Anda di halaman 1dari 10

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI PADA PADA KASUS LOW

BACK PAIN MYOGENIC DI KLINIK FISIOTERAPI


SURABAYA TAHUN 2022

dr.Elina Damayanti, Linda Baharudin, Bintang Arsy, Anas, A Mutmaina, Derlyn, Fahmi,
Ika Retnani

ABSTRAK
Pekerja kantor merupakan salah satu kelompok di masyarakat yang cukup
besar jumlah nya di Indonesia yang dapat memiliki masalah berkaitan dengan
nyeri punggung bawah atau dikenal dengan Low Back Pain (LBP) yang
merupakan gangguan musculoskeletal yang dapat diakibatkan oleh aktivitas tubuh
yang kurang baik berupa keluhan nyeri, ketegangan otot, atau rasa kaku di daerah
punggung yaitu di samping bawah iga sampai lipatan bawah bokong (placia
glutea inferior), dengan atau tanpa di sertai penjalaran di sertai rasa nyeri ke
daerah tungkai (sciatica) (Ramdani, 2018). Faktor yang berhubungan dengan
nyeri punggung bawah terdiri dari beberapa factor yang antara lain usia, masa
kerja, sikap kerja dan lainnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
besarnya hubungan sebab akibat antara waktu lama kerja pekerja kantor dengan
keluhan nyeri pinggang pada responden yang berobat di Klinik Fisioterapi.
Metode: Penelitian epidemiologi ini merupakan penelitian deskriptif yang
dilaksanakan di Klinik Fisioterapi di kota Surabaya pada bulan Januari sampai
dengan April 2022 dengan responden sejumlah respobden. Variable dalam
penelitian ini yaitu keluhan nyeri punggung bawah, usia, lama jam kerja, dan
sikap selama bekerja. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan
data laporan pasien dalam bulan Januari sampai dengan bulan April tahun 2022.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan sebab akibat
antara lama kerja seorang pekerja kantor dengan keluhan nyeri pinggang bawah
yang juga dipengaruhi oleh faKtor yang lain yang meliputi usia, sikap perilaku
selama bekerja dan beban kerja.
Kata Kunci: Nyeri pinggang bawah, pekerja kantor, waktu bekerja
PENDAHULUAN
Di masa pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) banyak perubahan
dalam segala aspek kehidupan termasuk di dunia kerja dimana karyawan tidak
hanya melakukan kegiatan di kantor tetapi juga dituntut untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka saat di rumah atau Work From Home (WFH) dengan demikian
mereka akan menghabiskan sebagian waktu dirumah dengan duduk di depan layar
komputer atau menggunakan handphone. Pembatasan jam kerja di kantor tersebut
dilakukan untuk mencegah penularan virus corona sehingga Sebagian waktu di
lakukan di rumah dengan menggunakan metode di depan laptop/computer dalam
waktu yang lama. Kebiasaan bekerja di balik meja atau duduk di depan computer
yang cukup lama dengan tingkat kesibukan yang tinggi , membuat banyak pekerja
kantor atau karyawan jarang melakukan senam atau olah raga ringan disela-sela
mereka bekerja. Hal ini lambat atau cepat memicu terjadinya beberapa keluhan
penyakit seperti pusing, mual muntah, nyeri disekitar tengkuk, sampai nyeri
sekitar tulang belakang dari punggung atas sampai bagian punggung bawah yang
dikenal dengan Low Back Pain.
Nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Penyakit ini merupakan salah
satu masalah kesehatan dunia yang sangat umum yang mengakibatkan aktivitas
terbatas dan juga ketidakhadiran kerja. Low Back Pain memang tidak
menyebabkan suatu kematian akan tetapi menyebabkan individu yang
mengalaminya menjadi tidak produktif sehingga hal tersebut dapat menjadi beban
ekonomi yang besar baik bagi individu, keluarga, masyarakat, maupun pemerintah
(Ramdani,2108). Kurang lebih terdapat 80% populasi di dunia sudah pernah
merasakan nyeri pada punggung bagian bawah setidaknya satu kali dalam seumur
hidupnya (Sahara 2020).
Definisi buruh/karyawan atau pegawai menurut pusat data statistic Jawa
Timur adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau
instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa
uang maupun barang. Data yang ditampilkan oleh Badan Statistic Propinsi Jawa
Timur tanggal 26 November 2020 bahwa jumlah masyarakat Jawa Timur yang
bekerja sebagai buruh/karyawan atau pegawai kurang lebih 4.387.812 orang
dimana sebagian besar mereka menghabiskan waktu mereka di kantor kurang
lebih rata rata 8-12 jam sehari. Yang maksud dengan jam kerja adalah periode
waktu dimana seseorang melakukan pekerjaan untuk mendapatkan upah. Hal ini
telah di atur Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan
Peraturan pemerintah No. 35 Tahun 2021 yang merupakan bagian dari Undang-
undang Cipta Kerja. Kedua kebijakan tersebut sama-sama menetapkan dua jenis
aturan terkait Working Hour sesuai Kementerian Ketenagakerjaan yang bisa
digunakan oleh perusahaan yaitu 7 jam dalam sehari atau 40 jam dalam seminggu
bila jumlah hari kerja 6 hari dengan 1 hari istirahat dalam kurun waktu satu
minggu dan 8 jam dalam sehari atau 40 jam dalam seminggu jika karyawan
bekerja selama 5 hari kerja dengan 2 hari istirahat dalam waktu satu minggu.
Melihat dari jumlah jam kerja pegawai yang cukup panjang dan hal ini
dilakukan bertahun-tahun maka terdapat penyakit-penyakit tertentu yang
mengancam pada seorang karyawan atau pegawai. Faktor ergonomic kerja
meliputi postur saat bekerja monoton dan tidak nyaman dengan beban kerja yang
berat dan berlangsung dalam waktu yang lama akan memicu seseorang pekerja
akan terkena penyakit yang berhubungan dengan otot. Berdasarkan hasil riset
Kesehatan dasar tahun 2018, prevalensi penyakit musculoskeletal di Indonesia
yang pernah didiagnosa oleh tenaga Kesehatan yaitu 11,9% dan berdasarkan
diagnosis atau gejala 24,7%. Jumlah penderita nyeri punggung bawah diIndonesia
tidak diketahui pasti, namun diperkirakan sekitar 7,6 % sampai 37 %. Berdasarkan
data statistic yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2018), terdapat 26,74
% penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja mengalami keluhan dan gangguan
Kesehatan (Kemenkes, 2019). Hal ini diakibatkan adanya perubahan dimana
bertambahnya usia seseorang maka semakin menurun kekuatan otot, hal ini
didukung oleh hasil penelitian Leni, Tahun 2018. Ternyata dengan bertambahnya
usia seseorang pada usia dewasa diikuti kerusakan jaringan-jaringan tubuh yang
menyebabkan penurunan kemampuan fisik, fisiologis dan neurologis yang sangat
berpengaruh pada aktivitas seseorang. Dengan adanya penurunan aktivitas atau
keterbatasan aktivitas maka akan menyebabkan penurunan kinerja. Hal ini mulai
terjadi pada seseorang sekitar umur 30-40 an tergantung pada beban kerja dan
perilaku kerja karyawan tersebut sebelumnya.
Terdapat beberapa faktor resiko penting terkait dengan kejadian Low Back
Pain (LBP) yaitu usia diatas 35 tahun, perokok aktif, masa kerja 5-10 tahun,
posisi kerja, beban kerja, indeks massa tubuh dan riwayat keluarga penderita
musculoskeletal disorder. Anamnesis yang akurat dan pemeriksaan spesifik
sangatlah diperlukan dalam mengevaluasi Low Back Pain, pada umumnya, pasien
terbangun di pagi hari ataupun nyeri tersebut muncul setelah melakukan beberapa
gerakan seperti membungkuk, berputar, atau mengangkat barang, nyeri yang
muncul dari struktur tulang belakang dapat menjalar hingga tungkai bawah,
namun pada umumnya tidak melebihi lutut (Ramdani,2108). Dari latar belakang
diatas dilakukan suatu upaya untuk menanggulangi kasus tersebut salah satunya
dengan penyelidikan epidemiologi. Penyelidikan epidemiologi merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah
kesehatan secara menyeluruh.
Penyelidikan epidemiologi bertujuan menegakkan diagnosa, memastikan
terjadi tidaknya kejadian luar biasa (KLB), menemukan kasus tambahan, dan
mendapatkan gambaran kasus berdasarkan variabel epidemiologi. Oleh karena itu,
penyelidikan epidemiologi penting untuk dilakukan guna mendapatkan informasi
tentang faktor resiko Low Back Pain sehingga kasus tersebut dapat ditagani dan
dicegah.

TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui besarnya kejadian kasus low back pain dan bagaimana cara
penanggulangan peningkatan kasus low back pain tersebut . Untuk mencapai
tujuan tersebut maka perlu untuk mencari data tentang :
a) Mengetahui distribusi kasus menurut variabel epidemiologi
b) Mengetahui faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kasus LBP
c) Mengetahui cara penanganan kasus LBP.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif yang
disajikan secara deskriptif eksploratif. Pengumpulan data menggunakan
pendekatan cross sectional melalui wawancara mendalam menggunakan pedoman
wawancara pada informan utama dan informan triangulasi. Penelitian ini
dilakukan di Klinik Fisioterapi Surabaya pada bulan Januari 2022 sampai dengan
bulan April 2022 dimana tehnik pengumpulan data dilakukan dengan turun
langsung di lapangan yang meliputi: Sampel penelitian ini diambil secara
purposive sampling yaitu sampel diambil dari semua subyek yang datang dan
memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah subyek terpenuhi. Kriteria inklusi
penelitian ini adalah pasien fisioterapi yang dapat berkomunikasi dengan baik dan
kooperatif dalam kurun waktu 4 bulan terakhir yaitu bulan Januari 2022 sampai
dengan bulan April 2022 dan masih menjalani perawatan fisioterapi serta
memberikan persetujuan untuk ikut dalam penelitian. Data yang digunakan dalam
penyelidikan epidemiologi ini menggunakan antara lain:
a) Data primer
Data primer didapatkan melalui wawancara kepada informan utama dan
informan triangulasi.
b) Data sekunder
Data sekunder didapatkan dari dinas kesehatan dan data lain yang
mendukung penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan gambar 1, penelitian yang dilakukan di Klinik Fisioterapi
Surabaya selama bulan Januari 2022 sampai bulan April 2022 didapatkan
sebanyak 1.569 kasus Low Back Pain yang terjadi baik pada wanita atau pria dari
usia remaja hingga lansia.
Berdasarkan gambar 2, jumlah kasus Low Back Pain di Klinik Fisioterapi
Surabaya selama bulan Januari 2022 sampai bulan April 2022 menurut kelompok
umur sebanyak 3,18 % terjadi pada usia remaja (11-19 tahun), sebanyak 94,07%
terjadi pada usia dewasa (20-60 tahun), dan sebanyak 2,74% terjadi pada usia
lansia (>60 tahun).
Berdasarkan gambar 3, jumlah kasus Low Back Pain di Klinik Fisioterapi
Surabaya selama bulan Januari 2022 sampai bulan April 2022 menurut kelompok
pekerjaan sebanyak 3,18% pada pelajar, 74,44%% pada pekerja kantor, 19,63%
pada ibu rumah tangga, dan 2,74% pada pensiunan
500
468
450
423
400
366
350
300 312

250
Jumlah kasus per bulan
200
150
100
50
0
Januari Februari Maret April

Gambar 1. Grafik yang menunjukkan peningkatan jumlah kasus LBP


bulan Januari 2022 s/d April 2022

1600
1476
1400

1200

1000

800
Jumlah kasus menurut
600 kelompok umur

400

200
50 43
0 0
0
Bayi 0 - 1 Anak-anak Remaja 11- Dewasa 20- Lansia > 60
tahun 2-10 tahun 19 tahun 60 tahun tahun

