Anda di halaman 1dari 4

Nama saya lana ap nim 21-018

2. Pemeriksaan apa saja untuk menegakkan diagnosis kasus tersebut!(perio,BM,Orto)


Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis kasus impaksi kaninus adalah anamnesis,
pemeriksaan klinis (ekstraoral dan intraoral) dan pemeriksaan penunjang (radiografi)
1. Anamnesis
Keluhan pasien – gigi impaksi yang asimtomatik biasanya diketahui setelah dilakukan pemeriksaan oleh
dokter gigi. Sebelum melakukan anamnesis, pertama harus ditanyakan dulu identitas pasien. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam anamnesis adalah keluhan utama pasien. 3 Pada kasus impaksi, tentunya terdapat hal yang
berkaitan dengan gigi impaksi tersebut yang menjadi sebab pasien datang ke klinik seperti adanya rasa sakit,
infeksi, atau untuk kepentingan pembuatan gigi tiruan atau perawatan orthodontic. Setelah ditanyakan keluhan
utama, dokter gigi menggali keadaan sakit DENGAN FOUNDAMENTAL FOUR DAN SECRED SEVEN.
sekarang dengan menanyakan terkait lokasi rasa sakit, onset dan kronologis keluhan, kualitas dan kuantitas rasa
sakit, faktor yang memperberat dan meringankan keluhan, keluhan lain yang menyertai. Setelah itu, dapat pula
digali riwayat penyakit dahulu baik medical maupun dental untuk memastikan bahwa pasien aman secara medis
untuk dilakukan tindakan pembedahan. Riwayat penyakit keluarga dan riwayat sosial ekonomi juga dapat
ditanyakan guna memperlancar perawatan dan tindakan bedah yang akan dilakukan.
2. Pemeriksaan klinis
a. Pemeriksaan ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral meliputi kepala, muka, leher, mata, bibir, saliva, dan temporomandibular Joint dengan
mengamati perubahan warna, tekstur, pembengkakan, lesi/kelainan dan rasa sakit. Pemeriksaan ekstraoral dapat
meliputi bentuk kepala apakah hidroch
b. Pemeriksaan Intraoral
- Inspeksi
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN SECARA VISUAL. Evaluasi jumlah gigi permanen pada posisi dan
kemiringan gigi serta asimetris antara pola erupsi antara kedua belah pihak dan korelasinya dengan usia.
Berdasarkan hasil evaluasi jumlah gigi permanen pada rahang atas, didapatkan bahwa gigi 23 belum erupsi.
Kondisi tersebut menunjukkan impaksi kaninus Klas II.
- Palpasi
Palpasi dilakukan pada prosesus alveolaris dari sisi bukal dan palatal untuk merasakan tonjolan kaninus.
Biasanya tonjolan kaninus muncul di sulkus bukal. Jika tonjolan kaninus tidak dapat dipalpasi antara 8-10
tahun, maka pemeriksaan radiografi diindikasikan. Menurut kasus tersebut, hasil pemeriksaan palpasi
didapatkan adanya tonjolan regio labial gingiva antara gigi 22 dan 24.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang radiografi yang digunakan dapat berupa
1) Radiografi Panoramik
Radiografi ini memberikan informasi yang sama dengan radiografi lateral oblique mandibula, tetapi distorsinya
lebih sedikit. Panoramik saat ini sering digunakan digunakan untuk mengetahui secara presisi lokasi dari gigi
impkasi. Penentuan klasifikasi gigi impaksi, pengukuran kedalam gigi, adanya kondisi patologis di sekitar gigi
impaksi dapat ditentukan dengan teknik radiografi ini.
2) CT/CBCT
Radiografi CBCT merupakan radiografi 3D yang tidak hanya menentukan lokalisasi impaksi gigi secara
labial/lingual tetapi juga dapat menentukan bagaimana angulasi dari gigi caninus yang impaksi. Gambaran
CBCT sangant bermanfaat dalam menentukan kedekatan gigi insisivus dan akar gigi premolar terhadap gigi
caninus yang mengalami impaksi serta memberikan gambaran yang jelas tentang struktur yang sangat kontras
dan berguna dalam mengevaluasi tulang sebelum dilakukan perawatan pembedahan. Disamping itu, CBCT juga
membantu dokter dalam memperikirakan kesulitan dalam pembedahan tanpa haris melakukan beberapa
pengukuran sudut dan jarak.
Ref:
4. Kau CH, Pan P, Gallerano RL, English JD, A novel 3D classification system for canine impactions--the
KPG index. International J (Medical Robot Computer Assisted Surgery) MRCAS 2009;5(3):291-6.

