Anda di halaman 1dari 23

JURNAL MOOC PPPK

PPPK FORMASI TAHUN 2022

DISUSUN OLEH:

Nama : IDA SUNIA HIDAYAH , S.Pd

NIP : 198310052022212030

Tempat, Tanggal Lahir : BANDUNG, 5 Oktober

Golongan : IX

Jabatan : AHLI PERTAMA-GURU KELAS

Instansi : PEMERINTAHAN KAB. BANDUNG BARAT

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA (LAN)

TAHUN 2022
PELATIHAN DASAR CPNS

WAWASAN KEBANGSAAN DAN SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

NILAI NILAI BELA NEGARA

BEBERAPA TITIK PENTING DALAM SEJARAH BANGSA INDONESIA

1. 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu mereka
sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo.
2. Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang
menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor
kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI)
diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di
Leiden, Belanda.
3. Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri
oleh wakil organisasi pemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar
Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond
dan Pemuda Kaum Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.
4. Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.
5. Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintah pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
6. PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.

4 KONSENSUS DASAR
1. NKRI
2. PANCASILA
3. UUD 1945
4. BHINEKA TUNGGAL IKA
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN

“Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara adalah
Sang Merah Putih” (Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009
2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan).

“Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang
diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang
dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban Bangsa” (Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan).

“BELA NEGARA adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai Ancaman” (Pasal 1 Ayat (11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara).

HARI BELA NEGARA ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28
tahun 2006 tentang Hari Bela Negara tanggal 18 Desember 2006 dengan pertimbangan bahwa
tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia Pada tanggal
tersebut terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan
kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka bela Negara
serta bahwa dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam
rangka mempertahankan kehidupan ber-bangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi persatuan
dan Kesatuan.

Dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan bahwa Keikutsertaan Warga Negara
dalam usaha Bela Negara salah satunya dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan
dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara dengan menanamkan nilai dasar Bela Negara, yang
meliputi: a. cinta tanah air; b. sadar berbangsa dan bernegara; c. setia pada Pancasila sebagai
ideologi negara; d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan e. kemampuan awal Bela
Negara.

ANALISIS ISU KONTEMPORER MODUL II PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI


NEGERI SIPIL GOLONGAN II, DAN GOLONGAN III

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan


Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama 1 (satu) tahun masa percobaan. Tujuan Pelatihan
terintegrasi ini adalah untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Dengan demikian Undang-Undang ASN
mengedepankan penguatan nilai-nilai dan pembangunan karakter dalam mencetak PNS.

Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
secara signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN
dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c) komitmen, integritas
moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan

Kontemporer yang dimaksud disini adalah sesuatu hal yang modern, yang eksis dan
terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang, atau segala hal yang berkaitan dengan saat ini.

Kemampuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lingkungan


strategis dan analisis isu-isu kontemporer pada agenda pembelajaran Bela Negara perlu didasari
oleh materi wawasan kebangsaan dan aktualisasi nilai-nilai bela negara yang
dikontektualisasikan dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari. Selanjutnya, kemampuan
melakukan analisa isu-isu kontemporer dan perubahaan lingkungan strategis akan diberikan pada
materi kesiapsiagaan bela Negara yang disajikan dengan aktivitas pembelajaran di luar ruangan
kelas.“pada tahun 2020, diperkirakan jumlah penduduk dunia akan mencapai 10 milyar dan akan
terus bertambah, sementara sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, maka manusia di dunia
akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus melanjutkan hidup”. Pada
perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu
yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban dan bangsa.

Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan radikalisasi yang
terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh ideologi laten tertentu,
kesejahteraan, pendidikan yang buruk atau globalisasi secara umum. Bahaya narkoba merupakan
salah satu isu lainnya yang mengancam kehidupan bangsa. Bentuk kejahatan lain adalah
kejahatan saiber (cyber crime) dan tindak pencucian uang (money laundring). Bentuk kejahatan
saat ini melibatkan peran teknologi yang memberi peluang kepada pelaku kejahatan untuk
beraksi di dunia maya tanpa teridentifikasi identitasnya dan penyebarannya bersifat massif.

Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar
berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan
memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba,
paham radikalisme/ terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal
seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya. Isu-isu yang akan diuraikan
berikut ini:

1. Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema
Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Kata “corruptio”
berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin
tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis)
dan “corruptie/ korruptie” (Belanda). Secara harfiah korupsi mengandung arti:
kebusukan, keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa Indonesia
karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai: “perbuatan yang buruk seperti:
penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia “korupsi” diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan
uang Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:
Faktor Individu

1) sifat tamak,
2) moral yang lemah menghadapi godaan
3) gaya hidup konsumtif

Faktor Lingkungan

1) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi


2) Aspek ekonomi,
3) Aspek Politis,
4) Aspek Organisasi

Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan kesejahteraan


masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi
masyarakat

Mengingat fenomena korupsi telah memasuki zone Kejadian Luar Biasa (KLB),
maka pendekatan pemberantasan korupsi dipilih cara-cara yang luar biasa (extra ordinary
approach) dan tepat sasaran. Oleh karena itu, kita wajib berpartisipasi dengan
menunjukan sikap antikorupsi.

1) Bersikap jujur

2) Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak atau melanggar hak
orang lain

3) Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan bisnis maupun


hubungan bertetangga;

4) Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban perbuatan korupsi

2. Narkoba

Di kalangan masyarakat luas atau secara umum dikenal istilah Narkoba atau
Napza, dimana keduanya istilah tersebut mempunyai kandungan makna yang sama
Narkotika mengandung pengertian sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis 40 maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan.

Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika membedakan narkotika


ke dalam tiga golongan yaitu (RI, 2009):

- Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk


pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh 1. Opiat:
morfin, heroin, petidin, candu. 2. Ganja atau kanabis, marijuana, hashis. 3. Kokain:
serbuk kokain, pasta kokain, daun koka;

- Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan


berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin; serta

- Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta


berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.

3. Membangun Kesadaran Anti Narkoba

Berdasarkan data hasil Survei BNN-UI (2014) tentang Survei Nasional Penyalahgunaan
Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna Narkoba di Indonesia
telah mencapai 2,18% atau sekitar 4 juta jiwa dari total populasi penduduk (berusia 15-59 tahun).
Fakta ini menunjukkan bahwa Jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia telah terjadi
penurunan sebesar 0,05% bila dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2011, yaitu sebesar
2,23% atau sekitar 4,2 juta orang. Namun angka coba pakai mengalami peingkatan sebesar 6,6%
dibanding tahun 2011.

Maraknya Kawasan Rawan Narkoba Maraknya produksi narkotika, penyelundupan,


peredaran gelap dan bisnis ilegal yang melibatkan masyarakat, semakin memperparah kondisi
penanggulangan narkoba. Masyarakat yang sebelum menjadi obyek dalam P4GN dengan
paradigma baru P4GN harus menjadi subyek dan obyek sekaligus dalam P4GN.

3. Terorisme dan Radikalisme


Terorisme Di dunia ini terorisme bukan lah hal baru, namun selalu menjadi aktual.
Dimulai dengan terjadinya ledakan bom di gedung World Trade Center, New york 11 September
2001 dan sebuah pesawat menubruk pusat keamanan AS Pentagon beberapa menit kemudian,
aksi terorisme yang tak pelak menebar ketakutan di kalangan berbagai pihak, baik dari pihak AS,
maupun masyarakat internasional.

Umum Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era global saat ini.
Kekhawatiran negara-negara yang tergabung sebagai anggota PBB terhadap terorisme cukup
beralasan dikarenakan terdapat berbagai serangan teror yang terjadi. Kasus teror bom Kedutaan
AS di Nairobi (Kenya) pada tahun 1998 menyebabkan 224 orang tewas dan melukai lebih dari
5.000 orang, kasus peledakan WTC di New York (USA) 11 September 2001 telah menewaskan
3.000 orang dan melukai ribuan orang, kasus Bom Bali I pada tahun 2002 di Indonesia yang
menewaskan 202 orang dan melukai 209 orang, kasus serangan teroris di Mumbai (India) tahun
2008 yang menewaskan 160 orang. Fakta-fakta ini menyebabkan kasus terorisme menjadi
masalah serius di dunia dan merupakan agenda pokok yang menjadi prioritas untuk
ditanggulangi dan ditangani oleh hampir semua negara.

