Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen Pengampu Elly Hasan Sadeli, S.PD., M.PD

Disusun oleh:
1. Rachmat Nurhilal (P1337420217087)
2. Desi Kurniawati (P1337420217093)
3. Warich Dwi Liestyantina (P1337420217102)
4. Ica Marisa (P1337420217113)
5. Melli Dwi Rahmawati (P1337420217117)

KELOMPOK 8
2C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
A. TUGAS KELOMPOK
1. Jelaskan pengertian PKn berdasarkan landasan yuridis dan para ahli!
Berikan pengertian PKn berdasarkan argumen masing-masing!
2. Analisis perbedaan istilah PKn menurut argumen Anda yang didasarkan
pandangan para ahli!
3. Gambarkan perkembangan PKn pada tingkat sekolah dan perguruan tinggi!
4. Mengapa PKn memiliki peran yang penting untuk membentuk warga negara yang
baik?
5. Berikan contoh perilaku yang menunjukkan sebagai warga negara yang baik!
Jawaban:
1. Pengertian PKn berdasarkan landasan yuridis dan para ahli :
a. Pengertian PKn berdasarkan landasan yuridis
1) UUD 1945
2) Pembukaan Alinea Kedua dan Keempat yang memuat cita-cita dan aspirasi
bangsa Indonesia tentang kemerdekaan.
3) Pasal 27 (1) tentang Kesamaan Kedudukan dalam Hukum
4) Pasal 30 (1) tentang Bela Negara
5) Pasal 31 (1) tentang Hak Mendapat Pengajaran
6) Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
7) Undang-Undang No. 20/Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
8) Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. No. 1 Tahun 1988)
9) Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional.
10) Keputusan DIRJEN Pendidikan Tinggi No. 267/DIKTI/KEP/2000 tentang
11) Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(MKPK)
12) Pendidikan Kewarga-negaraan pada Perguruan Tinggi di Indonesia.
13) Keputusan Dirjen Dikti No. 38/Dikti/2002 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
14) Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
15) Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
16) Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi

b. Pengertian PKn menurut para ahli


1) Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005:7)
Pendidikan kewarganegaraaan adalah: “Pendidikan demokrasi yang bertujuan
untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak
demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru,
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin
hak-hak warga masyarakat”.
2) Menurut Azis Wahab (Cholisin, 2000:18)
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan media pengajaran yang meng-
Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab.
Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan,
politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok dengan
target tersebut
3) Pendapat lain, (Somantri, 2001: 154)
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta
didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan
antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara
menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
4) Merphin Panjaitan
Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan demokrasi. Tujuannya
untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang berjiwa demokratis
dan partisipatif lewat pendidikan yang bersifat dialogial.
5) Soedijarto
Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan pendidikan politik yang memiliki
tujuan membantu peserta didik untuk dapat jadi warga negara yang dewasa
secara politik dan dapat ikut serta membangun sistem perpolitikan yang
bersifat demokratis.
6) Azyumardi Azra
Pendidikan Kewarganegaraan mengkaji dan membahas tentang pemerintahan,
konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban negara
serta demokrasi. Secara sustantif, pendidikan kewarganegaraan juga
membangun kesiapan menjadi warga dunia.
7) Henry Rendall Waite
Pendidikan kewarganegaraan membicarakan hubungan manusia dengan
manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (sosial,
ekonomi, politik) dan antara individu-individu dengan negara.

c. Pengertian PKn berdasarkan argumen masing-masing


Rahmat :
Desi : Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang terencana dan
berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa demi kelangsungan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Warich :
Ica : Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan akan pentingnya nilai-nilai
hak dan kewajiban sebagai warga negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai
dengan cita-cita bangsa dan memiliki tujuan.
Melli :