10. Apakah diagnosis kasus tersebut ? jelaskan alasannya !


Berdasarkan klasifikasi periodontal dan periimplan tahun 2017, pasien pada kasus termasuk ke dalam
gingivitis dental biofilm/plaque induced (associated with dental biofilm alone). Gingivitis yang diinduksi oleh
plak merupakan respon inflamasi dari jaringan gingiva akibat akumulasi plak bakteri yang terletak dibawah
margin gingiva dan secara tidak secara langsung dapat mengakibatkan kehilangan gigi. Apabila ditinjau
berdasarkan kasus, pada pemeriksaan probing ditemukan gigi 13 14 24 25 BOP (+), dan ada pseudopoket
sebesar 4 mm. Indeks plak 2, indeks debris 1,1 dan indeks kalkulus 1,4. tidak ada kehilangan perlekatan. Hal ini
sesuai dengan gambaran klinis pada gingivitis yaitu munculnya warna kemerahan pada margin gingiva,
pendarahan yang terjadi pada saat dilakukan probing dan TIDAK menunjukkan kehilangan perlekatan
periodontal atau tulang alveolar. Pseudopocket/poket gusi/ poket relatif adalah kondisi dimana margin gingiva
berada lebih koronal dari permukaan gigi, sehingga belum ada mengalami kehilangan perlekatan. Pada gigi
crowded akan mengakibatkan mudahnya terjadinya penumpukan plak dan kalkulus, dan ketika terjadi
akumulasi plak maka akan menyebabkan inflamasi pada gingiva.