Pasal 7 Undang-undang No. 15 Tahun 2003 mengatur tentang tindak pidana terorisme,
pasal 7 menyatakan : “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan bermaksud untuk menimbulkan teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas
atau menimbulkan korban yang bersifat missal dengan cara merampas kemerdekaan atau
hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas
public, fasilitas internasional dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup”.

4. Radikal dan Radikalisme

Umum Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a concerted
attempt to change the status quo (David Jarry, 1991). Pengertian ini mengidentikan term radikal
dengan nuansa yang politis, yaitu kehendak untuk mengubah kekuasaan. Istilah ini mengandung
varian pengertian, bergantung pada perspektif keilmuan yang menggunakannya.

1. Tindak Pidana Pencucian Uang yang diakomodir di dalam Pasal 3 Setiap Orang yang
menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan
dengan mata uang atau surat berharga, atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana (sesuai pasal 2 ayat (1)
UU ini) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan
dipidana karena Tindak Pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah).
2. Tindak Pidana Pencucian Uang yang diakomodir di dalam Pasal 4 Setiap orang yang
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan
hak-hak atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana (sesuai pasal 2 ayat (1) UU ini) dipidana
karena Tindak Pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
3. Tindak Pidana Pencucian Uang yang diakomodir di dalam Pasal 5 Setiap orang yang
menerima, atau menguasai, penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,
penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana (sesuai pasal 2 ayat (1) UU ini) dipidana
karena Tindak Pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling banyak Rp 1 milyar.

Tindak pidana asal dari pencucian uang Sesuai dengan Pasal 2 UU No. 8 Tahun 2010, tindak
pidana yang menjadi pemicu (disebut sebagai “tindak pidana asal”) terjadinya pencucian uang
meliputi: (a) korupsi; (b) penyuapan; (c) narkotika; (d) psikotropika; (e) penyelundupan tenaga
kerja; (f) penyelundupan imigran; (g) di bidang perbankan; (h) di bidang pasar modal; (i) di
bidang perasuransian; (j) kepabeanan; (k) cukai; (l) perdagangan orang; (m) perdagangan senjata
gelap; (n) terorisme; (o) penculikan; (p) pencurian; (q) penggelapan; (r) penipuan; (s) pemalsuan
uang; (t) perjudian; (u) prostitusi; (v) di bidang perpajakan; (w) di bidang kehutanan; (x) di
bidang lingkungan hidup; (y) di bidang kelautan dan perikanan; atau (z) tindak pidana lainnya
yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih.

Beberapa peraturan perundangan yang bisa menjadi rujukan dalam konteks kejahatan yang
terjadi dalam komunikasi massa adalah:
1. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers

2. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

3. Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

4. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

5. Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11


Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Beberapa contoh kasus yang menyeret para pengguna media sosial dalam pelanggaran peraturan
perundangan terkait komunikasi massa, pada umumnya merupakan tindakan, Beberapa kasus
dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pencemaran nama baik Pencemaran nama baik adalah kasus yang paling sering terjadi dalam
komunikasi massa.

2. Penistaan agama atau keyakinan tertentu Kasus penistaan agama.

3. Penghinaan kepada etnis dan budaya tertentu Kasus yang terjadi adalah para pengguna media
sosial yang tidak hati-hati dalam menyampaikan opini terkait etnis tertentu.

TEKNIK ANALISIS ISU

Setelah mengenal dan memahami isu-isu strategis konteporer pada Bab III, menyadarkan
kepada kita bahwa untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis (internal dan eksternal)
akan memberikan pengaruh besar terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan,
sehingga dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan,
sehingga dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa
yang matang.

A. Teknik-Teknik Analisis Isu

1. Teknik Tapisan Isu

2. Teknik Analisis Isu

3. Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis


BERORIENTASI PELAYANAN

KONSEP PELAYANAN PUBLIK DAN ASN SEBAGAI PELAYAN PUBLIK

Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah


kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat
tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu

1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,

2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan

3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.

Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah
ingin meningkatkan kepercayaan publik, karena dapat menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak
yang dilayani. Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:

a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan; 30

b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan

c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam


rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN
menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),

Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan
akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh
seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari.
Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah
penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam
pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.

1. AKUNTABEL

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang
sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan
Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:

• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,


disiplin dan berintegritas tinggi

• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara


bertanggung jawab, efektif, dan efisien

• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi


Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017).

Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan
dalam memberikan layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan
bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya
Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi. Integritas adalah konsepnya telah
disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang
utama dalam kehidupan bernegara.

Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi, termasuk para


penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada umumnya. Akuntabilitas dan
Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak sistemik bila bisa dipegang
teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung
Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat
membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

2. KOMPETEN

Sesuai hasil uraian dalam bab V, maka berikut di bawah ini beberapa materi pokok
dalam bab ini sebagai berikut:

1. Berkinerja yang BerAkhlak:

• Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi,


dan kinerja. 53

• Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan
publik.

• Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku


BerAkhlak.

2. Meningkatkan kompetensi diri:

• Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu


berubah adalah keniscayaan.

• Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau


disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada
sumber pembelajaran utama dari Internet.

• Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis


online network.
• Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber
keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi
tempat ASN bekerja atau tempat lain.

• Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang


mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau
luar organisasi.

3. Membantu Orang Lain Belajar:

• Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor


termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.

• Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam


“pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).

• Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam


dokumen kerja seperti laporan, 54 presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan
dan diambil (Knowledge Repositories).

• Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and


Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network),
pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan
bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).

4. Melakukan kerja terbaik:

• Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap


organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan
berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.

• Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak


dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

3. HARMONIS
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi
sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah
menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan
kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam
integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.

Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara disadari


pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan
dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran
persatuan berbangsa tersebut.

Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai


kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.

Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Oleh karena itu,
dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus
berubah,

a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;

b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’; Modul Harmonis 44

c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah

Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi
berbagai bentuk organisasi.

Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana


harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan
bermasyarakat.

4. LOYAL
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS
sebagaimana ketentuan perundangundangangan yang berlaku. Disiplin PNS adalah
kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan.dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat
menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik. Berdasarkan pasal 10
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN
memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik
serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga
fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam
konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah. Modul Loyal 72
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilainilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam
kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi
pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.

5. ADAPTIP

Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana


pengembangan kapasitas pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai
berikut:

(a) Pengembangan sumber daya manusia adaptif;

(b) Penguatan organisasi adaptif dan

(c) Pembaharuan institusional adaptif. Terkait membangun organisasi pemerintah


yang adaptif,

Neo & Chan telah berbagi pengalaman bagaimana Pemerintah Singapura


menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai sektornya, mereka menyebutnya
dengan istilah dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan
kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir
ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think across).
Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah yang berbeda untuk
pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan pemerintah yang tangguh (resilient
organization). Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang
membuat organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya, desain,
adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.

6. KOLABORATIF

Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-
sekat birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan.
Calon ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat
mewujudkan harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di
beberapa negara lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN
Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu
tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

SMART ASN

Berdasarkan arahan bapak presiden pada poin pembangunan SDM dan


persiapan kebutuhan SDM talenta digital, Literasi digital berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital
untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital
safety.

Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran


tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital
Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital
dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari
dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan
Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.

Digital safety merupakan Kemampuan User dalam mengenali, mempolakan,


menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran pelindungan
data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Literasi digital
sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.
Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa 261 kecakapan penguasaan teknologi
adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep
dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai
teknologi.

Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan
penggunamedia digital dalammelakukan proses mediasi media digital yang
dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya
mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab. Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi.

Poros pertama, yaitu domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan


rentang kapasitas literasi digital sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi
kebutuhan individu sepenuhnya hingga kemampuan individu untuk berfungsi
sebagai bagian dari masyarakat kolektif/societal.

Sementara itu, poros berikutnya adalah domain ruang ‘informal–formal’


yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam penerapan kompetensi literasi digital.
Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel, dengan
instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah
kelompok komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang formal ditandai dengan
pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang lebih menekankan pada
kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’ Blok-blok kompetensi semacam
ini memungkinkan kita melihat kekhasan setiap modul sesuai dengan domain
kapasitas dan ruangnya.
262 Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari
kompetensi literasi digital, berada di domain ‘single, informal’. Digital Culture
(Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud kewarganegaraan digital dalam konteks
keindonesiaan berada pada domain ‘kolektif, formal’ di mana kompetensi digital
individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara dalam batas-batas
formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang
‘negara’. Digital Ethics (Etis Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik
di ruang digital membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital,
berada di domain ‘kolektif, informal’. Digital Safety (Aman Bermedia Digital)
sebagai panduan bagi individu agar dapat menjaga keselamatan dirinya berada pada
domain ‘single, formal’ karena sudah menyentuh instrumen-instrumen hukumpositif.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita.

