pekerja (95,6%) memiliki IMT Assessment (REBA). Responden yang memiliki
tidak berisiko. Indeks Massa Tubuh dinyatakan masa kerja yang berisiko sebanyak 30 pekerja
berisiko jika nilai IMT > 29. Responden yang (66,7%) dan sebanyak 15 pekerja (33,3%)
memiliki riwayat penyakit sebanyak 14 pekerja memiliki masa kerja yang tidak berisiko. Masa
(31,1%) dan sebanyak 31 pekerja (68,9%) tidak kerja dinyatakan berisiko apabila pekerja
memiliki riwayat penyakit. Pekerja perempuan memiliki masa kerja > 4 tahun.
memiliki kecederungan ada riwayat penyakit Selanjutnya, responden yang memiliki
(71,4%) dibandingkan dengan pekerja laki-laki keluhan low back pain risiko tinggi
(28,6%). Sebagian besar pekerja memiliki sebanyak 17 pekerja (37,8%) dan sebanyak
riwayat penyakit yaitu pernah mengalami strain 28 pekerja (62,2%) memiliki keluhan low
sebanyak 6 pekerja (13,3%) dan pernah back pain risiko rendah. Adapun keluhan sakit
mengalami trauma punggung bawah sebanyak 8 yang dirasakan responden diantaranya pada
pekerja (17,8%). Responden yang memiliki bagian leher atas (66,7%), leher bawah (57,8%),
beban kerja berisiko sebanyak 21 pekerja punggung (80%), punggung bawah (71,1%),
(46,7%) dan sebanyak 24 pekerja (53,3%) pinggang (73,3%), dan bokong (55,6%).
memiliki beban kerja tidak berisiko. Beban kerja

Tabel 1. Analisis Univariat


Variabel Kategori Frekuensi Persentase
Usia Berisiko 36 80,0
Tidak berisiko 9 20,0
Jenis Kelamin Perempuan 31 68,9
Laki-laki 14 31,1
Kebiasaan Merokok Merokok 13 28,9
Tidak merokok 32 71,1
Kesegaran Jasmani Berisiko 12 26,7
Tidak berisiko 33 73,3
IMT Berisiko 2 4,4
Tidak berisiko 43 95,6
Riwayat Penyakit Ada 14 31,1
Tidak ada 31 68,9
Beban Kerja Berisiko 21 46,7
Tidak berisiko 24 53,3
Sikap Kerja Berisiko 38 84,4
Tidak berisiko 7 15,6
Masa Kerja Berisiko 30 66,7
Tidak berisiko 15 33,3
Keluhan Low Back Pain Risiko tinggi 17 37,8
Risiko rendah 28 62,2

23
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

Tabel 2. Analisis Bivariat


No Variabel Bebas Uji Statistik p-Value PR Keterangan
(CI 95%)
1. Usia Fisher 0,009 0 Berhubungan
(0,387-0,719)
2. Jenis Kelamin Chi-square 0,392 1,47 Tidak berhubungan
(0,463-7,045)
3. Kebiasaan Merokok Fisher 0,737 0,76 Tidak berhubungan
(0,165-2,564)
4. Kesegaran Jasmani Fisher 0,000 5,04 Berhubungan
(5,322-460,375)
5. IMT Fisher 1,000 1,34 Tidak berhubungan
(0,099-28,881)
6. Riwayat Penyakit Chi-square 0,000 5,31 Berhubungan
(5,279-184,414)
7. Beban Kerja Chi-square 0,000 8,57 Berhubungan
(4,877-155,063)
8. Sikap Kerja Fisher 0,034 0 Berhubungan
(0,415-0,736)
9. Masa Kerja Chi-square 0,000 0 Berhubungan
(0,288-0,652)

Sedangkan keluhan sangat sakit yang dirasakan 43,3 tahun, dengan usia paling muda 30 tahun
responden pada bagian leher bawah (6,7%), dan paling tua 60 tahun. Dari hasil penelitian
punggung (15,6%), punggung bawah (24,4%), diketahui sebanyak 36 pekerja (80,0%) berusia
pinggang (20%), dan bokong (6,7%). Keluhan 35 tahun ke atas sedangkan 9 pekerja (20,0%)
low back pain dinyatakan risiko tinggi jika skor berusia 35 tahun ke bawah. Hasil analisis
akhir NBM 42-84 yang diukur dengan kuesioner bivariat didapatkan angka p-value sebesar 0,009
Nordic Body Map (NBM). (p-value < 0,05) dengan nilai (CI 95%=0,387-
Tabel 2. menunjukkan analisis bivariat 0,719) hal ini menunjukkan jika terdapat
yang digunakan pada penelitian ini. hubungan yang signifikan antara usia dengan
Berdasarkan hasil penelitian tentang keluhan keluhan low back pain pada pekerja UD. Windu
low back pain pada pekerja di sentra pembuatan Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2.
garam (UD. Windu Mas Putra Jaya dan UD. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Windu Mas Putra 2), diketahui dari 9 variabel yang dilakukan oleh Saputra (2020) yang
yang diujikan hanya 6 variabel yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
berhubungan. Variabel yang berhubungan signifikan antara usia dengan keluhan low back
tersebut adalah usia, kesegaran jasmani, riwayat pain pada pengrajin batik di Batik Semarang 16
penyakit, beban kerja, sikap kerja, dan masa dengan hasil p-value 0,020 (p-value < 0,05).
kerja. Berikut merupakan analisis bivariat pada Berdasarkan penelitian Br Silitonga (2021) juga
penelitian ini. menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang
Menurut Tarwaka, usia dapat signifikan antara usia dengan keluhan low back
didefinisikan sebagai lama hidup seseorang yang pain pada nelayan di Kelurahan Belawan II.
dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir. Pada Sejalan dengan bertambahnya usia, tulang akan
umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan mengalami degenerasi dan keadaan ini mulai
oleh seseorang pekerja pada usia 25-65 tahun muncul saat seseorang berusia 30 tahun
(Tarwaka, 2014). Pada hasil penelitian ini (Hadyan, 2017). Terlalu lama bekerja dan
diketahui bahwa rata-rata usia pekerja adalah bertambahnya usia pada pekerja juga dapat

24
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

meningkatkan risiko mengalami pengurangan pada salah satu pekerja pria atau wanita juga
stabilitas pada otot dan elastisitas pada tulang mempengaruhi tidak berhubungannya jenis
(Waworuntu, 2018). kelamin terhadap keluhan low back pain
Jenis kelamin menjadi salah satu faktor (Sulaeman, 2015). Tidak terdapat hubungan
risiko yang menimbulkan keluhan low back pain. antara jenis kelamin dengan keluhan nyeri
Terdapat perbedaan ketahanan tubuh antara punggung bawah juga dapat disebabkan oleh
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. faktor aktivitas di luar pekerjaan seperti
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa olahraga (Tristiawan, 2019).
responden berjenis kelamin perempuan Kebiasaan merokok adalah suatu
sebanyak 31 pekerja (68,9%) dan laki-laki aktivitas yang dilakukan individu berupa
sebanyak 14 pekerja (31,1%). Hasil analisis membakar dan menghisap rokok serta dapat
bivariat didapatkan angka p-value sebesar 0,392 menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh
(p-value > 0,05) dengan nilai (CI 95%=0,463- orang disekitarnya (Fikriyah & Febrijanto,
7,045) hal ini menunjukkan jika tidak terdapat 2012). Berdasarkan hasil penelitian diketahui
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin bahwa responden yang memiliki kebiasaan
dengan keluhan low back pain pada pekerja UD. merokok sebanyak 13 pekerja (28,9%) dan
Windu Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas responden yang tidak merokok sebanyak 32
Putra 2. Hal ini dikarenakan pekerja UD. pekerja (71,1%). Hasil analisis bivariat
Windu Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas didapatkan angka p-value sebesar 0,737 (p-value
Putra 2 lebih dominan perempuan dibandingkan > 0,05) dengan nilai (CI 95%=0,165-2,564) hal
dengan laki-laki yaitu sebanyak 31 pekerja ini menunjukkan jika tidak terdapat hubungan
(68,9%). Proporsi keluhan low back pain risiko yang signifikan antara kebiasaan merokok
tinggi pada pekerja perempuan sebanyak 13 dengan keluhan low back pain pada pekerja UD.
pekerja (28,9%) dibandingkan pekerja laki-laki Windu Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas
sebanyak 4 pekerja (8,9%). Selain itu, jenis Putra 2. Hal ini dikarenakan kebiasaan merokok
pekerjaan yang dilakukan pekerja laki-laki cenderung hanya dilakukan oleh pekerja laki-
memiliki tingkat pembebanan yang lebih berat laki. Adapun penyebab lain dapat dilihat dari uji
daripada jenis pekerjaan yang dilakukan pekerja statistik yang digunakan yaitu uji fisher yang
perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan menunjukkan bahwa persebaran data yang
penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2021) diperoleh tidak normal antara responden yang
yang menyatakan bahwa tidak terdapat memiliki kebiasaan merokok dan tidak memiliki
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin kebiasaan merokok. Hasil penelitian ini sesuai
dengan keluhan low back pain pada pekerja dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyani
industri tahu di Kecamatan Kejayan Pasuruan (2021) dengan hasil p-value 0,275 (p-value > 0,05)
dengan hasil p-value 0,859 (p-value > 0,05). Hal yang artinya tidak terdapat hubungan yang
tersebut dikarenakan jumlah pekerja perempuan signifikan antara status merokok dengan
yang lebih banyak daripada laki-laki yang keluhan low back pain. Hasil penelitian lain dari
tentunya berpengaruh terhadap lebih banyaknya Astuti (2019) juga menjelaskan bahwa tidak
keluhan low back pain pada pekerja perempuan terdapat hubungan antara kebiasaan merokok
dibandingkan laki-laki. Berdasarkan penelitian dengan keluhan low back pain pada petugas
yang juga dilakukan oleh Sulaeman (2015) pengumpul sampah di Kecamatan Bandung
menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan Wetan. Hal tersebut terjadi karena setiap
yang signifikan antara jenis kelamin dengan individu memiliki kebiasan merokok dengan
keluhan low back pain. Hasil penelitian ini juga cara menghisap jenis rokok yang berbeda,
sesuai dengan penelitian Santiasih (2013) yang paparan awal mulai merokok pada setiap
menyatakan bahwa jenis kelamin tidak individu yang berbeda, dan paparan lamanya
berpengaruh signifikan terhadap keluhan low merokok setiap individu juga berbeda.
back pain. Beban kerja yang dominan lebih berat Kebiasaan merokok tidak berhubungan dengan

25
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

keluhan low back pain juga dikarenakan setiap kekurangan dan kelebihan berat badan sehingga
orang memiliki respons tubuh yang berbeda dengan pemantauan tersebut dapat
terhadap agen penyakit. Keadaan ini disebabkan mempertahankan berat badan normal dan
setiap individu berbeda dari individu lainnya menghindari seseorang dari berbagai penyakit.
dalam hal susunan genetik dan interaksi dengan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
lingkungan (Widjaya, 2014). paling banyak responden mempunyai IMT tidak
Kesegaran jasmani atau kebugaran berisiko yaitu sebanyak 43 pekerja (95,6%) dan
jasmani merupakan suatu kondisi ketika tubuh IMT berisiko sebanyak 2 pekerja (4,4%). Hasil
mampu melaksanakan berbagai aktivitas di luar analisis bivariat didapatkan angka p-value
kebiasaan setiap hari dengan energi yang sebesar 1,000 (p-value > 0,05) dengan nilai (CI
seimbang tanpa merasakan kelelahan 95%=0,099-28,881) hal ini menunjukkan jika
(Afriwardi, 2011). Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
diketahui bahwa responden dengan kesegaran indeks massa tubuh (IMT) dengan keluhan low
jasmani berisiko memiliki risiko tinggi terhadap back pain pada pekerja UD. Windu Mas Putra
keluhan low back pain sebanyak 11 pekerja Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2. Hal ini
(24,5%), kemudian responden dengan kesegaran dikarenakan pekerja dengan IMT tidak berisiko
jasmani tidak berisiko memiliki risiko tinggi lebih dominan mengalami keluhan low back
terhadap keluhan low back pain sebanyak 6 pain yaitu risiko tinggi sebanyak 16 pekerja
pekerja (13,3%). Hasil analisis bivariat (36,9%) dan risiko rendah sebanyak 27 pekerja
didapatkan angka p-value sebesar 0,000 (p-value (60%). Sehingga lebih banyak keluhan low back
< 0,05) dengan nilai (CI 95%=5,322-460,375) pain terjadi pada pekerja dengan IMT tidak
hal ini menunjukkan jika terdapat hubungan berisiko dibandingkan pekerja dengan IMT
yang signifikan antara kesegaran jasmani berisiko. Adapun penyebab lain dapat dilihat
dengan keluhan low back pain pada pekerja UD. dari uji statistik yang digunakan yaitu uji fisher
Windu Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas yang menunjukkan bahwa persebaran data yang
Putra 2. Selain itu didapatkan nilai PR sebesar diperoleh tidak normal antara responden yang
5,04 yang menunjukkan bahwa responden memiliki IMT berisiko dan IMT tidak berisiko.
dengan kesegaran jasmani berisiko memiliki Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
risiko 5 kali lebih besar terkena keluhan low back yang dilakukan oleh Cahyani (2021) dengan
pain dibandingkan responden dengan kesegaran hasil p-value 0,324 (p-value > 0,05) yang artinya
jasmani tidak berisiko. Hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh indeks massa tubuh dengan keluhan low back
Arwinno (2018) dengan hasil p-value 0,001 (p- pain.
value < 0,05) yang menjelaskan terdapat Berdasarkan penelitian yang juga
hubungan yang signifikan antara kebiasaan dilakukan oleh Arwinno (2018) menjelaskan
olahraga dengan keluhan low back pain pada bahwa tidak terdapat hubungan antara
penjahit garmen PT. Apac Inti Corpora. Hasil IMT dengan keluhan nyeri punggung
penelitian lain dari Ernawati (2020) juga bawah pada penjahit garmen PT. Apac
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara Inti Corpora. Hal ini kemungkinan terjadi
kebiasaan olahraga dengan keluhan low back karena pekerja yang mempunyai IMT ˂30
pain. Pekerja yang melakukan pekerjaannya dan banyak yang merasakan keluhan nyeri
diimbangi dengan olahraga maka otot tubuhnya punggung bawah dan sebaran sampel IMT
mengalami perenggangan dan memperkecil <30 lebih banyak dibandingkan dengan sampel
risiko terjadinya nyeri punggung bawah IMT >30. Hal ini juga sesuai dengan yang
(Arwinno, 2018). dijelaskan oleh Rinaldi (2015) yang menyatakan
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah alat bahwa seiring dengan meningkatnya IMT,
sederhana untuk memantau status gizi orang maka anggapan kekuatan yang dihasilkan
dewasa khususnya berkaitan dengan seseorang saat bekerja juga akan semakin besar.

