Anda di halaman 1dari 13

JURNAL MOOC PPPK

TAHUN PELAJARAN 2023

NAMA : ERMADARWATI, S.Pd


NI PPPK : 196907142023212002
JABATAN : AHLI PERTAMA - GURU KELAS
UNIT KERJA : UPT SDN 26 BUKIT PUTUS DALAM, KECAMATAN LINGGO
SARI BAGANTI

AGENDA I .SIKAP PRILAKU BELANEGARA

MODUL 1.WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA

A. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia


Sejarah pergerakan kebangsan perlu secara lengkap disampaikan kepada peserta
Latsar CPNS meskipun pada pendidikan formal sebelumnya sudah mereka peroleh,namun
pemahaman yang dibutuhkan adalah untuk menjadi dasar pemahaman
tentang wawasan kebangsaan secara lebih komprehensif. Fakta-fakta sejarah dapat
dijadikan pembelajaran bahwa Kebangsaan Indonesia terbangun dari serangkaian
proses panjang yang didasarkan pada kesepakatan dan pengakuan terhadap
keberagaman dan bukan keseragaman serta mencapai puncaknya pada tanggal 17
Agustus 1945.Tanggal 20 Mei untuk pertamakalinya ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan
Nasional berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun
1959 tanggal 16 Desember 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur.Melalui
keputusan tersebut, Presiden Republik Indonesia menetapkan beberapa hari yang bersejarah
bagi Nusa dan Bangsa Indonesia sebagai hari-hari Nasional yang bukan hari-hari libur, antara
lain : Hari Pendidikan Nasional

Sebagaimana Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 28 OKtober untuk pertamakalinya


ditetapkan menjadi Hari Sumpah Pemuda berdasarkan Pembaharuan Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 tentang
Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai
Hari Sumpah Pemuda dilatarbelakangi Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada
tanggal 28 Oktober 1928 di Indonesische Clubgenbouw Jl. Kramat 106 Jakarta. Kongres
Pemuda II sendiri merupakan hasil dari Kongres Pemuda I yang dilaksanakan pada
tanggal 2 Mei 1926 di Vrijmetselaarsloge (sekarang Gedung Kimia Farma) Jalan Budi
Utomo Jakarta Pusat. Kongres tersebut diikuti oleh beberapa perwakilan organisasi
pemuda di Hindia Belanda, antara lain : Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong
Islamieten Bond, Sekar Roekoen, Jong Bataks Bond, Jong Stundeerenden, Boedi
Muhammad Yamin, seorang pemuda berusia 23 tahun yang saat itu menjadi Ketua
Jong Sumatranen Bond, menyampaikan sebuah resolusi setelah mendengarkan
pidato dari beberapa peserta kongres berupa 3 (tiga) klausul yang menjadi dasar dari
Sumpah Pemuda, yaitu :
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan indonesia.

NILAI-NILAI BELA NEGARA

Nilai Dasar Bela Negara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara
meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara.
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.

Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN


Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap
dan perilaku, antara lain :
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
c. Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik,
baik tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
d. Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta menjadi pelopor dalam penegakan peraturan/perundangan di
tengah-tenagh masyarakat.
e. Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranya
pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka,
proporsional, professional, akuntabel, efektif dan efisien.
f. Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi ASN.
g. Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut berpartisipasi
menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
h. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
i. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.

MODUL 2 .ANALISIS ISU KONTEMPORER

Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
secara signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai
ASN dengan berlandaskan pada:
a) nilai dasar;
b) kode etik dan kode
perilaku;
c) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada
pelayanan publik;
d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; dan
e) profesionalitas jabatan.
Implementasiterhadap prinsip-prinsip tersebut diwujudkan denganmeningkatan
kepeduliandanpartisipasiuntukmeningkatkankapasitasorganisasidengan memberikan
penguatanuntukmenemu-kenali perubahan lingkungan strategis secaraKemampuan
mengidentifikasi faktor-faktor yangmempengaruhi perubahan lingkungan strategis dan
analisisisu-isu kontemporer pada agenda pembelajaran Bela Negara perludidasari oleh materi
wawasan kebangsaan dan aktualisasinilai-nilai bela negara yang dikontektualisasikan
dalampelaksanaan pekerjaan sehari-hari. Selanjutnya, kemampuanmelakukan analisa isu-isu
kontemporerdanperubahaanlingkunganstrategis akan diberikan pada materi kesiapsiagaanbela
Negara yang disajikan dengan aktivitas pembelajaran di luar.
I

Dalamkonteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlumemahami dengan


baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangundangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas, serta
3. memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

Sepintas seolah-olah terjadi kontradiksi, di satu pihak PNS harus melayaniSaat ini konsep
negara, bangsa dan nasionalisme dalamkonteks Indonesia sedang berhadapan dengan dilema
antara
globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagaiperubahan lingkungan
strategis. Termasuk di dalamnya terjadipergeseran pengertian tentang nasionalisme yang
berorientasikepada pasar atau ekonomi global. Dengan menggunakana logikasederhana,
“pada tahun 2020, diperkirakan jumlah pendudukdunia akan mencapai 10 milyar dan akan
terus bertambah,sementara sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, makamanusia di
dunia akan semakin keras berebut untuk hidup, agarmereka dapat terus melanjutkan hidup”.
Pada perubahan ini perludisadari bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnyaadalah
sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk darikonsekuensi logis dari interaksi peradaban
dan bangsa.

Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan


korupsi antara lain:

Faktor Individu

1) sifat tamak,Korupsi, bukan kejahatan biasa dari mereka yangmembutuhkan makan,


tetapi kejahatan profesional orang yangsudah berkecukupan yang berhasrat besar untuk
memperkayadiri dengan sifat rakus atau serakah.
2) moral yang lemah menghadapi godaan,Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung
mudah tergodauntuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan,temansetingkat,
bawahannya, atau pihak yang lain yangmemberi kesempatan korupsi.
3) gaya hidup konsumtif,
Perilaku konsumtif menjadi masalahh besar, apabila tidak
diimbangi dengan pendapatan yang memadai sehingga
membuka peluang untuk menghalalkan berbagai tindakan
korupsi untuk memenuhi hajatnya.

Faktor Lingkungan

Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan lingkungan.Lingkungan kerja yang korup akan
mendapatkan tindakan Dalam melakukan kekerasan kaum minoritas menganut
keyakinan, yang mana dengan keyakinan tersebut mereka dapatdengan rela melakukan
tindakan kekerasan pada dirinya dankeluarganya, bahkan pada orang lain yang mereka
sendiri tidakkenal. Bentuk-bentuk keyakinan tersebut, diantaranya:
• keyakinan bahwa sah bertindak agresif sebab sudah terlalubanyak dan sering perlakuan
tidak adil (ekonomi, sosial,politik, budaya) yang diterima.
• Keberhasilan menebar rasa takut di tengah masyarakat,dipandangsebagaipeningkatan harga
diri dan tidakdipandang remeh lagi olehorang orangyangtelahmemarginalisasikan
keberadaannya.
• Kekerasan merupakan satu-satunya cara yang dianggap tidak bermanfaat.

MODUL 3.KESIAPSIAGAAN BELANEGARA

A. KONSEP KESIAPSIAGAN BELA NEGARA


Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengankata kesiapsiagaan yang berasal
dari kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap siaga dalam
segala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan
sama dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) ― Samapta yang
artinya siap siaga.
Selanjutnya konsep bela negara menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata
bela yang artinya menjaga baik-baik, memelihara, merawat, menolong serta melepaskan dari
bahaya. Sedangkan beberapa ahli memberikan konsep negara
sebagai berikut:
1. Professor R. Djokosoetono Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan
manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
2. Logemann, Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok
manusia yg kemudian disebut bangsa.
3. Robert M. Mac. Iver, Negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban dalam
masyarakat berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah yang diberi
kekuasaan memaksa.
4. Max Weber, Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam satu wilayah.

B. KESIAPSIAGAN BELA NEGARA DALAM LATSAR CPNS

Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan
aktvitas baik fisik maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara
dalam mengisi dan menjutkan cita cita kemerdekaan. Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan
dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakan kegiatan
olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalampelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di
dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan baris berbaris
dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan
apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.
Perilaku kesiapsiagaan akan muncul bila tumbuh keinginan CPNS untuk memiliki
kemampuan dalam menyikapi setiap perubahan dengan baik. Berdasarkan teori Psikologi
medan yang dikemukakan oleh Kurt Lewin (1943) kemampuan menyikapi perubahan adalah
hasil interaksi faktor-faktor biologis-psikologis individu CPNS, dengan faktor perubahan
lingkungan (perubahan masyarakat, birokrasi, tatanan dunia
dalam berbagai dimensi).
Sebagaimana tercantum dalam Modul I Pelatihan Dasar CPNS tentang Wawasan
Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara, bahwa ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela
Negara mencakup:
1. Cinta Tanah Air;
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. Memiliki kemampuan awal bela negara.
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil
dan makmur.

C. MANFAAT KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil
manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengatu kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi
Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

AGENDA 2.NILAI NILAI DASAR PNS


1. BERORIENTASI PELAYANAN
1. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip sebagai
berikut:
a. nilai dasar;

b. kode etik dan kode perilaku;

c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;

d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

e. kualifikasi akademik;

f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan

g. profesionalitas jabatan.

2. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan

Visi Reformasi Birokrasi, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 81


Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, bahwa pada tahun 2025
akan dicapai pemerintahan kelas dunia, yang ditandai dengan pelayanan publik yang prima.
Pada praktiknya, penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai hambatan dan
tantangan, yang dapat berasal dari eksternal seperti kondisi geografis yang sulit, infrastruktur
yang belum memadai, termasuk dari sisi masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di
pedalaman dengan adat kebiasaan atau sikap masyarakat yang kolot, ataupun yang tinggal di
perkotaan dengan kebutuhan yang dinamis dan senantiasa berubah. Tantangan yang berasal
dari internal penyelenggara pelayanan publik dapat berupa anggaran yang terbatas,
kurangnya jumlah SDM yang berkompeten, termasuk belum terbangunnya sistem pelayanan
yang baik. Namun, Pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat serta
mengatasi berbagai hambatan yang ada.

2. KONSEP AKUNTABILITAS

Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami.
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat
penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada
atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017.
Akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak
kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah).
Contoh:
Masih senada dengan contoh sebelumnya terkait Surat Tugas, membuat Laporan
Pelaksanaan Tugas (LTP) adalah bagian dari Akuntabiltas. LPT akan terkait
pertanggungjawaban:
a. Penggunaan waktu, termasuk di dalamnya pertanggungjawaban waktu yang digunakan
menuju dan pulang dari lokasi yang disebutkan dalam Surat Tugas, sehingga, sejatinya,
Pelaksana Tugas tidak bisa menggunakan waktu tugasnya untuk keperluan pribadi.
b. Penggunaan anggaran, termasuk di dalamnya pertanggung jawaban penggunaan dana
terkait biaya operasional seperti konsumsi rapat, sewa ruangan, dan sebagainya, dan juga
transportasi menuju dan dari lokasi pelaksanan tugas, dan
c. Hasil pelaksanaan tugas, termasuk dilaporakan bila ada kendala danrekomendasi tindak
lanjut.

• Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless witho


consequences) Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab
menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
3. KOMPOTEN
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.

Prinsip Pengembangan Kompetensi ASN :


 Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu
melalui proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kebutuhan
organisasi dan pegawai
 Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi
 Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan
 Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan
dan pengembangan karir

Meningkatkan Kompetensi Diri :


 Merubah mindset: aktif meningkatkan kompetensi diri adalah keniscayaan,
merespons tantangan lingkungan yang selalu berubah, dengan paradigma
 Mengembangkan mandiri secara heutagogik atau “net-centric”,
berbasis sumber pembelajaran utama dari Internet (jembatan belajar yang lebih
personal).
 Memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit
kerja/instansi tempat bekerja atau tempat lain.
 Melakukan jejaring formal/informal (network), yang mengatur diri sendiri dalam
interaksi dengan pegawai lain dalam dan atau luar organisasi.

4. HARMONIS

Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan
sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
Sebagai contoh, seharusnya terdapat harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau
tidak, maka belum tentu orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Dapat dicontohkan,
pada bidang musik, sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti pengretian
yang pernah ada sebelumnya, harmoni tidak lagi menekankan pada urutan bunyi dan nada
yang serasi, tetapi keserasian nada secara bersamaan. Singkatnya Harmoni adalah ketertiban
alam dan prinsip/hukum alam semesta.

Pentingnya Suasana Harmonis


Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat kerja.
Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan dampak positif bagi karyawan yang
akhirnya memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara
keseluruhan.

Kode Etik ASN


Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian dari kode etik dan kode
perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN. Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;

b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;

d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;

f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;

g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;

h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;


5. LOYAL
adalah adalah suatu sikap positif yang terkait dengan kesetiaan. Loyalitas adalah sebuah
sikap yang menandai seseorang memiliki komitmen penuh terhadap sesuatu, bisa
pasangan maupun pekerjaan

6. ADAFTIF
- Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
- Terus berinovasi dan mengembangkan kreatifitas
- Bertindak proaktif
7. KOLABORATIF
- Memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
- Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
- Menggerakkan pemanfaatan sebagai sumber daya untuk tujuan bersama
AGENDA III

1. Smart ASN

Literasi Digital
 Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &
Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki
kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat,
melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
 Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media
digital (digital skills) saja,namun juga budaya menggunakan digital (digital culture),
etis menggunakan media digital (digital ethics), dan aman menggunakan media digital
(digital safety)

Implementasi Literasi Digital

Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture,
digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai
metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai
teknologi digital.

2. MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN adalah Pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme

KEDUDUKAN ASN
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) : PNS merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan dan
memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) warga Negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan sesuai
dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan perundang-undang
FUNGSI DAN TUGAS

Fungsi, Tugas, dan Peran ASN Dalam UU No 5 tahun 2014, fungsi ASN adalah sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa. Sedangkan tugas ASN adalah sebagai
berikut: Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai