Anda di halaman 1dari 9

Trauma oklusal dikaitkan dengan periodontitis: Sebuah studi

kasus-kontrol retrospektif

Abstrak

Latar Belakang: Kekuatan oklusal yang berlebihan dan trauma oklusal telah
dikaitkan sebagai faktor kodestruktif untuk terjadinya periodontitis pada model
hewan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara trauma
oklusal dengan periodontitis.

Metode: Sebanyak 167 kasus dan 205 kontrol dimasukkan untuk analisis. Trauma
oklusal merupakan variabel exposure of interest dan telah terdaftar/ter-registrasi
untuk kasus dan kontrol. Ko-variabel klinis tambahan juga didaftarkan untuk
analisis lebih lanjut. Hubungan antara paparan dan periodontitis ditentukan oleh
rasio odds dan analisis regresi logistik yang disesuaikan dengan faktor pembaur.

Hasil: Restorasi amalgam, oklusi patogen dan trauma oklusal lebih sering terjadi
pada kasus dibandingkan dengan kontrol (P< 0,05). Distribusi oklusi patogen dan
trauma oklusal serupa menurut stadium dan kelas periodontitis. Analisis regresi
logistik menunjukkan hubungan yang signifikan untuk merokok, kondisi sistemik,
restorasi amalgam, oklusi patogen, dan trauma oklusal dengan periodontitis (P
<0,05). Setelah disesuaikan untuk variabel pengganggu dalam model, restorasi
amalgam dan trauma oklusal tetap sangat terkait dengan periodontitis (P<0,05).

Kesimpulan: Trauma oklusal sangat berhubungan dengan periodontitis. Studi


prospektif jangka panjang tambahan diperlukan untuk lebih memahami kondisi
oklusal dan dampak periodontitis.

KATA KUNCI

kasus-kontrol, trauma oklusal, oklusi patogen, periodontitis


1. PENDAHULUAN

Periodontitis adalah proses inflamasi yang diprakarsai oleh biofilm yang


menempel pada permukaan gigi yang mengakibatkan hilangnya jaringan
pendukung periodontal dan akhirnya gigi. Meskipun tantangan bakteri diperlukan
untuk penyakit ini, faktor lain seperti kebiasaan dan kondisi sistemik sering
terlibat dalam etiopatogenesis.1

Oklusi patogenik didefinisikan sebagai kekuatan oklusal yang berlebihan (kontak


dan gangguan prematur) yang dapat menyebabkan cedera pada sistem
stomatognatik, termasuk jaringan gigi dan periodontal.2 Kerusakan gigi sering
dimanifestasikan sebagai perubahan ireversibel seperti keausan faset (wear
facets), retakan (pecah), dan pada kasus yang berat, bisa terjadi patah tulang.
Sebaliknya, lesi pada ligamen dan tulang periodontal (trauma oklusal) akibat
tekanan oklusal yang berlebihan bersifat inflamasi dan akhirnya menyebabkan
adaptasi jaringan periodontal pendukung.3

Peran oklusi dalam perkembangan periodontitis telah diselidiki sebelumnya. Studi


pada model hewan dengan jelas menunjukkan bahwa kekuatan oklusal yang
berlebihan tidak menyebabkan hilangnya perlekatan periodontal tanpa adanya
plak. Selanjutnya, trauma oklusal yang dihasilkan tidak menghasilkan kehilangan
perlekatan dan sebaliknya reaksi pada jaringan marginal dan apikal sesuai dengan
proses inflamasi di bawah adaptasi kekuatan oklusal. Hal ini menyebabkan
peningkatan mobilitas dan hilangnya radiografik kortikal di puncak tulang dan
daerah apikal. Menariknya, tanda-tanda trauma oklusal ini dibalik setelah
penyesuaian oklusal. Sebaliknya, hewan percobaan yang mengakumulasi plak
mengakibatkan kerusakan periodontal yang signifikan. Penulis menyimpulkan
bahwa kerusakan jaringan pendukung periodontal adalah hasil dari akumulasi plak
dan bukan trauma oklusi.4-6

Studi pada manusia langka dan sulit dilakukan. Studi awal pada sampel kadaver
manusia menemukan hubungan antara trauma oklusal dan poket infraboni dan
defek tulang angular.7 Sebaliknya, Waerhaug (1979)8 menyimpulkan bahwa
poket periodontal dikaitkan dengan pertumbuhan ke bawah plak subgingiva dan
bukan oklusi. Tetapi jenis penelitian ini memiliki keterbatasan penting mengenai
kausalitas karena penggunaan spesimen otopsi yang tidak sesuai dengan kondisi
biologis oklusi dan jaringan periodontal.

Studi retrospektif dan cross-sectional telah menemukan hubungan antara


diskrepansi oklusal dan kedalaman probing serta hilangnya perlekatan klinis dari
waktu ke waktu.9,10 Namun, besarnya efek pada parameter periodontal antara
kelompok dengan dan tanpa diskrepansi oklusal dapat diabaikan (< 0,9mm).
Sebuah tinjauan sistematis naratif baru-baru ini menyimpulkan bahwa ada
beberapa hubungan antara diskrepansi trauma oklusi/ oklusal dan periodontitis
tetapi bukti yang menunjukkan bahwa itu mengubah perkembangan periodontitis
masih lemah.3 Sampai saat ini, tidak ada studi kasus-kontrol yang dilakukan.
Tujuan dari studi kasus-kontrol retrospektif ini adalah untuk menilai hubungan
antara trauma oklusal dan periodontitis.

2. BAHAN DAN METODE

2.1 Desain dan pengaturan studi

Studi kasus-kontrol retrospektif ini menggunakan catatan klinis pasien yang


berkonsultasi di klinik gigi Facultad de Odontologia (Universidad de Antioquia,
Kolombia). Protokol penelitian telah disetujui oleh dewan etik subjek manusia
dari Facultad de Odontología (UnIversidad de Antioquia, Kolombia; 16-2018) dan
dilakukan sesuai dengan Deklarasi Helsinki tahun 1975, sebagaimana direvisi
pada tahun 2013.

2.2 Populasi dan sampel

Catatan klinis pasien antara 2009 dan 2019 dimasukkan untuk skrining.
Perhitungan sampel dengan rasio 1:2 dan kekuatan 80% (kepercayaan 95%) untuk
mendeteksi rasio odds 2 menghasilkan 108 kasus dan 216 kontrol.
2.3 Kriteria seleksi

Catatan klinis dimasukkan ketika mereka memenuhi kriteria inklusi berikut:


berusia 18 tahun, setidaknya 20 gigi didistribusikan di kedua lengkung, grafik
periodontal, dan radiografi periapikal. Catatan klinis pasien edentulous penuh,
pasien ortodontik, atau dengan informasi yang hilang dikeluarkan. Semua
informasi ditinjau dan dikumpulkan oleh seorang peneliti tunggal.

2.4 Definisi kasus dan kontrol

Kasus didefinisikan sebagai pasien dengan diagnosis klinis periodontitis yang


tidak bergantung pada perluasan dan keparahan pada konsultasi pertama. Kasus
termasuk istilah diagnosis yang berbeda yang digunakan sampai saat ini:
periodontitis agresif, periodontitis dewasa, dan periodontitis kronis. Periodontitis
nekrotikans dan periodontitis refrakter tidak dipertimbangkan. Pasien dengan
periodontitis menunjukkan 2 area interproksimal yang tidak berdekatan dengan
kehilangan tingkat perlekatan klinis (CAL), kedalaman probing≥ 4 mm (PD), dan
perdarahan saat probing (BOP). Bone loss terlihat jelas pada radiografi periapikal.

Kontrol terdiri dari individu dari populasi sumber yang sama tetapi tidak memiliki
periodontitis atau berhasil diobati. Karena sulitnya memiliki pasien dengan
kesehatan periodontal yang murni, kontrol termasuk pasien dengan periodontitis
utuh serta pasien dengan kesehatan gingiva klinis pada periodontitis yang
berkurang pada pasien periodontitis stabil atau non-periodontitis. Kontrol
dicirikan oleh PD ≤3 mm dengan BOP minimal (<10%). Hilangnya CAL mungkin
telah terjadi serta bone loss radiografi.

