Anda di halaman 1dari 14

MOOC PPPK

Massive Open Online Course

PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIANKERJA (PPPK)

JURNAL

Oleh:

Nama : Novi Febriyani, A.Md, Keb

NIP : 199411222023212001

Tempat, tanggal lahir : Tanjung Pinang, 22 November 1994


Golongan : VII

Jabatan : Terampil - Bidan


Instansi : Pemerintah Kota Batam

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA (LAN) TAHUN 2023


RESUME AGENDA 1

Sikap Perilaku Bela Negara

A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai Bela Negara


1. Wawasan Kebangsaan
Fakta-fakta sejarah dapat dijadikan pembelajaran bahwa Kebangsaan Indonesia terbangun dari serangkaian proses
panjang yang didasarkan pada kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan bukan keseragaman serta
mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Tanggal 20 Mei pertama kali ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan Nasional yang dilatarbelakangi dari
pembentukan Boedi Utomo 20 Mei 1908. Sebagaimana tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda
yang dilatarbelakangi oleh Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Indonesische
Clubgenbouw Jl, Keramat 106 Jakarta. Dan pada tanggal 17 Agustus di tetapkan sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia.
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system)
yang bersumber dari Pancasila, UUD RI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Ada 4 (empat) konsesus dasar berbangsa dan bernegara yaitu :
1. Pancasila
Pentingnya kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
sehingga gagasan dasar yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila harus berisi
kebenaran nilai yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Dengan demikian
rakyat rela menerima, meyakini dan menerapkan dalam kehidupan yang nyata, untuk selanjutnya dijaga kokoh
dan kuatnya gagasan dasar tersebut agar mampu mengantisipasi perkembangan zaman. Untuk menjaga,
memelihara, memperkokoh dan mensosialisasikan Pancasila maka para penyelenggara Negara dan seluruh
warga Negara wajib memahami, meyakini dan melaksankaan kebenaran nilai-nilali Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Sejarah kemerdekaan Indonesia yang terlepas dari penjajahan asing membuktikan bahwa sejak semula salah
satu gagasan dasar dalam membangun sokoguru Negara Indonesia adalah konstitusionalisme dan paham Negara
hukum. Di dalam Negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, Undang-undang
dasar memiliki fungsi yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hakhak warga
Negara terlindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.
3. Bhineka Tunggal Ika
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan Bhinna-Ika-Tunggal-Ia berarti berbeda-
beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada
hakekatnya satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Adapun tujuan NKRI seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV, meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu,
identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana
diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bendera, bahasa, dan lambang
negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan
bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pengaturan tentang bendera, Bahasa, dan lambing negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia diatur di dalam UU Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan.

2. Nilai-Nilai Bela Negara


Berdasarkan Pasal 1 Ayat (11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara, “Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta Tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.”
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2029 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan
Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. Cinta tanah air.
b. Sadar berbangsa dan bernegara.
c. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
d. Rela berkorban untuk berbangsa dan bernegara.
e. Kemampuan awal bela negara.
Kesadaran Bela Negara ditumbuhkan dari kecintaan pada Tanah Air Indonesia, tanah tumpah darah yang menjadi
ruang hidup bagi warga Negara Indonesia. Tanah dan air, merupakan dua kata yang merujuk pada kepulauan Nusantara,
rangkaian kepulauan yang menjadikan air (lautan) bukan sebagai pemisah namun justru sebagai pemersatu dalam wilayah
yurisdiksi nasional. Tanah Air yang kaya akan sumber daya alam, indah dan membanggakan sehingga patut untuk
disyukuri dan dicintai. Dari cinta tanah air-lah berawal tekad untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan
Negara dari berbagai ancaman.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan
perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan yang
ditujukan bagi Warga Negara yang bekerja pada : lembaga Negara, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
dan pemerintah daerah, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, badan usaha milik
negaralbadan usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Indikator nilai dasar Bela Negara, terdiri dari :
a. Indikator cinta tanah air.
b. Indikator sadar berbangsa dan bernegara.
c. Indikator setia pada Pancasila sebagai ideologi bangsa.
d. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan negara.
e. Indikator kemampuan awal Bela Negara.
Usaha Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa Nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak
dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya
tujuan dan kepentingan nasional, dengan sikap dan perilaku meliput :
1. Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku :
a. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
pemerintahan yang sah.
b. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
c. ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-tengah masyarakat dalam menunjukkan
kebanggaan sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku :
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
c. Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik, baik tingkat daerah maupun di
tingkat nasional.
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
c. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku :
a. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna,
dan santun.
b. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dan Negara sesuai tugas dan
fungsi masing-masing.
c. Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
5. Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku :
a. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
b. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

3. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


Bentuk Negara kesatuan yang disepakati oleh para pendiri bangsa dan kemudian ditetapkan berdasarkan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memiliki makna pentingnya kesatuan dalam system penyelenggaraan
Negara. Perspektif sejara Negara Indonesia mengantarakan pada pemahaman betapa pentingnya persatuan dan kesatuan
bangsa yang didasarkan pada prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa dan nasionalisme. Kebijakan public dalam
format keputusan dan/atau tindakan administrasi pemerintahan (SANKRI) memiliki landasaan idiil yaitu Pancasila
landasan konstitusionil. UUD 1945 sebagai system yang mewadahi peran Aparatur Sipil Negara (ASN) berdasarkan UU
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
B. Analisis Isu Kontemporer
1. Konsepsi Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level lingkungan strategis yang dapat
mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu,
keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia
(Global).
Pemahaman perubahan dan perkembangan lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan factor utama yang
akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi,
Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam konteks globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif
maupun negatifnya, perkembangan demokrasi yang akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
politik Bangsa Indonesia, desentralisasi dan otonomi daerah perlu dipahami sebagai upaya memperkokoh kesatuan
nasional, kedaulatan negara, keadilan dan kemakmuran yang lebih merata di seluruh pelosok Tanah Air, sehingga pada
akhirnya akan membentuk wawasan strategis bagaimana semua hal tersebut bermuara pada tantangan penciptaan dan
pembangunan daya saing nasional demi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
lingkungan pergaulan dunia yang semakin terbuka, terhubung, serta tak berbatas.
Setiap insani harus memiliki modal dalam menghadapi perubahan lingkungan yang strategis, yaitu :
a. Modal Intelektual
b. Modal Emosional
c. Modal Sosial
d. Modal Ketabahan (adversity)
e. Modal Etika/Moral
f. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani
2. Isu-Isu Strategis Kontemporer
a. Korupsi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi beserta revisinya
melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001. Secara substansi Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 telah
mengatur berbagai modus operandi tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas pengertian
pegawai negeri sehingga pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang perorang tetapi juga pada korporasi,
dan jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana
Mati, Pidana Penjara, dan Pidana Tambahan.
b. Narkoba
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu ”Narke” yang berarti
terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Sebagian orang berpendapat bahwa narkotika berasal dari kata ”Narcissus”
yang berarti jenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga yang membuat orang tidak sadarkan diri. Penggunaan
istilah narkotika memiliki pengertian yang bermacam-macam. Dikalangan awam maupun kepolisian dikenal istilah
narkoba yang merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa digunakan
oleh Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Kemenkes, 2010). Kedua
istilah tersebut dapat menimbulkan kebingungan. Dunia internasional (UNODC) menyebutnya dengan istilah
narkotika yang mengandung arti obat-obatan jenis narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Sehingga dengan
menggunakan istilah
narkotika berarti telah meliputi narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
c. Terorisme dan Radikalisme
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana terror
atau rasa takut secara meluas yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan
atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas public, atau fasilitas internasional
dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
Radikalisme merupakan paham (isme) tindakan yang melekat pada seseorang atau kelompok yang menginginkan
perubahan baik sosial, politik dengan menggunakan kekerasan, berpikir asasi, dan bertindak ekstrem (KBBI, 1998).
d. Money Laundring
“Money Laundring” dalam terjemahan Bahasa Indonesia adalah aktivitas pencucian uang. Dampak negative
pencucian uang secara garis besar yaitu :
1. Merongrong sektor swasta yang sah
2. Merongrong integritas pasar-pasar keuangan
3. Hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi
4. Timbulnya distorsi dan kestabilan ekonomi
5. Hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak
6. Risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi
7. Merusak reputasi negara
8. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi
e. Proxy War
Di era globalisasi ini, hanya negara-negara adikuasa yang mampu menjadi peran utamanya dengan memanfaatkan
negara-negara kecil sebagai objek permainan dunia (proxy war) dengan mengeksploitasi sumber daya alamnya
bahkan sampai dengan Ideologinya dengan menanamkan faham-faham radikalisme, liberalisme, globalisme dll.
Sehingga dapat memicu terjadi gerakan separatis yang dapat memecah belah suatu bangsa demi tujuan dan
kepentingan negara-negara adikuasa.
f. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax)
Ciri-ciri pokok komunikasi massa seperti yang dijelaskan oleh Noelle-Neumann (1973) adalah sebagai berikut :
1. Tidak langsung (harus melalui media teknis)
2. Satu arah (tidak ada interaksi antar komunikan)
3. Terbuka (ditujukan kepada public yang tidak terbatas dan anonym)
4. Public tersebar secara geografis
Jadi, tanpa media, komunikasi massa tidak mungkin terjadi. Pemberi pesan memerlukan media yang bisa diakses
oleh publik sebagai penerima pesan. Ciri lainnya dari komunikassi massa adalah tidak adanya interaksi antar
komunikan. Ciri ini yang membedakan komunikasi massa dalam pengertian tradisional dengan media sosial saat ini.

