Evaluasi dari Crowding dan Dimensi Lengkung Gigi Rahang Bawah setelah Perawatan
dengan Lip Bumper versus Piranti Schwarz
Oleh :
Andwitya Prameshwari Bp: 2041412021
Marsha Nada M.P Bp: 2041412025
Iswara Sardi Bp: 2041412044
Raudatul Agva Zahira Bp: 2041412032
Pembimbing :
drg. Didin K, Sp.Ort
drg. Nelvi Yohana, Sp.Ort
Crowding merupakan jenis maloklusi yang paling sering terjadi, sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1990-an yang meniliti mengenai
prevalensi maloklusi dengan jumlah sampel 14.000 orang yang mewakili populasi penduduk
Amerika dalam konteks N.H.A.N.E.S. III (National Health and Nutrition Estimates Survey).
Hasil survey menunjukkan prevalensi crowding sebanyak 45% pada anak dengam periode
gigi bercampur dan 65% pada sampel berusia 18-50 tahun. Hal serupa juga dilaporkan pada
penduduk Italia. Crowding merupakan maloklusi gigi yang tidak bisa terkoreksi sendiri dan
dapat bertambah parah seiring berjalannya waktu. Jika crowding terjadi pada gigi desidui, hal
ini akan bertambah parah pada periode gigi bercampur dan permanen. Crowding yang parah
dapat terjadi bersamaan dengan penurunan fisiologis dan penurunan panjang lengkung
rahang, kemudian hal ini dikaitkan dengan estetika dan kelainan periodontal. Hal ini sering
terjadi pada orang dewasa dan juga dapat disertai dengan jenis maloklusi lainnya, seperti
Pada 100 tahun yang lalu, perdebatan antara dua perawatan yang digunakan untuk
yang sedang dan berat dapat dilakukan pencabutan atau menggunakan teknik yang cocok
untuk mendapatkan ruangan seperti penggunaan piranti mini-screw. Namun, alur perawatan
untuk pasien dengan crowding yang moderate belum ditentukan dengan jelas.
Kontroversi antara perawatan dengan pencabutan atau tanpa pencabutan dimulai ketika
yang memerlihatkan bahwa rahang bawah tidak memiliki garis suture yang bisa dikoreksi.
jika pada rahang atas dapat dilakukan penambahan lebar lengkung rahang dengan
memisahkan sutura mid-palatine, namun teknik ini tidak bisa digunakan pada rahang bawah.
Walaupun pengguanaan rapid palatal expansion bisa memberikan perubahan yang signifikan
terhadap rahang bawah, seperti dengan merubah posisi lidah yang cenderung meningkatkan
diameter rahang. Hal ini mengakibatkan rahang atas menjadi sering terkompresi saat
kontraksi dan teknik ini tidak dapat mengoreksi kondisi crowding yang berat.
Prosedur mempertahankan ruang rahang bawah pada pasien dengan periode gigi
bercampur dapat menggunakan piranti yang meningkatkan remodeling tulang alveolar dan
memperbaiki inkilnasi gigi posterior dimana gigi posterior sering mengalami linguoversi.
Prosedur ini biasanya mewujudkan peningkatan parameter lengkung dan dimensi trasversal
Salah satu piranti yang sering digunakan adalah lip bumper (LB) yang dapat
mendorong gigi insisiv rahang bawah, distalisasi, dan uprighting molar 1 mandibula, ekspansi
bukal gigi caninus, gigi premolar, dan diameter transversal molar. Kekuatan bibir
ditransmisikan melalui alat ini dan diteruskan ke gigi molar. Posisi intermolar dan
interpremolar dapat diperbaiki dengan pemakaian LB selama periode gigi bercampur dapat
dianggap sebagai prediktor terbaik untuk post-retensi dari stabilisasi lengung rahang bawah
untuk setiap milimeter peningkatan lebar intermolar dan interpremolar. Peningkatan ini
mencapai 1,52 dan 2,70 kali stabilisasi mandibula setelah perawatan. Pernyataan mengenai
gender juga berpengaruh terhadap keberhasilan pemakaian LB tidak memiliki bukti yang
kuat. Piranti lain yang dapat digunakan adalah Schwarz Appliance (SA), piranti lepasan ini
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi variasi dimensi lengkung rahang
bawah pada periode gigi bercampur yang dipengaruhi oleh gigi berjejal ringan hingga berat
METODE
Prosedur perawatan telah disetujui oleh Ethics Comitte of the University of L’Aquila.
