Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
secara signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai
ASN dengan berlandaskan pada:
a) nilai dasar;
b) kode etik dan kode
perilaku;
c) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada
pelayanan publik;
d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; dan
e) profesionalitas jabatan.
Implementasiterhadap prinsip-prinsip tersebut diwujudkan denganmeningkatan
kepeduliandanpartisipasiuntukmeningkatkankapasitasorganisasidengan memberikan
penguatanuntukmenemu-kenali perubahan lingkungan strategis secaraKemampuan
mengidentifikasi faktor-faktor yangmempengaruhi perubahan lingkungan strategis dan
analisisisu-isu kontemporer pada agenda pembelajaran Bela Negara perludidasari oleh materi
wawasan kebangsaan dan aktualisasinilai-nilai bela negara yang dikontektualisasikan
dalampelaksanaan pekerjaan sehari-hari. Selanjutnya, kemampuanmelakukan analisa isu-isu
kontemporerdanperubahaanlingkunganstrategis akan diberikan pada materi kesiapsiagaanbela
Negara yang disajikan dengan aktivitas pembelajaran di luar.
I
Sepintas seolah-olah terjadi kontradiksi, di satu pihak PNS harus melayaniSaat ini konsep
negara, bangsa dan nasionalisme dalamkonteks Indonesia sedang berhadapan dengan dilema
antara
globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagaiperubahan lingkungan
strategis. Termasuk di dalamnya terjadipergeseran pengertian tentang nasionalisme yang
berorientasikepada pasar atau ekonomi global. Dengan menggunakana logikasederhana,
“pada tahun 2020, diperkirakan jumlah pendudukdunia akan mencapai 10 milyar dan akan
terus bertambah,sementara sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, makamanusia di
dunia akan semakin keras berebut untuk hidup, agarmereka dapat terus melanjutkan hidup”.
Pada perubahan ini perludisadari bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnyaadalah
sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk darikonsekuensi logis dari interaksi peradaban
dan bangsa.
Faktor Individu
Faktor Lingkungan
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan lingkungan.Lingkungan kerja yang korup akan
mendapatkan tindakan Dalam melakukan kekerasan kaum minoritas menganut
keyakinan, yang mana dengan keyakinan tersebut mereka dapatdengan rela melakukan
tindakan kekerasan pada dirinya dankeluarganya, bahkan pada orang lain yang mereka
sendiri tidakkenal. Bentuk-bentuk keyakinan tersebut, diantaranya:
• keyakinan bahwa sah bertindak agresif sebab sudah terlalubanyak dan sering perlakuan
tidak adil (ekonomi, sosial,politik, budaya) yang diterima.
• Keberhasilan menebar rasa takut di tengah masyarakat,dipandangsebagaipeningkatan harga
diri dan tidakdipandang remeh lagi olehorang orangyangtelahmemarginalisasikan
keberadaannya.
• Kekerasan merupakan satu-satunya cara yang dianggap tidak bermanfaat.
Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan
aktvitas baik fisik maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara
dalam mengisi dan menjutkan cita cita kemerdekaan. Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan
dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakan kegiatan
olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalampelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di
dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan baris berbaris
dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan
apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.
Perilaku kesiapsiagaan akan muncul bila tumbuh keinginan CPNS untuk memiliki
kemampuan dalam menyikapi setiap perubahan dengan baik. Berdasarkan teori Psikologi
medan yang dikemukakan oleh Kurt Lewin (1943) kemampuan menyikapi perubahan adalah
hasil interaksi faktor-faktor biologis-psikologis individu CPNS, dengan faktor perubahan
lingkungan (perubahan masyarakat, birokrasi, tatanan dunia
dalam berbagai dimensi).
Sebagaimana tercantum dalam Modul I Pelatihan Dasar CPNS tentang Wawasan
Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara, bahwa ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela
Negara mencakup:
1. Cinta Tanah Air;
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. Memiliki kemampuan awal bela negara.
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil
dan makmur.
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil
manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengatu kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi
Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
e. kualifikasi akademik;
g. profesionalitas jabatan.
2. KONSEP AKUNTABILITAS
Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami.
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat
penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada
atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017.
Akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak
kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah).
Contoh:
Masih senada dengan contoh sebelumnya terkait Surat Tugas, membuat Laporan
Pelaksanaan Tugas (LTP) adalah bagian dari Akuntabiltas. LPT akan terkait
pertanggungjawaban:
a. Penggunaan waktu, termasuk di dalamnya pertanggungjawaban waktu yang digunakan
menuju dan pulang dari lokasi yang disebutkan dalam Surat Tugas, sehingga, sejatinya,
Pelaksana Tugas tidak bisa menggunakan waktu tugasnya untuk keperluan pribadi.
b. Penggunaan anggaran, termasuk di dalamnya pertanggung jawaban penggunaan dana
terkait biaya operasional seperti konsumsi rapat, sewa ruangan, dan sebagainya, dan juga
transportasi menuju dan dari lokasi pelaksanan tugas, dan
c. Hasil pelaksanaan tugas, termasuk dilaporakan bila ada kendala danrekomendasi tindak
lanjut.
4. HARMONIS
Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan
sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
Sebagai contoh, seharusnya terdapat harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau
tidak, maka belum tentu orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Dapat dicontohkan,
pada bidang musik, sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti pengretian
yang pernah ada sebelumnya, harmoni tidak lagi menekankan pada urutan bunyi dan nada
yang serasi, tetapi keserasian nada secara bersamaan. Singkatnya Harmoni adalah ketertiban
alam dan prinsip/hukum alam semesta.
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
6. ADAFTIF
- Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
- Terus berinovasi dan mengembangkan kreatifitas
- Bertindak proaktif
7. KOLABORATIF
- Memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
- Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
- Menggerakkan pemanfaatan sebagai sumber daya untuk tujuan bersama
AGENDA III
1. Smart ASN
Literasi Digital
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &
Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki
kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat,
melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media
digital (digital skills) saja,namun juga budaya menggunakan digital (digital culture),
etis menggunakan media digital (digital ethics), dan aman menggunakan media digital
(digital safety)
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture,
digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai
metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai
teknologi digital.
2. MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN adalah Pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
KEDUDUKAN ASN
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) : PNS merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan dan
memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) warga Negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan sesuai
dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan perundang-undang
FUNGSI DAN TUGAS
Fungsi, Tugas, dan Peran ASN Dalam UU No 5 tahun 2014, fungsi ASN adalah sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa. Sedangkan tugas ASN adalah sebagai
berikut: Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.