Anda di halaman 1dari 16

RESUME MOOC PPPK

Nama Lengkap : Ahmad Koirudin, S.Pd


NIP : 199609182023211011
Jabatan : Ahli Pertama – Guru Teknik Sepeda Motor
Instansi : MAN 3 Blitar

Rangkuman

Agenda I
1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai bela Negara
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan public
bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan nasional seperti
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kepentingan
nasional adalah bagaimana mencapai tujuan nasional. Setiap ASN harus senantiasa
menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri
sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang atau golongan. Kepentingan bangsa dan Negara harus
ditempatkan di atas kepentingan lainnya. Wawasan Kebangsaan dapat diartikan
sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga
dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan
kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Beberapa titik penting dalam sejarah bangsa Indonesia, 20 Mei 1908, puluhan anak
muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu mereka sepakat mendirikan
organisasi Boedi Oetomo. Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi
pergerakan nasional pertama yang menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan
Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah
internasional. Perhimpunan Indonesia (PI) diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan
R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Leiden, Belanda. Pada tanggal 30 April
1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang kemudian
terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil
organisasi pemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun,
Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan
Pemuda Kaum Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar. Pada 27-28 Oktober 1928,
Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan. Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis,
Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan pemerintah Jepang di Jawa,
mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.
Pancasila sebagai Ideologi Negara. Setiap harus memiliku konsesus bersama
menyangkut hal hal yang fundamental bagi keberlangungan, keutuhan dan kejayaan
bangsa yang bersangkutan. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Bendera Negara adalah Sang Merah Putih yang tercantum
dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009
2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan berbunyi
Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika
peradaban Bangsa.
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman. Sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan
hasil perjuangan segenap komponen bangsa yang dilandasi oleh semangat untuk
membela Negara dari penjajahan.
2. Analisis Isu Kontemporer
Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan birokrasi kelas
dunia, merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan kemampuan
Pegawai Negeri Sipil dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang
menyebabkan posisi Indonesia dalam percaturan global belum memuaskan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara
signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai
ASN dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c)
komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d)
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan profesionalitas
jabatan. ”Kemampuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
lingkungan strategis dan analisis isu-isu kontemporer pada agenda pembelajaran
Bela Negara perlu didasari oleh materi wawasan kebangsaan dan aktualisasi
nilainilai bela negara yang dikontektualisasikan dalam pelaksanaan pekerjaan
sehari-hari.
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan
lingkungan strategis, sebaiknya perlu diawali dengan memahami apa itu perubahan,
dan bagaimana konsep perubahan dimaksud. Undang-undang ASN setiap PNS
perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya melaksanakan kebijakan publik
yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan
perundang- undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas.dan memperat Persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
Menjadi ASN yang professional, tetap disiplin dan akuntabilitas, mengakui dan
memperbaiki kesalahan yang dibuat, fair dan berbicara berdasarkan data,
menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta menghargai integritas pribadi,
bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka menolong, menunjukkan respek dan
membantu orang lain sepenuh hati, tidak tamak dan tidak arogan, serta tidak
bersikap diskriminatif atau melecehkan orang lain, belajar terus menerus, semangat
memberi kontribusi melebihi harapan, dan selalu berjuang menjadi lebih baik,
mengutamakan keprimaan artinya dimanifestasikan dalam bentuk kesadaran diri,
keyakinan diri, dan keterampilan bergaul, mampu mengendalikan diri, menunjukkan
kemampuan bekerja sama, memimpin, dan mengambil keputusan, serta mampu
mendengarkan dan memberi informasi yang diperlukan dan menjaga
konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk terhadap masyarakat yang dilayani
maupun rekan kerja, berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan menjunjung tinggi
etika-moral PNS.
Perubahan Lingkungan Straat jika ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner
(Perron, N.C., 2017, empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi
kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing,
yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Perubahan cara
pandang tersebut, telah mengubah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal ini ditandai dengan masuknya kepentingan global (negara-negara lain) ke dalam
negeri dalam aspek hukum, politik, ekonomi, pembangunan, dan lain
sebagainya. Perubahan cara pandang individu tentang tatanan berbangsa dan
bernegara (wawasan kebangsaan), telah mempengaruhi cara pandang masyarakat
dalam memahami pola kehidupan dan budaya yang selama ini
dipertahankan/diwariskan secara turun temurun. Perubahan lingkungan masyarakat
juga mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniature dari kehidupan sosial
(masyarakat). Tingkat persaingan yang keblabasan akan menghilangkan
keharmonisan hidup di dalam anggota keluarga, sebaga akibat dari
ketidakharmonisan hidup di lingkungan keluarga maka secara tidak langsung
membentuk sikap ego dan apatis terhadap tuntutan lingkungan sekitar.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang
berasal dari kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap
siaga dalam segala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa
makna kesamptaan sama dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut
Sujarwo (2011:4) ― Samapta yang artinya siap siaga. Bela negara adalah adalah
kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara yang dilakukan secara ikhlas,
sadar dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk
pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas baik fisik maupun mental
untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan
menjutkan cita cita kemerdekaan. Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud
adalah kemampuan setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakan kegiatan
olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang
di dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan
baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel), tata tempat,
dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan perundangan-
undangan yang berlaku. Untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela
negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun
mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan local
sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Kesehatan jasmani menjadi bagian dari
definisi sehat dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009. Artinya Anda
dikatakan sehat salah satunya adalah dengan melihat bahwa jasmani atau fisik
Anda sehat. Kesehatan jasmani mempunyai fungsi yang penting dalam menjalani
aktifitas sehari-hari. Semakin tinggi kesehatan jasmani seseorang, semakin
meningkat daya tahan tubuh sehingga mampu untuk mengatasi beban kerja yang
diberikan. Dengan kata lain dengan jasmani yang sehat, produktifitas kerja Anda
akan semakin tinggi.
Sebagai Aparatur Sipi Negara, anda tidak hanya membutuhkan jasmani yang sehat,
tetapi juga memerlukan jasmani yang bugar. Kebugaran jasmani ini diperlukan agar
dapat menjalankan setiap tugas jabatan Anda dengan baik tanpa keluhan.
Kebugaran jasmani setiap orang berbedabeda sesuai dengan tugas/profesi masing-
masing, tergantung dari tantangan fisik yang dihadapinya. Kebugaran jasmani terdiri
dari komponenkomponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang
berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok
yang berhubungan dengan keterampilan (Skill related Physical Fitness).

Agenda II
1. Berorientasi Pelayanan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945) mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara
lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban memenuhi
kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang
mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang
publik, jasa publik, dan pelayanan administrative, sebagaimana tercantum dalam
Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(UU Pelayanan Publik). Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan
masyarakat merupakan muara dari Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025, yang menyatakan bahwa visi Reformasi Birokrasi adalah
pemerintahan berkelas dunia yang ditandai dengan pelayanan publik yang
berkualitas. Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Adapun
penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum
lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan
pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari
penyelenggara pelayanan 12 publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan
bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik. Pelayanan publik yang
baik juga didasarkan pada prinsipprinsip yang digunakan untuk merespons berbagai
kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan birokrasi.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang
baik adalah partisipatif, transparan, responsive, tidak dikiminatif, mudah dan murah,
efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel dan berkeadilan.

2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah
sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut
memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan
Zonke, 2017). Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a
relationship) Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan
bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan
mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi,
individu/kelompok/institusi bertanggungjawab untuk memenuhi semua
kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah
hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah pihak.
Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil yang
diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung
jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut
untuk bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu
bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang
maksimal. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting) Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil
yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti
nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Tujuan utama dari akuntabilitas
adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive
accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan
sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja.
3. Kompeten
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan
tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap
waktu, sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan
tawaran perubahan teknologi itu sendiri. Perilaku ASN untuk Kompeten adalah a.
Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah; b.
Membantu orang lain belajar; c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak
boleh ada perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau
aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif. Pembangunan Apartur sesuai
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,
diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang
semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien Terdapat 8
(delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun
2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis;
2) Kompetensi Manajerial; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural
4. Harmonis
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan sebagai having a
pleasing mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious antara lain canorous,
euphonic, euphonious, harmonizing, melodious, musical, symphonic, symphonious,
tuneful. Sedangkan lawan kata dari harmonious adalah discordant, disharmonious,
dissonant, inharmonious, tuneless, unmelodious, unmusical. Harmoni (dalam
bahasa Yunani: harmonia) berarti terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang
filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa
hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
Sebagai contoh, seharusnya terdapat harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia,
kalau tidak, maka belum tentu orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Dapat
dicontohkan, pada bidang musik, sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak
mengikuti pengretian yang pernah ada sebelumnya, harmoni tidak lagi menekankan
pada urutan bunyi dan nada yang serasi, tetapi keserasian nada secara bersamaan.
Singkatnya Harmoni adalah ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta.
Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat kerja.
Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan dampak positif bagi
karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan
internal, dan kinerja secara keseluruhan. Dalam mewujudkan suasana harmoni
maka ASN harus memiliki pengetahuan tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak
awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan dalam mewujudkan persatuan
bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan separatism dan berbagai
potensi yang menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi persatuan
bangsa. Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11
tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut. a. Melaksanakan
kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan b. Memberikan pelayanan publik yang
profesional dan berkualitas Modul Harmonis c. Mempererat persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan.
Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri
pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal didefinisikan sebagai
“giving or showing firm and constant support or allegiance to a person or institution
(tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan
konstan kepada seseorang atau institusi)”.Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata
loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi,
dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi
berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku
(Pasal 5, Ayat 2) dengan serangkaian Kewajibannya (Pasal 23) untuk melaksanakan
dan mengoperasionalkan ketentuan-ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core
Value ASN BerAKHLAK yang didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga)
panduan perilaku (kode etik)- nya. Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS
terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu: 1. Cinta Tanah
Air 2. Sadar Berbangsa dan Bernegara 3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi
Negara 4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara 5. Kemampuan Awal Bela
Negara. Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS
sebagaimana ketentuan perundangundangangan yang berlaku. Kemampuan ASN
dalam memahami dan mengamalkan nilainilai Pancasila menunjukkan kemampuan
ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang
merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian
dari anggota masyarakat.
6. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan
diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat
mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan.
Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya
keberlangsungan kehidupan. Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari
makhluk hidup. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa
hal, seperti di antaranya tujuan organisasi tingkat kepercayaan, perilaku tanggung
jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN
merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai
individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan –
baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan
membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah
situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Grindle
menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas
pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan
sumber daya manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c)
Pembaharuan institusional adaptif. Terkait membangun organisasi pemerintah yang
adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman bagaimana Pemerintah Singapura
menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai sektornya, mereka menyebutnya
dengan istilah dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan
kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir
ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think across).
Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah yang berbeda untuk
pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan pemerintah yang tangguh (resilient
organization). Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi
yang membuat organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya,
desain, adaptasi, dan budaya atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.
7. Kolaboratif
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi
dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019)
mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance
between two or more firms aiming to become more competitive by developing
shared routines”.
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga perlu
dijelaskan yaitu collaborative governance. Irawan (2017) mengungkapkan bahwa “
Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama
dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance . Pada collaborative
governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu
mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola
stuktur horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan
ide. Selain itu, Kolaboratif harus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak
untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah,
serta menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama
Agenda III
1. SMART ASN
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan
kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak
sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum
digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics. Kerangka kurikulum
literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif
dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital. a. Guna mendukung
percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu: ●
Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital. ● Persiapkan betul roadmap
transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di pemerintahan, layanan publik,
bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri,
sektor penyiaran. ● Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah
dibicarakan. ● Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital. ● Persiapan terkait
dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital
dilakukan secepat-cepatnya b. Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional
belajar bagaimana menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan
pencarian online. Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan
tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia
mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini Smart ASN
terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas. c. Menurut
UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi
yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media. d. Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020
menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia
masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian,
laporan, dan survei harus diperkuat. Literasi digital sering kita anggap sebagai
kecakapan menggunakan internet dan media digital. Namun begitu, acap kali ada
pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling
utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan
sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu,
literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital
dalam melakukan Smart ASN proses mediasi media digital yang dilakukan secara
produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang
memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan
alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital.
2. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia
sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil
(PNS); dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai ASN
berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari Manajemen
ASN pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik Untuk menjalankan
kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: a)
Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c) Perekat dan pemersatu
bangsa Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga
berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. ASN sebagai profesi
berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk
menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa
transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan
obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah
mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan
misinya. Manajemen ASN Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem
pengelolaan pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana
semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi
pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai
diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad
performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari
organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen
PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun
dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan;
pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan
kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian
kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada
kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi
Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan
Manajemen ASN memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain
yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Keterkaitan Antar Agenda


Sebagai dasar pengembangan kompetensi latSAR PPPK mengacu pada UU ASN
nomor 5 tahun 2014 pasal 10 tentnaf fungi ASN terdapat 3 jenis fuungsi ASN yaitu
ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, sebagai pelayan public dan sebagai
perekat dan pemersatu bangsa.
Kompetensi yang dibanggun dalam latSAR PPPK adalah menunjukkan sikap
perilaku bela negara kemudian mengaktualisasikan nilai nilai dasar PPPK dalam
pelaksanaan tugas jabatannya, mengaktualisasikan kedudukan dan peran PPPK
dalam kerangka NKRI dan menunjukkan penguasaan kompetensi teknik yang
dibutuhkan sesuai dengan bidang tugasnya. Kompeteni yang dibangun ini untuk
mencapai tujuan dari latSAR PPPK yaitu PPPK yang professional yang berkarakter
sebagai pelayan masyarakat.
Materi yang diberikan pada agenda satu, dua dan tiga adalah untuk pembentukan
karakter PPPK sebagai calon pemimpin bangsa dan menunjukkan kemampuan
sebagai calon PPPK yang akan dapat mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PPPK
dalam pelaksanaan tugasnnya sehingga akan dapat menjadi suatu karakter atau
pembiasaan. Sebagai ASN yang professional ditunjukkan dengan diberikannya
penguatan kompetensi melalui pengembangan kometensi teknis bidang tugas yang
berisi tentang substansi teknis administrasi dan kompeteni tekni substansif yang
akan ddiberikan oleh instansi atau unit kerja yang akan menjadikan satu kesatuan
dalam pembelajaran latSAR PPPK.
Agenda satu sikap perilaku bela Negara membekali peserta dengan pemahaman
wawasan kebangsaan melalui pemaknaan terhadap nilai-nilai bela Negara sehingga
memiliki kemampuan untuk menunjukkan sikap perilaku bela Negara dalam suatu
kesiapsiagaan yang mencerminkan sehat jasmani dan mental menghadapi
perubahan lingkungan strategis dalam menjalankan tugas jabatan sebagai PPPK
yang professional pelayan masyarakat dan diharapkan dapat menerapkan
internalisasikan serta menjadi pondasi dalam menjalankan semua tugas yang
diberikan baik saat di proses pembelajaran maupun dalam pelaksanaan tugas
sebagai PPPK, jadi nilai-nilai tersebut akan terpatri dan diterapkan dalam perilaku
bela Negara.
Agenda dua nilai-nilai dasar PPPK, membekali dengan nilai-nilai dasar yang
dibutuhkan dalam menjalankan tuga jabatan pppk secara professional sebagai
pelayan masyarakat yang meliputi lima kemampuan, yaitu akuntabilitas,
mengedepankan kepentingan nasional, menjunjung tinggi standar etika public,
berinovai untuk peningkatan mutu pelaksannaan tuga jabatannya dan tidak korupsi
dan mendorong percepatan pembeantasan korupsi di lingkungan instansi.
Kemampuan tersebut diperoleh melalui pembelajaran mata pelatihan aneka. Setelah
mempelajari materi pelatihan diharapkan PPPK dapat mempunyai kemampuan
dalam memaknai dan menginternalisasikan nilai-nilai dasar PPPK didalam setiap
tugas pekerjaannya.
Agenda tiga kedudukan dan peran PPPK dalam NKRI yang membekali peserta
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PPPK untuk menjalankan fungsi ASN
sebagai pelaksana kebijakan public serta perekat dan pemersatu bangsa, sehingga
mampu mengelola tantangan dan masalah keragaman social kultural menggunakan
perpektif WoG dalam mendukung pelaksanaan tugas jabatannya. Kemampuan
tersebut diperoleh melalui pembelajaran atau pelatihan manajemen ASN, pelayanan
public dan whole of government. Diharapkan nantinya PPPK setelah mempelajari
materi tersebut PPPK mampu berfikir kritis terhadap konep dan praktik
penyelenggaraan pemerintah. Jadi, agenda tiga menjadi kendaraan dalam
melaksanakan agenda satu dan dua, pelaksanaan tugas dalam penyelenggaraan
pemerintahan sangat jelas terlihat dimana ada tiga perspektif yang mendukung
tugas pekerjaan. Bagaimana seorang PPPK harus memahami manajemen ASN,
seorang PPPK harus bisa menyelenggarakan pelayanan public dengan baik dan
harus bisa melakukan tugas denga perspektif WoG yaitu berkoordinai, kolaborasi,
terintegrasi dala menjalankan tugasnya. Dalam menjalankan tugas di agenda tiga,
akan melatih diri secara kritis menemukan isu sebagai bagian paling awal dalam
rancangan aktualisasi hingga nantinya akan ditemukan kegiatan kreatif yang
dijalankan dan diaktualisasikan serta dihabituasikan dalam tugas pekerjaan melalui
aktualisasi nilai-nilai dasar PPPK.

Anda mungkin juga menyukai