Anda di halaman 1dari 11

Hubungan antara Gangguan Temporomandibular dan Perawatan Ortodontik: Sebuah

Tinjauan Pustaka
ABSTRAK
Tujuan: Tujuan dari studi ini adalah untuk meninjau studi terbaru dari 15 tahun terakhir,
dengan mencari studi klinis yang melaporkan hubungan antara ganguan temporomandibular
(TMD) dan perawatan ortodontik dan/atau maloklusi. Tujuan kami adalah untuk
menentukan apakah perawatan ortodontik akan meningkatkan timbulnya tanda dan gejala
TMD, dan apakah perawatan ortodontik akan direkomendasikan untuk mengobati atau
mencegah tanda dan gejala TMD. Metode: Kajian pustaka, editorial, surat pembaca,
penelitian eksperimental pada hewan dan wacana singkat diekslusikan dari tinjauan pustaka
ini. Sedangkan yang dinklusikan hanya penelitian prospektif, longitudinal, kasus-kontrol
atau penelitian retrospektif dengan sampel yang besar dan analisis statistik yang signifikan.
Penelitian yang berkaitan dengan sindrom dan kelainan kraniofasial atau perawatan dengan
bedah ortognatik juga eksklusikan, serta semua yang dilaporkan tersebut hanya hubungan
antara maloklusi dan TMD. Hasil: Terdapat 20 artikel yang berkaitan dengan ortodontik
untuk TMD sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian mengenai tanda-tanda dan gejala TMD
terhadap perawatan ortodontik menunjukkan hasil yang berbeda. Beberapa studi telah
menemukan efek positif dari perawatan ortodontik terhadap tanda dan gejala TMD, akan
tetapi, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Kesimpulan: Semua
studi yang dikutip dalam tinjauan pustaka ini melaporkan bahwa perawatan ortodontik tidak
memberikan risiko terhadap perkembangan tanda dan gejala TMD, terlepas dari teknik yang
digunakan untuk perawatan, ekstraksi atau non-ekstraksi gigi premolar dan jenis maloklusi
yang sebelumnya dimiliki pasien. Beberapa penelitian dengan follow-up jangka panjang
menyimpulkan bahwa perawatan ortodontik tidak dapat mencegah atau menjadi pilihan
perawatan untuk TMD.
Kata kunci: Ortodonti. Gangguan sendi temporomandibular. Oklusi gigi.
PENDAHULUAN
Masalah yang berhubungan dengan diagnosis dan penanganan gangguan
temporomandibular (TMD) telah menarik perhatian ortodontis. Perhatian terhadap tanda dan
gejala yang berhubungan dengan TMD telah memodifikasi manajemen klinis sebelum dan
selama perawatan ortodontik.1
Menurut American Academy of Orofacial Pain, gangguan temporomandibular merujuk pada
serangkaian masalah klinis yang melibatkan otot-otot pengunyahan, sendi
temporomandibular (TMJ) dan struktur terkait, atau keduanya, yang diidentifikasi sebagai
penyebab utama nyeri yang tidak disebabkan oleh gigi di daerah orofasial dan dianggap
sebagai subkelas dari gangguan muskuloskeletal.2
Tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan adanya kelainan TMJ adalah: Perubahan gerakan
mandibula, pembatasan pembukaan mulut, nyeri sendi dengan fungsi mandibula,
keterbatasan fungsi, sendi yang berbunyi, perubahan radiografi yang asimtomatik dari TMJ
dan rahang mengunci dengan mulut terbuka dan mulut tertutup tertutup.3
Gejala yang paling umum yang terkait dengan TMD adalah nyeri, biasanya terletak pada
otot pengunyahan, daerah preauricular dan/atau sendi temporomandibular (TMJ). Rasa sakit
ini sering diperburuk oleh pengunyahan atau kegiatan fungsional lainnya. Keterbatasan
membuka dan pergerakan mulut, dan adanya sendi yang berbunyi merupakan keluhan
umum lain yang ada pada pasien dengan TMD.2
Ada beberapa skema klasifikasi yang membantu dalam diagnosis klinis TMD, misalnya
skema dari American Academy of Orofacial Pain. Hampir semua membagi TMD dalam
subkelompok: muskular, artikular dan campuran.4 Peran maloklusi dalam etiologi TMD
telah dilaporkan sebagai sebuah kontroversial dalam beberapa tahun terakhir. McNamaraJr,
Seligman dan Okeson5 menerbitkan sebuah tinjauan sistematis yang luas yang

menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara adanya beberapa faktor oklusal
(open bite skeletal, crossbite unilateral, kehilangan lima atau lebih gigi, overbite yang dalam
dan overjet yang parah) dan adanya tanda dan gejala TMD. Baru-baru ini, sebuah studi di
Brazil menunjukkan bahwa tidak adanya bimbingan dari kaninus secara bilateral pada
daerah lateral dan adanya maloklusi Kelas II merupakan indikator risiko yang penting untuk
perkembangan TMD.6
Pellizoni et al7 berdasarkan hipotesis yang diajukan melalui studi epidemiologi, bahwa ada
hubungan antara crossbite posterior unilateral (UPC) dan perpindahan sendi pada TMJ,
mengusulkan studi prospektif yang mengevaluasi posisi sendi artikular dan konfigurasinya
pada anak-anak dengan fungsional UPC dan individu dengan oklusi normal menggunakan
pencitraan resonansi magnetik (MRI). Semua peserta tidak menunjukkan tanda dan gejala
klinis TMD.
Hanya seorang individu ditemukan dengan TMD artikular (perpindahan sendi tanpa
reduksi). Hal ini sesuai dengan kelompok studi dan crossbite secara ipsilateral ke sisi
perpindahan sendi. Hasil ini menunjukkan bahwa gangguan internal TMJ dan UPC terjadi
secara independen, atau besarnya gangguan ini tidak dapat diidentifikasi dengan magnetic
resonance imaging pada kelompok usia ini (6 sampai 13 tahun). 7 Penjelasan lain untuk UPC
tidak menyiratkan adanya perpindahan sendi TMJ sebagai potensi penyeimbang dari
pertumbuhan kondilus mandibula yang asimetris atau remodeling fossa artikular, yang
memungkinkan sendi artikular berada dalam posisi normal.
Dalam dekade terakhir, banyak usaha telah dilakukan untuk menjelaskan hubungan yang
seharusnya antara perawatan ortodontik dan TMD. Bahkan dengan ketersediaan alat
diagnostik canggih dan modern seperti magnetic resonance imaging, dan kajian ilmiah
dengan follow-up jangka panjang, belum memungkinkan untuk menghilangkan kontroversi
yang ada.8 Pendapat yang berbeda antara orang yang berpendapat bahwa perawatan
ortodontik meningkatkan risiko timbulnya tanda dan gejala TMD dan mereka yang
mengklaim bahwa perawatan ini akan menjadi jenis perawatan untuk TMD, atau setidaknya
untuk mengurangi risiko pasien terhadap perkembangan TMD.9
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau studi dari 15 tahun terakhir, mencari studi
klinis yang melaporkan hubungan antara TMD dan perawatan ortodontik dan/atau
maloklusi, dengan tujuan menentukan apakah:
1. perawatan ortodontik akan meningkatkan timbulnya tanda dan gejala TMD.
2. perawatan ortodontik akan menjadi pilihan untuk mengobati atau mencegah gejala dan
tanda TMD.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan dari database International Literature in Health Sciences (MedLine),
Latin American Literature and Caribbean Health Sciences (Lilacs) dan Brazilian Dentistry
Bibliography (BBO) dengan menggunakan kata kunci berikut: Ortodontik dan gangguan
temporomandibular, dalam bahasa Portugis dan Inggris, antara 1 Januari 1992 sampai
dengan 30 September 2007. Artikel seperti tinjauan pustaka, editorial, surat pembaca,
penelitian eksperimental dengan hewan dan wacana singkat esklusikan dari tinjauan pustaka
ini. Sedangkan yang dinklusikan penelitian prospektif, longitudinal, kasus-kontrol atau
penelitian retrospektif dengan sampel yang lebih besar dan analisis statistik yang signifikan.
Penelitian-penelitian ini adalah bukti tingkat B (bukti moderat).10
Penelitian yang bekaitan dengan kelainan dan sindrom kraniofasial atau perawatan dengan
cara bedah ortognatik juga dieksklusikan, serta yang hanya melaporkan hubungan antara
maloklusi dan TMD.
HASIL
Terdapat 20 artikel yang ditemukan berkaitan dengan ortodontik terhadap TMD sesuai
dengan kriteria inklusi. Tabel 1 menyajikan deskripsi penemuan studi.