2. Perbedaan istilah PKn menurut argumen Anda yang didasarkan pandangan para ahli

3. Perkembangan PKn pada tingkat sekolah dan perguruan tinggi


a. Sebelum Proklamasi Kemerdekaan
Pada jaman Hindia Belanda di kenal dengan nama “Burgerkunde”. Pada waktu itu
ada 2 buku resmi yang digunakan, yaitu :
1) Indische Burerschapkunde, yang di bicarakan dalam buku tersebut, masalah
masyarakat pribumi. Pengaruh barat, bidang sosial, ekonomi, hukum,
ketatanegaraan dan kebudayaan, masalah pertanian, masalah perburuhan.
Kaum menengah dalam industri dan perdagangan, terbentuknya dewan rakyat,
masalah pendidikan, kesehatan masyarakat, pajak, tentara dan angkatan laut.
2) Rech en Plich (Bambang Daroeso, 1986: 8-9) karangan J.B. Vortman yang
dibicarakan dalam buku tersebut yaitu : Badan pribadi yang mengutarakan
masyarakat dimana kita hidup, obyek hukum dimana dib icarakan eigondom
eropah dan hak-hak atas tanah. Masalah kedaulatan raja terhadap kewajiban-
kewajiban warga negara dalam perinta Hindia Belanda. Masalah Undang-
Undang, sejarah alat pembayaran dan kesejahteraaan.
Adapun tujuan dari buku tersebut, yakni: agar rakyat jajahan lebih
memahami hak dan kewajibannya terhadap pemerintah Hindia Belanda,
sehingga diharapkan tidak menganggap pemerintah belanda sebagai musuh
tetapi justru memberikan dukungan dengan penuh kesadaran dalam jangka
waktu yang panjang.
Pada tahun 1932 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan
yang disetujui Volksraad, bahwa setiap ugru harus memiliki izin. Dalam
pertimbangannya adalah banyak guru sekolah partikelir bukanlah lulusan
sekolah guru, dan yang berhak mengajar hanyalah lulusan sekolah guru.
Sedangkan lewat pendidikan non-formal terutama dilakukan oleh para tokoh
pergerakan nasional yakni bung Karno dan Bung Hatta. Pelaksanaan
pendidikan politik baik yang dilakukan oleh guru-guru sekolah partikelir
maupun yang dilakukan para tokoh pergerakan nasional, pada prinsipnya dapat
di nyatakan sebagai “cikal bakal” pendidikan politik atau PKn di Jaman
Indonesia merdeka.
b. Sesudah Proklamasi kemerdekaan
Gambaran Nu’man Somantri (1976: 34-35), yakni :
1) Kewarganegaraan (1957)
Isi pelajaran kewarganegaraan adalah membahas cara memperoleh dan
kehilangan kewarganegaraan.
2) Civics (1961)
Isi civics banyak membahas tentang sejarah kebangkitan nasional .
Uud, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan untuk “nation
and character building” Bangsa Indonesia seperti pada waktu pelaksanaan
civics di America pada tahun-tahun setelah declaration of Independence
Amerika.
3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968)
Diberlakukannya kurikulum 1975, PKn pada prinsipnya merupakan
unsur dari PMP. Lahirnya UU no.2 Tahun 1989 tentang SPN (Sistem
Pendidikan Nasional). menunjuk pasal 39 ayat 2, yang menentukan bahwa
PKn bersama dengan pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama harus di
muat dalam kurikulum semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan maka PKn
akan mengalami perkembangan lagi.
Menurut ali emran (1976: 4) isi PKn meliputi :
a) Untuk SD : pengetahuan Kewargaan negara, sejarah Indonesia, ilmu
Bumi.
b) Untuk SMP : Sejarah kebangsaan, kejadian setelah kemerdekaan, UUD
1945, Pancasila, Ketetapan MPRs.
c) Untuk SMA : Uraian pasal-pasal dari UUD 1945 yang dihubungkan
dengan tatanegara, sejarah, ilmu bumi dan ekonomi.
Tahun 1970 PKn difusikan ke dalam mata pelajaran IPS. Tahun 1972,
dalam seminar di Tawangmangu Surakarta, menetapkan istlah ilmu kewargaan
Negara (IKN) sebagai pengganti CIVICS, dan pendidikan Kewargaan Negara
(PKn) sebagai istilah civic Education. Dengan demikian, IKN lebih bersifat
teoritis dan PKn lebih bersifat praktis antara keduanya merupakan kesatuan tak
terpisahkan, karna perkembangan PKn sangat tergantung pada perkembangan
IKN.
c. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Menurut Kurikulum 1994.
Kurikulum 1994 mengintegraiskan antara pengajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dengan nama mata pelajaran PPKn.
d. Perkembangan Pkn Pada Masa Transisi Demokrasi
Perkembangan PKn pada era Orde Baru, ternyata lebih ditentukan
faktor kepentingan untuk membangun negara (state Building) ketimbang untuk
membangun bangsa (Nation Building). Hal tersebut di sebabkan karena:
1) Kemerosotan nilai estetika dan moral para penyelenggara negara yang sudah
kehilangan semangat pengabdian, pengorbanan kejujuran dan keikhlasan.
2) Hukum lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat keadiland an kebenaran.
3) Fandalisme, paternalisme dan absolutisme
4) Posisi dan peran ABRI lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat negara
untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat.
Kondisi di atas berpengaruh pada perubahan kurikulum PPKn dan
pelaksanaan pengajarannya di lapangan yang lebih menekankan untuk
mendukung status quo atau legitimasi dan pembenaran (justifikasi) berbagai
kebijakan rezim orba dari pada untuk meningkatkan pemberdayaan warga
Negara dalam berhubungan dengan negara. Dalam era reformasi, tantangan PPKn
semakin berat. P4 dipermasalahkan substansinya, karena tidak memberikan
gambaran yang tepat tentang nilai Pancasila sebagai satu kesatuan. Dengan
adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah dengan UU No. 2 tahun
2003 tidak dieksplisitkan lagi nama pendidikan Pancasila, sehingga tinggal
Pendidikan Kewarganegaraan. Begitu pula kurikulum 2004 memperkenalkan
istilah Pengganti PPKn dengan kewarganegaraan/pendidikan kewarganegaraan.
Perubahan nama ini juga diikuti dengan perubahan isi PKn yang lebih
memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum dan moral.

