3. Analisis Kasus “Teror di Sigi Sulawesi Tengah” berdasarkan Nilai-nilai Bela Negara
1 Cinta Tanah Air Dari kasus diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa aksi teror
tidak mencerminkan rasa cinta tanah air. Adapun indikator-indikator
yang tidak sesuai yaitu:
a) Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayah
Indonesia; bertolak belakang dengan sikap pelaku teror yang
membakar rumah warga dan membakar tempat ibadah dimana
rumah warga dan tempat ibadah merupakan bagian dari Indonesia
yang harus dijaga
b) Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya; bertolak
belakang dengan sikap pelaku yang provokatif dan bertujuan untuk
memecah persatuan dan kesatuan di lingkungan yang sudah
terjalin toleransi dengan baik
2 Sadar Berbangsa Dari kasus diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa aksi terror
dan Bernegara tidak mencerminkan sikap kesadaran dalam berbangsa dan
bernegara. Adapun indikator yang tidak sesuai yaitu:
a) Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Hal ini
bertolak belakang dengan perbuatan pelaku teror yang sangat tidak
mencerminkan kewajiban warga negara sesuai dengan UUD 1945
pasal 30 ayat 1 yaitu ikut serta dalam upaya pertahanan dan
keamanan negara. Pembantaian, pembakaran rumah warga dan
rumah pelayanan umat juga bisa memicu rusaknya kedaulatan
bangsa dan negara
3 Setia pada Dari kasus diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa aksi terror
Pancasila tidak mencerminkan kesetiaan terhadap pancasila. Adapun
indikator yang tidak sesuai yaitu:
a) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; Hal
ini bertolak belakang dengan sikap pelaku yang membakar rumah
ibadah, dimana tidak sesuai dengan pengamalan butir Pancasila
sila ke-1 yang menyatakan bahwa “setiap warga negara wajib
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antar
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
serta mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing”.
Selain itu, aksi pelaku yang menganiaya dan membunuh korban
juga tidak sesuai dengan butir Pancasila sila ke 2 yaitu: mengakui
persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya, mengembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia, engembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira, serta engembangkan sikap tidak semena-mena terhadap
orang lain.
b) Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara; Aksi
teror di Desa Lembantongoa, Sigi, Sulawesi tersebut mencerminkan
bahwa pelaku tidak yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai
dasar negara karena tindakan tersebut merupakan perilaku tidak
adil dan menimbulkan perpecahan yang tidak sesuai dengan nilai
Pancasila sila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia.
4 Rela Berkorban Dari kasus diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa aksi terror
untuk Bangsa tidak mencerminkan sikap rela berkorban untuk bangsa dan
dan Negara negara. Adapun indikator yang tidak sesuai yaitu:
a) Siap membela negara dari berbagai macam ancaman; Hal ini
bertolak belakang dengan sikap pelaku teror yang justru
menimbulkan ancaman bagi kerukunan hidup berbangsa dan
bernegara.
b) Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan
negara; Hal ini bertolak belakang dengan tindakan penganiayaan
yang menimbulkan korban jiwa, serta tindakan perusakan fasilitas
umum.
5 Kemampuan Dari kasus diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa aksi terror
Awal Bela tidak mencerminkan sikap kemampuan awal negara. Adapun
Negara indikator yang tidak sesuai yaitu:
a) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah
diberikan Tuhan; Hal ini bertolak belakang dengan aksi teror yang
jelas mencerminkan perilaku tidak bersyukur atas nikmat kerukunan
dan toleransi beragama yang sudah terjalin.