JURNAL (RESUME)
Disusun oleh :
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), diperlukan ASN yang
profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Agar kepentingan bangsa dan Negara dapat selalu ditempatkan di atas kepentingan lainnya
dibutuhkan langkah-langkah konkrit, melalui:
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
1. Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan sidang
BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Pentingnya kedudukan Pancasila bagi bangsa
Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga gagasan
dasar yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila harus berisi
kebenaran nilai yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945 oleh
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada masa itu Ir.
Soekarno menyampaikan gagasan dasar pembentukan negara yang beliau sebut
Pancasila.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan BhinnaIka-Tunggal-
Ika berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Lambang NKRI Garuda Pancasila
dengan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan Peraturan Pemerintah nomor 66
Tahun 1951, pada tanggal 17 Oktober diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951
tentang Lambang Negara.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Adapun tujuan NKRI seperti tercantuk dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi negara
Indonesia.)
5. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
NILAI-NILAI BELA NEGARA
1. Sejarah Bela Negara
Pada tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia Dr.H. Susilo Bambang
Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara. Dengan
pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi
bangsa Indonesia karena pada tanggal tersebut terbentuk Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka bela Negara serta dalam upaya
lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam rangka
mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan.
2. Ancaman
Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa
3. Kewaspadaan Dini
kewaspadaan dini sesungguhnya adalah kewaspadaan setiap warga Negara
terhadap setiap potensi ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal dari
segala potensi ancaman, termasuk penyakit menular dan konflik sosial.
Kewaspadaan dini diimplementasikan dengan kesadaran temu dan lapor cepat
(Tepat Lapat) yang mengandung unsur 5W+1H (When, What, Why, Who, Where dan
How) kepada aparat yang berwenang.
4. Pengertian Bela negara
Secara ontologis bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan
warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif, secara epistemologis fakta
fakta sejarah membuktikan bahwa bela Negara terbukti mampu menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, sementara secara aksiologis bela Negara diharapkan dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
5. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara
meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Kesadaran Bela Negara ditumbuhkan dari kecintaan pada Tanah Air Indonesia, tanah
tumpah darah yang menjadi ruang hidup bagi warga Negara Indonesia.
1. BERORIENTASI PELAYANAN
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya:
1) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
2) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
3) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun. Pelayanan yang semestinya dipahami dan
diimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
a) memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b) ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
c) melakukan perbaikan tiada henti
Djamaludin Ancok dkk (2014) memberi ilustrasi bahwa perilaku
yang semestinya ditampilkan untuk memberikan layanan prima adalah:
1) Menyapa dan memberi salam
2) Ramah dan senyum manis
3) Cepat dan tepat waktu
4) Mendengar dengan sabar dan aktif
5) Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan
6) Terangkan apa yang Saudara lakukan
7) Jangan lupa mengucapkan terima kasih
8) Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan
9) Mengingat nama pelanggan.
1. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
a) Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Dapat diwujudkan dengan :
1) kepada negara dan rakyat Indonesia
2) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
3) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
4) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
b) Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
1) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
2) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
3) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
c) Melakukan Perbaikan Tiada Henti
1) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada public
2) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
2. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di
era digitalyang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas
danbusiness as usual ) agar tercipta break through atau terobosan, yaitu perubahan
tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut
dengan inovasi pelayanan publik .
2. AKUNTABEL
Pengertian akuntabilitas
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah Kemampuan melaksanaan tugas
dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi. Etika Publik Etika
Publik merupakan merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai (kejujuran,
solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll) dipraktikan dalam wujud keprihatinan dan
kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat atau kebaikan orang lain.
Goals (Tujuan)
Roles (Peran)
Procedures (Prosedur)
Relationships (Hubungan
Leadership (Kepemimpinan)
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang
sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku
tersebut adalah:
Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi
Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien
Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak
menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke,
2017).Melalui Kepemimpinan, Transparansi Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan,
Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun lingkungan
kerja ASN yang akuntabel.
3. KOMPETEN
1. Konsepsi Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skill), dan sikap (attitude) yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang
sesuai tuntutan pekerjaan. Berkinerja yang BerAkhlak:
1. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
2. Meningkatkan kompetensi diri:
Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah adalah keniscayaan.
Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau
disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis
pada sumber pembelajaran utama dari Internet.
Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.
Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian
para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat
ASN bekerja atau tempat lain.
Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang
mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau
luar organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar:
Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk
morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah,
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and
Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network),
pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).
4. Melakukan kerja terbaik:
Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap
organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup
dan berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan
dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang Sesuai Peraturan
Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis
2) Kompetensi Manajerial
3) Kompetensi Sosial Kultural
2. Hak Pengembangan Kompetensi
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan
pegawai, sekurang- kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan
maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK).
3. Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai
untuk meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal.
4. HARMONIS
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja
dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih luas.
Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara disadari
pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan
dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran
persatuan berbangsa tersebut. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan
dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah;
a) Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b) Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’
c) Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah Membangun budaya
harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu
organisasi.
Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai
bentuk organisasi.
5. LOYAL
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakansumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN sebagaimana
ketentuan perundang undangangan yang berlaku. Disiplin ASN adalah kesanggupan ASN
untukmenaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang undangan.
Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan
perilaku loyal yang semestinya dipahami dan diimplementasikan oleh setiap ASNdi instansi
tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang DasarNegara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI sertapemerintahan yang sah;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara;serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
7. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat ini.
Banyak ahli merumuskan terkait tantangan - tantangan tersebut. Ciri lainnya adalah
kolaborasi yang terjadi antar sektor dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat
pula perbedaannya, dan yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya
penyatuan keseluruhan (whole) elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih
banyak menekankan pada pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan
dan lainnya, sehingga penyatuan yang terjadi hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu saja
yang dipandang relevan.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi
yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari
permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga
tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Pola kebiasaan baru untuk belajardan
bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet.
Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk
salingmelindungi hak digital setiap warga negara. Guna mendukung percepatan transformasi digital,
ada 5 langkah yang harus di jalankan, yaitu:
Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.Roadmap Literasi
Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, danDeloitte pada tahun 2020
menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalanterkait percepatan transformasi
digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang
terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
kecakapan digital,
budaya digital,
etika digital
dan keamanan digital.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis
dirinya telah menjadi warga negara digital.
Pemahaman multi kulturalisme dan pluralisme membutuhkan upaya pendidikan sejak
dini. Apalagi, kita berhadapan dengan generasi masa kini, yaitu para digital native (warga digital)
yang lebih banyak ‘belajar’dari media digital. Meningkatkan kemampuan membangun mindfulness
communication tanpa stereotip dan pandangan negative adalah juga persoalan meningkatkan
kemampuan literasi media dalam konteks budaya digital.
Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk
mengakses,menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak Digital meliputi
hakuntuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa nyaman. Hak harus
diiringi dengan tanggung jawab.
Tanggung jawab digital, meliputi menjaga hak-hak atau reputasi orang lain, menjaga
keamanan nasional atau atau ketertiban masyarakat ataukesehatan atau moral publik. Hak dan
kewajiban digital dapat memengaruhi kesejahteraan digital setiap pengguna.
Kesejahteraan digital merupakan istilah yang merujuk pada dampak dari layanan
teknologi dan digital terhadap kesehatan mental, fisik, dan emosi seseorang. Siapa yang
bertanggung jawab untuk menciptakan kesejahteraan digital? jawabannya adalah setiap
individu.
2. Manajemen ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan perlindungan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2(dua)
tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat PimpinanTinggi tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan
yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua)
tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya
dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi
pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Kode
etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan
kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah.
Manajemen ASN Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai system pengelolaan pegawai
harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada
prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan
atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga
diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.