Anda di halaman 1dari 25

RESUME MOOC

BHARETTO ABDUL HARRY,S.Pd

NIP. 198702082023211014
Jurnal Agenda I, Agenda II, Agenda III
AGENDA I

A. Wawasan Kebangsaan
1. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan
sejahtera.

2. Empat Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara


a. Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan sidang
BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan bahwa Pancasila
merupakan philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafaat, pikiran yang sedalam-
dalamnya, merupaan landasan atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan. Selain
berfungsi sebagai landasan kokoh tegaknya negara dan bangsa, Pancasila juga berfungsi
sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan hidup
bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa
Indonesia dalam mencapai cita-cita Nasional.
b. Undang-Undang Dasar 1945
Undang-undang dasar memiliki fungsi yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Dengan demikian hak warga negara terlindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.
c. Bhinneka Tunggal Ika
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu Tantular pada
dasarnya sebuah pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman
kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit
kala itu. Lambang NKRI Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
ditetapkan Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 1951 yang kemudian diundangkan pada
tanggal 28 Oktober 1951 tentang Lambang Negara.
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan dalam sidang
periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV,
meliputi:
1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2) Memajukan kesejahteraan umum;
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan

Page | 1
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
4) Ikut melaksanakan ketertiban duni berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi negara
Indonesia)

3. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan


a. Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara
adalah Sang Merah Putih. Bendera Pusakan Sang Saka Merah Putih disimpan dan
dipelihara di Monumen Nasional, Jakarta.
b. Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia
adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 UUD
1945, bersumber dari ikrar dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
c. Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut sebagai Lambang
Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
d. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lagu
Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang
digubah oleh Wage Rudolf Supratman.

B. Nilai-Nilai Bela Negara


1. Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
ancaman. Konsep bela negara itu sendiri bukanlah sebuah konsep baru yang berseberangan
dengan pakem yang sudah dibuat, namun di dalam kosep itu didefinisikan kembali apa itu bela
negara masa kini dan bagaimana menghadapi ancaman per ancaman secara rinci, dan apabila
perlu dijelaskan pula lingkungan strategis dan konteks politik yang menjadi latar belakang
ancaman itu, dan bagaimana ancaman bisa masuk dengan mudah ke tubuh bangsa dan negara
Indonesia.
2. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi: a) Cinta tanah air; b) Sadar
berbangsa dan bernegara; c) Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara; d) Rela berkorban

Page | 2
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
untuk bangsa dan negara; dan e) Kemampuan awal Bela Negara. Hal penting pada
pengembangan kesadaran bela negara berikutnya adalah kesetiaan pada Pancasila sebagai
ideologi negara, sebagai dasar negara yang mempersatukan bangsa yang majemuk dengan
kebhinnekaannya.
3. Pembinaan Kesadaran Bela Negara pada Lingkup Pekerjaan
Pembinaan kesadaran bela negara pada lingkup pekerjaan adalah segala usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau
pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta
menanamkan nilai dasar Bela Negara diselenggarakan di lingkup: pendidikan, masyarakat dan
pekerjaan.
4. Indikator nilai dasar bela negara
a. Indikator cinta tanah air, ditunjukkannya dengan adanya sikap:
1) Menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia;
2) Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia;
3) Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya;
4) Menjaga nama baik bangsa dan negara;
5) Memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara;
6) Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia.
b. Indikator sadar berbangsa dan bernegara, ditunjukannya dengan adanya sikap:
1) Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik;
2) Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
3) Ikut serta dalam pemilihan umum;
4) Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya;
5) Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
c. Indikator setia pada Pancasila sebagai ideologi bangsa, ditunjukannya dengan adanya sikap:
1) Paham nilai-nilai dalam Pancasila;
2) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;
3) Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara;
4) Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila;
5) Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
d. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan negara, ditunjukannya dengan adanya sikap:
1) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dan
negara;
2) Siap membela bangsa dan negara dari berbagai ancaman;
3) Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara;
4) Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan;
5) Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak sia-sia.
e. Indikator kemampuan awal bela negara, ditunjukannya dengan adanya sikap:
1) Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelejensia;

Page | 3
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
2) Senantiasa memelihara jiwa dan raga;
3) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan Yang
Maha Esa;
4) Gemar berolahraga;
5) Senantiasa menjaga kesehatannya.

C. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


1. Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi Pemerintahan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU AP) yang
diberlakukan sejak tanggal 17 Oktober 2014,memuat perubahan penting dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintahan diantaranya sebagai berikut:
a. Mengenai jenis produk hukum dalam administrasi pemerintahan;
b. Pejabat pemerintahan mempunyai hak untuk disktresi;
c. Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam menjalankan tugasnya.
Dalam UU AP tersebut, beberapa pengertian penting yang dimuat di dalamnya adalah sebagai
berikut:
1) Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan keputusan dan/atau
tindakan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan
Fungsi Pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara
lainnya;
2) Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut Keputusan Tata Usaha Negara
atau Keputusan Administrasi Negara adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan;
3) Tindakan Administrasi Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau
penyelenggara negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan
konkret dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan;
4) Diskresi adalah keputusan dan/atau Tindakan Pemerintahan yang ditetapkan dan/atau
dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang
memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya
stagnasi pemerintahan.
2. Landasan Idiil : Pancasila
Pancasila sebagaimana dimuat dalam pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar
ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 12 tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945,
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Page | 4
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
3. UUD 1945: Landasan Konstitusionil Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia
a. Kedudukan UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima norma
dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat
dalam pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum
SANKRI pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggara negara yang mencakup
aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan dan aspek sumber daya manusianya. UUD
1945 merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia.
b. Pembukaan UUD 1945 sebagai Norma Dasar (Groundnorms). Pembukaan UUD 1945
sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945, merupakan tempat
dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatarbelakangi, kandungan cita-cita luhur
dari pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak akan
berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi batang tubuh UUD 1945
maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau
mungkin dibuat.

D. Analisis Isu Kontemporer


1. Modal Insani dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yaitu:
a. Modal intelektual. Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan
peluang dan mengelola perubahan organisasi melalui pengembangan SDM nya. Hal ini
didasari bahwa pada dasarnya manusia memiliki sifat dasar curiosity, proaktif dan inovatif yang
dapat dikembangkan untuk mengelola setiap perubahan lingkungan strategis yang cepat
berubah.
b. Modal emosional. Goleman, et. al. (2013) menggunakan istilah emotional intelligence untuk
menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, serta
memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam
berinteraksi dengan orang lain.
c. Modal sosial. Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang
memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka.
d. Modal ketabahan (adversity). Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik
dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan organisasi birokrasi. Berdasarkan
perumpamaan pada para pendaki gunung, ada tiga tipe manusia:
1) Quitter yakni orang yang bila berhadapan dengan masalah memilih untuk melarikan diri
dari masalah dan tidak mau menghadapi tantangan guna menaklukan masalah.
2) Camper adalah tipe yang berusaha tapi tidak sepenuh hati, bila menghadapi suatu
tantangan dia berusaha untuk mengatasinya, tetapi tidak berusaha mengatasi
persoalan.

Page | 5
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
3) Climber yang memiliki stamina luar biasa di dalam menyelesaikan masalah. Tipe orang ini
adalah pantang menyerah, sesulit apapun situasi yang dihadapinya.
e. Modal etika/moral
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-prinsip universal
kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan dan tindakan kita atau dengan kata
lain adalah kemampuan membedakan benar dan salah. Ada empat komponen modal
moral/etika, yaitu:
1) Integritas (integrity), yakni kemauan untuk mengintegrasikan nilai-nilai universal di dalam
berperilaku yang tidak bertentangan dengan kaidah perilaku etis yang universal.
2) Bertanggung-jawab (responsibility), yakni orang-orang yang bertanggung-jawab atas
tindakannya dan memahami konsekuensi dari tindakannya sejalan dengan prinsip etik
yang universal.
3) Penyayang (compassionate), yaitu tipe orang yang tidak akan merugikan orang lain.
4) Pemaaf (forgiveness), adalah sifat pemaaf.
f. Modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani
Kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan berpikir secara
produktif.
2. Isu-Isu Strategis Kontemporer
a. Korupsi. Korupsi merupakan penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara
(perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
b. Narkoba. Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan yang dibedakan dalam golongan-golongan.
c. Terorisme. Terorisme merupakan istilah untuk penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil
untuk mencapai tujuan politik dalam skala lebih kecil daripada perang.
d. Radikal dan Radikalisme. Kedua hal ini merupakan proses mengadopsi sebuah sistem
kepercayaan ekstrim, termasuk kesediaan untuk menggunakan, mendukung atau
memfasilitasi kekerasan sebagai metode untuk menuju kepada perubahan sosial.
e. Money Laundry. Money Laundry merupakan upaya menyamarkan, menyembunyikan,
menghilangkan atau menghapus jejak dan asal-usul uang dan/atau harta kekayaan yang
diperoleh dari hasil tindak pidana tersebut.
f. Proxy War. Proxy War memiliki motif dan menggunakan pendekatan hard power dan soft
power dalam mencapai tujuannya.
g. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax). Kejahatan ini
merupakan bentuk tindak kejahatan dalam komunikasi massa.

E. Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan bela negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik
secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan

Page | 6
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh
jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk
menjaga, merawat dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
1. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara
a. Membentuk sikap displin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain.
b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
c. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
d. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
e. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi team
building, dll.
2. Kemampuan Awal Bela Negara
a. Kesehatan jasmani dan mental
Kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar dan
sistem kendali diri yang bagus dengan memelihara kesehatan otal (healthy brain) lebih dari
sekedar kenormalan otak (normal brain).
b. Kesiapsiagaan jasmani dan mental
Serangkaian kemampuan jasmani dan fisik serta kesiapsiagaan seseorang dengan
memahami kondisi mental, perkembangan mental dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental atau jiwanya.
c. Etika, etiket dan moral
Etika: nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etiket: bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata krama, sopan santun
dan tata cara pergaulan dalam berhubungan dengan sesama manusia dengan cara yang
baik, patut dan pantas.
Moral: keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
d. Kearifan lokal
Kearifan lokal merupakan hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di tempat ia
hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan.

Page | 7
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
AGENDA II

A. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Berikut prinsip pelayanan publik yang baik:
1. Partisipatif: pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi hasilnya.
2. Transparan: pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses
bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik.
3. Responsif: pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
4. Tidak diskriminatif: pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara lainnya.
5. Mudah dan murah: berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk
dipenuhi serta biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut
terjangkau oleh seluruh warga negara.
6. Efektif dan efisien: dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit dan
biaya yang murah.
7. Aksesibel: pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh
warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik.
8. Akuntabel: semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
9. Berkeadilan: pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan
mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan
kelompok yang kuat.

Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu:
1. Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi.
2. Penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders atau sektor privat.
3. Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.

Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu: a)
komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang berkualitas; b)
penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat; c) penerapan dan
penyesuaian standar pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan publik; d) memberikan
perlindungan bagi internal pegawai serta menindaklanjuti pengaduan masyarakat; e) pengembangan
kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas kerja penyediaan
infrastruktur teknologi dan sarana prasarana; dan f) secara berkala melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan layanan publik.

Page | 8
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
Core value ASN yang diluncurkan yaitu ASN Ber-AKHLAK yang merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif. Core value
tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat
diimplementasikan dalam pelaksananaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena tugas
pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk
memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai berorientasi pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya,
yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat.

B. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya
sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina dan lebih luasnya kepada publik. Aspek-
aspek akuntabilitas:
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a relationship). Hubungan yang
dimaksud adalah sebuah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara
dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan
yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah pihak.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability is result-oriented). Hasil dari akuntabilitas
adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggungjawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini,
setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai
hasil yang maksimal.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (accountability requiers reporting). Laporan kinerja
merupakan perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu
menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi,
serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil proses yang telah dilakukan.
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (accountability is meaningless without consequences).
Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (accountability improves performance). Dalam pendekatan ini,
akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat dan
evaluasi kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi)
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical accountability),
dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).

Page | 9
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
1. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang
lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,
kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.
2. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu:


1. Akuntabilitas Personal (personal accountability), mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
2. Akuntabilitas Individu, mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu
antara PPPK dengan instansinya sebbagai pemberi kewenangan.
3. Akuntabilitas kelompok, mengacu pada pembagian kewenangan dan semangat kerjasama yang
tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang
penting dalam tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
4. Akuntabilitas organisasi, mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik
dilakukan oleh individu terhadap organisasi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya.
5. Akuntabilitas stakeholder, mengacu pada masyarakat umum, pengguna layanan dan pembayar
pajak yang memberikan masukan, saran dan kritik terhadap kinerjanya. Jadi akuntabilitas
stakeholder adalah tanggung jawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan kinerja
yang adil, responsif dan bermartabat.

Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi landasan
dasar dari sebuah administrasi negara. Sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan
mendorong terciptanya akuntabilitas, integritas itu sendiri, dan transparansi. Akuntabilitas dan
integritas adalah faktor yang sangat penting dimiliki dalam kepimpinan. Integritas menjadi hal yang
pertama harus dimiliki oleh seorang pemimpin ataupun pegawai negara yang kemudian diikuti oleh
akuntabilitas.
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Secara harafiah,
integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan. Jika ucapan mengatakan
antikorupsi, maka perbuatan pun demikian. Dalam bahasa sehari-hari di masyarakat, integritas bisa
pula diartikan sebagai kejujuran atau ketidakmunafikan.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel adalah:
a) kepemimpinan, b) transparansi, c) integritas, d) tanggung jawab (responsibilitas), e) keadilan, f)
kepercayaan, g) keseimbangan, h) kejelasan, dan i) konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya
organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3
dimensi, yaitu: akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan
akuntabilitas kebijakan.