Persetujuan tertulis ini disetujui oleh pasien dan orang tua/ wali). Sampel pada penelitian ini
dan berat pada rahang bawah (4-6mm), periode gigi bercampur, berusia maksimal 9 tahun
saat awal terjadinya crowding, berada pada tahap CS1 dan CS2 perkembangan cervical
vertebrate analysis (CMV) saat pertama perawatan. Pasien yang pernah melakukan perawatan
ortodontik sebelumnya, menderita kelainan craniofasial, atau pasien yang telah dilakukan
pencabutan merupakan kriteria eksklusi. Pengukuran dilakukan pada model kerja setelah dan
1. intercanine distance (ICD), jarak yang diukur dari titik lingual terdalam margin
2. Lebar interpremolar distance (IPD), jarak yang diukur dari titik lingual terdalam
margin giniva biskupidalis pertama atau molar pertama permanen kiri ke kanan
3. Intermolar distance (IMD), jarak yang diukur antara titik-titik perpotongan sulkus
lingual margian gingiva titik sulkus gingiva dari molar pertama permanen.
4. Arch length (AL), jarak tegak lurus antara titik paling vestibular dari insisiv sentral
dengan garis penghubung antar titik kontak mesial gigi molar 1 permanen
5. Arch perimeter (AP), jarak dari distal molar 1 permanen kiri sampai ke distal molar
permanen1 kanan.
6. Crowding (CRO), adanya perbedaan ukuran gigi atau lebar lengkung rahang.
2.1.1 Analisa statistik
Hasil dari analisis yang meneliti variabel dengan menggunakan frekuensi dan
persentasi untuk variable nominal dan menggunakan rata-rata serta menggunakan standar
deviasi pada variable kontinu. Perbedaan terhadap umur dan jenis kelamin terhadap anak
Teknik ANOVA dua arah digunakan untuk pengukuran berulang agar mendapatkan nilai
perawatan dari 2 piranti. Tes ini menggunakan metode dua arah dan tingkat signifikansi 5%.
2.2 Hasil
Tabel 1 menunjukkan distribusi sampel menurut jenis kelamin dan usia, dan kriteria
klinis sebelum perawatan (t0). Dua kelompok tersebut memiliki pengukuran yang sama
terhadap distribusi pre-treatment, usia, dan jenis kelamin. Terdapat perbedaan yang signifikan
antara durasi dari kedua piranti, 18,8 bulan pemakaian SA dan 11,7 bulan pemakaian LB.
Tabel 2 menunjukkan distribusi dari variable sebelum dan sesudah treatment. Kedua
piranti menunjukkan statistik yang signifikan dalam memperbaiki/ mengoreksi crowding, 3,5
Selain memperbaiki crowding, 2 piranti ini juga dapat meningkatkan dimensi lengkung
gigi. Terdapat perbedaan statistik yang signifikan terhadap rata-rata variasi antara 2
kelompok. Peningkatan ICD yang signifikan terdapat pada pemakaian piranti SA, yaitu 3,2
mm. sedangkan tidak terdapat peningkatan dari pemakaian LB. Terdapat peningkatan IPD
dan IMD yang signifikan dari kedua piranti, tapi peningkatannya lebih tinggi pada SA (4,4
mm) diaripada LB (1,1 mm). Peningkatan statistik yang signifikan dari AL pada perawatan
menggunakan LB (9,4 mm) dan hamper tidak ada perubahan AL pada penggunaan SA.
menggunakan LB.
2.3 Diskusi
Penelitian ini mengevaluasi pengaruh dari 2 skrup ekspansi rahang bahang yang
SA memerlihatkan peningkatan statistic yang signifikan pada ICD (p < 0.001), IPD (p <
0.001), IMD (p < 0.001), APD (p < 0.001) dan memperbaiki CRO (p < 0.001), pada
ALD (p < 0.001), APD (p < 0.001) dan menurunkan CRO (p < 0.001).
sedangkan pada penelitian ini pengurangan crowding adalah 2,9 mm. Peningkatan ICD, IPD,
dan IMD adalah 3,8 mm; 3,3 mm; 39 mm pada penelitian sebelumnya, sedangkan pada
penelitian ini terdapat peningkatan sebesar 0,5 mm, 1,1 mm, dan 1,1 mm. Perbedaan hasil
dari 2 penelitian ini dipengaruhi oleh waktu pemakaian pirainti, yaitu sekitar 11,7 bulan.
menunjukkan perubahan dimensi lengkung rahang bawah yang signifikan pada pemakaian
LB. Semua perubahan dapat menghasilkan perubahan yang mengoreksi crowding. Namun
Pada penelitian ini, pengurangan crowding yang signifikan didapat dari pemakaian
SA, tidak ada data sebelumnya dalam literatur tentang perubahan dimensi lengkung gigi
bawah setelah dilakukan perawatan. Melihat hasil penelitian ini,SA lebih efektif
dibandingkan LB dalam mencapai peningkatan dimensi interkaninus, dengan kemungkinan
Namun, SA memperbaiki lebar lengkung rahang tidak sebaik LB, perbedaan dari
kedua piranti ini diakibatkan oleh perbedaan biomekanis. LB bekerja pada bidang
longitudinal dengan distalisasi molar dan pengembangan lengkung anterior. SA bekerja pada
gaya ekspansif transversal pada kaninus, molar deisidui (premolar), dan molar pertama
permanen. LB bekerja pada perluasan lengkung gigi secara tidak langsung, melalui tekanan
eksentrik dari lidah, karena piranti ini mengurangi gaya dari konstentrik bibir. Kedua piranti
ini merupakan piranti lepasan yang paling sering digunakan karenakan dapat mengontrol
kebersihan rongga mulut. Dalam literatur ilmiah, perawatan menggunakan SA pada periode
gigi bercampur dikaitkan dengan peningkatan komplikasi erupsi molar dua rahang bawah.
Oleh karena itu, klinisi harus memonitor pasien dengan cermat untuk mencegah terjadinya
Perbedaan variasi dimensi lengkung rahang bawah yang disebabkan oleh SA dan LB
sangat penting dalam menuntukan piranti yang cocok pada setiap individu menurut bentuk
lengkung rahang. Individu dengan TMD memerlukan perawatan dengan splint untuk
melebarkan lengkung gigi (indikasi SA). SA merupakan piranti lepasan yang mudah
dibersihkan jika dibandingkan pada bands anchored yang diperlukan dalam piranti LB.
Peningkatan interkaninus yang lebih tinggi di dapat pada pemakaian SA, hal ini sangat
implikasi impaksi gigi kaninus rahang bawah. Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam
berkurangnya ukuran sampel sehingga harus diperbaiki pada penelitian lebih lanjut.
2.4 Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa baik lip bumper maupun schwarz appliance dapat
mereduksi crowding ketika piranti ini digunakan pada periode gigi bercampur, maka akan
meningkatkan perimeter lengkung dan dimesti transversal, meskipun terdapat perbedaan tipis
dari kedua piranti pada distribusi ruang karena perbedaan cara kerja dari kedua piranti.
DAFTAR PUSTAKA
1. References 1. Brunelle, J.A.; Bhat, M.; Lipton, J.A. Prevalence and distribution of
2. Grippaudo, C.; Pantanali, F.; Paolantonio, E.G.;Grecolini, M.E.; Saulle, R.; La Torre,
3. Grippaudo, C.; Paolantonio, E.G.; Deli, R.; La Torre, G. Orthodontic treatment need
in the Italian child population. Eur. J. Paediatr. Dent. 2008, 9, 71–75. [PubMed] 4.
353–368.Dent. J. 2020, 8, 34 8 of 9
6. Buschang, P.H.; Shulman, J.D. Incisor crowding in untreated persons 15–50 years of
7. Quinzi, V.; Scibetta, E.T.; Marchetti, E.; Mummolo, S.; Giannì, A.B.; Romano, M.;
Beltramini, G.; Marzo, G. Analyze my face. J. Biol. Regul. Homeost. Agents 2018,
32, 149–158.
8. Quinzi, V.; Rossi, O.; Paglia, L.; Marzo, G.; Caprioglio, A. Paediatric Orthodontics
Part 2: Periodontal effects of maxillary expansion. Eur. J. Paediatr. Dent. 2019, 20,
164–166.