3. Teknik Analisis Isu-Isu dengan Menggunakan Kemampuan Berpikir Kritis


Isu kritikal secara umum terbagi menjadi tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu:
a. Isu saat ini (current issue)
Isu saat ini (current issue) merupakan kelompok isu yang mendapatkan perhatian dan sorotan publik secara luas dan
memerlukan penanganan sesegera mungkin dari pengambil keputusan.
b. Isu berkembang (emerging issue)
Isu berkembang (emerging issue) merupakan isu yang perlahan-lahan masuk dan menyebar di ruang publik, dan
publik mulai menyadari adanya isu tersebut.
c. Isu potensial
Isu potensial adalah kelompok isu yang belum nampak di ruang publik, namun dapat terindikasi dari
beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah, analisis intelijen, dsb) yang mengidentifikasi adanya kemungkinan
merebak isu dimaksud di masa depan.
Teknik-teknik analisis isu, antara lain :
a. Teknik Tapisan Isu
Dalam proses penerapan isu yang berkualitas atau dengan kata lain isu yang bersifat aktual, sebaiknya anda
menggunakan kemampuan erpikir kiritis yang ditandai dengan penggunaan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu.
Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak jenisnya, misalnya menggunakan teknik tapisan dengan
menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan. Atau
dapat menggunakan kriteria USG (Urgency, Seriousness, Growth).
b. Teknik Analisis Isu
Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan, selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam isu
yang telah memenuhi kriteria AKPK atau USG atau teknik tapisan lainnya dengan menggunakan alat bantu dengan
teknik berpikir kritis, misalnya menggunakan system berpikir mind mapping, fishbone, SWOT, tabel frekuensi,
analisis kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya menerapkan kemampuan berpikir hubungan sebab-akibat untuk
menggambarkan akar dari isu atau permasalahan, aktor dan peran aktor, dan alternatif pemecahan isu yang akan
diusulkan.
c. Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis
Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang diharapkan. Metode ini
merupakan alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja
yang sudahditargetkan sebelumnya, misalnya yang sudah tercantum padarencana bisnis atau rencana tahunan pada
masing-masing fungsi perusahaan. Analisis kesenjangan juga mengidentifikasi tindakan-tindakan apa saja yang
diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan pada masa datang. Selain itu,
analisis ini memperkirakan waktu, biaya, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan perusahaan
yang diharapkan.

C. Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building. Proses nation and
character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta
memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin pancasila sebagai ideologi negara, kerelaan
berkorban demi bangsa dan Negara.
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik secara fisik maupun non fisik.
Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani
dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal
yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat.
Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita harus memiliki
kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan local
sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu sebagai wujud bahwa kita,memiliki kemampuan awal bela negara,
maka kita akan membahas tentang Kesehatan Jasmani dan Mental; Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental; Etika, Etiket dan Moral;
serta Kearifan Lokal.
RESUME AGENDA 2

Nilai Nilai dasar PNS

1. Berorientasi Pelayanan

Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan customer sudah dapat
terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi
harapan customer. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi
lebih baik dari hari ini (doing something better and better) .” Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai
yang terdapat dalam Core Values ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen
memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan
gambaran bagaimana panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang semestinya dipahami dan
dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:

a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;

b. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan

c. Melakukan perbaikan tiada henti.

2. Akuntabel

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam
konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan
publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari
amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah :
1. Kemampuan melaksanakan tugas dengan jujur , bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi.
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
3. Kemampuan menggunakan kewenangan jabatan dengan berintegritas tinggi.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas
kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
Akuntabilitas dan integritas personal seorang ASN akan memberikan dampak sistematik bila bisa dipegang teguh oleh
semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan,
Kejelasan, dan Konsistensi yang dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.
3. Kompeten
CPNS memahami tentang arah kebijakan pengembangan yang berlaku di linkungan ASN, termasuk
program serta pendekatan pengembangan ASN. Aspek-aspek lain yang dijelaskan dalam materi ini, yaitu
perilaku kompeten sebagai perwujudan nilai kompeten ASN. Dengan semangat belajar terus menerus dengan
kepekaan yang relevan dengan melihat dinamika lingkungan strategis dan disrupsi teknologi serta aspek-apsek
lingkungan strategis lainnya. Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi
bagian ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi pembelajar (organizational
learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang unggul dankompetitif, yang diperlukan dalam era
global yang amat dinamis dan kompetitif, sejalan perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah
cepat.

4. .Harmonis
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja dengan sesama kolega dan pihak
eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih luas. Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat
juga menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat
dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bias menjadi ledakan yang akan
mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang
positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam
mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.

5. Loyal
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan sumpah/janji yang
diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN sebagaimana ketentuan perundang undangangan yang berlaku. Disiplin
ASN adalah kesanggupan ASN untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang- undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun
2021 tentang Disiplin ASN. Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian,
yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki
3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-
nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
6. Adapatif
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta
meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain
sebagai berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2. Mendorong jiwa kewirausahaan.
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah.
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan
beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Pada level organisasi, karakter
adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Dan budaya adaptif
sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang
menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baikindividu maupun organisasi –
dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah
situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty
dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
7. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait
tantangan-tantangan tersebut. Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di
semua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta mobilitas dan fleksibilitas.
Kerja sama dimaksud dapat dilakukan oleh Daerah dengan:
a. Daerah lain Kerja sama dengan Daerah lain ini dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja sama sukarela;
b. pihak ketiga; dan/atau
c. lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
RESUME AGENDA 3

Kedudukan Dan Peran PNS Dalam NKRI


1. Smart ASN
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai
sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet
harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu
rata-rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia
mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut
membentuk
perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling
melindungi hak digital setiap warga negara.

2. Manajemen ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manajemen ASN dan Manajemen PPPK. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar pegawai ASN :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi Intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.
Manajemen ASN Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan
karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian,
jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan :
1. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
2. Pengadaan
3. Pangkat dan Jabatan
4. Pengembangan Karier
5. Pola karier
6. Promosi
7. Mutase
8. Penilaian Kerja
9. Penggajian dan Tunjangan
10. Penghargaan
11. Disiplin
12. Pemberhentian
13. Perlindungan
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya Aparatur Sipil Negara
yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.
1. Penetapan kebutuhan
2. Pengadaan
3. Penilaian Kinerja
4. Penggajian dan Tunjangan
5. Pengembangan Kompetensi
6. Pemberian Penghargaan
7. Disiplin
8. Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja
9. Perlindungan
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya
kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN
dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai
PNS.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia memiliki tujuan :
1. Menjaga kode etik profesi dan standart pelayanan profesi ASN.
2. Mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem
Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar Instansi Pemerintah Sengketa
Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administrative. Upaya administratif terdiri dari keberangkatan dan banding
administratif.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para
ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan
ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk
menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa
masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegawai
yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.

Anda mungkin juga menyukai