Page | 10
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
C. Kompeten
1. Tantangan Lingkungan Strategis
a. Dunia VUCA
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu dunia yang
penuh gejolak (volatily) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian halnya
situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta ambiguitas
(ambiguity). Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru, perlunya
pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan
aparatur. Demikian halnya untuk mendukung pemutakhiran keahlian ASN yang lebih
dinamis, diperlukan pendekatan pengembangan yang lebih adaptif dan mudah diakses
secara lebih luas oleh seluruh elemen ASN.
b. Disrupsi Teknologi
Perubahan teknologi informasi bergerak lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan
banyak pihak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas
organisasi. Secara implisit, perlunya penguatan kompetensi secara luas yang
memungkinkan setiap pegawai dapat memutkhirkan kompetensi, baik secara individu
maupun secara kolektif organisasi.
2. Kebijakan Pembangunan Aparatur
a. Merit Sistem
Sesuai dengan kebijakan Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar dalam
pengelolaan ASN yaitu berbasis merit. Dalam hal ini, seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Termasuk dalam pelaksanaannya
tidak boleh ada perlakuan diskriminatif, seperti karena hubungan agama, kesukuan atau
aspek-aspek primordial lainnya yang bersifat subyektif.
b. Karakter ASN
Perlunya pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan nasional
dan aparatur. Demikian halnya untuk mendukung pemutakhiran keahlian ASN yang lebih
dinamis, diperlukan pendekatan pengembangan yang lebih adaptif dan mudah diakses
secara lebih luas oleh seluruh elemen ASN. Prinsip dasar dalam pengelolaan ASN yaitu
berbasis merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap
relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan
karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global,
IT dan bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
3. Pengembangan Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap
(attitude) yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan
pekerjaan. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik
untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural. Sesuai Peraturan Menteri PANRB
Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:

Page | 11
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
a. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan
b. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi.
c. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang jabatan,
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan jabatan.
Pengembangan kompetensi bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK),
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 dalam pasal 39 diatur sebagai berikut:
1) Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas, PPPK
diberi kesempatan untuk pengayaan pengetahuan.
2) Setiap PPPK memiliki kesempatan yang sama untuk diikutsertakan dalam pengembangan
kompetensi.
3) Pengembangan kompetensi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pengembangan
kompetensi pada Instansi Pemerintah.
4) Dalam hal terdapat keterbatasan kesempatan pengembangan kompetessni, prioritas
diberikann dengan memperhatikan hasil penilaian kinerja PPPK yang bersangkutan.
Sedangkan dalam pasal 40 diatur lebih lanjut yaitu:
1) Pelaksanaan pengembangan kompetensi dilakukan paling lama 24 (dua puluh empat) jam
pelajaran dalam 1 (satu) tahun masa perjanjian kerja.
2) Pelaksanaan pengembangan kompetensi dikecualikan bagi PPPK yang melaksanakan
tugas sebagai JPT Utama tertentu dan JPT Madya tertentu.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengembangan kompetensi diatur lebih lanjut
dengan peraturan Lembaga Administrasi Negara.

D. Harmonis
1. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia
Republik Indonesia (RI) adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan
berada di antara daratan benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau.
"Bhineka Tunggal Ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"), bermakna keberagaman sosial-
budaya yang membentuk satu kesatuan/negara. Selain memiliki populasi penduduk yang padat
dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat
keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
Beberapa aliran besar dalam konsep dan teori mengenai nasionalisme kebangsaan, yaitu aliran
modernis, aliran primordialis, aliran perenialis, dan aliran etno.

Page | 12
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
1. Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan
rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis, ekonomi industri, dan konsep
sekuler tentang otonomi manusia.
2. Aliran Primordialis melihat bahwa bangsa merupakan sebuah pemberian historis, yang terus
hadir dalam sejarah manusia dan memperlihatkan kekuatan inheren pada masa lalu dan
generasi masa kini.
3. Perspektif perenialis melihat bahwa bangsa bisa ditemukan di pelbagai zaman sebelum
periode modern. Dengan demikian, dalam perspektif primordialis dan perspektif modernis,
bangsa modern bukanlah sesuatu yang baru, karena dia muncul sebagai kelanjutan dari
periode sebelumnya.
4. Aliran etnosimbolis mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut diatas. Aliran
etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18, merupakan sebuah spesies
baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus dimengerti dalam jangka panjang.
Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan yang besar bagi
negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa keuntungan dan manfaat yang antara lain
berupa:
1. Dapat mempererat tali persaudaraan
2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
3. Memperkaya kebudayaan nasional
4. Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan
berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau
instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud memperdayakan
masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Peran ASN untuk mewujudkan suasana dan budaya harmonis, yaitu :
1. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian
tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam
melaksanakan tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan.
2. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak
membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan.
4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan
pertolongan.
5. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.

Page | 13
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
E. Loyal
Loyal dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat
dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain

Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam core values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku :
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara.
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen,
dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap organisasi,
hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
1. Membangun rasa kecintaan dan memiliki.
2. Meningkatkan kesejahteraan
3. Memenuhi kebutuhan rohani
4. Memberikan kesempatan peningkatan karir
5. Melakukan evaluasi secara berkala.
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para
ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan
langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain
memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus
meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.