9. Giuca, M.R.; Pasini, M.; Tecco, S.; Giuca, G.; 5. Marzo, G. Levels of salivary
10. Ferro, R.; Besostri, A.; Olivieri, A.; Quinzi, V.; Scibetta, D. Prevalence of cross-bite
11. Silvestrini-Biavati, A.; Migliorati, M.; 6. Demarziani, E.; Tecco, S.; Silvestrini-
[PubMed]
12. Tecco, S.; Farronato, G.; Salini, V.; Di Meo, S.; Filippi, M.R.; Festa, F.; D’Attilio, M.
Apparatus and Dental Occlusion: A Literature Review. Biomed Res. Int. 2018, 2018,
14. Tecco, S.; Festa, F.; Salini, V.; Epifania, E.; D’Attilio, M. Treatment of joint pain and
15. Tecco, S.; Nota, A.; Caruso, S.; Primozic, J.; Marzo, G.; Baldini, A.; Gherlone, E.F.
16. Silvestrini Biavati, A.; Tecco, S.; Migliorati, M.; Festa, F.; Marzo, G.; Gherlone, E.;
[CrossRef]
17. Quinzi, V.; Ferro, R.; Rizzo, F.A.; Marranzini, E.M.; Federici Canova, F.; Mummolo,
S.; Mattei, A.; Marzo, G. The Two by Four appliance: A nationwide cross-sectional
18. Mummolo, S.; Nota, A.; Caruso, S.; Quinzi, V.; Marchetti, E.; Marzo, G. Salivary
Markers and Microbial Flora in Mouth Breathing Late Adolescents. Biomed Res. Int.
19. Ballanti, F.; Baldini, A.; Ranieri, S.; Nota, A.; Cozza, P. Is there a correlation
[CrossRef]
20. Baldini, A.; Nota, A.; Santariello, C.; Assi, V.; Ballanti, F.; Cozza, P. A comparative
21. Baldini, A.; Nota, A.; Santariello, C.; Caruso, S.; Assi, V.; Ballanti, F.; Gatto, R.;
protocols of rapid maxillary expansion. Eur. J. Paediatr. Dent. 2018, 19, 151–155.
22. Marino, A.; Nota, A.; Caruso, S.; Gatto, R.; Malagola, C.; Tecco, S. Obstructive
sleep apnea severity and dental arches dimensions in children with late primary
23. Celentano, G.; Longobardi, A.; Cannavale, R.; Perillo, L. Mandibular lip bumper for
molar torque control. Prog. Orthod. 2011, 12, 90–92. [CrossRef] [PubMed]
24. Raucci, G.; Pachêco-Pereira, C.; Elyasi, M.; D’Apuzzo, F.; Flores-Mir, C.; Perillo, L.
treated with a lip bumper during mixed dentition followed by fixed appliances. Angle
25. Tai, K.; Park, J.H. Dental and skeletal changes in the upper and lower jaws after
26. Mummolo, S.; Marchetti, E.; Albani, F.; Campanella, V.; Pugliese, F.; Di Martino,
S.; Tecco, S.; Marzo, G. Comparison between rapid and slow palatal expansion:
Evaluation of selected periodontal indices. Head Face Med. 2014, 10, 30. [CrossRef]
[PubMed]
27. Raucci, G.; Pachêco-Pereira, C.; Elyasi, M.; D’Apuzzo, F.; Flores-Mir, C.; Perillo, L.
28. Tecco, S.; Lacarbonara, M.; Dinoi, M.T.; Gallusi, G.; Marchetti, E.; Mummolo, S.;
Campanella, V.; Marzo, G. The retrieval of unerupted teeth in pedodontics: Two case
29. Dinoi, M.T.; Marchetti, E.; Garagiola, U.; Caruso, S.; Mummolo, S.; Marzo, G.
mixed dentition: A case report. J. Med. Case Rep. 2016, 10, 170. [CrossRef]
30. Tecco, S.; Baldini, A.; Mummolo, S.; Marchetti, E.; Giuca, M.R.; Marzo, G.;
31. Mummolo, S.; Marchetti, E.; Giuca, M.R.; Gallusi, G.; Tecco, S.; Gatto, R.; Marzo,
G. In-office bacteria test for a microbial monitoring during the conventional and self-
32. Rubin, R.L.; Baccetti, T.; McNamara, J.A. Mandibular second molar eruption
difficulties related to the maintenance of arch perimeter in the mixed dentition. Am. J.
33. Mummolo, S.; Tieri, M.; Nota, A.; Caruso, S.; Darvizeh, A.; Albani, F.; Gatto, R.;
Marzo, G.; Marchetti, E.; Quinzi, V.; et al. Salivary concentrations of Streptococcus
comparing fixed and removable orthodontic appliances. Clin. Exp. Dent. Res. 2019, 6,