Tabel 1. Penelitian mengenai hubungan antara perawatan ortodontik dengan tanda dan gejala gangguan temporomandibular.
Peneliti

Desain Penelitian

Populasi
65 pasien yang dirawat ortodontik
Kelompok I: 26 non-ekstraksi
Kelompok II: 25 ekstraksi 4
premolar
Kelompok III: 14 ekstraksi 2
premolar

Krenemak et al11

CS, prospektif,
2 tahun follow-up

Krenema et al12

CS, prospektif,
6 tahun follow-up

109 pasien mendapatkan perawatan


ortodontik dengan piranti cekat

CC, prospektif,
2 tahun follow-up

SG: 102 pasien, rata-rata umur 15,3


tahun
CG: 41 pasien, rata-rata umur 16,2
tahun

Hirata et al13

Egemark dan
Thailander14

Wadwa Utrejadan
Tewan15

OReilly,
Rinchuse dan

CS, prospektif,
10 tahun follow-up

CS

CC, prospektif

402 anak dibagi ke dalam 3


kelompok usia: 7,11 dan 15 tahun
102 individu, usia antara 13 dan 25
tahun
Kelompok I: 30individu dengan
oklusi normal
Kelompok II: 41 dengan maloklusi
dan tanpa perawatan ortodontik
Kelompok III: 31 dengan maloklusi
dan perawatan ortodontik
120 individu
SG: 60 pasien, usia rata-rata 15,3

Variabel

Hasil

DI
Sebelum Perawatan
0-12 bulan setelah perawatan
12-24 bulan setelah perawatan

(1) Tidak ada perbedaan yang signifikan di antara ratarata kelompok, di seluruh waktu
(2) Tanda dan gejala TMD sedikit berkurang ditemukan
pada rata-rata antara kelompok I dan II

DI
6 tahun kontrol
Jumlah pasien per tahun

(1) 90% dari pasien menunjukkan gambaran klinis yang


membaik atau meningkat, 10% dari pasien memburuk
(2) perawatan ortodontik bukanlah faktor etiologi yang
penting untuk tanda dan gejala TMD

DI
Sebelum Perawatan
12 bulan setelah perawatan
24 bulan setelah perawatan
DI
293 kuesioner yang terjawab
Setelah 10 tahun, 83 individual
yang diperiksa, sekarang 25
tahun

(1) tidak ada perbedaan antara kelompok


(2) ortodontik tidak mewakili peningkatan risiko untuk
mengembangkan tanda dan gejala TMD
1) individu dengan riwayat perawatan ortodontik
menunjukkan prevalensi rendah untuk gejala TMD dan DI
yang lebih rendah
(2) perbedaan lebih jelas pada kelompok yang lebih tua

DI

(1) tidak ada perbedaan antara kelompok


(2) perawatan ortodontik akan menyebabkan risiko atau
mencegah perkembangan tanda dan gejala TMD

DI
Sebelum perawatan

(1) mekanik ortodontik yang diterapkan tidak berpengaruh


atau tidak berpengaruh signifikan terhadap tanda dan

Close

Setelah 8 10 bulan
Setelah 12 16 bulan
Pada akhir perawatan

CS, retrospektif

63 pasien dengan maloklusi klas II


dirawat dengan dan tanpa ekstraksi
premolar

DI
Evaluasi 14 tahun setelah
perawatan selesai

CS, prospektif

50 pasien mendapatkan perawatan


ortodontik, usia rata-rata 12,9 tahun

DI
Sebelum, selama atau segera
setelah perawatan

CS, prospektif

100 individu, mahasiswa


kedokteran gigi, usia antara 18 dan
25 tahun

DI

CC, retrospektif

178 individu
SG: 102 pasien dengan gejala TMD
CG: 76 relawan tanpa gejala

Kuesioner tentang perawatan


ortodontik sebelumnya dan
rincian tentang tanda dan gejala
TMD, Magnetic Resonance
Images

16

Beattie,
Paquette dan
Johnston17

Egermark dan
Ronnerman18

Lima

tahun, 48 maloklusi klas II divisi 1


dan 12 maloklusi Klas I
CG: 60 individu, usia rata-rata 15,3
tahun, 38 maloklusi klas II divisi 1
dan 22 maloklusi Klas I