Berbagai fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk
mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi
penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi,
yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020. Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat
dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut
hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020,
selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet
lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah
secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi
kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak
digital setiap warga negara.

MANAJEMEN ASN

1. KEDUDUKAN & PERAN; HAK & KEWAJIBAN; DAN KODE ETIK ASN
pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
- Profesional
- Memiliki Nilai Dasar
- Etika Profesi
- Bebas dari Intervensi Politik
- Bersih dari praktik KKN

KEDUDUKAN ASN
- PNS (PEGAWAI NEGERI SIPIL) merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor
induk pegawai secara nasional.
- PPPK (PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA) warga Negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja
untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan sesuai
dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan perundang-undangan.

PERAN ASN

FUNGSI DAN TUGAS

PELAKSANA KEBIJAKAN PUBLIK: “Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh


Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan”

PELAYAN PUBLIK: “Memberikan pelayanan publik yang professional dan


berkualitas”.

PEREKAT & PEMERSATU BANGSA: “Mempererat persatuan dan kesatuan


Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

HAK PNS

Pasal 21 UU No 5 Tahun 2014

- GAJI
- TUNJANGAN
- PENGEMBANGAN KOMPETENSI
- PERLINDUNGAN
- CUTI
- JAMINAN PENSIUN & HARI TUA

HAK PPPK

Pasal 22 UU No 5 Tahun 2014

- GAJI
- TUNJANGAN
- PENGEMBANGAN KOMPETENSI
- PERLINDUNGAN
- CUTI

PENGEMBANGAN KOMPETENSI

Acuan Pelaksanaan Peraturan LAN No. 10 Tahun 2018 tentang Pengembangan


Kompetensi PNS Pasal 5 Dasar Hukum

• Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang ASN

• PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS

PERLINDUNGAN PNS

Pasal 92 UU ASN Tahun 2014

“Jaminan Kematian”.

“JaminanKecelakaan Kerja”.

“Bantuan Hukum”.

“Jaminan Kesehatan”.

2. SISTEM MERIT
LATAR BELAKANG SISTEM MERIT
Praktik SPOIL SISTEM dan INKOMPETENSI dlm sistem rekrutmen dan seleksi
pegawai ‘Struktur kepegawaian yaitu kualitas, kuantitas, dan distribusi belum ideal”
Tingkat disiplin, Etos Kerja, dan Budaya Kerja ASN masih rendah Perlu adanya
KETERKAITAN antara Pengelolaan SDM dgn Tujuan Organisasi”
“Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur, atau kondisi
MANFAAT SISTEM MERIT BAGI PEGAWAI
Memiliki Kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diriatatan”.
Menjamin Keadilan dan ruang keterbukaan dlm perjalanan karir seorang pegawai.
JAMINAN SISTEM MERIT DALAM MONITORING, PENILAIAN,
PENGEMBANGAN
Pangkat dan Jabatan
Pengembangan
Karir Mutasi
Pegawai Penilaian Kinerja
KELEMBAGAAN DAN JAMINAN SISTEM MERIT DALAM PENGELOLAAN ASN
KOMISI ASN Mempunyai kewenangan untuk melakukan MONEV pelaksanan
kebijakan dan manajemen.
ASN KEMENPAN RB Memberikan bimbingan pertimbangan pada proses penindakan
pejabat yg berwenang dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas penyimpangan
pelaksanaan Sistem Merit dalam pengelolaan ASN.
3. MEKANISME PENGOLAHAN ASN
DASAR HUKUM MANAJEMEN ASN
MANAJEMEN PNS
Pegawai ASN berkedudukan dengan Peraturan Pemerintah sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas
dari 17 Manajemen ASN pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politikiatur
mulai dari pasal 55 UU ASN.
Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan badan pertimbangan ASN diatur
Pegawai ASN berkedudukan dengan Peraturan Pemerintah.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional,memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Anda mungkin juga menyukai