Gambar 2. Jumlah Kasus LBP menurut kelompok umur


43 50

308

Pelajar
Pekerja kantor
Ibu rumah tangga
Pensiunan

1168

Gambar 3. Jumlah Kasus LBP menurut kelompok pekerjaan

Prevalensi low back pain menurut WHO (2013) mencapai angka 33%
pada penduduk di negara berkembang, di Inggris ditemukan sekitar 17,3 juta
orang pernah mengalami nyeri punggung dan sebanyak 1,1 juta orang mengalami
kelumpuhan akibat nyeri punggung. Berdasarkan hasil riset Kesehatan dasar tahun
2018, prevalensi penyakit musculoskeletal di Indonesia yang pernah didiagnosa
oleh tenaga Kesehatan yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%.
Jumlah penderita nyeri punggung bawah diIndonesia tidak diketahui pasti, namun
diperkirakan sekitar 7,6 % sampai 37 %. Berdasarkan data statistic yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2018), terdapat 26,74 % penduduk usia
15 tahun ke atas yang bekerja mengalami keluhan dan gangguan Kesehatan
(Kemenkes, 2019)
Keluhan Musculoskeletal merupakan keluhan pada bagian otot skeletal
atau otot rangka yang dirasakan seseorangan baik ringan maupun sangat sakit.
Posisi yang statis secara terus menerus dan berulang akan menyebabkan
kerusakan sendi, ligamen dan tendon. Faktor risiko penyebab keluhan
musculoskeletal diakibatkan karena peregangan otot yang berlebihan, aktivitas
berulang, sikap kerja yang tidak ergonomis, penyebab sekunder dan adanya
penyakit lain (Tarwaka, 2010). Sikap kerja yang salah akan menyebabkan posisi
tubuh menjauhi pusat grafitasi tubuh, maka resiko terjadinya keluhan
muskuloskeletal semakin meningkat (Tarwaka, 2015).
Permasalahan otot dapat terjadi karena situasi tertentu misalnya posisi
duduk yang salah, faktor usia, postur tubuh dan kursi yang kurang ergonomis.
Tekanan pada ruas tulang belakang akan meningkat dalam keadaan duduk. Posisi
duduk yang tidak benar adalah faktor paling banyak yang ditemukan penyebab
terjadinya nyeri punggung. Posisi yang tidak ergonomis akan menimbulkan
kontraksi otot yang melawan tahanan pada otot-otot utama yang bekerja. Posisi
duduk baik tegak maupun dalam keadaan membungkuk dalam jangka waktu lebih
dari 30 menit dapat menyebabkan gangguan pada otot (Harahap, 2018). Faktor
penyebab terjadinya low back pain dikarenakan postur kerja yang salah saat
mengangkat atau membawa beban dengan lengan atau bahu, pekerjaan yang
berulang, pekerjaan yang statis dan durasi kerja yang lama (Fatejarum, 2018).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kebanyakan postur pasien
dengan posisi duduk sedikit membungkuk dalam waktu yang lama dan dilakukan
secara terus-menerus dan kebanyakan dilakukan dengan bermain ponsel ataupun
alat elektronik lainnya. Posisi yang sama dalam waktu yang lama akan
menyebabkan otot menegang dan ligamen tulang belakang mengalami
peregangan. Posisi tubuh yang salah selama duduk akan menyebabkan tekanan
abnormal dari jaringan sehingga akan menimbulkan sakit pada punggung bawah.
Penggunaan otot yang berlebihan ini akan menimbulkan iskemia dan
inflamasi. Pada pergerakan otot akan menimbulkan nyeri dan akan menimbulkan
spasme otot. Karena timbul spasme maka lingkup gerak punggung bawah menjadi
terganggu dan terbatas. Mobilitas lumbal menjadi terbatas pada gerakan fleksi,
ekstensi dan rotasi. Nyeri dan spasme menyebabkan individu menjadi takut
menggunakan otot-otot punggungnya untuk melakukan gerakan pada lumbal
(Ramadhani, 2015).
Sikap kerja yang statis dalam waktu yang lama lebih cepat menimbulkan
keluhan pada sistem muskuloskeletal. Posisi kerja yang salah akan menyebabkan
tubuh menjadi mudah lelah sehingga menyebabkan tubuh kurang produktif dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Apabila dilakukan dalam jangka waktu yang
panjang akan menyebakna adanya gangguan fisik atau keluhan nyeri dan
gangguan psikologis atau stress (Kairupan, 2018).
Menurut Kairupan (2018), penyebab memburuknya nyeri pada daerah
punggung adalah posisi kerja atau sikap kerja dengan postur tubuh yang salah ,
duduk pada kursi yang tidak memiliki sandaran yang baik, berdiri atau
membungkuk dalam waktu yang lama, mengangkat, menjinjing, mendorong atau
menarik beban yang terlalu berat, kurang berolahraga, tidur pada kasur yang tidak
sesuai, obesitas, hamil, serta mengemudi dalam waktu yang lama. Dari hal-hal
tersebut dapat dilihat bahwa sikap kerja yang kurang baik dapat menybabkan
terjadinya gangguan fisik seperti keluhan nyeri punggung. Karena adanya
penekanan terus menerus pada daerah discus tanpa adanya perengangan sehingga
membuat nyeri pada daerah punggung akan semakin parah.
DAFTAR PUSTAKA

Fatejarum, A. and Susianti (2018) ‘Hubungan Postur Kerja dan Repetisi terhadap
Kejadian Keluhan Muskuloskeletal pada Petani’, J Agromedicine, 5(1), pp. 518–523.
Available at: http://repository.lppm.unila.ac.id/12650/1/pdf.
Harahap, P. S., Marisdayana, R. and Al Hudri, M. (2019) ‘Faktor-faktor yang
berhubungan dengan keluhan Low Back Pain (LBP) pada pekerja pengrajin batik
tulis di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi Tahun 2018’, Riset Informasi Kesehatan,
7(2), p. 147. doi: 10.30644/rik.v7i2.157.
Hutabarat, Y. (2017) Dasar Dasar Pengetahuan Ergonomi, MNC
Publishing.Rachmaputri, J. and Kusumawati, N. R. (2015) ‘Gambaran Gangguan
Fungsional Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Low Back Pain Mekanik’, Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 4(4), p. 112254. Available at:
https://www.neliti.com/id/publications/112254/.
Kairupan, Y. K., South, L. F. and Kolibu, F. K. (2018) ‘Hubungan Antara Sikap Kerja
Dan Indeks Massa Tubuh Dengan Keluhan Nyeri Punggung Pada Pekerja Pembuat
Gerabah’, Jurnal Kesmas, 7(4).
KEMENPERIN (2003) ‘Undang - Undang RI No 13 tahun 2003’, Ketenagakerjaan, (1).
Peraturan Pemerintah no 35 (2021) ‘Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021
Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja [Government Regulation Number 35 of
2021 concerning Work Agreements for Certain Time, Outsourcing, W’, (086142), p.
42. Available at: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/161904/pp-no-35-tahun-
2021.
Ramdani, A. (2018) ‘Hubungan Antara Posisi Kerja dan Masa Kerja Terhadap Kejadian
Loq Back Pain pada Penambang Belerang di Gunung Ijen’.
Sahara, R. and Pristya, T. Y. (2020) ‘Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Low Back Pain (LBP) pada Peker-ja: Literature Review’, Jurnal Ilmiah Kesehatan,
13(3), pp. 92–99. Available at:
https://journals.stikim.ac.id/index.php/jikes/article/download/585/499/.
Tarwaka, Bakri, S. H. and Sudiajeng, L. (2004) Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Produktivitas. Available at:
http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Buku-Ergonomi.pdf.

Anda mungkin juga menyukai