Ref:
Tetan-el D at al. Gingival diseases: plaque induced and non-plaque induced. Makassar Dental Journal 2021; 10(1): 89.
Gingivitis yang diinduksi oleh plak merupakan respon inflamasi dari jaringan gingiva akibat akumulasi plak
bakteri yang terletak dibawah margin gingiva. Perubahan awal dari gingiva yang sehat menjadi gingivitis yang
diinduksi oleh plak mungkin tidak terdeteksi secara klinis, tetapi dapat berkembang menjadi lebih lanjut
sehingga tanda dan gejala klinis menjadi lebih jelas. Gambaran klinis gingivitis adalah munculnya warna
kemerahan pada margin gingiva, pendarahan yang terjadi pada saat dilakukan probing dan TIDAK
menunjukkan kehilangan perlekatan periodontal atau tulang alveolar.
Apabila ditinjau berdasarkan kasus pada pemeriksaan secara probing ditemukan 13 14 24 25 BOP (+),
dan ada pseudopoket sebesar 4 mm. tidak ada kehilangan perlekatan. Indeks plak 2, indeks debris 1,1 dan
indeks kalkulus 1,4. Dimana pada gigi crowded akan mengakibatkan mudahnya terjadinya penumpukan plak
dan kalkulus dan ketika terjadinya akumulasi plak maka akan menyebabkan inflamasi pada gingiva.
Gingivitis merupakan suatu inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi yaitu jaringan gingiva.
Gambaran klinis gingivitis adalah munculnya warna kemerahan pada margin gingiva, pembesaran pembuluh
darah di jaringan ikat subepitel, hilangnya keratinisasi pada permukaan gingiva dan pendarahan yang terjadi
pada saat dilakukan probing. Poket gingiva atau pseudo-poket terbentuk akibat adanya pembesaran gingiva
akibat hiperplasia, edema, maupun obat-obatan atau hormon tanpa adanya destruksi jaringan periodontal
dibawahnya. Penyebab gingivitis dibagi menjadi dua, yaitu penyebab utama dan penyebab predisposisi.
Penyebab utama gingivitis adalah penumpukan mikroorganisme yang membentuk suatu koloni kemudian
membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingiva. Penyebab sekunder gingivitis berupa faktor lokal dan
faktor sistemik.
Faktor lokal meliputi karies, restorasi yang gagal, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang tidak sesuai,
pemakaian alat orthodonsi dan susunan gigi geligi yang tidak teratur, sedangkan faktor sistemik meliputi faktor
nutrisional, faktor hormonal, hematologi, gangguan psikologi dan obat-obatan.12
Gingivitis yang diinduksi oleh plak merupakan respon inflamasi dari jaringan gingiva akibat akumulasi
plak bakteri yang terletak dibawah margin gingiva dan secara tidak secara langsung dapat mengakibatkan
kehilangan gigi. Penatalaksanaan gingivitis merupakan strategi pencegahan utama periodontitis. Perubahan
awal dari gingiva yang sehat menjadi gingivitis yang diinduksi oleh plak mungkin tidak terdeteksi secara klinis,
tetapi dapat berkembang menjadi lebih lanjut sehingga tanda dan gejala klinis menjadi lebih jelas. Gingivitis
yang diinduksi plak dimulai pada margin gingiva dan dapat menyebar ke seluruh bagian lain gingiva. Tanda-
tanda klinis inflamasi gingiva berupa perubahan pada kontur, warna dan konsistensi gingiva berhubungan
dengan periodonsium dan tidak menunjukkan kehilangan perlekatan periodontal atau tulang alveolar.Tingkat
keparahan gingivitis yang diinduksi plak dapat dipengaruhi oleh anatomi gigi dan akar,pertimbangan restoratif
dan endodontik, dan faktor gigi lainnya.13
Apabila ditinjau berdasarkan kasus pada pemeriksaan secara probing ditemukan 13 14 24 25 BOP (+),
dan ada pseudopoket sebesar 4 mm. tidak ada kehilangan perlekatan. Indeks plak 2, indeks debris 1,1 dan
indeks kalkulus 1,4. Dimana pada gigi crowded akan mengakibatkan mudahnya terjadinya penumpukan plak
dan kalkulus dan ketika terjadinya akumulasi plak maka akan menyebabkan inflamasi pada gingiva.

6. Jelaskan prognosis kasus tersebut !(perio)


Pada kasus, prognosis pasien adalah baik karena usia pasien masih muda, adanya ruang untuk erupsinya
gigi impaksi kaninus setelah dilakukan traksi dan juga untuk mengoreksi gigi-gigi berjejal adalah cukup,
inklinasi gigi kaninus tidak lebih dari 45◦ ataupun mahkotanya tidak terbalik dan akar tidak bengkok.
Prognosis keberhasilan perawatan impaksi gigi kaninus dapat dilakukan dengan cara penentuan posisi
dan lokasi impaksi gigi kaninus melalui pemeriksaan radiograf panoramik (2D) dan radiograf CBCT (3D) untuk
memperoleh informasi mengenai detail tulang dan struktur gigi. Prognosis untuk penyelarasan tergantung pada
sejumlah faktor yang meliputi usia pasien, jarak/kerumunan dan posisi vertikal, anteroposterior, dan transversal
mahkota dan akar kaninus. Jika kemiringan gigi kaninus terhadap garis tengah lebih besar dari 45 derajat maka
prognosis untuk penyelarasan menjadi lebih buruk. Semakin dekat gigi ke garis tengah, semakin buruk
prognosisnya. Agar penyelarasan berhasil, akar tidak boleh mengalami ankylosed atau dilaserasi. Semakin jauh
gigi taring perlu dipindahkan, semakin buruk prognosis untuk hasil yang sukses. Sama halnya dengan semua
perawatan ortodontik, kerjasama dan motivasi pasien adalah yang terpenting. Kesehatan gigi secara umum
harus prima karena waktu perawatan pada kasus ini sering kali memakan waktu lama. Secara umum disepakati
bahwa waktu optimal untuk penyelarasan adalah masa remaja.1
Ref:
Varghese KG. A practical guide to the management of impacted teeth. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd, 2010: 163-8, 185-98.

Anda mungkin juga menyukai