26
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

Riwayat penyakit dan trauma adalah yang membutuhkan otot atau gagasan yang
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya ditanggung pelakunya. Berdasarkan hasil
keluhan low back pain. Trauma yang terjadi pada penelitian diketahui bahwa responden yang
tulang belakang dapat merusak susunan tulang memiliki beban kerja berisiko sebanyak 21
belakang yang dapat meningkatkan risiko LBP pekerja (46,7%), sedangkan responden yang
dengan menimbulkan rasa nyeri berkelanjutan memiliki beban kerja tidak berisiko sebanyak 24
(Andini, 2015). Berdasarkan hasil penelitian pekerja (53,3%). Responden dengan beban kerja
diketahui bahwa responden yang memiliki berisiko memiliki risiko tinggi terhadap keluhan
riwayat penyakit sebanyak 14 pekerja (31,1%), low back pain sebanyak 15 pekerja (33,4%) dan
sedangkan responden yang tidak memiliki responden dengan beban kerja tidak berisiko
riwayat penyakit sebanyak 31 pekerja (68,9%). memiliki risiko tinggi terhadap keluhan low back
Sebagian besar responden yang memiliki pain sebanyak 2 pekerja (4,4%). Mayoritas
riwayat penyakit yaitu pernah mengalami strain responden dengan beban kerja berisiko lebih
sebanyak 6 pekerja (13,3%) dan pernah memiliki risiko tinggi terhadap keluhan low back
mengalami trauma punggung bawah sebanyak 8 pain dibandingkan dengan responden dengan
pekerja (17,8%). Hasil analisis bivariat beban kerja tidak berisiko. Hasil analisis bivariat
didapatkan angka p-value sebesar 0,000 (p-value didapatkan angka p-value sebesar 0,000 (p-value
< 0,05) dengan nilai (CI 95%=5,279-184,414) < 0,05) dengan nilai (CI 95%=4,877-155,063)
hal ini menunjukkan jika terdapat hubungan hal ini menunjukkan jika terdapat hubungan
yang signifikan antara riwayat penyakit dengan yang signifikan antara beban kerja dengan
keluhan low back pain pada pekerja UD. Windu keluhan low back pain pada pekerja UD. Windu
Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2. Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2.
Selain itu didapatkan nilai PR sebesar 5,31 yang Selain itu didapatkan nilai PR sebesar 8,57 yang
menunjukkan bahwa responden yang memiliki menunjukkan bahwa responden dengan beban
riwayat penyakit berisiko 5,3 kali kali lebih kerja berisiko memiliki risiko 8,5 kali lebih besar
besar terkena keluhan low back pain terkena keluhan low back pain dibandingkan
dibandingkan responden yang tidak memiliki responden dengan beban kerja tidak berisiko.
riwayat penyakit. Hasil penelitian ini sesuai Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
dengan penelitian yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh Arifianto (2015) dengan
Chaerunnisa (2019) dengan hasil p-value 0,034 hasil p-value 0,005 (p-value < 0,05) yang artinya
(p-value < 0,05) yang artinya terdapat hubungan terdapat hubungan antara beban kerja dengan
antara riwayat penyakit berupa kejadian nyeri punggung bawah pada pekerja
spondylolisthesis dengan keluhan low back pain. konveksi industri di Mangkang. Hasil penelitian
Berdasarkan penelitian yang juga dilakukan lain dari Nurzannah (2015) menjelaskan bahwa
oleh Alnaami (2019) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban
terdapat hubungan antara riwayat penyakit kerja dengan keluhan low back pain. Keluhan
berupa trauma punggung dengan keluhan low pada otot skeletal pada umumnya disebabkan
back pain pada petugas kesehatan di karena kontraksi otot yang berlebihan akibat
southwestern Saudi Arabia. Trauma juga dapat pemberian beban kerja yang terlalu berat dan
berupa hernia pada lumbar diskus invertebralis durasi pembebanan yang lama (Uran, 2022).
sehingga mengakibatkan tertekannya saraf di Sikap kerja atau postur kerja merupakan
bagian anterior sehingga orang yang memiliki posisi yang dibentuk oleh tubuh secara alamiah
riwayat trauma pada tulang belakang berisko saat bekerja karena dampak interaksi dengan
mengalami kekambuhan terutama apabila kebiasaan kerja atau sarana ketika bekerja (Siska
faktor risiko low back pain tidak dikendalikan & Teza, 2012). Berdasarkan hasil penelitian
pada tempat kerja (Indrayani, 2019). diketahui bahwa 38 responden memiliki sikap
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007), kerja berisiko yang diantaranya sebanyak 17
beban kerja merupakan berbagai aktivitas kerja pekerja (37,8%) memiliki risiko tinggi terhadap