Page | 14
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
F. Adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). organisasi maupun individu
menghadapi permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga
karakteristik adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun individual.
Sebuah inovasi yang baik biasanya dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya kreativitas,
inovasi akan sulit hadir dan diciptakan. Menginovasi sebuah barang atau proses akan memerlukan
kemampuan kreatif untuk menciptakan inovasi. Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang
terus melakukan perubahan, mengikuti perubahan lingkungan strategisnya. Fondasi organisasi
adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu:
1. lanskap (landscape)
2. pembelajaran (learning)
3. kepemimpinan (leadership).
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan. Di sektor publik, budaya
adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta
meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga
pemerintahan antara lain sebagai berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
2. Mendorong jiwa kewirausahaan
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra, masyarakat dan
sebagainya.
5. Terkait dengan kinerja instansi

Berikut ciri-ciri orang yang memiliki jiwa adaptif :


1. Eksperimen orang yang beradaptasi
2. Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan
3. Memiliki sumberdaya
4. Selalu berpikir ke depan
5. Tidak mudah mengeluh
6. Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan.
7. Tidak mencari popularitas
8. Memiliki rasa ingin tahu
9. Beradaptasi.
10. Memperhatikan sistem
11. Membuka pikiran
12. Memahami apa yang sedang diperjuangkan.

Page | 15
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
G. Kolaboratif
Kolaborasi adalah nilai yang dihasilkan dari aliansi antara dua atau lebih perusahaan bertujuan
untuk menjadi lebih kompetitif dengan mengembangkan rutinitas bersama. Collaborative governance
sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar
aktor governance. Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan,
implementasi sampai evaluasi.
Ansel dan Gash membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1. Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga
2. Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate
3. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh
agensi publik
4. Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif
5. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak
tercapai dalam praktik)
6. Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu
mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur horizontal
sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu, Kolaboratif harus
memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama
dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk
tujuan bersama.
Whole-of-Government adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan public. WoG merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan
dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM. Bentuk
pendekatannya bisa dilakukan dalam pelembagaan formal atau pendekatan informal.
Ansen dan Gash mengungkapkan beberapa proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi
yaitu:
1. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
2. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh
3. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam proses;
serta keterbukaan terkait keuntungan bersama
4. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait permasalahan,
serta mengidentifikasi nilai bersama
5. Menetapkan outcome.

Page | 16
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
AGENDA III

KEDUDUKAN DAN PERAN ASN – PPPK DALAM NKRI

A. SMART ASN
1. Literasi Digital
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan (affordances) yang
dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi, diskusi dan evaluasi opini publik
melalui cara tekstual. Affordance berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru,
berpikir dengan cara baru, mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis hubungan baru
dan menjadi tipe orang baru. Affordance dalam literasi digital adalah akses, perangkat, dan platform
digital. Sementara pasangannya yaitu kendala (constraint), mencegah kita dari melakukan hal-
hal lain, berpikir dengan cara lain, memiliki jenis lain dari hubungan. Constraintdalam literasi
digital bisa meliputi kurangnya infrastruktur, akses, dan minimnya penguatan literasi digital. Literasi
digital mengacu kepada kemampuan untuk memahami, mengevaluasi dan mengintegrasi ke
dalam berbagai format (multiple formats) dalam bentuk digital. Titik berat dari literasi digital adalah
untuk mengevaluasi dan menginterpretasi informasi yang ada. Literasi digital lebih dari sekadar
masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan komputer dan keyboard, atau cara
melakukan pencarian secara daring. Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan
tentang sumber informasI, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia
merepresentasikan realita di dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait
dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.

Kompetensi Literasi Digital


Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Literasi digital juga merupakan kemampuan untuk secara kreatif terlibat dalam praktik sosial
tertentu, untuk mengasumsikan identitas sosial yang tepat, dan untuk membentuk atau
mempertahankan berbagai hubungan sosial di ruang digital. Literasi digital juga mencakup
kemampuan untuk menyesuaikan aspek keterjangkauan dan kendala yang muncul dalam
bermedia digital dengan berbagai dengan keadaan tertentu.
Kominfo sendiri menjabarkan literasi digital ke dalam 4 kompetensi yaitu kecakapan
menggunakan media digital (digital skills), budaya menggunakan digital (digital culture), etis
menggunakan media digital (digital ethics), dan aman menggunakan media digital (digital safety).
Digital skill merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Digital safety merupakan kemampuan user dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan kemampuan individu
dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan

Page | 17
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan
digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Sementara itu, digital ethics merupakan
kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan
sehari-hari.
Keempat area kompetensi tersebut menawarkan berbagai indikator dan sub-indikator yang
bisa digunakan untuk meningkatkan kompetensi literasi digital masyarakat Indonesia melalui
berbagai macam program yang ditujukan pada berbagai kelompok target sasaran. Telah disusun
pula 4 modul yang dibuat untuk menunjang percepatan transformasi digital yaitu:
a. Cakap Bermedia Digital
b. Budaya Bermedia Digital
c. Etis Bermedia Digital
d. Aman Bermedia Digital

2. Pilar Literasi Digital


Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi yang termasuk dalam pilar- pilar
literasi digital. Poros pertama, yaitu domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang
kapasitas literasi digital sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu
sepenuhnya hingga kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat
kolektif/societal. Sementara itu, poros berikutnya adalah domain ruang ‘informal–formal’ yang
memperlihatkan ruang pendekatan dalam penerapan kompetensi literasi digital. Ruang informal
ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel, dengan instrumen yang lebih menekankan
pada kumpulan individu sebagai sebuah kelompok komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang
formal ditandai dengan pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang lebih
menekankan pada kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’ Blok-blok kompetensi
semacam ini memungkinkan kita melihat kekhasan setiap modul sesuai dengan domain kapasitas
dan ruangnya.

Etika Bermedia Digital


Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika
digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.

Aman Bermedia Digital


Kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi
keamanan digital dalam modul ini didefinisikan sebagai kecakapan individual yang bersifat formal
dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif. Secara individual, terdapat tiga
area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh pengguna media digital. Pertama,
kecakapan keamanan digital yang bersifat kognitif untuk memahami berbagai konsep dan

Page | 18
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
mekanisme proteksi baik terhadap perangkat digital (lunak maupun keras) maupun terhadap
identitas digital dan data diri. Hanya dengan penguasaan pengetahuan yang memadai, maka
pengguna media digital bisa melindungi diri beragam ancaman keamanan digital. Misalnya,
memiliki pengetahuan yang memadai tentang berbagai strategi untuk melakukan proteksi
terhadap perangkat keras maupun lunak akan membantu meningkatkan keamanan perangkat
digital yang kita gunakan. Kedua, kecakapan keamanan digital yang bersifat afektif, yang pada
dasarnya bertumpu pada empati agar pengguna media digital punya kesadaran bahwa keamanan
digital bukan sekadar tentang perlindungan perangkat digital sendiri dan data diri sendiri,
melainkan juga menjaga keamanan pengguna lain sehingga tercipta sistem keamanan yang kuat.
Jika pengguna ruang digital telah memiliki perasaan, empati dan kesadaran untuk bersama-sama
membentuk ruang digital yang aman, maka pengguna tersebut dapat dianggap sebagai warga
digital yang bertanggung jawab. Area kecakapan ketiga yaitu kecakapan keamanan digital yang
bersifat konatif atau behavioral. Aspek ini meliputi langkah-langkah praktis untuk melakukan
perlindungan identitas digital dan data diri. Contohnya adalah selalu memastikan menggunakan
sandi yang kuat dan memperbaharuinya secara berkala.

Cakap Bermedia Digital


Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras dan
piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

3. Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya


Data is the new oil. Terminologi mengenai data sebagai tambang baru nampaknya dipahami
betul oleh perusahaan-perusahaan yang menggunakan internet sebagai basisnya. Saat ini data
menjadi hal yang diperjual belikan. Kita pasti pernah menerima telepon atau SMS tentang
informasi togel, jual nomor HP yang mirip dengan nomor kita, penawaran asuransi, dan lain
sebagainya. Pernahkah kita bertanya, dari mana mereka mendapatkan nomor ponsel kita? Hal ini
memberikan kita gambaran, bahwa jejak digital kita yang tertinggal seringkali disalahgunakan oleh
orang lain. Mungkin ketika kita masuk ke sebuah web, dan mendaftarkan akun, atau ketika kita
masuk ke situs belanja daring dan mengisi data diri. Website pun semakin canggih sehingga saat
ini website telah dapat membaca kebiasaan kita.
Cookie adalah salah satu cara untuk menghubungkan beberapa tindakan oleh satu pengguna
ke dalam satu aliran yang terhubung. Cookie berupa rangkaian huruf dan angka yang berubah-
ubah sesuatu tanpa makna yang melekat yang dikirimkan situs web ke browser web kita. Jejak
digital dalam bentuk cookie digunakan untuk membuat Internet lebih bermanfaat, dan juga dapat
membantu membuat transaksi individu lebih aman karena situs tersebut telah mendapatkan
informasi spesifik tentang perilaku kita.