4. PKn memiliki peran yang penting untuk membentuk warga negara yang baik
Pendidikan kewarganegaraan sejatinya merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu warga negara melalui pendidikan. Sebagaimana yang diketahui
bahwa pendidikan sangatlah penting peranannya dalam membangun karakter bangsa.
Bangsa yang berkarakter lahir karena para warga negaranya mempunyai kredibilitas
dalam melakukan tindakan yang berbudi luhur sesuai apa yang ada dalam ajaran
bernegara. Generasi muda Indonesia yang berkarakter Pancasila tampaknya sudah
mulai terkikis oleh perkembangan jaman. Jika dibiarkan hal ini dapat meruntuhkan
keyakinan masyarakat bahwa bangsanya sudah tidak tangguh dan berkarakter. Oleh
karenanya dengan pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu meningkatkan
kesadaran generasi muda terhadap karakter bangsanya, menjadikan mereka warga
negara yang baik dan terpandang di mata dunia.

5. Contoh perilaku yang menunjukkan sebagai warga negara yang baik


a. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Dengan
beribadah, kita akan selalu ingat kepada-Nya. Dan hal ini akan membuat kita
menjadi lebih dekat dengan Allah Yang Maha Esa.
b. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini akan menghindarkan
kita agar tidak terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan diri
sendiri dan orang lain.
c. Berlaku jujur dalam setiap hal. Setiap perilaku yang dilandasi dengan kejujura
akan memberikan hasil yang baik. Selain itu, karena seringya kita berlaku jujur,
banyak orang yang akan percaya dengan kita. Berlaku jujur bukan hanya karena
ingin memperoleh rasa percaya dari orang lain, tapi yang paling penting adalah
berlaku jujur karena kita merasa bahwa Allah selalu berada di dekat kita untuk
terus mengawasi setiap perbuatan kita.
d. Saling menghormati satu dengan yang lain. Dengan menghormati dan menghargai
orang lain, maka orang lain pun akan menghormati dan menghargai diri kita. Hal
ini ditujukan agar terjalin hubungan yang baik antar warga negara.
e. Saling mempercayai satu dengan yang lain untuk meghindari fitnah. Karena
apabila terjadi fitnah, bukan hanya orang yang terkena fitnah saja yang merasa
dirugikan, namun juga orang yang memfitnah pun akan mengalami hal yang
sama.
f. Melakukan musyawarah dalam setiap penyelesaian masalah. Tidak mengambil
keputusan sepihak yang akan merugikan orang lain. Musyawarah mrupakan solusi
terbaik agar semua pihak tidak ada yag merasa dirugikan.
g. Berlaku adil dalam setiap pengambilan keputusan. Apabila terjadi ketimpangan
dalam pengambilan keputusan, akan timbul pihak yang merasa dirugikan. Oleh
karena itu, keputusan yang dirasa berat sebelah harus dihindari agar tidak terjadi
ketimpangan yang akan memicu konflik.
h. Menaati peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku di wilayah
setempat. Hal ini merupakan wujud dari masyarakat sadar hukum. Dengan adanya
kesadaran hukum dari setiap warga negara, akan menciptakan suasanayang aman,
tentram dan damai. Karena masyarakat menyadari bahwa setiap perbuatan yang
merka lakukan memiliki konsekuensi terhadap hukum. Oleh karena itu, perbuatan
melanggar hukum dapat dicegah.
i. Melaksanakan kewajiban sebagai warga negara seperti membayar pajak dan ikut
serta dalam pemilu. Dengan melaksanakan kewajiban sebagai warga negara, ini
berarti kita ikut serta dalam membangun bangsa dan negara.
j. Ikut serta dalam setiap kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, dan lain-lain.
Dengan seringnya mengikuti kegiatan tersebut, akan meningkatkan kebersamaan
dari para anggota masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai