Anda di halaman 1dari 26

JURNAL

MOOC PPPK

(MASSIVE OPEN ONLINE COURSE)

PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

GELOMBANG 2 TAHUN 2023

Nama : ERNA FATIMAH NURAENA

Nip : 198402232022212020

Angkatan / Ndh : 18 / 12

Golongan : IX

Jabatan : Ahli pertama - Pendididkan Agama Islam

Instansi : SDN BOJONG RAWALUMBU XI

Kec. Rawalumbu Kota Bekasi

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


RESUME

AGENDA I

1. WAWASAN KEBANGSAAN dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi
akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara
pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan
persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

 BEBERAPA TITIK PENTING DALAM SEJARAH BANGSA INDONESIA

1. 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu mereka
sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo.

2. Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang


menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor
kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI) diprakarsai
oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Leiden, Belanda.

3. Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil
organisasi pemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong
Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum
Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.

4. Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.

5. Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintah pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

6. PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.

 4 KONSESUS DASAR

1. Pancasila 3. NKRI

2. UUD 1945 4. Bhineka Tunggal Ika

 BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN


a. “Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara
adalah Sang Merah Putih”
(Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)
b. “Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa
yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan
yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban Bangsa”
(Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan).
c. “Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan
rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang
dicengkeram oleh Garuda” (Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun
2009 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)
d. “Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman”
(Pasal 58 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)
2. “BELA NEGARA adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan
Negara dari berbagai Ancaman” (Pasal 1 Ayat (11) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan
Negara)
HARI BELA NEGARA ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28
tahun 2006 tentang Hari Bela Negara tanggal 18 Desember 2006 dengan pertimbangan
bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia.
 Nilai dasar Bela Negara, yang meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara

Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai
lingkungan:
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga).
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
3. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran untuk menaati
tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat).
5. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
6. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara). 7. Membayar pajak tepat
pada waktunya (lingkungan negara).
 Nilai-nilai dasar ASN
•memegang teguh ideologi Pancasila;
• setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta pemerintahan yang sah;
•mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
•menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
•membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
•menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
•memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
•mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
•memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
•memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun;
•mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
•menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
•mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
•mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
•meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karier.
 Fungsi ASN
 pelaksana kebijakan publik;
• pelayan publik; dan
• perekat dan pemersatu bangsa.
2. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER
a. korupsi d. money laundering
b. narkoba e. proxy war
c. terorisme dan radikalisme f. kejahatan massa
3. KONSEP KESIAPSIAGAN BELA NEGARA
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang
berasal dari kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap siaga
dalam segala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna
kesamptaan sama dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) ―
Samapta yang artinya siap siaga. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara
fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam.
 KESIAPSIAGAN BELA NEGARA DALAM LATSAR CPNS
Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas
baik fisik maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam
mengisi dan menjutkan cita cita kemerdekaan.
Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk
memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam
pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata
upacara (termasuk kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan
kegiatan apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Untuk pelatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada beberapa hal yang dapat
dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian
permasalahan yang dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan barita gosip yang belum jelas asal usulnya, tidak terpengaruh
dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan permasalahan bangsa lainnya, dan yang
lebih penting lagi ada mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela Negara.
 MANFAAT KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil
manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi
Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesame
 KETERKAITAN MODUL 1, MODUL 2 DAN MODUL 3
Ketiga Modul Bela Negara, pada dasarnya menjadi satu kesatuan yang utuh, karena
Modul1, Modul 2 dan Modul 3 saling terkait satu dengan yang lainnya. Di dalam Modul 1
yang membahas tentang Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara, modul ini
akan membuka pandangan para peserta Pelatihan Dasar CPNS terkait dengan Bela Negara
untuk memahami bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai pulau besar dan kecil yang
berjajar dari Sabang sampai Merauke, dan nilai-nilai untuk memahami arti Bela Negara.
Modul 2 dikenalkan dengan berbagai isu kontemporer dan cara untuk melakukan analisis
isu strategis kontemporer yang terjadi di zaman sekarang dan paling hit dan hot yang terjadi
secara riil di lingkungan masyarakat Indonesia saat ini (Zaman Now). Dengan telah
memahami wawasan kebangsaan dan nilainilai bela negara diharapkan dalam menghadapi
perubahan lingkungan pada zaman sekarang sudah dapat memilah dan memilih perubahan
lingkungan yang seperi apa yang cocok dan sesuai dengan nilai-nilai dasar Pegawai Negeri
Sipil, sebagaimana di amanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN). Selanjutnya untuk mempelajari dan mempraktekkan kedua
modul 1 dan 2, maka disusunlah Modul 3 tentang Kesiapsiagaan Bela Negara. Didalam
modul 3 ini dikenalkan bagaimana cara mendisiplinkan diri sendiri dengan baris berbaris,
tata upacara dan protokol, kegiatan-kegiatan ini sebagai sarana untuk mendisiplinkan diri
termasuk dalam menghadapi perubahan lingkungan. Selain itu dalam modul 3 ini juga
dikenalkan kesiapsiagaan dan kesehatan jasmani dan mental, ini dikenalkan untuk
menghadapi hal-hal yang terjadi maka diperlukan jasmani dan mental yang kuat dalam
menangkal hal-hal yang buruk yang sangat cepat mengalir ke Indonesia. Beberapa latihan
ketangkasan lainnya juga diperkenalkan baik dalam berlatih kepemimpinan, kerjasama, dan
berlatih mengasah ide pemikiran dan prakarsa dengan menggunakan berbagai metode
pembelajaran di alam terbuka dan lebih ditekankan pada aspek fisik. Sedangkan untuk
dapat melaporkan kegiatan yang dilakukan oleh para peserta Latsar CPNS dalam berlatih
dikenalkan pula dengan latihan intilijen awal untuk menyaring informasi yang benar dan
layak diteruskan atau dilaporkan kepada pimpinan dan rekan kerja dan dapat memilih mana
informasi yang cukup disimpan saja, dan dibekali pula dengan ilmu dan latihan membuat
telaahan staf atau badan pengumpul keterangan atau yang disebut Bapulket melalui alat
5W + 1 H, sebagai implementasi dari kewaspadaan dini, maka lengkaplah Bela Negara untuk
peserta Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.
AGENDA II

1. BERORIENTASI PELAYANAN
 KONSEP PELAYANAN PUBLIK
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan
Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah
setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain
yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan pengertian
tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara
pelayanan public.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkaua
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas
yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan
masyarakat;
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja,
fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana;
dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara
pelayanan public.
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana
perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan
pelayanan publik, yaitu:
a. adil dan tidak diskriminatif;
b. cermat;
c. santun dan ramah;
d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarutlarut;
e. profesional;
f. tidak mempersulit;
g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara
i. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan;
k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;
l. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi
permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;
m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki;
n. sesuai dengan kepantasan; dan o. tidak menyimpang dari prosedur.

 Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN


Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26
Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil
Negara, disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu
strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World
Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN
BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo meluncurkan Core Values dan
Employer Branding ASN tersebut, yang bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian PANRB
ke-62. Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan
akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif.
2. AKUNTABILITAS

Pengertian Akuntabilitas

Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan


segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan
lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017)

Aspek-Aspek Akuntabilitas

• Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan yang


dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat.

• Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil yang diharapkan


dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.

• Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan


kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.

• Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan


kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.

• Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance) Tujuan utama dari


akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.

Pentingnya Akuntabilitas

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:

1.Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);

2.untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);

3.untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Tingkatan Akuntabilitas

1. Akuntabilitas Personal 4. Akuntabilitas organisasi

2. Akuntabilitas Individu 5. Akuntabilitas stakeholder

3. Akuntabilitas Kelompok
3. KOMPETEN

Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang


terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan. Sesuai
Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi
meliputi:

1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat


diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;

2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat


diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan

3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika,
nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.

Pengembangan kompetensi bagi Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK),


berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 dalam pasal 39 diatur sebagai berikut:

1. Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas, PPPK


diberikan kesempatan untuk pengayaan pengetahuan.

2. Setiap PPPK memiliki kesempatan yang sama untuk di ikutsertakan dalam pengembangan
kompetensi

3. Pengembangan kompetensi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pengembangan


kompetensi pada Instansi Pemerintah.