2.5 Exposure of Intereset (variabel utama)

Trauma oklusal didefinisikan sebagai 1 gigi dengan pelebaran ruang ligamen


periodontal (radiografi), mobilitas/fremitus gigi, ketidaknyamanan/nyeri selama
oklusi, dan tanda-tanda diskrepansi oklusal.3

2.6 Kovariabel

Informasi tentang usia, jenis kelamin, kondisi sistemik (diabetes, arthritis,


lainnya) dan merokok telah dikumpulkan. Selain itu, parameter klinis termasuk:
hilangnya tingkat perlekatan klinis (awal 1 hingga 2 mm, sedang 3 hingga 4 mm,
berat ≥5 mm, jumlah gigi yang hilang (tidak termasuk gigi geraham ketiga),
adanya restorasi amalgam dan resin, bruxism, dental malposisi, kontak prematur
(sisi non-working), fremitus, aspek keausan, resesi bukal, jumlah area dengan PD
4 mm, jumlah area dengan CAL >4 mm dan mobilitas (Kelas 1, 2, 3).
didefinisikan sebagai ≥ 1 gigi dengan diskrepansi oklusal seperti interferensi dan
kontak prematur (premature contacts).2

Stadium (I, II, III, IV) dan grade (A, B, C) periodontitis ditentukan dengan
meninjau informasi medis umum, grafik periodontal, dan radiografi sesuai dengan
rekomendasi klasifikasi baru untuk penyakit periodontal.11

2.7 Analisis statistik

Variabel kontinu disajikan sebagai mean (95% confidence interval [CI]) atau
median (rentang interkuartil). Tes Kolmogorov‒Smirnov digunakan untuk
penilaian normalitas. Parameter klinis periodontal dianalisis dengan uji Mann-
Whitney untuk sampel independen. Variabel kategori disajikan sebagai n (%) dan
dianalisis dengan uji Chi-square atau Fisher. Hubungan antara paparan (trauma
oklusal) dan periodontitis ditentukan oleh rasio odds (OR; 95% CI). Untuk
menguji hubungan variabel yang relevan dengan periodontitis, dilakukan analisis
sensitivitas (model regresi logistik) yang menyertakan OR kasar dan disesuaikan
dengan variabel pengganggu. Semua data dianalisis dalam SPSS (ver.24) dan
perbedaan statistik dianggap signifikan ketika P <0,05.

3. HASIL

Sebanyak 3.600 catatan klinis dinilai. Dari jumlah tersebut, 3.228 dikeluarkan dan
372 catatan yang terdiri dari 167 kasus dan 205 kontrol dimasukkan untuk
analisis.

Tabel 1 menggambarkan informasi demografis dari sampel penelitian. Usia rata-


rata untuk kasus dan kontrol adalah 50,6 dan 45,8 tahun, masing-masing.
Distribusi menurut jenis kelamin dan kondisi sistemik serupa antara kasus dan
kontrol. Merokok lebih sering pada kasus dibandingkan kontrol (P <0,05).
Perbandingan variabel klinis antara kasus dan kontrol disajikan pada Tabel 2.
Frekuensi kehilangan perlekatan klinis yang parah/berat lebih tinggi pada kasus
daripada kontrol sementara kehilangan perlekatan klinis tingkat sedang dan awal
lebih tinggi pada kontrol daripada kasus (P <0,05). Hanya 4,9% dari kontrol yang
tidak menunjukkan hilangnya tingkat perlekatan klinis. Jumlah gigi yang hilang
dan tempat dengan tingkat kehilangan perlekatan klinis (loss of clinical
attachment) ≥4 mm lebih tinggi pada kasus dibandingkan kontrol (P< 0,05).
Peningkatan mobilitas gigi dan fremitus lebih sering terjadi pada kasus
dibandingkan dengan kontrol di mana 72,2% tidak menunjukkan mobilitas (P
<0,05). Ditemukannya restorasi amalgam, oklusi patogen, dan trauma oklusal
lebih sering pada kelompok kasus dibandingkan dengan kontrol (P<0,05). Tidak
ada perbedaan mengenai frekuensi restorasi resin, kelainan oklusal lainnya, dan
resesi bukal antara kasus dan kontrol.