27
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

keluhan low back pain dan 21 pekerja (46,6%) pekerja yang memiliki masa kerja tidak berisiko
memiliki risiko rendah terhadap keluhan low sebagian besar memiliki risiko rendah terhadap
back pain. Sedangkan dari 7 pekerja (15,6%) keluhan low back pain. Pernyataan ini sesuai
yang memiliki sikap kerja tidak berisiko dengan teori bahwa semakin lama masa kerja
memiliki risiko rendah terhadap keluhan low seseorang, maka akan semakin tinggi juga risiko
back pain. Hasil analisis bivariat didapatkan mengalami keluhan low back pain. Hasil analisis
angka p-value sebesar 0,034 (p-value < 0,05) bivariat didapatkan angka p-value sebesar 0,000
dengan nilai (CI 95%=0,415-0,736) hal ini (p-value < 0,05) dengan nilai (CI 95%=0,288-
menunjukkan jika terdapat hubungan yang 0,652) hal ini menunjukkan jika terdapat
signifikan antara sikap kerja dengan keluhan low hubungan yang signifikan antara masa kerja
back pain pada pekerja UD. Windu Mas Putra dengan keluhan low back pain pada pekerja UD.
Jaya dan UD. Windu Mas Putra 2. Hasil Windu Mas Putra Jaya dan UD. Windu Mas
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang Putra 2. Hasil penelitian ini sesuai dengan
dilakukan oleh Artadana (2019) dan Sirait penelitian yang dilakukan oleh Arwinno (2018)
(2022) yang menyatakan bahwa bahwa terdapat dan Saputra (2020) yang menyatakan bahwa
hubungan yang antara sikap kerja dengan terdapat hubungan antara masa kerja dengan
keluhan low back pain. Hasil penelitian lain dari keluhan low back pain. Hasil penelitian lain dari
Riningrum (2016) juga menunjukkan bahwa ada Ones (2021) juga menjelaskan bahwa terdapat
hubungan antara sikap kerja dengan keluhan low hubungan yang signifikan antara masa kerja
back pain dengan keluhan responden yang dengan keluhan LBP pada penenun di Desa
diperoleh sebanyak 89,3% merasakan pegal, Letneo Selatan Kecamatan Insana Barat
28,5% merasakan kram, 42,8% merasakan Kabupaten Timor Tengah Utara. Hal ini
kesemutan, 32,1% merasakan nyeri, 46,4% disebabkan karena penenun selalu terpapar
merasakan gatal, dan 14,3% merasakan tidak dengan faktor risiko low back pain secara
nyaman. Berdasarkan teori yang telah berkelanjutan dalam waktu lama. Semakin lama
diuraikan, maka hasil penelitian ini sesuai masa kerja seseorang juga akan meningkatkan
dengan penelitian terdahulu yang menyatakan gerakan sama yang berulang. Sehingga hal ini
bahwa terdapat hubungan yang signifikan dapat memicu timbulnya kelelahan pada
antara sikap kerja yang diukur menggunakan jaringan otot yang pada akhirnya dapat
metode REBA dengan keluhan low back pain menyebabkan spasme otot (Munawarah, 2021).
pada pekerja UD. Windu Mas Putra Jaya dan Tabel 3. menunjukkan analisis
UD. Windu Mas Putra 2. multivariat yang digunakan pada penelitian ini.
Masa kerja adalah durasi seseorang Berdasarkan hasil penelitian tentang keluhan
pekerja ketika melakukan aktivitas kerja sejak low back pain pada pekerja di sentra pembuatan
pertama masuk hingga saat dilakukannya garam (UD. Windu Mas Putra Jaya dan UD.
penelitian (Sucipto, 2014). Berdasarkan hasil Windu Mas Putra 2), terdapat 6 variabel yang
penelitian diketahui bahwa responden yang memiliki nilai p <0,25 yaitu variabel usia,
memiliki masa kerja terendah adalah selama 1 kesegaran jasmani, riwayat penyakit, beban
tahun dan yang terlama yaitu 23 tahun dengan kerja, sikap kerja, dan masa kerja. Sedangkan
rata-rata masa kerja responden adalah 7,6 uji regresi yang digunakan adalah uji regresi
tahun. Berdasarkan data yang diperoleh logistik karena skala data variabel terikat yaitu
menunjukkan bahwa sebanyak 30 pekerja keluhan low back pain termasuk skala data
(66,7%) memiliki masa kerja yang berisiko kategorik dikotom. Adapun hasil analisis
sedangkan sisanya 15 pekerja (33,3%) memiliki multivariat adalah sebagai berikut.
masa kerja yang tidak berisiko. Pada pekerja Terdapat 6 proses/step yang dilakukan
yang memiliki masa kerja berisiko diketahui pada SPSS. Secara otomatis, SPSS menyeleksi
bahwa sebagian besar memiliki risiko tinggi variabel bebas secara backward (mundur) mulai
terhadap keluhan low back pain. Sedangkan pada dari step 1 hingga step 6. Dengan kata lain, step

28
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

Tabel 3. Analisis Multivariat subjektivitas responden karena bukan


N Variab B Wald p- PR berdasarkan pemeriksaan medis. Saran untuk
o el Valu (CI penelitian selanjutnya yaitu penentuan keluhan
e 95%) low back pain pada pekerja dapat dilakukan
1 Beban 3,31 14,104 0,00 8,57 dengan metode yang lebih objektif melalui
. Kerja 4 0 (4,877 diagnosis pemeriksaan medis maupun uji
- laboratorium. Peneliti selanjutnya juga dapat
155,06 meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi
3) timbulnya keluhan low back pain seperti faktor
lingkungan, faktor psikososial, dan lainnya.
6 berisi dengan variabel bebas yang
berkontribusi kuat sebagai faktor risiko keluhan DAFTAR PUSTAKA
low back pain. Pada kolom Sig di step 6, variabel
Afriwardi. (2011). Ilmu Kedokteran Olaharaga. EGC.
beban kerja memiliki nilai p 0,000. PR variabel
Alnaami, I., Awadalla, N. J., Alkhairy, M., Alburidy,
beban kerja: 8,57, maka setelah mengontrol
S., Alqarni, A., Algarni, A., Alshehri, R.,
variabel lain, responden dengan beban kerja Amrah, B., Alasmari, M., & Mahfouz, A. A.
berisiko memiliki risiko 8,5 kali lebih besar (2019). Prevalence and Factors Associated
terkena keluhan low back pain dibandingkan with Low Back Pain Among Health Care
responden dengan beban kerja tidak berisiko. Workers in Southwestern Saudi Arabia. BMC
Dari keenam variabel tersebut, variabel yang Musculoskeletal Disorders, 20(1), 1–7.
memiliki kontribusi terkuat untuk menduga https://doi.org/10.1186/s12891-019-2431-5
kejadian keluhan low back pain adalah beban Andini, F. (2015). Risk Factors of Low Back Pain in
Workers. Jurnal MAJORITY, 4(1), 12–19.
kerja. Hal ini dikarenakan variabel beban kerja
Arifianto, Retnaningsih, D., & Purjayanti, A. T.
memiliki nilai p yang paling kecil dan nilai
(2015). Faktor-faktor Resiko yang
Wald yang paling besar. Berhubungan dengan Kejadian Nyeri
Punggung Bawah pada Pekerja Konveksi
PENUTUP Industri di Mangkang. Jurnal Ners STIKes
Widya Husada, 2(1), 1–11.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor http://stikeswh.ac.id:8082/journal/index.php
yang berhubungan dengan keluhan low back pain /jners/article/view/139
pada pekerja di sentra pembuatan garam (Studi Artadana, M. A. W., Sali, I. W., & Sujaya, I. N.
(2019). Hubungan Sikap Pekerja Dan Lama
kasus di UD. Windu Mas Putra Jaya dan UD.
Kerja Terhadap Keluhan Low Back Pain
Windu Mas Putra 2) yaitu: (1) Usia dengan p-
Pada Pekerja Di Industri Batu Bata Press.
value = 0,009, (2) Kesegaran jasmani dengan p- Jurnal Kesehatan Lingkungan, 9(2), 126–135.
value = 0,000, (3) Riwayat penyakit dengan p- Arwinno, L. D. (2018). Keluhan Nyeri Punggung
value = 0,000, (4) Beban kerja dengan p-value = Bawah pada Penjahit Garmen. HIGEIA
0,000, (5) Sikap kerja dengan p-value = 0,034, (6) (Journal of Public Health Research and
Masa kerja dengan p-value = 0,000. Sementara Development), 2(3), 406–416.
faktor-faktor yang tidak berhubungan yaitu: (1) Astuti, I., Rosady, D. S., Romadhona, N., Achmad,
Jenis kelamin dengan p-value = 0,392, (2) S., & Kusmiati, M. (2019). Nyeri Punggung
Bawah serta Kebiasaan Merokok, Indeks
Kebiasaan merokok dengan p-value = 0,737, (3)
Massa Tubuh, Masa Kerja, dan Beban Kerja
IMT dengan p-value = 1,000.
pada Pengumpul Sampah. Jurnal Integrasi
Kelemahan pada penelitian ini adalah Kesehatan & Sains, 1(1), 74–78.
beberapa data penelitian bergantung pada https://doi.org/10.29313/jiks.v1i1.4326
subjektivitas responden dan dipengaruhi oleh Br Silitonga, S. S., & Utami, T. N. (2021). Hubungan
kejujuran responden. Selain itu, keluhan low Usia dan Lama Kerja dengan Keluhan Nyeri
back pain yang dirasakan berdasarkan dari Punggung Bawah pada Nelayan di Kelurahan