4. Dalam hal terdapat keterbatasan kesempatan pengembangan kompetensi, prioritas


diberikan dengan memper-hatikan hasil penilaian kinerja pppK yang bersangkutan.

4. HARMONIS

Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia) berarti terikat secara
serasi/sesuai). Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan
sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
Sebagai contoh, seharusnya terdapat harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau tidak,
maka belum tentu orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Dapat dicontohkan, pada
bidang musik, sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti pengretian yang
pernah ada sebelumnya, harmoni tidak lagi menekankan pada urutan bunyi dan nada yang
serasi, tetapi keserasian nada secara bersamaan. Singkatnya Harmoni adalah ketertiban alam
dan prinsip/hukum alam semesta.

Tentunya kita tidak menginginkan situasi dan kondisi disharmoni tersebut terjadi dalam
kehidupan kita bukan? Begitu juga saat kita bekerja dan menjalankan tugas sebagai ASN. Oleh
karena itu kita sebisa mungkin mengantisipasi situasi dan kondisi agar situasi harmonis tercipta
dan potensi disharmoni dapat kita hindari.

Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman dan
berenergi positif :

a. Membuat tempat kerja yang berenergi Sebagian besar karyawan atau orang dalam organisasi
menghabiskan separuh hidupnya di tempat kerja. Untuk itu tempat kerja harus dibuat
sedemikian rupa agar karyawan tetap senang dan nyaman saat bekerja. Tata ruang yang baik
dan keberadaan ruang terbuka sangat disarankan. Desain ruang terbuka dapat meningkatkan
komunikasi, hubungan interpersonal dan kepuasan kerja, sekaligus optimal mengurangi
terjadinya disharmonis yang disebabkan kurangnya komunikasi.

b. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi Selalu ingat dalam
sebuah organisasi Anda bukan satu-satunya orang yang menjalankan alur produktivitas. Ketika
Anda sudah "mentok", ada baiknya Anda mencari ide dari orang-orang yang berada dalam tim.
Hal tersebut mampu meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki karyawan dalam sebuah
bisnis atau organisasi.

c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi Tak dapat dielakkan jika
pendapatan adalah salah satu motivator terbaik di lingkungan kerja. Demikian juga rasa
memiliki. dengan membagi kebahagiaan dalam organisasi kepada seluruh karyawan dapat
meningkatkan rasa kepemilikan dan meningkatkan antusiasme para karyawan.

 Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis

1. Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus,
sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuanketentuan
tertulis. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.

2. Etika publik Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus utama dalam
pelayanan publik, yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.

b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan
sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.

c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.

3. Sumber kode etik ASN antara lain meliputi:

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil
dan Anggota Angkatan Perang

c. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil

d. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS

4. Kode Etik ASN

Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian dari kode etik dan kode
perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN. Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:

a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;

b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;

d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;

f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;

g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.

i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.

5. LOYAL

Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana tersebut di atas
adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa
dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah
sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundang undangan yang
berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan itu sendiri.

Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap
loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya,
antara lain:

a. Taat pada Peraturan.

b. Bekerja dengan Integritas

c. Tanggung Jawab pada Organisas

d. Kemauan untuk Bekerja Sama

e. Rasa Memiliki yang Tinggi

f. Hubungan Antar Pribadi

g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan

h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan

i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain

3. Loyal dalam Core Values ASN

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara,
dengan panduan perilaku:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;

b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta

c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan


perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau hubungan
keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.

b) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu
usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh.

c) Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam


berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme, finansial
atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan
efisien.

d) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan
bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau
bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik,
ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan
prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

e) Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga
sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu
dilakukan dengan ikhlas.

4. Membangun Perilaku Loyal

a. Dalam Konteks Umum Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal)
pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan: 1) Membangun Rasa
Kecintaaan dan Memiliki.

2) Meningkatkan Kesejahteraan

3) Memenuhi Kebutuhan Rohani

4) Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir


5) Melakukan Evaluasi secara Berkala

b. Memantapkan Wawasan Kebangsaan

Pengetahuan tentang Wawasan Kebangsaan sejatinya telah diperoleh para Peserta


Pelatihan di bangku pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar, menengah maupun
pendidikan tinggi. Namun demikian, Wawasan Kebangsaan tersebut masih perlu terus
dimantapkan di kalangan CPNS untuk meningkatkan kecintaannya kepada bangsa dan negara
guna membangun sikap loyal sebagai bekal dalam mengawali pengabdiannya kepada bangsa
dan negara sebagai seorang PNS.

Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan yang kuat sebagai
wujud loyalitasnya kepada bangsa dan negara dan mampu mengaktualisasikannya dalam
pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta
perekat dan pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Diharapkan
dengan nasionalisme yang kuat, setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa dan negara. Dengan demikian ASN tidak akan lagi berpikir sektoral
dengan mental block-nya, tetapi akan senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar
yakni bangsa dan Negara.

6. ADAPTIF

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan mengapa nilai-nilai
adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di
antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan,
perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya.

A. Perubahan Lingkungan Strategis.

Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang kompleks dan
terus berubah adalah tantangan tidak mudah bagi praktek-praktek administrasi publik, proses-
proses kebijakan publik dan penyelenggaraan pemerintahan ke depan. Dalam kondisi di mana
perubahan adalah sesuatu yang konstan, dengan nilai sosial ekonomi masyarakat yang terus
bergerak, disertai dengan literasi publik yang juga meningkat, maka cara sektor publik dalam
menyelenggarakan fungsinya juga memerlukan kemampuan adaptasi yang memadai.
Perubahan lingkungan strategis ini menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan. Tidak ada satu pun
negara ataupun pemerintahan yang kebal akan perubahan ini, pun demikian dengan Indonesia.

B. Kompetisi di Sektor Publik


Perubahan dalam konteks pembangunan ekonomi antar negara mendorong adanya
pergeseran peta kekuatan ekonomi, di mana daya saing menjadi salah satu ukuran kinerja
sebuah negara dalam kompetisi global.

C. Komitmen Mutu

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui kerja ASN di sektornya
masing-masing memerlukan banyak perbaikan dan penyesuaian dengan berbagai tuntutan
pelayanan terbaik yang diinginkan oleh masyarakat. Kurang berkualitasnya layanan selalu
muncul dalam berbagai bentuk narasi, seperti misalnya (1) terkait dengan maraknya kasus
korupsi, sebagai cerminan penyelenggaraan pemerintahan yang tidak efisien; (2) banyaknya
program pembangunan sarana fisik yang terbengkalai, sebagai cerminan ketidak-efektifan roda
pemerintahan; (3) kecenderungan pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule driven dan
sebatas menjalankan rutinitas kewajiban, sebagai cerminan tidak adanya kreativitas untuk
melahirkan inovasi; serta terutama (4) masih adanya keluhan masyarakat karena merasa tidak
puas atas mutu layanan aparatur, sebagai cerminan penyelenggaraan layanan yang kurang
bermutu.

Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga tertuang dalam peran Pegawai ASN
sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, yaitu “sebagai
perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional,
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

D. Perkembangan Teknologi

Variabel yang tidak kalah pentingnya yaitu perkembangan teknologi seperti artificial
intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Big Data, otomasi dan yang lainnya. Tidak bisa
dipungkiri bahwa teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting, yang
mengubah cara kerja birokrasi serta sektor bisnis. Pada masa di mana teknologi sudah menjadi
tulang punggung seluruh business process di sektor bisnis maupun pemerintahan, maka
penggunaan metode konvensional dalam bekerja sudah seyogyanya ditinggalkan. Peralihan ini
tidak saja bertumpu pada pembangunan infrastruktur teknologi, tetapi juga memastikan SDM,
budaya kerja, mentalitas, dan yang tidak kalah penting yaitu tingkat aksesibilitas yang
memastikan keadilan bagi warga negara untuk mendapatkan hak pelayanan.

E. Tantangan Praktek Administrasi Publik

Dari seluruh contoh perubahan lingkungan strategis, maka kita dapat melihat bahwa
untuk memastikan bahwa negara tetap dapat menjalankan fungsinya, dan pelayanan publik
dapat tetap berjalan di tengah-tengah perubahan ini, maka kemampuan adaptasi menjadi
penting dan menentukan. Sehingga birokrasi pun dipaksa untuk turut mengubah cara kerjanya
untuk mengimbangi yang menjadi tuntutan perubahan. Praktek administrasi publik yang terus
berubah dan bercirikan adanya distribusi peran negara dan masyarakat juga telah dikenal
dalam banyak literatur. Literatur terkait New Public Management dan New Public Service
menjadi rujukan penting bagaimana perubahan praktek administrasi publik yang lebih
memperhatikan peran dan kebutuhan masyarakat dibandingkan kondisi peran negara yang
dominan pada Old Public Administration.

Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan


karakteristik VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity. Indonesia dan
seluruh negara di dunia tanpa kecuali menghadapi tantangan yang relatif sama pada aras
global, dengan perubahan lingkungan yang berkarakteristik VUCA, yaitu: 1. Volatility Dunia
berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak stabil, dan tak terduga. Tidak ada yang
dapat memprediksi bahwa 2020 akan menjadi tahun paling buruk bagi hampir semua sektor
usaha di dunia. 2. Uncertainty Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Sejarah dan
pengalaman masa lalu tidak lagi relevan memprediksi probabilitas dan sesuatu yang akan
terjadi. 3. Complexity Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya. Masalah dan akibat lebih
berlapis, berjalin berkelindan, dan saling memengaruhi. Situasi eksternal yang dihadapi para
pemimpin bisnis semakin rumit. 4. Ambiguity Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak
jelas, dan sulit dipahami. Setiap situasi dapat menimbulkan banyak penafsiran dan persepsi.

7. KOLABORATIF

Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi.
Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup kemitraan
institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata
kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan
strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White,
2012). Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan,
implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi
stakeholders bahwa organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan,
collaborative governance menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam
kebijakan membuat persetujuan. bersama dengan “berbagi kekuatan”. (Taylo Brent and Rob C.
de Loe, 2012).

Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:

1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;

2) peserta dalam forum termasuk aktor nonstate; 3) peserta terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;

5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus
tidak tercapai dalam praktik), dan 6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

C. Whole of Government (WoG);

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan


upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi
yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program
dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan.
AGENDA III

SMART ASN

Literasi Digital

Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh peserta CPNS dan
diharapkan para peserta mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan transformasi
digital yang berlangsung sangat cepat.

1. Uraian Materi

Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat


menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi misi
Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Penilaiannya dapat ditinjau
dari etis dalam mengakses media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital (digital
culture), menggunakan media digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan
menggunakan media digital (digital skills).

a. Percepatan Transformasi Digital Menurut Vial (2019), transformasi digital memberikan lebih
banyak informasi, komputasi, komunikasi, dan konektivitas yang memungkinkan berbagai
bentuk kolaborasi baru di dalam jaringan dengan aktor yang terdiversifikasi. Realitas baru ini
menawarkan potensi luar biasa untuk inovasi dan kinerja dalam organisasi.

5 visi Presiden untuk Indonesia: 1. Pembangunan infrastruktur 2. Pembangunan SDM 3.


Keterbukaan Investasi 4. Reformasi Birokrasi 5. Penggunaan APBN fokus & tepas sasaran

5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital: 1. Perluasan akses dan


peningkatan infrastruktur digital. 2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-
sektor strategis, baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran. 3. Percepat integrasi Pusat Data
Nasional sebagaimana sudah dibicarakan. 4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital. 5.
Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi
digital dilakukan secepat-cepatnya (Oktari, 2020)

b. Pengertian Literasi Digital

Konsep Literasi Digital

Konsep literasi digital pun semakin berkembang seiring zaman. Menurut definisi
UNESCO dalam modul UNESCO Digital Literacy Framework (Law, dkk., 2018) literasi digital
adalah... “...kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan,
mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui
teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup
kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media”.

Kompetensi Literasi Digital

Seiring tumbuhnya inovasi TIK di Indonesia, literasi digital pun menjadi bagian penting
dalam kurikulum, sehingga menjadi penting untuk diketahui konsep literasi digital dengan
kompetensinya. Kompetensi adalah keterampilan yang dapat dipahami sebagai disposisi yang
memungkinkan seseorang untuk mengatasi tuntutan situasional tertentu (Klieme dan Leutner,
2006). Dan secara umum, perkembangan konsep literasi digital berikut kompetensinya telah
diadaptasi dari dan ke dalam program-program berikut :

Tabel 1. 4 Kompetensi UNESCO Digital Literacy Framework 2018 Kompetensi Kunci Luaran
Kompetensi 1. Literasi Informasi dan Data 1.1 Menjelajah, mencari dan memfilter data,
informasi dan konten digital 1.2 Mengevaluasi data, informasi dan konten digital 1.3 Mengelola
data, informasi dan konten digital 2. Komunikasi Dan Kolaborasi 2.1 Berinteraksi melalui
teknologi digital 2.2 Berbagi melalui teknologi digital 2.3 Terlibat dalam kewarganegaraan
melalui teknologi digital 2.4 Kolaborasi melalui teknologi digital 2.5 Netiket 2.6 Mengelola
identitas digital 3. Pembuatan Konten Digital 3.1 Mengembangkan konten digital 3.2
Mengintegrasikan dan menguraikan kembali konten digital 3.3 Hak Cipta dan lisensi 3.4
Pemrograman 4. Keamanan 4.1 Melindungi perangkat 4.2 Melindungi data pribadi dan privasi
4.3 Melindungi kesehatan dan kesejahteraan 4.4 Melindungi lingkungan 5. Pemecahan Masalah
5.1 Memecahkan masalah teknis 5.2 Mengidentifikasi kebutuhan dan respons teknologi 5.3
Menggunakan teknologi digital secara kreatif 5.4 Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi
digital.

Tabel 1. 5 Elaborasi Kompetensi Literasi Digital dari Japelidi No. Kompetensi Keterangan 1 Akses
Kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan mengoperasikan media digital. 2 Paham
Kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan mengoperasikan media digital. 3 Seleksi
Kompetensi memahami informasi yang sudah diseleksi sebelumnya. 4 Distribusi Kompetensi
menganalisis dengan melihat plus minus informasi yang sudah dipahami sebelumnya. 5
Produksi Kompetensi melakukan konfirmasi silang dengan informasi sejenis. 6 Analisis
Kompetensi dalam mempertimbangkan mitigasi risiko sebelum mendistribusikan informasi
dengan mempertimbangkan cara dan platform yang akan digunakan. 7 Verifikasi Kompetensi
dalam membagikan informasi dengan mempertimbangkan siapa yang akan mengakses
informasi tersebut. 8 Evaluasi Kompetensi dalam menyusun informasi baru yang akurat, jelas,
dan memperhatikan etika. 9 Partisipasi Kompetensi untuk berperan aktif dalam berbagi
informasi yang baik dan etis melalui media sosial maupun kegiatan komunikasi daring lainnya.
10 Kolaborasi Kompetensi untuk berinisiatif dan mendistribusikan.
Tabel 1. 6 Kompetensi Literasi Digital dari Tular Nalar No. Kompetensi Keterangan 1 Mengakses
Mengeksplorasi media digital untuk mencari informasi, data dan konten sesuai dengan
kebutuhan. 2 Mengelola Informasi Mampu mengambil data, informasi dan konten dalam
lingkungan digital. 3 Mendesain Pesan Mengembangkan dan memodifikasi informasi, data, dan
konten. 4 Memproses Informasi Mampu melakukan verifikasi sumber data, informasi, dan
konten digital. 5 Berbagi Pesan Mampu berbagi data, informasi dan konten digital dengan orang
lain melalui teknologi digital yang tepat. 6 Membangun Ketangguhan Diri Mampu
mengembangkan diri lewat penggunaan media digital. Hal ini berkaitan dengan diri sendiri
sesuai dengan passion, minat, hobi, profesi, dll 7 Perlindungan Data Mampu melindungi data
dan privasi diri dalam lingkungan digital 8 Kolaborasi Mampu menggunakan media digital dan
teknologi untuk membangun jejaring secara daring.

Tabel 1. 7 Tabel 4. Kompetensi Literasi Digital dari Badan Siber dan Sandi Negara (Monggilo,
Z.M.Z dkk., 2020) No. Kompetensi Keterangan 1 Kelola Data Informasi Mengakses dan
mengevaluasi data dan informasi dari media digital secara cermat dan bijak. 2 Komunikasi dan
Kolaborasi Berkomunikasi dan berkolaborasi secara etis dengan warganet lainnya. 3 Kreasi
Konten Menyunting dan memproduksi konten digital untuk tujuan baik. 4 Keamanan Digital
Melindungi privasi dan keamanan diri dari berbagai ancaman digital. 5 Partisipasi dan Aksi
Memanfaatkan media digital untuk berdaya dan bernilai lebih secara bersama-sama

c. Peta Jalan Literasi Digital

Indikator yang dipakai dalam menentukan keberhasilan terwujudnya Indonesia Digital


Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya yaitu dari ITU, IMD, dan Katadata.

d. Penguatan Literasi Digital

Tabel 1. 8 Beberapa Program Penguatan Literasi Digital di Indonesia No. Instansi Program
Deskripsi 1. Kominfo Siberkreasi Melalui berbagai program, literasi digital diimplementasikan
dengan berfokus pada aktivisme sosial, konten digital, dan pelatihan literasi digital. 2.
Kemendikbud Gerakan Literasi Nasional Literasi digital menjadi bagian dari roadmap Gerakan
Literasi Nasional. 3. BSSN Edukasi dan Literasi Pelatihan, semiloka, dan penyediaan bahan ajar
dan kajian terkait isu dunia digital terkait keamanan diri dan data pribadi. 4. Japelidi (Jaringan
Peneliti Digital Indonesia) Penelitian dan penerbitan Digagas oleh kurang lebih 86 peneliti dan
50 universitas di Indonesia, Japelidi berfokus pada kajian, publikasi, dan pengayaan
fundamental literasi digital. 5. Vokasi Universitas Indonesia Penelitian dan Pelatihan Program
pengabdian masyarakat dari Departemen Vokasi Universitas Indonesia yang berfokus pada
literasi digital di berupa penelitian dan pelatihan. 6. Aspikom (Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu
Komunikasi) Penelitian Berdiri sejak 2007, Aspikom yang merupakan konsorsium beberapa
universitas berfokus pada penelitian dengan penerbitan jurnal Aspikom yang telah terakreditasi
7. Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) Pelatihan dan Pengabdian masyarakat Berdiri
sejak 2018, Mafindo telah menjadi organisasi cek fakta dan pengembangan literasi media dan
digital dengan jangkauan nasional dan internasional 8. Elsam Penelitian dan semiloka Elsam
berfokus pada penguatan literasi digital untuk iklim demokrasi yang lebih baik baik di dunia
nyata dan maya dengan penelitian dan semiloka di berbagai daerah. 9. Sejiwa Pelatihan Melalui
gerakan pengembangan literasi secara umum yang menyasar sekolah dan komunitas, Sejiwa
juga telah lama mendukung penguatan literasi digital di Indonesia.

Implementasi Literasi Digital

Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture,
digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi
digital

2. Pilar Literasi Digital

Etika Bermedia Digital

Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital : 1.


Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bukan
hanya jumlah dan aksesnya yang bertambah, durasi penggunaannya pun meningkat drastis 2.
Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital.
Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak
terbatas dan big data, telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal, mulai dari belajar,
bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi. 3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai
semakin tinggi. Situasi pandemi COVID-19 yang menyebabkan intensitas orang berinteraksi
dengan gawai semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai isu dan gesekan. Semua ini tak
lepas dari situasi ketika semua orang berkumpul di media guna melaksanakan segala
aktivitasnya, tanpa batas.

Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan tingkat
kompetensi. Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri (self-controlling) dalam
menghadapi jarak perbedaan perbedaan tersebut dalam menggunakan media digital, yang
disebut dengan Etika Digital. Empat prinsip etika tersebut menjadi ujung tombak self-control
setiap individu dalam mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang
digital, sehingga media digital benar-benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-hal
positif.
c. Aman Bermedia Digital

Kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis,


menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari Dasar
● Dasar 1: Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint)
Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi) ● Dasar 2 Pengetahuan dasar
dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang terverifikasi dan terpercaya,
memahami spam, phishing. ● Dasar 3 Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan
platform digital dan menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed ●
Dasar 4 Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital serta
protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi.