Hubungan patogen oklusi/trauma oklusal dengan periodontitis disajikan pada


Tabel 3 dan 4. Distribusi oklusi patogen dan trauma oklusal serupa menurut
stadium dan derajat periodontitis (Tabel 3). Analisis regresi logistik (Tabel 4)
menunjukkan hubungan yang signifikan antara merokok, kondisi sistemik,
restorasi amalgam, oklusi patogen, dan trauma oklusal dengan periodontitis (P
<0,05). Selanjutnya, setelah disesuaikan untuk variabel perancu dalam model,
restorasi amalgam dan trauma oklusal tetap sangat terkait secara signifikan
dengan periodontitis (P <0,05). Merokok dan oklusi patogen tetap memiliki
keterkaitan (hubungan) yang lemah dengan periodontitis (P <0,05).

4. DISKUSI

Oklusi patogen dan trauma oklusal secara signifikan terkait dengan periodontitis
dalam studi kasus-kontrol retrospektif ini setelah analisis variabel yang relevan
secara klinis. Studi pada hewan telah menunjukkan efek merugikan dari kedua
kondisi tersebut terhadap periodontitis yang sudah ada.4 Tetapi studi
eksperimental seperti ini pada manusia tidak mungkin dilakukan dan oleh karena
itu pengamatan yang sama belum dikonfirmasi. Studi analitik menawarkan
kemungkinan untuk menyelidiki kondisi tertentu ketika pengacakan paparan tidak
layak secara etis.
Tidak ada studi kasus-kontrol sebelumnya yang dapat digunakan untuk
membandingkan hasil kami dan akibatnya, kami hanya dapat mendiskusikan
pentingnya hasil ini terhadap bukti terbaik yang tersedia.12 Tinjauan sistematis
oleh Fan dan Caton (2018),3 berperan penting titik acuan acuan. Setelah meninjau
studi dengan cermat, penulis merangkum temuan dengan cara naratif dan
menyimpulkan bahwa ada "beberapa" hubungan antara trauma oklusal/diskrepansi
oklusal dan periodontitis. Mengenai pernyataan ini, penelitian kami memberikan
derajat hubungan yang objektif dan bukti yang lebih baik antara hubungan oklusi
patogen/trauma oklusal dan periodontitis.

Setelah menganalisis hasil, tergoda untuk menyiratkan bahwa oklusi patogen dan
trauma oklusal merupakan faktor risiko penting untuk periodontitis. Tetapi
perhatian khusus dari sifat penelitian, penyakit dan paparan harus
dipertimbangkan terlebih dahulu. Studi kasus-kontrol tunduk pada beberapa bias
yang dapat mempengaruhi kesimpulan. Karena penyakit dan pajanan telah terjadi,
sulit untuk menyimpulkan bahwa hasil yang diinginkan adalah hasil dari pajanan
yang menarik. Risiko hanya dapat diasumsikan jika ada bukti bahwa paparan
terjadi sebelum hasil dan ini hanya dapat dicapai secara memadai dalam studi
kohort. Selain itu, untuk satu penyakit mungkin ada beberapa paparan dan
variabel pengganggu. Oleh karena itu, kriteria definisi untuk kasus/kontrol dan
paparan potensial sangat penting. Dalam penelitian ini, sampel dihitung untuk
mendeteksi dan OR 2 dan kasus didefinisikan menggunakan pengetahuan terkini
tentang periodontitis. Meskipun demikian, kontrol sulit untuk ditentukan karena
pasien dengan periodonsium utuh tidak biasa di klinik sekolah gigi. Untuk alasan
ini, definisi terbaik kami untuk kontrol dalam penelitian ini termasuk pasien dari
populasi sumber yang sama dengan kasus tetapi yang mungkin mengalami
penurunan periodonsium dan gingivitis. Keputusan ini selanjutnya didukung oleh
kesimpulan Fan and Caton (2018):3 “kekuatan oklusal yang berlebihan tidak
memicu penyakit periodontal yang diinduksi plak atau hilangnya perlekatan
periodontal”.

