Anda di halaman 1dari 30

TUGAS INDIVIDU LATSAR CPNS

KABUPATEN ROKAN HILIR

RIAU

TAHUN ANGGARAN 2022

“RINGKASAN KONSEPTUAL MODUL AGENDA I , II DAN III”

DISUSUN OLEH : DESWANDI,AMK

NIP : 19921228 202012 1 020

ANGKATAN : XVI
RINGKASAN KONSEPTUAL MODUL AGENDA I , II DAN III

AGENDA I

1. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

a. Pengertian Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi
oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem
nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

b. 4 Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara


1) Pancasila
2) UUD 1945
3) Bhinneka Tunggal Ika
4) NKRI

c. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan


Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang
Negara Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan
negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi
cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera,
bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan
hanya sekadar merupakan pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa
dan negara, melainkan menjadi simbol atau lambang negara yang
dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia.
2. NILAI-NILAI BELA NEGARA

a. Pengertian Bela Negara

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.

b. Nilai Nilai Bela Negara


a) Cinta Tanah Air;
b) Sadar Berbangsa Dan Bernegara;

c) Setia Pada Pancasila Sebagai Ideologi Negara;


d) Rela Berkorban Untuk Bangsa Dan Negara; Dan
e) Kemampuan Awal Bela Negara

c. Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN

a) Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan


perilaku, antara lain :
 Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang
sah.
 Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
 Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga
seluruh ruang wilayah Indonesia baik ruang darat, laut
maupun udara dari berbagai ancaman, seperti : ancaman
kerusakan lingkungan, ancaman pencurian sumber daya
alam, ancaman penyalahgunaan tata ruang, ancaman
pelanggaran batas negara dan lain-lain.
b) Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN,
diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, antara lain :
 Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
 Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
 Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap
kontestasi politik, baik tingkat daerah maupun di tingkat
nasional.
c) Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN,
diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, antara lain :
 Memegang teguh ideologi Pancasila.
 Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
 Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
d) Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN,
diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, antara lain :
 Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun.
 Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk kemajuan bangsa dan Negara sesuai tugas dan
fungsi masing-masing.
 Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan
negara dari berbagai macam ancaman.
e) Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan
dengan sikap dan perilaku antara lain :
 Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
 Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
 Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
2. ANALISIS ISU KONTEMPORER

1. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER


Perlu disadari bahwa PNS sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada
pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian
menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945,
NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan
bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS
mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer
diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/ terorisme, money
laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime,
Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya. Isu-isu yang akan diuraikan
berikut ini :
a. Korupsi
Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi”
diartikan sebagai: “perbuatan yang buruk seperti: penggelapan uang,
penerimaan uang sogok, dan sebagainya”. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia “korupsi” diartikan sebagai
penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi
antara lain yaitu faktor Individu dan faktor Lingkungan.
Dampak Korupsi
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan
tatanan bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara,
mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi masyarakat.

b. Narkoba
Tindak Pidana Narkoba

 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 Tentang Narkotika atau UN


Single Convention on Narcotic Drugs 1961 dan diamandemen
dengan protocol 1972
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
tahun 1997 Tentang Narkotika.

 Diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35


Tahun 2009 Tentang Narkotika, Sebagai Dasar Hukum organisasi
BNN Vertikal

c. Terorisme dan Radikalisme


Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan
untuk penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil/non kombatan
untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih kecil dari pada
perang.
 Pasal 7 Undang-undang No. 15 Tahun 2003 mengatur tentang
tindak pidana terorisme
 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana
Terorisme.
Radikalisme diartikan sebagai tantangan politik yang bersifat
mendasar atau ekstrem terhadap tatanan yang sudah mapan (Adam
Kuper, 2000).
d. Money Laundring
Adalah suatu perbuatan yang melibatkan upaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta
kekayaan dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan itu seolah
olah berasal dari aktivitas yang sah.
e. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan
Hoax)
Beberapa peraturan perundangan yang bisa menjadi rujukan
dalam konteks kejahatan yang terjadi dalam komunikasi massa
adalah:
1. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers

2. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

3. Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

4. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang


Keterbukaan Informasi Publik

5. Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan


Atas Undang.

6. Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik.

Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang


terjadi dan beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer,
jaringan komputer dan internet. Pelakunya pada umumnya harus
menguasai teknik komputer, algoritma, pemrograman dan sebagainya,
sehingga mereka mampu menganalisa sebuah sistem dan mencari
celah agar bisa masuk, merusak atau mencuri data atau aktivitas
kejahatan lainnya.

Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan


atau hasutan yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di
muka umum atau di ruang publik merupakan salah satu bentuk
kejahatan dalam komunikasi massa.

Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat


dipertangung jawabkan atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber
maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba kelompok-
kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak
benar.
3. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

A. KONSEP KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


konsep bela negara menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal
dari kata bela yang artinya menjaga baik-baik, memelihara, merawat,
menolong serta melepaskan dari bahaya.
B. KESIAPSIAGAN BELA NEGARA DALAM LATSAR CPNS
Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan
setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa,
olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang
di dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk
kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan
kegiatan apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di
Indonesia sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
C. KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan
awal bela negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat
ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu
dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non
fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh
kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan
terhormat.
D. RENCANA AKSI BELA NEGARA
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap
warga negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur
bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
AGENDA II

PELAYANAN PUBLIK

Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka


pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
 Partisipatif

 Transparan
 Responsif
 Tidak diskriminatif.
 Mudah dan Murah
 Efektif dan Efisien
 Aksesibel

ASN sebagai Pelayan Publik

Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi


sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan
pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN
bertugas untuk :

 Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina


Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
 Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
 Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
1. BERORIENTASI PADA PELAYANAN
a. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
 Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya.
 Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
o memelihara dan menjunjung tinggi standar etika
yang luhur;
o memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan
dan program pemerintah; dan
o memberikan layanan kepada publik secara jujur,
tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil
guna, dan santun.
 Melakukan Perbaikan Tiada Henti
Karakteristik dalam memberikan pelayanan prima ditunjukkan
dengan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai
cara, antara lain: pendidikan, pelatihan, pengembangan ide
kreatif, kolaborasi, dan benchmark.
b. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
Penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai
hambatan dan tantangan, yang dapat berasal dari eksternal seperti
kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang belum memadai,
termasuk dari sisi masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di
pedalaman dengan adat kebiasaan atau sikap masyarakat yang kolot,
ataupun yang tinggal di perkotaan dengan kebutuhan yang dinamis dan
senantiasa berubah
Tantangan yang berasal dari internal penyelenggara pelayanan
publik dapat berupa anggaran yang terbatas, kurangnya jumlah SDM
yang berkompeten, termasuk belum terbangunnya sistem pelayanan
yang baik. Namun, Pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan masyarakat serta mengatasi berbagai hambatan yang ada.
2. AKUNTABEL
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan
berintegritas tinggi
Aspek-Aspek Akuntabilitas

 Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a


relationship)
 Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-
oriented)
 Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability
requiers reporting)
 Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is
meaningless without consequences)
 Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance).

Pentingnya Akuntabilitas

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:

o Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran


demokrasi);
o untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional);
o untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
Tingkatan Akuntabilitas

Mekanisme Akuntabilitas

Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and


legality)
Akuntabilitas proses (process accountability)
Akuntabilitas program (program accountability)
Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel

 Kepemimpinan
 Transparansi
 Integritas
 Tanggung Jawab (Responsibilitas)
 Keadilan
 Kepercayaan
 Keseimbangan
 Kejelasan
3. KOMPETEN
Dunia VUCA
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu
dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian
(uncertainty). Demikian halnya situasinya saling berkaitan dan saling
mempengaruhi (complexity) serta ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, &
Mahon, 2018).
Panduan Prilaku Kompeten
i. Meningkatkan Kompetensi Diri

Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang


selalu berubah adalah keniscayaan. Melaksanakan belajar sepanjang
hayat merupakan sikap yang bijak.
Setiap orang termasuk ASN selayaknya memiliki watak sebagai
pembelajar sepanjang hayat, yang dapat bertahan dan berkembang
dalam oreintasi Ekonomi Pengetahuan (Knowledge Economy).
Pembelajar yang relevan saat ini adalah mereka yang memiliki
kemampuan untuk secara efektif dan kreatif menerapkan keterampilan
dan kompetensi ke situasi baru, di dunia yang selalu berubah dan
kompleks.

ii. Membantu Orang Lain Belajar

Percakapan adalah cara pekerja menemukan apa yang mereka


ketahui, membagikannya dengan rekan kerja mereka, dan dalam
prosesnya menciptakan pengetahuan baru bagi organisasi.
Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam
“pasar pengetahuan” (Thomas H.& Laurence, 1998) atau forum
terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
iii. Melaksanakan tugas terbaik

 Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan

kecenderungan setiap organisasi, baik instansi

pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan


berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan
karya manusia.
 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya
tidak dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting
dalam hidup seseorang.

4. HARMONIS

Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan


sebagai having a pleasing mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious
antara lain canorous, euphonic, euphonious, harmonizing, melodious,
musical, symphonic, symphonious, tuneful. Sedangkan lawan kata dari
harmonious adalah discordant, disharmonious, dissonant, inharmonious,
tuneless, unmelodious, unmusical.

Pentingnya Suasana Harmonis

Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana
tempat kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan
dampak positif bagi karyawan yang akhirnya memberikan efek domino
bagi produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya Harmonis
 Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan
adil.
 PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok
minoritas
 PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
 Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus
memiliki suka menolong
 PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
 PNS juga harus menjadi tokoh dan panutan masyarakat
Budaya Harmonis

Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak


mudah. Realita lingkungan selalu mengalami perubahan sehingga
situasi dan kondisi juga mengikutinya. Ibarat baterai yang
digunakan untuk menggerakkan motor atau mesin suatu masa akan
kehabisan energi dan perlu di ‘charge’ ulang.

Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa

Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai


kenekaragaman bangsa dan budaya, sejarah pergerakan bangsa
dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa, serta
potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap
dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN
bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya,
agama dan lain-lain.

Analogi yang sama dapat diterapkan dalam kehidupan


bermasyarakat, Pola Harmoni merupakan sebuah usaha untuk
mempertemukan berbagai pertentangan dalam masyarakat. Hal ini
diterapkan pada hubungan-hubungan sosial ekonomi untuk
menunjukkan bahwa kebijaksanaan sosial ekonomi yang paling
sempurna hanya dapat tercapai dengan meningkatkan
permusyawaratan antara anggota masyarakat. Pola ini juga disebut
sebagai pola integrasi. Analogi yang sama dapat diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat, Pola Harmoni merupakan sebuah usaha
untuk mempertemukan berbagai pertentangan dalam masyarakat.
Hal ini diterapkan pada hubungan-hubungan sosial ekonomi untuk
menunjukkan bahwa kebijaksanaan sosial ekonomi yang paling
sempurna hanya dapat tercapai dengan meningkatkan
permusyawaratan antara anggota masyarakat. Pola ini juga disebut
sebagai pola integrasi.
5. LOYAL
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa
mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan
memengaruhinya.
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi
untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
 Taat pada Peraturan
 Bekerja dengan Integritas
 Tanggung Jawab pada Organisasi
 Kemauan untuk Bekerja Sama
 Rasa Memiliki yang Tinggi
 Hubungan Antar Pribadi
 Kesukaan Terhadap Pekerjaan
 Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan

Panduan perilaku
Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI
serta pemerintahan yang sah;
Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan
negara; serta
Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya
adalah sebagai berikut :

 Komitmen
 Dedikasi
 Kontribusi
 Nasionalisme
 Pengabdian
Membangun Perilaku Loyal

 Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki


 Meningkatkan Kesejahteraan
 Memenuhi Kebutuhan Rohani
 Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
 Melakukan Evaluasi secara Berkala
I. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta
Pemerintahan yang Sah
1) Memegang teguh ideologi Pancasila;

2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang
sah;
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; dan

4) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan


program pemerintah.

II. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara

1) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;


2) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
3) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
4) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik;
5) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun;
6) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;

7) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;

8) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja


pegawai;
9) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
10)Meningkatkan efektivitas sistem
pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karier.

III. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara

 Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;


 Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;
 Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain; dan
 Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.
6. ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang
timbul.

Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN

Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana


ASN memiliki kemampuan menerima perubahan.

Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan


antara lain sebagai berikut:

Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan


Mendorong jiwa kewirausahaan
Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara
instansi mitra, masyarakat dan sebagainya.
Terkait dengan kinerja instansi.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas
yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di
dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat
berpikir kritis versus berpikir kreatif.

Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan


keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal,
seperti di antaranya tujuan organisasi,

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam


mencapai tujuan baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun.
Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individua dan
organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty,
Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi
uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan
hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk
merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan
cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting
di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan
dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya
tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah
strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk
meningkatkan kinerja.

7. KOLABORATIF
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-
sekat birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat
dihilangkan. Calon ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan
yang dapat mewujudkan harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah
berhasil diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat juga
terwujud di Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah
Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa
dan negara Indonesia.

Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat


yang mampu membantu mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan
mempertahankan tata kelola stuktur horizontal sambil mendorong
pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu, Kolaboratif harus
memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka
dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan
pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama

Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa


faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga
pemerintah adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan,
strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien
dan efektif antara entitas publik.
AGENDA III

1. SMART ASN
Dalam upaya membentuk Birokrasi berkelas Dunia tersebut, diharapkan
setiap pegawai dapat memiliki profil sebagai Smart ASN, yang terdiri dari
nasionalisme, integritas, wawasan global, hospitality, networking, penguasaan
teknologi informasi, bahasa asing dan entrepreneurship.

Literasi Digital
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk
dalam visi misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM). Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam mengakses media digital
(digital ethics), budaya menggunakan digital (digital culture), menggunakan
media digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan menggunakan
media digital (digital skills).

Percepatan Transformasi Digital


Menurut Vial (2019), transformasi digital memberikan lebih banyak informasi,
komputasi, komunikasi, dan konektivitas yang memungkinkan berbagai
bentuk kolaborasi baru di dalam jaringan dengan aktor yang terdiversifikasi.
Realitas baru ini menawarkan potensi luar biasa untuk inovasi dan kinerja
dalam organisasi.
5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital:

1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.

2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor


strategis, baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial,
sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri,
sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah
dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan
pembiayaan transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
(Oktari, 2020)

Konsep literasi digital pun semakin berkembang seiring zaman. Menurut


definisi UNESCO dalam modul UNESCO Digital Literacy Framework (Law,
dkk., 2018) literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup
kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi
TIK, literasi informasi dan literasi media.”

Telah disusun pula 4 modul yang dibuat untuk menunjang


percepatan transformasi digital yaitu:
1. Cakap Bermedia Digital

2. Budaya Bermedia Digital

3. Etis Bermedia Digital

4. Aman Bermedia Digital

Tantangan Kesenjangan Digital

Dalam hal lingkup literasi digital, kesenjangan digital (digital divide) juga
menjadi hal yang perlu dipahami. Kesenjangan digital merupakan konsep
yang telah lama ada. Pada awal mulanya, konsep kesenjangan digital ini
berfokus pada kemampuan memiliki (ekonomi) dan mengoperasikan
perangkat digital (komputer) dan akses (Internet).

Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana


menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian
online. Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang
sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia
mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini.
A. Etika Bermedia Digital
Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam
menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari

Dasar

● Dasar 1: Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang


berlaku, tata krama, dan etika berinternet (netiquette)

● Dasar 2: Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang


mengandung hoax dan tidak sejalan, seperti: pornografi,
perundungan, dll.

