Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu;
a. Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
b. Penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan
c. Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan
masyarakat;
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas
kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana; dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara
pelayanan publik
2. Berorientasi Pada Pelayanan
Perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi para ASN
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu:
a. Memehami dan memenuhi kebutuhan Masyarakat,
b. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan, dan
c. Melakukan Perbaikan Tiada Henti.
B. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan,
lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Aspek-aspek Akuntabilitas
- Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship),
- Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented),
- Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting),
- Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences)
- Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit
organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan
kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical
(vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas
kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
C. Kompeten
1. Tantangan Lingkungan Strategis
a. Dunia VUCA
Faktor VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada
kombinasi kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi
dengan dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan.
b. Disrupsi Teknologi
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu. Kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja
organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri,
Perbandingan Kemajuan Teknologi dan Produktivitas, menunjukan adanya kesenjangan.
Perubahan teknologi informasi bergerak lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan
banyak pihak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas
organisasi.
c. Kebijakan Pembangunan Nasional
Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN penting
diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah. Dalam
kaitan visi, sesuai Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang RPJM Nasional 2020-
2024.
3. Pengembangan Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),
dan sikap (attitude) yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai
tuntutan pekerjaan.
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). kompetensi meliputi:
a. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan
b. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan 29 sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi;
dan
c. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang
Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
4. Perilaku Kompeten
ASN merupakan jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya, setiap ASN berpotensi
menjadi terbelakang secara pengetahuan dan kealian, jika tidak belajar setiap waktu seiring 34
dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Penyesuaian paradigma selalu belajar melalui learn, unlearn dan relearn, menjadi penting.
Demikian halnya Margie (2014), menguraikan bagaimana bisa bertahan dalam kehidupan dan
tantangan kedepan melalui proses learn, unlearn, dan relearn dimaksud. Bagaimana konsep
proses belajar dari learn, unlearn, dan relearn tersebut.
D. Harmonis
1. Pengertian Harmonis
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-
faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur, Salah satu kunci sukses kinerja
suatu organisasi berawal dari suasana tempat kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja
bisa memberikan dampak positif bagi karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi
produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu
tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
E. Loyal
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal
seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya.
Terdapat beberapa ciri/ karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur
loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
F. Adaptif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan mengapa nilai-nilai
adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di
antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan,
perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya.
Adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi
akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya
oleh perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi
terjaminnya keberlangsungan kehidupan.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Organisasi adaptif esensinya adalah
organisasi yang terus melakukan perubahan, mengikuti perubahan lingkungan strategisnya.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan, dan budaya adaptif
sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN
sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan adaptif, bukan teknis, salah
satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan yang bercirikan ancaman
VUCA, kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menanggapi ancaman VUCA, yang disebut
VUCA Prime, yaitu Vision, Understanding, Clarity, Agility, sikap seorang pemimpin adalah;
1. Hadapi Volatility dengan Vision
2. Hadapi Uncertainty dengan Understanding
3. Hadapi Complexity dengan Clarity
4. Hadapi Ambiguity dengan Agility
G. Kolaboratif
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi yang
mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan, Pendekatan WoG yang telah
berhasil diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia.
Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu
tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge sharing
that becomes the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).
Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan, implementasi
sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa
organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance
menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan
Kolaboratif
Enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1. forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2. peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3. peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’
oleh agensi publik;
4. forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5. forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak
tercapai dalam praktik), dan
6. fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Tata kelola kolaboratif ada di berbagai tingkat pemerintahan, di seluruh sektor publik dan
swasta, dan dalam pelayanan berbagai kebijakan, 3 (tiga) tahapan yang dapat dilakukan dalam
melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
1. mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2. merencanakan aksi kolaborasi; dan
3. mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi
pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik, Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Astari dkk (2019) menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah.
AGENDA III
A. Smart ASN
Era Teknologi Informasi memberikan kemudahan dalam melakukan segala hal. Banyak manfaat
yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya perkembangan pesat bidang
komunikasi.
1. Literasi Digital
literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di
Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai, Seorang pengguna
yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan
alat,melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
2. Pilar Literasi Digital
Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan tingkat kompetensi.
Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri (self-controlling) dalam menghadapi jarak
perbedaan-perbedaan tersebut dalam menggunakan media digital, yang disebut dengan Etika
Digital. Empat prinsip etika menjadi ujung tombak self-control setiap individu dalam
mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital, sehingga media
digital benar-benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-hal positif.
B. Manajement ASN
Manajement adalah tata kelola ASN yang bertujuan untuk menghasilkan pegawai ASN yang
Professional, memiliki nilai dasar sebagai ASN, beretika dalam berprofesi, bebas dari intervensi
politik, dan bersih dari praktik KKN.
1. Fungsi dan Tugas ASN
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas, dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Sistem Merit
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang
politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi
kecatatan.