29
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

Belawan II. PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Munawarah, S., & Segita, R. (2021). Hubungan
Masyarakat, 5(2), 926–930. Massa Kerja dan Sikap Kerja Terhadap
https://doi.org/10.31004/prepotif.v5i2.2194 Timbulnya LBP pada Penenun di Pandai
Cahyani, M. T., & Denny, H. M. (2021). Analisis Sikek. Human Care Journal, 6(1), 69–74.
Faktor Risiko Low Back Pain Pada Pekerja https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/a
Industri Tahu di Kecamatan Kejayan rticle/view/1026
Pasuruan. Indonesian Journal of Health Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu
Community, 2(2), 74–80. dan Seni. Rineka Cipta.
Chaerunnisa, A., Latief, S., & Karsa, N. S. (2019). Nourollahi, M., Afshari, D., & Dianat, I. (2018).
Hubungan Derajat Spondylolisthesis dengan Awkward Trunk Postures and Their
Nyeri Pasien Low Back Pain Rumah Sakit Relationship with Low Back Pain in Hospital
Ibnu Sina Makassar. Green Medical Journal, Nurses. Work, 59(3), 317–323.
1(1), 1–9. https://doi.org/10.3233/WOR-182683
Depkes RI. (2003). Upaya Kesehatan Bagi Pengrajin. Nurzannah, Sinaga, M., & Salmah, U. (2015).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya
Dwiguno, M. G., & Setiadi, T. H. (2020). Hubungan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Beban Tas Punggung Terhadap Low Back pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di
Pain Pada Pelajar Kelas 3 SMA Kolese Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2015.
Gonzaga Angkatan 2015. Tarumanagara Lingkungan Dan Keselamatan Kerja, 4(1), 1–10.
Medical Journal, 2(2), 321–324. Ones, M., Sahdan, M., & Tira, D. S. (2021). Faktor
Ernawati, D., Bahari, I., & Susanti, A. (2020). yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri
Kebiasaan Olahraga dan Tingkat Nyeri Low Punggung Bawah (Low Back Pain) pada
Back Pain pada Kuli Panggul di Perum Bulog Penenun di Desa Letneo Selatan Kecamatan
Buduran Kabupaten Sidoarjo. Nursing Sciences Insana Barat Kabupaten Timor Tengah Utara.
Journal, 4(1), 1–8. Media Kesehatan Masyarakat, 3(1), 72–80.
https://doi.org/10.30737/nsj.v4i1.781 https://doi.org/10.35508/mkm.v3i1.2958
Fikriyah, S., & Febrijanto, Y. (2012). Faktor-Faktor Owens, J. D., Hegmann, K. T., Thiese, M. S., &
Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Phillips, A. L. (2019). Impacts of Adherence
Mahasiswa Laki-Laki Di Asrama Putra. to Evidence-Based Medicine Guidelines for
Jurnal STIKES, 5(1), 99–109. the Management of Acute Low Back Pain on
Hadyan, M. F., & Saftarina, F. (2017). Hubungan Costs of Worker’s Compensation Claims.
Usia, Lama Kerja , Masa Kerja dan Indeks Journal of Occupational and Environmental
Massa Tubuh ( IMT ) terhadap Kejadian Low Medicine, 61(6), 445–452.
Back Pain ( LBP ) pada Petani di Desa Munca https://doi.org/10.1097/JOM.000000000000
Kabupaten Pesawaran. Medula, 7(4), 141–146. 1593
Hutasuhut, R. O., Lintong, F., & Rumampuk, J. F. Rinaldi, E., Utomo, W., & Nauli, F. A. (2015).
(2021). Hubungan Lama Duduk Terhadap Hubungan Posisi Kerja pada Pekerja Industri
Keluhan Nyeri Punggung Bawah. Jurnal E- Batu Bata dengan Kejadian Low Back Pain.
Biomedik, 9(2), 160–165. JOM, 2(2), 1085-1093p.
https://doi.org/10.35790/ebm.v9i2.31808 Riningrum, H., & Widowati, E. (2016). Pengaruh
Indrayani, R., Wati, D. M., & Agustini, A. T. (2019). Sikap Kerja, Usia, dan Masa Kerja Terhadap
Keluhan Nyeri Punggung Bawah di Kalangan Keluhan Low Back Pain. Jurnal Pena Medika,
Pekerja Kerajinan Tasbih (Studi di UD. 6(2), 91–102.
Gaharu Jaya dan UD. Handayani Santiasih, I. (2013). Kajian Manual Material
Darussalam Kecamatan Balung Kabupaten Handling Terhadap Kejadian Low Back Pain
Jember). Jurnal Ikesma, 15(2), 110–118. Pada Pekerja Tekstil. Jurnal Teknik Industri,
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan 8(1), 21–26.
Dasar Tahun 2018. https://doi.org/10.12777/jati.8.1.21-26
Kumbea, N. P., Asrifuddin, A., & Sumampouw, O. Saputra, A. (2020). Sikap Kerja, Masa Kerja, dan
J. (2021). Keluhan Nyeri Punggung Bawah Usia terhadap Keluhan Low Back Pain pada
Pada Nelayan. Indonesia Journal of Public Pengrajin Batik. Higeia Journal of Public Health
Health and Community Medicine, 2(1), 21–26. Research and Development, 4(1), 147–157.

30
Tiasna, R. K., Wahyuningsih, A. S. / Keluhan Low Back / HIGEIA 7 (1) (2023)

Sirait, R. A., & Dewi, M. S. (2022). Hubungan Sikap dan Produktivitas. UNIBA PRESS.
Kerja dan Berat Beban dengan Keluhan Low http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-
Back Pain (LBP) pada Pekerja Pengangkutan content/uploads/2016/03/Buku-
Hasil Tangkap Ikan di Tempat Pelelangan Ergonomi.pdf
Ikan (TPI). Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi Tristiawan, N., Wahyuni, I., & Jayanti, S. (2019).
(Jkf), 4(2), 290–298. Analisis Faktor Risiko Keluhan Nyeri
https://doi.org/10.35451/jkf.v4i2.963 Punggung Bawah Menggunakan Software
Siska, M., & Teza, M. (2012). Analisa Posisi Kerja Catia Pada Pekerja Bagian Permesinan di
Pada Proses Pencetakan Batu Bata UMKM Saestu Makaryo, Pati. Jurnal
Menggunakan Metode NIOSH. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(1), 351–
Teknik Industri, 11(1), 61–70. 357.
Sucipto, C. D. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Uran, P. G. N., Ruliati, L. P., & Tira, D. S. (2022).
Kerja. Gosyen Publishing. Relationship between Ergonomic Factors and
Sulaeman, Y. A., & Kunaefi, T. D. (2015). Low Back Lower Back Pain on Dry Fish Processing
Pain (LBP) pada Pekerja di Divisi Minuman Workers. Journal of Community Health, 4(1),
Tradisional (Studi Kasus CV. Cihanjuang Inti 21–33.
Teknik). Jurnal Tehnik Lingkungan, 21(2), 201– http://ejurnal.undana.ac.id/index.php/LJCH
211. https://doi.org/10.5614/jtl.2015.21.2.10 /article/view/4083
Suma’mur, P. . (2014). Hiegiene Perusahaan dan Waworuntu, Z., Kawatu, P. A. T., & Akili, R. H.
Kesehatan Kerja. Sagung Seto. (2018). Gambaran Keluhan Nyeri Punggung
Suryanto, D., Ginanjar, R., & Fathimah, A. (2020). pada Pengendara Ojek Online di Kota
Hubungan Risiko Ergonomi Dengan Keluhan Manado. KESMAS, 7(5), 1–10.
Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Widjaya, M. P., Aswar, H., & Pala’langan, S. (2014).
Pekerja Informal Bengkel Las Di Kelurahan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Sawangan Baru Dan Kelurahan Pasir Putih Kejadian Low Back Pain pada Pekerja
Kota Depok Tahun 2019. Promotor, 3(1), 41– Furniture. Medula, 1(2), 1–6.
49. https://doi.org/10.32832/pro.v3i1.3143 http://ojs.uho.ac.id/index.php/medula/articl
Tarwaka, Bakri, S. H., & Sudiajeng, L. (2014). e/view/196
Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja

31

Anda mungkin juga menyukai