19

Katzberg et al20

Lagerstrm,
Egemark dan
Carlsson21

CS, prospektif

Owen22

CS, retrospektif

860 individu berusia 19 setelah


mendapatkan perawatan ortodontik
Kelompok I: 520 dirawat oleh
spesialis ortodontik
Kelompok II: 340 dirawat oleh
dokter gigi umum
600 pasien yang mendapatkan
perawatan ortodontik atau

gejala TMD

(1) tidak ada perbedaan antara orang yang menjalani


ekstraksi gigi premolar atau tidak.
(2) ekstraksi premolar tidak akan menjadi faktor risiko
untuk perkembangan tanda dan gejala TMD
(1) tingginya prevalensi tanda dan gejala TMD sebelum
perawatan
(2) tanda dan gejala menurun selama perawatan, kecuali
bunyi sendi
(3) gangguan oklusal selama perawatan tidak
mempengaruhi perkembangan tanda dan gejala TMD
(1) Individu yang dirawat ortodontik atau tidak
menunjukkan kecenderungan yang sama untuk
menyebabkan tanda dan gejala TMD
1) pasien TMD menunjukkan persentase yang lebih tinggi
(77%) untuk perpindahan sendi TMJ daripada CG (33%)
(2) Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik
antara perawatan ortodontik sebelumnya (dengan atau
tanpa ekstraksi) dan perpindahan sendi

DI
Pengujian dilakukan pada 260
subjek (77%)

(1) Tidak ada perbedaan prevalensi tanda dan gejala TMD


(2) Individu perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi
untuk tanda dan gejala TMD
(3) Tidak ada hubungan antara kontak oklusal dan tandatanda dan gejala TMD

DI
Selama perawatan

(1) 16 pasien (2,6%) mengalami perkembangan tanda dan


gejala TMD selama perawatan

perawatan ortopedi

Henrikson, Nilner
dan Kurol23

CC, prospektif
dengan 2 tahun
follow-up

Henrikson dan
Nilmer24

CC, prospektif
dengan 2 tahun
follow-up

Valle25

CC, prospektif

183 remaja
Kelompok I: 65 pasien, Maloklusi
Klas II dirawat ortodontik
Kelompok II: 58 individu dengan
Angle Klas II tidak dirawat orto
Kelompok III: 60 subjek dengan
oklusi normal
183 remaja
Kelompok I: 65 pasien, Maloklusi
Klas II dirawat ortodontik
Kelompok II: 58 individu dengan
Angle Klas II tidak dirawat orto
Kelompok III: 60 subjek dengan
oklusi normal
200 individu
Kelompok I: 50 subjek dengan
maloklusi Klas I tanpa perawatan
ortodontik
Kelompok II: 50 subjek dengan
maloklusi klas II tanpa perawatan
ortodontik
Kelompok II: 50 subjek dengan
maloklusi klas I dirawat ortodontik
Kelompok IV: 50 subjek dengan

DI
Sebelum perawatan ortodontik,
2 tahun setelah perawatan

DI
Sebelum perawatan ortodontik,
2 tahun setelah perawatan

Kuesioner Fonseca
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Oklusi

(2) pasien wanita, dengan maloklusi Kelas II dan moderat


untuk overbite atau overjet parah, terlepas dari teknik
perawatan yang digunakan, lebih memungkin mengalami
perkembangan tanda dan gejala TMD
(1) Kelompok I menunjukkan berkurangnya tanda
muskular setelah perawatan
(2) Perubahan kecil dari kelompok II dan III setelah 2
tahun
(3) Bunyi sendi meningkat dalam ketiga kelompok, tetapi
kurang pada kelompok III
(4) individu dalam kelompok III memiliki prevalensi
terendah untuk tanda dan gejala TMD
(5) perawatan ortodontik tidak meningkatkan risiko atau
memperburuk tanda dan gejala TMD
(1) gejala TMD menyebabkan perkembangan prevalensi
selama dua tahun
(2) perawatan ortodontik tidak meningkatkan risiko untuk
perkembangan tanda dan gejala TMD dan sakit kepala
(1) Tidak ada hubungan antara tingkat keparahan dari
tanda dan gejala TMD dan perawatan ortodontik, terlepas
dari jenis maloklusi
(2) Tingkat keparahan dari tanda dan gejala TMD hanya
dapat dikaitkan dengan tidak adanya guide anterior

Conti et a

l8

CC, prospektif

maloklusi klas II dirawat ortodontik


200 individu
Kelompok I: 50 subjek dengan
maloklusi Klas I tanpa perawatan
ortodontik
Kelompok II: 50 subjek dengan
maloklusi klas II tanpa perawatan
ortodontik
Kelompok II: 50 subjek dengan
maloklusi klas I dirawat ortodontik
Kelompok IV: 50 subjek dengan
maloklusi klas II dirawat ortodontik

Kuesioner Fonseca
Pemeriksaan Fisik
Sebelum dan setelah perawatan
ortodontik

CS, prospektif,
20 tahun follow-up

402 anak dibagi dalam 3 kelompok


usia 7, 11 dan 15

DI/ Kuesioner mengenai


perawatan ortodontik
sebelumya, 320 individu
menjawab kuesioner, 100 subjek
diperiksa, yang sekarang berusia
35 tahun

Corotti-Valle26

CS, prospektif

15 pasien dengan maloklusi klas III


Kelompok I: 25 pasien
mendapatkan perawatan ortodontik
Kelompok II: Kelompok I: 25
pasien mendapatkan perawatan
ortodontik dan bedah ortognatik

Kuesioner Fonseca
Pemeriksaan Fisik
Tes dilakukan setidaknya 1
tahun setlah perawatan selesai

Mohlin et al27

CS, prospektif,
19 tahun follow-up

Egermark,
Carlsson dan
Magnusson9

1.018 individu berusia 11 tahun

DI
Morfologi
Perhitungan indeks maloklusi
Kuesioner pada perawatan

1) Kehadiran dan keparahan TMD tidak menimbulkan


hubungan dengan jenis perawatan ortodontik atau
protokol ekstraksi yang diterapkan

(1) tidak ada faktor oklusal yang sangat penting untuk


perkembangan tanda dan gejala TMD, namun, crossbite
unilateral, dan perbedaan antara CR dan MHI cenderung
menjadi faktor risiko.
(2) Individu yang telah menjalani perawatan ortodontik
tidak menimbulkan risiko lebih tinggi atau lebih rendah
untuk perkembangan tanda dan gejala TMD dibandingkan
dengan mereka yang tidak menjalani perawatan ortodontik
(1) Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
antara kedua kelompok mengenai prevalensi gejala TMD.
(2) hubungan yang signifikan ditemukan antara adanya
gangguan di sisi non-kerja dan indeks keparahan gejala
TMD.
(3) Perawatan maloklusi klas III tidak memiliki pengaruh
dalam menentukan keparahan TMD.
(1) Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara
kelompok mengenai jenis maloklusi, pola kontak gigi,
perawatan ortodontik sebelumnya atau ekstraksi
(2) seperempat di antara individu dengan tanda dan gejala

Egermark,
Carlsson dan
Magnusson9

CS, prospektif,
17 tahun follow-up

50 pasien mendapatkan perawatan


ortodontik, usia rata-rata 12,9 tahun

ortodontik
Pemeriksaan pada usia 11 tahun
791 kembali diperiksa-pada usia
15 tahun, 456 pada usia 19 dan
337 pada usia 30
DI
17 tahun setelah perawatan
selesai, 40 pasien
menyelesaikan
kuesioner dan 31 secara klinis
diperiksa ulang

TMD pada usia 19 menunjukkan perbaikan seutuhnya


pada usia 30
(3) perawatan ortodontik bukan faktor pencegahan atau
penyebab TMD
(1) Insidensi terjadinya TMD yang membutuhkan
perawatan klinis adalah 1% per tahun
(2) perawatan ortodontik tidak meningkatkan risiko
perkembangan tanda dan gejala TMD.

PEMBAHASAN
Keterbatasan dalam penelitian ini berhubungan dengan database dan bahasa dalam
pencarian literatur yang berkaitan dengan TMD dan Ortodonti kemungkinan menyebabkan
penemuan studi yang sedikit. Namun, menemukan bukti terbaik, mengutamakan kualitas
penelitian dan diagnosis TMD dan pembagian ke dalam subtipe dapat menyebabkan
kesimpulan yang lebih jelas tentang hubungan ini.
Salah satu masalah terbesar yang ditemukan dalam studi yang dipilih dalam pencarian ini
untuk memahami hubungan antara TMD dan Ortodonti adalah metodologi yang mereka
gunakan untuk mengidentifikasi TMD. Semua studi, kecuali yang dilakukan oleh
Katzberget al,20 menggunakan alat yang sama untuk mengidentifikasi tanda dan gejala
TMD: indeks Helkimo, diterbitkan pada tahun 1974. Ada beberapa studi kasus-kontrol,
sehingga sulit untuk membandingkan data yang berkaitan dengan tanda dan gejala TMD.
Profesor Helkimo mempelopori pengembangan indeks untuk mengukur tingkat keparahan
TMD, serta nyeri pada TMJ. Dalam studi epidemiologi, beliau mengembangkan indeks
yang dibagi menjadi anamnesis, disfungsi klinis dan oklusal. Melalui indeks ini, beliau
mencoba untuk mengidentifikasi, secara individu dan dalam populasi, prevalensi dan
keparahan TMD, rasa sakit dan ketidakstabilan oklusal. Protokol untuk penentuan indeks ini
terdiri dari sepuluh parameter: Stres emosional, kebiasaan parafungsional, membuka mulut,
lateralisasi rahang, sendi berbunyi, nyeri tekan TMJ, palpasi otot-otot posterior leher,
palpasi otot pengunyahan, hubungan maksilomandibula dan sakit kepala.28
Indeks Anamnesis Helkimo (AI) didasarkan pada kuesioner dimana individu melaporkan
adanya gejala TMD. Hasilnya dapat menghasilkan tiga tingkat yang berbeda dari disfungsi:
tidak ada gejala; gejala ringan, sedang, atau berat. Indeks Klinis Helkimo (CI)
mempertimbangkan evaluasi fungsional dari sistem stomatognatik. Berdasakan adanya
dan/atau keparahan gejala klinis, skor individu dinilai mulai dari rentang poin 0, 1 atau 5.
Aspek-aspek berikut diamati: Jarak membuka mulut dan gerakan lateral rahang;
keterbatasan fungsi rahang; nyeri pada palpasi otot pengunyahan, TMJ dan otot leher
posterior. Tanda-tanda juga diklasifikasikan sebagai tidak ada, ringan, sedang atau berat.
Indeks ketiga disebut Indeks Oklusal Helkimo (OI) dan diperoleh dengan menganalisis
oklusi individu mengenai jumlah gigi, jumlah gigi yang oklusi dan interferensi oklusal
antara posisi RC dan MHI. Menurut data yang diperoleh untuk setiap item, skor penilaian 0,
1 atau 5 diberikan sekali lagi. Jumlah dari tiga indeks menghasilkan indeks disfungsi
Helkimo (DI) (Tabel 2).
Tabel 2. Derajat gangguan temporomandibular berdasarkan Indeks Disfungsi Helkimo.
Indeks Helkimo (Skor)
Derajat gangguan temporomandibular
0 20
Tidak ada tanda dan gejala TMD
21 30
Tanda dan gejala TMD ringan
31 40
Tanda dan gejala TMD sedang
41 atau lebih
Tanda dan gejala TMD parah
Namun, alat ini, meskipun banyak digunakan, tidak dapat mendiagnosa dan
mengklasifikasikan TMD, hanya menunjukkan tanda dan gejala. Ada keterbatasan dalam
penggunaan DI, pertama karena memberikan tingkat kepentingan yang sama untuk semua
gejala, tidak memisahkan TMD muskular dari TMD artikular, kategorisasi melalui poin
tidak mendukung variabel kontinu, mengurangi spesifitas. Beberapa gejala diabaikan,
seperti jenis bunyi sendi dan waktu terjadinya, dan beberapa daerah otot. Meskipun indeks
ini mampu mendokumentasikan tanda dan gejala TMD dalam populasi, organisasi data dari
indeks tersebut tampaknya tidak menguntungkan Epidemiologi daerah lain, misalnya, dalam
memahami etiologi TMD.29 Sebagai contoh bagaimana kemungkinan kekurangan dari
indeks ini, jika seseorang memiliki lebih dari 15 kali episode sakit kepala per bulan, dan dia
merasakan sangat tegang dan nyeri pada saat palpasi otot posterior: maka dia

diklasifikasikan memiliki TMD moderat, tanpa memiliki tanda khas yang tunggal atau
gejala TMD - yaitu, orang tersebut kemungkinan tidak akan mengalami TMD.
Bevilaqua-Grossi et al29 menyarankan bahwa cara untuk mengidentifikasi pasien yang
benar-benar membutuhkan perawatan TMD akan menentukan frekuensi dan intensitas tanda
dan gejala TMD. Para peneliti menyarankan menggunakan kuesioner yang diajukan oleh
Fonseca30 (Tabel 3) dan pemeriksaan klinis menilai berbagai pembukaan mulut dan nyeri
tekan otot pengunyahan dan TMJ pada saat palpasi. Menurut penulis, Fonseca
questionnaire30 adalah kuesioner sederhana, tanpa tuntutan untuk mendiagnosa TMD, tetapi
dapat menjadi alat yang berguna dalam mengamati gejala yang dilaporkan oleh pasien.
Tidak hanya frekuensi dari gejala yang harus diperiksa, tetapi juga keparahan, bertujuan
untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perawatan untuk TMD. Tiga studi yang
dilakukan di Brazil dan tinjauan pustaka ini menggunakan kuesioner anamnesis Fonseca
untuk membedakan pasien yang memiliki TMD, diikuti dengan pemeriksaan fisik.
Tabel 3. Kuesioner Fronseca30 untuk anamness gangguan temporomandibular
1
Apakah Anda mengalami kesulitan membuka mulut?
Apakah Anda merasa kesulitan untuk menggerakkan rahang Anda ke samping?
2
Sebelah kanan? Sebelah kiri? Untuk kedua sisi?
3
Apakah Anda mengalami kelelahan otot atau nyeri saat mengunyah?
4
Apakah Anda sering mengalami sakit kepala?
5
Apakah Anda merasa sakit di leher atau tortikolis?
Apakah Anda mengalami sakit telinga atau di daerah sendi
6
temporomandibular (TMJ)?
Pernahkah Anda perhatikan jika Anda mengamali TMJ yang berbunyi saat
7
mengunyah atau
ketika Anda membuka mulut?
Pernahkah Anda memperhatikan jika Anda memiliki kebiasaan seperti mendorong
8
dan/atau grinding gigi, mengunyah permen karet, menggigit bibir atau pensil,
menggigit kuku?
9
Apakah Anda merasa bahwa gigi Anda tidak berkontak dengan baik?
10
Apakah Anda menganggap diri Anda sebagai orang yang tegang atau gugup?
Indeks anamnesis untuk mengklasifikasikan kategori keparahan dari gejala TMD
Batasan Penilaian untuk
Kategori keparahan dari gejala TMD
klasifikasi kategori
Tidak ada tanda dan gejala TMD
0 15
Tanda dan gejala TMD ringan
20 40
Tanda dan gejala TMD sedang
45 65
Tanda dan gejala TMD parah
70 100
Sejak tahun 1992, untuk memfasilitasi konduksi penelitian klinis, peneliti dalam studi
epidemiologi dan klinis atau bertujuan untuk menentukan sampel acak dan uji coba
terkontrol, menggunakan skema klasifikasi yang disebut Kriteria Penelitian diagnostik untuk
Gangguan Temporomandibular (RDC/TMD) yang diagnosa adanya TMD. RDC/TMD
adalah alat untuk kriteria diagnostik klinis, terukur dan sering digunakan, yang bertujuan
untuk mengidentifikasi subkelompok pasien dengan TMD. RDC/TMD mengklasifikasikan
jenis yang paling umum dari TMD menjadi tiga sub kelompok: Gangguan otot pengunyahan
(nyeri myofascial), kerusakan internal TMJ (perpindahan sendi), dan penyakit degeneratif
TMJ (arthralgia, arthritis dan osteoarthritis). Penggunaan RDC tergantung pada anamnesis
dan data pemeriksaan fisik, memanfaatkan kuesioner, survei dan spesifikasi. 31 Penelitian