Page | 19
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
Rekam Jejak Digital Sulit Dihilangkan
Beberapa dari kita pasti bertanya, bagaimana cara menghapus jejak digital? Jawabannya adalah
tidak ada. Kita bisa saja meminta penyedia platform media digital untuk menghapus data yang
kita miliki. Kita juga bisa menghapus atau menutup akun. Namun, dalam konteks kehidupan
digital, kita tidak pernah hidup sendiri. Di luar sana ada orang-orang yang mungkin sudah
menangkap tampilan layar atau mengarsipkan dokumen pribadi yang pernah kita unggah.
Cara lain untuk mengelola jejak digital kita adalah dengan mempelajari dan menerapkan prinsip-
prinsip literasi digital. Japelidi (Jaringan Pegiat Literasi Digital), telah mengembangkan 10
Kompetensi Digital untuk memudahkan kita mengelola jejak digital.
Pertama, kemampuan mengakses sudah melekat pada setiap orang yang secara aktif
menggunakan sarana internet dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap saat, setiap detik ketika kita
membuka internet, maka di saat itu pula kita sudah meninggalkan jejak kita di dunia digital, tanpa
terkecuali.
Kedua, setelah kita memiliki kemampuan kompetensi mengakses media digital, maka
pemahaman kita harus lebih diasah. Di sinilah tahapan kompetensi memahami kita jalankan.
Apabila sebelumnya kita hanya mengetahui sedikit tentang rekam jejak digital, maka kompetensi
memahami ini membawa kita untuk mendalami dan mencari tahu lagi lebih banyak tentang jejak
digital. Apabila kita telah memahami, maka akan lebih mudah bagi kita untuk mengetahui apa
yang harus dilakukan selanjutnya.
Ketiga, mengetahui bentuk-bentuk rekam jejak digital merupakan salah satu tahapan dari
kompetensi menganalisis dalam literasi digital. Kita harus cermat dan jeli menganalisis setiap
kegiatan daring kita yang pasti meninggalkan jejak digital. Menerbitkan blog dan memposting
pembaruan media sosial adalah cara populer lainnya untuk memperluas jejak digital kita. Setiap
tweet yang kita posting di Twitter, setiap pembaruan status yang kita publikasikan di Facebook, dan
setiap foto yang kita bagikan di Instagram berkontribusi pada jejak digital kita. Semakin banyak
kita menghabiskan waktu di situs jejaring sosial, semakin besar jejak digital kita. Bahkan mengklik
"menyukai" halaman atau kiriman Facebook menambah jejak digital kita, karena datanya disimpan
di server Facebook.
Keempat, setelah kemudian kita tahu dan memahami lebih dalam tentang jejak digital, maka kita
harus mulai menyeleksi apa saja yang kita unggah. Proses ini harus dilakukan agar kita waspada
atas setiap jejak digital yang kita tinggalkan. Setiap orang yang menggunakan Internet memiliki jejak
digital, jadi itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Namun, sebaiknya pertimbangkan jejak data
apa yang hendak kita tinggalkan. Misalnya, dengan menyeleksi, kita dapat mencegah mengirim
email yang kurang sopan, yang terlalu “pedas”, dan lain sebagainya, karena pesan tersebut
mungkin tetap daring selamanya. Ini juga dapat membuat kita lebih berhati-hati dengan apa yang
kita publikasikan di situs web serta media sosial. Meskipun kita sering kali dapat menghapus
konten dari situs media sosial, setelah data digital dibagikan secara daring tidak ada jaminan bahwa
kita dapat menghapusnya dari Internet.
Kelima, verifikasi harus kita lakukan untuk memastikan apakah Langkah yang akan kita lakukan
dapat berpotensi meninggalkan jejak digital yang berdampak buruk atau tidak. Dengan