Ada lima indikator atau kompetensi yang perlu ditingkatkan dalam membangun area
kompetensi keamanan digital, yaitu: 1. Pengamanan perangkat digital 2. Pengamanan identitas
digital 3. Mewaspadai penipuan digital 4. Memahami rekam jejak digital 5. Memahami
keamanan digital bagi anak.

Beberapa tips berikut bisa dilakukan untuk melindungi data pribadi di dunia digital yaitu:
● Gunakan password (kata sandi) yang kuat dan gunakan secara berbeda di setiap akun
platform digital yang dimiliki serta perbaharui secara berkala ● Hindari untuk membagikan data
pribadi seperti tempat tanggal lahir, nama ibu kandung, dan password ● Pahami dan pilih
aplikasi yang dipasang di gawai hanya untuk mengakses data yang dibutuhkan dan bukan data
pribadi ● Pahami dan pastikan pengaturan privasi di setiap akun yang dimiliki sesuai dengan
tingkat keamanan yang dibutuhkan ● Hindari berbagi data pribadi orang lain, keluarga, teman
dan kenalan sebab ini adalah privasi mereka ● Selalu lakukan pembaruan perangkat lunak yang
digunakan dalam gawai guna meminimalisir resiko celah kebocoran data ● Hati-hati
mengunggah data pribadi di platform digital karena tidak selalu terjalin aman ● Hindari
memasukkan data pribadi penting dalam platform digital saat menggunakan WiFi publik/gratis
● Waspada jika ada komunikasi/aktivasi mencurigakan dari akun dengan identitas yang tidak
dikenal

d. Cakap Bermedia Digita

Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat


keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

Dasar ● Dasar 1: Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC) ● Dasar 2:
Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan data,
memasukkan kata kunci dan memilah berita benar ● Dasar 3: Pengetahuan dasar tentang
beragam aplikasi chat dan media sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan
mengganti Settings ● Dasar 4: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan
e-commerce untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital.

2. MANAJEMEN ASN

Kegiatan Belajar I : Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN

a. Kedudukan ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi
pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang
unggul selaras dengan perkembangan jaman.

Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: 1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan 2)
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai
secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai
dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.

Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri.
Namun demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan.

b. Peran ASN

Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai


berikut: 1) Pelaksana kebijakan public; 2) Pelayan public; dan 3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas: 1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 2)
Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan 3) Mempererat persatuan
dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
c. Hak dan Kewajiban ASN

Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa
hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan
ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.

Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut PNS berhak memperoleh:
1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; 2) cuti; 3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua; 4)
perlindungan; dan 5) pengembangan kompetensi Sedangkan PPPK berhak memperoleh: 1) gaji
dan tunjangan; 2) cuti; 3) perlindungan; dan 4) pengembangan kompetensi Selain hak
sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN disebutkan bahwa Setiap
Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan 13 Manajemen ASN
kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan
berupa: 1) jaminan kesehatan; 2) jaminan kecelakaan kerja; 3) jaminan kematian; dan 4)
bantuan hukum.

Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.
Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai ASN
yang disebutkan dalam UU ASN adalah: 1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah
yang sah; 2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; 3) melaksanakan kebijakan yang
dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; 4) menaati ketentuan peraturan perundang-
undangan; 5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab; 6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; 7) menyimpan
rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan 8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

d. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN

Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan
kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN: 1)
melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi; 2)
melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin; 3) melayani dengan sikap hormat, sopan,
dan tanpa tekanan; 4) melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan 5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan 6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara; 7)
menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya; 9)
memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan; 10) tidak menyalahgunakan informasi
intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain; 11) memegang teguh nilai
dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan 12) melaksanakan ketentuan
peraturan perundang undangan mengenai disiplin Pegawai ASN.

Fungsi kode etik dan kode perilaku ini sangat penting dalam birokrasi dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Fungsi tersebut, antara lain:

1) Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas
dan kewanangan agar tindakannya dinilai baik.

2. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi public/aparatur sipil negara
dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.

Anda mungkin juga menyukai