oleh Katzberg et al20 menggunakan alat ini untuk mendiagnosa perpindahan sendi dengan
mengurangi sampelnya.
Dengan demikian, tidak ada penelitian yang menghubungkan TMD dan Ortodonti yang
dapat mendiagnosis TMD, mereka hanya mengamati adanya tanda-tanda dan gejala. Oleh
karena itu, kita tidak dapat menyimpulkan dari studi ini apakah TMD akan menjadi kondisi
yang mendorong individu untuk mengobati masalah fungsional mereka. Ada perbedaan
besar antara tanda dan gejala TMD (yang dapat terjadi hingga pada 68% dari populasi) 32 dan
diagnosis TMD (8-15% wanita dan 3-10% dari laki-laki).33
Kesulitan lain dalam menganalisis tanda dan gejala TMD dalam studi yang dikutip adalah
karakter episode terjadinya atau munculnya gejala yang kurang jelas yang diamati dalam
studi jangka panjang. Prevalensi yang bervariasi antara analisis dilakukan pada kesempatan
yang berbeda. Krenemak et al12 menunjukkan dalam sampel mereka bahwa 90% dari pasien
yang mengalami tanda dan gejala TMD, setelah dua tahun perawatan atau memperbaiki
kondisi giginya, sedangkan 10% memburuk. Sementara Mhlin et al 27 menunjukkan bahwa
25% pasien pada akhir 19 tahun masa follow-up, secara keseluruhan bebas dari tanda dan
gejala TMD. Tanda dan gejala muncul meningkat seiring dengan waktu, kecuali bunyi
sendi, yang meningkat setelah 2 tahun masa follow-up.23 Namun, Owen22 melaporkan bahwa
2,6% dari pasien mengalami perkembangan tanda dan gejala TMD selama perawatan
ortodontik. Egermark, Carlsson dan Magnusson9 dalam 17 tahun studi tindak lanjut,
menunjukkan bahwa 1% dari sampel memerlukan perawatan klinis untuk TMD per tahun.
Penelitian menghubungkan tanda dan gejala TMD dengan perawatan ortodontik
menunjukkan hasil yang bebeda. Beberapa studi telah menemukan efek positif dari
perawatan ortodontik pada tanda dan gejala TMD, namun, tidak ada yang menunjukkan
hasil yang signifikan secara statistik. 9,11,12,14,23 Semua studi yang dikutip dalam kajian pustaka
ini melaporkan bahwa perawatan ortodontik tidak memberikan risiko terhadap
perkembangan tanda dan gejala TMD, terlepas dari teknik yang digunakan untuk perawatan,
apakah ekstraksi premolar adalah dilakukan, dan jenis maloklusi yang sebelumnya dimiliki
pasien.8,9,11-25,27 Beberapa penelitian jangka panjang menyimpulkan bahwa perawatan
ortodontik tidak dapat mencegah atau menjadi pilihan perawatan untuk TMD.9,15,27
Henrikson dan Nilmer24 menyarankan bahwa karena karakteristik yang berfluktuasi dari
tanda dan gejala TMD, maka perawatan ortodontik tidak efektif dalam mengobati TMD,
pendekatan konservatif dan reversibel harus diadopsi dalam pengobatan TMD, yang sesuai
dengan pedoman dari American Academy of Orofacial Pain.2
Beberapa artikel juga menyebutkan hubungan antara maloklusi dengan tanda dan gejala
TMD. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara maloklusi dengan tanda
dan gejala TMD.18,21,25,27 Namun ada kecenderungan bahwa pasien dengan maloklusi Kelas II
disertai overbite atau overjet sedang sampai parah, 22 tidak adanya guide anterior,25 crossbite
unilateral dan perbedaan antara CR dan MHI9 bisa menimbulkan lebih banyak tanda dan
gejala TMD. Namun, Corotti-Valle26 menemukan dalam sampel mereka hubungan yang
signifikan antara tingkat keparahan gejala TMD dan gangguan di sisi keseimbangan.
KESIMPULAN
Dari penelitian ditemukan dalam tinjauan pustaka, kami menyimpulkan bahwa perawatan
ortodontik - terlepas dari teknik yang digunakan dan apakah dilakukan ekstraksi premolar
selama perawatan - tidak meningkatkan tanda-tanda dan gejala TMD dan oleh karena itu
bukan merupakan faktor risiko untuk perkembangannya. Perawatan ortodontik tidak dapat
perawatan utama untuk mengobati atau mencegah timbulnya tanda dan gejala TMD.
Diperlukan peningkatkan penggunaan metodologi dalam penelitian yang berusaha untuk
menunjukkan hubungan antara TMD dan perawatan ortodontik sehingga hasil yang
didapatkan tidak bertentangan. Fitur seperti uji coba terkontrol, studi longitudinal dan alat-

alat yang dapat mendiagnosa TMD dan membaginya menjadi subtipe (seperti muskular,
artikular dan campuran), tampaknya diperlukan untuk lebih memahami hubungan ini.

Anda mungkin juga menyukai