Dasar 3: Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan


kolaborasi di ruang digital yang sesuai dalam kaidah etika digital
dan peraturan yang berlaku

Dasar 4: Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan


berdagang di ruang digital yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

B. Budaya Bermedia Digital


Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

Dasar

● Dasar 1: Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal


Ika sebagai landasan kehidupan berbudaya, berbangsa dan
berbahasa Indonesia

● Dasar 2: Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja


yang tidak sejalan dengan nilai Pancasila di mesin telusur, seperti
perpecahan, radikalisme, dll.

● Dasar 3: Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik


dan benar dalam berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila,
Bhineka Tunggal Ika
● Dasar 4: Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi
sehat, menabung, mencintai produk dalam negeri dan kegiatan
produktif lainnya.

C. Aman Bermedia Digital

Kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,


menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan
digital dalam kehidupan sehari-hari
Dasar

● Dasar 1: Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata


sandi, fingerprint) Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital
(kata sandi)

● Dasar 2 Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data


yang valid dari sumber yang terverifikasi dan terpercaya,
memahami spam, phishing.

● Dasar 3 Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan


platform digital dan menyadari adanya rekam jejak digital dalam
memuat konten sosmed

● Dasar 4 Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam)


dalam transaksi digital serta protokol keamanan seperti PIN dan
kode otentikasi

D. Cakap Bermedia Digital

Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan


menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi
digital dalam kehidupan sehari-hari
Dasar

● Dasar 1: Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital


(HP, PC)
● Dasar 2: Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine)
dalam mencari informasi dan data, memasukkan kata kunci dan
memilah berita benar
● Dasar 3: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan
media sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan
mengganti Settings
● Dasar 4: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet
digital dan e-commerce untuk memantau keuangan dan
bertransaksi secara digital.

Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai
fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk
mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi
penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat
tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata
masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya.
Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat
Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru
untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku
kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki
oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.
2. Manajemen ASN
Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
Kedudukan ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus
bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.

Peran ASN

Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN


berfungsi sebagai berikut:

Pelaksana kebijakan public;


Pelayan public; dan
Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:

Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina


Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas,
dan
Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas
dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Hak dan Kewajiban ASN

PNS berhak memperoleh:

gaji, tunjangan, dan fasilitas;


cuti;
jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
perlindungan; dan
pengembangan kompetensi

Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:


 setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah;
 menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
 melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
 menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
 melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
 menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan;

 menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia


jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
 bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Sistem MERIT

Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian


tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi,
akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat
dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan
yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa
masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi.
Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang tepat dan
berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.

Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan


menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja.
Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi,
disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan
bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.

Manajemen PNS
Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian,
jaminan pensisun dan hari tua,

Manajemen PPPK
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian
penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan

Sistem Informasi ASN


Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan
dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi
Pemerintah. Untuk menjamin keterpaduan dan akurasi data dalam Sistem
Informasi ASN,
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan
Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan
Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang
ditentukan.

Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2


(dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.
Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN
melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik
berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
maupun atas inisiatif sendiri.

Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS
yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari
jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.

Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN


Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki
tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.

Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan


keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem
Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-
Instansi Pemerintah

Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.


Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative.
Kesimpulan : Pembelajaran Agenda I ,II dan III saling berkaitan dan sangat
bermamfaat untuk pembekalan seorang ASN dalam menjalan kan
tugas dan fungsi nya dalam melayani bangsa.

Sumber :
 Modul Wawasan Kebangsaan
 Modul Analisi isu Kontemporer
 Modul Bela Negara
 Modul Berorientasi pelayanan
 Modul Akuntabel
 Modul Kompeten
 Modul Harmonis
 Modul loyal
 Modul Adaptif
 Modul Kolaboratif
 Modul Smart ASN
 Modul Manajemen ASN

Anda mungkin juga menyukai