Page | 20
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
memverifikasi informasi yang keluar dan masuk, kita dapat memastikan bahwa informasi yang
kita sebarkan adalah informasi yang baik. Selain itu, perlu juga dilakukan verifikasi terhadap situs
atau aplikasi yang kita gunakan. Hal ini diperlukan untuk menghindari kita menggunakan website
atau aplikasi yang telah disusupi sehingga jejak digital kita di curiga atau bahkan digunakan untuk
kejahatan.
Keenam, evaluasi atas berbagai kegiatan daring kita menjadi bagian tak terpisahkan ketika kita
membahas beragam contoh kasus yang berkaitan erat dengan jejak digital di media daring. Tak bisa
dipungkiri, seringkali orang cenderung abai atau menganggap remeh kegiatan daring yang sangat
umum dan sehari-hari kita lakukan. Seolah kita lupa bahwa setiap Langkah kita mengklik apapun di
internet akan meninggalkan jejak yang menetap dan sulit dihapus begitu saja. Evaluasi secara
berkala terhadap data-data yang kita tinggalkan, akun yang kita miliki dan hal-hal lain terkait
dengan keberadaan digital kita dapat melindungi kita dari penyalahgunaan jejak digital oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab.
Ketujuh, saat ini, ketika kita mendistribusikan informasi dengan menggunakan perangkat digital, kita
juga telah meninggalkan jejak digital. Contohnya ketika kita meneruskan pesan di WhatsApp, muncul
tanda panah yang menandakan kita meneruskan pesan. Atau proses mencuitkan kembali di Twitter,
repost di Instagram dan lain-lain. Untuk itu, kita perlu mengetahui bahwa proses distribusi yang
kita lakukan pun tidak terlepas dari jejak digital kita sehingga kita dapat berhati- hati dalam
melakukan proses distribusi.
Kedelapan, kemampuan kita dalam memproduksi rekam jejak digital yang baik perlu untuk
ditingkatkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa jejak berupa data yang telah kita produksi akan
tertinggal lama di internet. Meskipun kita telah menghapusnya, internet telah menduplikasi jejak kita
dan membuatnya tetap ada. Oleh karenanya, kita perlu memperhatikan serta waspada akan jejak
yang kita hasilkan.
Kesembilan, pengetahuan yang telah kita dapatkan tentang rekam jejak digital ini akan semakin
bermanfaat bila dapat kita bagikan pada orang lain. Kompetensi partisipasi mengajak kita untuk
dapat turut serta dalam melindungi jejak digital kita dan juga orang lain. Tidak hanya melindungi,
namun juga memperindah jejak digital kita. Partisipasi dapat dilakukan dengan tidak turut
menyebarkan jejak digital orang lain, tidak menyalahgunakan jejak digital, serta melakukan
pengecekan jejak digital kita masing-masing secara berkala.
Kolaborasi, adalah kompetensi yang paling akhir dicapai dalam 10 kompetensi literasi digital
Japelidi. Sangat sederhana, kolaborasi yang dimaksud adalah bagaimana kita sebagai orang
orang yang memiliki rekam jejak digital, berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam rangka
partisipasi kita menjaga rekam jejak digital kita. Banyak hal dapat kita kerjakan sendirian. Namun
akan semakin besar dampaknya bila kita mengerjakannya Bersama-sama. Untuk itu diperlukan
kolaborasi.

Page | 21
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
B. MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.

1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, serta Kode Etik ASN


Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap belum
sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat membangun
profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas.
Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga
Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Dengan kehadiran
PPPK tersebut dalam manajemen ASN, menegaskan bahwa tidak semua pegawai yang bekerja
untuk pemerintah harus berstatus PNS, namun dapat berstatus sebagai pegawai kontrak dengan
jangka waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk menciptakan budaya kerja baru menumbuhkan
suasana kompetensi di kalangan birokrasi yang berbasis pada kinerja.
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas, dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan
yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Page | 22
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut:
PNS berhak memperoleh:
1) gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2) cuti;
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) perlindungan; dan
5) pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
1) gaji dan tunjangan;
2) cuti;
3) perlindungan; dan
4) pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN disebutkan bahwa
Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada
setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kode Etik ASN


Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode
etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab dan berintegritas tinggi;
2) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4) melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;

Page | 23
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014
7) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan
efisien;
8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain;
11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
12) melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin Pegawai ASN.

2. Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN


Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Pengambilan keputusan dalam
pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan dan kualifikasi seseorang dalam atau untuk
melaksanakan pekerjaan dan tidak berdasarkan pertimbangan subyektif seperti afiliasi politik,
etnis, dan gender. Obyektifitas dilaksanakan pada semua tahapan dalam pengelolaan SDM
(rekruitmen, pengangkatan, penempatan dan promosi). Sistem ini biasanya disandingkan
dengan spoil sistem, dimana dalam penerapan manajemen SDM-nya lebih mengutamakan
pertimbangan subyektif.
Dalam sistem merit, penggajian, promosi, mutasi, pengembangan kompetensi dan lain-lain
keputusan juga didasarkan sepenuhnya pada penilaian kinerja, uji kompetensi, dan juga
pertimbangan kualifikasi dan tidak berdasarkan pada kedekatan dan rasa kasihan. Penilaian
kinerja menjadi titik kritis di Indonesia saat ini ketika dikaitkan dengan pemberian tunjangan
kinerja (dilevel pemerintah daerah terdapat berbagai istilah yang digunakan misalnya istilah
tunjangan daerah). Penerapan konsepsi Performance Related to Pay masih harus diperjuangkan
dan juga membutuhkan komitmen tinggi baik dari yang dinilai maupun yang menilai. Aspek lain
pengelolaan SDM yakni promosi juga menjadi perhatian besar dalam pelaksanaan reformasi
manajemen ASN di Indonesia. Open recruitment, talent management, fair assessment adalah
berbagai strategi yang didorong untuk dilakukan sebagai terjemahan konsepsi merit sistem ini.

Page | 24
MOOC – Bharetto Abdul Harry. ~ NIP. 198702082023211014

Anda mungkin juga menyukai