Data untuk penelitian ini diambil dari catatan klinis dari klinik sekolah gigi.
Skenario ini memiliki kekhasan bahwa semua informasi klinis terdaftar dan
dikonfirmasi oleh dokter gigi yang berpengalaman. Namun demikian, hanya
catatan klinis lengkap yang memenuhi kriteria inklusi yang dipertimbangkan
untuk analisis. Diagnosis dan variabel klinis dikonfirmasi oleh peneliti tunggal
yang dikalibrasi dan karenanya, bias seleksi dikendalikan. Selanjutnya, analisis
sensitivitas menunjukkan bahwa oklusi patogen dan trauma oklusal secara
signifikan terkait dengan periodontitis setelah disesuaikan dengan variabel dan
faktor risiko yang relevan (rokok). Tetapi asosiasi tidak sama dengan kausalitas.
Akibatnya, dapat dikatakan bahwa oklusi patogen dan trauma oklusal keduanya
sering terjadi pada pasien dengan periodontitis yang memiliki hubungan tertentu
tetapi tidak memberikan bukti penyebab.

Salah satu variabel tambahan penting yang menghasilkan hubungan signifikan


dengan periodontitis dalam penelitian ini adalah restorasi amalgam pada gigi
posterior. Telah dilaporkan sebelumnya bahwa restorasi proksimal yang rusak
berkontribusi pada akumulasi plak dan kerusakan periodontal.13,14 Selanjutnya,
amalgam oklusal yang tinggi juga dapat berkontribusi pada oklusi patogen dan
trauma oklusal dengan menyebabkan kontak prematur dan kekuatan yang
berlebihan.15 Analisis sensitivitas menunjukkan hubungan independen dengan
periodontitis setelah disesuaikan dengan variabel klinis dan oklusal. Namun
demikian, meskipun restorasi resin tidak menunjukkan hubungan yang signifikan
dengan periodontitis dalam penelitian ini, diterima bahwa setiap jenis restorasi,
anterior atau posterior, yang tidak disesuaikan dengan baik untuk oklusi dapat
menghasilkan gangguan oklusal. Hal ini memperkuat sifat multifaktorial dan
jumlah variabel yang dapat berinteraksi dalam perkembangan periodontitis.

Pemahaman kausalitas antara oklusi patogen, trauma oklusal, dan periodontitis


masih kontroversial karena bukti yang terbatas. Interaksi multifaktorial pada
periodontitis membuat studi tentang hubungan ini semakin sulit pada manusia.
Selain itu, definisi trauma oklusal didasarkan pada tanda dan gejala klinis yang
tidak khas pada kondisi ini dan diagnosis harus dibuat berdasarkan histologi (Fan
dan Caton, 2018).3 Studi retrospektif sebelumnya melaporkan bahwa gigi dengan
mobilitas dan oklusal meningkat diskrepansi menunjukkan kehilangan PD dan
CAL yang lebih besar dibandingkan dengan gigi kontrol pada pasien yang sama
dengan periodontitis.9,16 Meskipun demikian, perbedaan untuk kehilangan PD
dan CAL antara gigi dengan dan tanpa diskrepansi oklusal sangat kecil dan
dengan demikian masih diperdebatkan apakah ada hubungan kausal. Jika
kekuatan oklusal yang berlebihan memiliki peran co-destruktif dalam
periodontitis yang sudah ada, ini akan tercermin dalam besarnya kehilangan
perlekatan periodontal. Dalam penelitian ini, tidak ada hubungan antara oklusi
patogen/trauma oklusal dan keparahan periodontitis yang dapat dibuktikan dan
oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut.

Salah satu batasan penting dari penelitian ini adalah desain retrospektifnya.
Dibandingkan dengan studi prospektif, studi retrospektif dianggap lebih rendah
karena cara informasi dikumpulkan. Meskipun demikian, perhatian diberikan pada
perhitungan sampel, kriteria pemilihan, definisi kasus/kontrol, dan variabel
paparan untuk mengurangi potensi bias. Selain itu, analisis statistik yang
menyesuaikan variabel yang relevan dan faktor risiko yang terbukti digunakan
dan ini memberikan dukungan yang lebih kuat untuk asosiasi tersebut.

5. KESIMPULAN

Trauma oklusal sangat terkait dengan periodontitis. Studi prospektif jangka


panjang tambahan diperlukan untuk lebih memahami dampak dari kondisi oklusal
dan periodontitis. Para penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan terkait
dengan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai