Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

BLOK 13

(KOMPROMIS MEDIS)

PEMICU 2

“Riwayat Satu Gigi Hilang Setiap Kali Hamil”

DISUSUN OLEH:

Rainva Gracea Purba

220600046

DOSEN PENGAMPU:

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2024
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
II. DESKRIPSI TOPIK

Pemicu 2
Nama Pemicu : Riwayat satu gigi hilang setiap kali hamil
Penyusun : drg. Indri Lubis, M.DSc; Dr. drg. Pitu Wulandari, S.Psi., Sp.Perio,
Subsp.MP(K); drg. Cek Dara Manja, Sp.RKG, Subsp. RDP (K)
Hari/Tanggal : Kamis/4 April 2024
Jam : 07.00-09.00 WIB
Skenario:
Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke RSGM dengan keluhan
benjolan di gusi selama 2 bulan. Keluhan tidak pernah terasa sakit, namun
makin hari ukurannya bertambah besar dan sering berdarah bila tersentuh.
Berdasarkan anamnesis, pasien menyikat gigi satu kali sehari karena khawatir
gusinya berdarah, pasien juga menunjukkan sedang dalam masa kehamilan 28
minggu untuk anak ketiga. Terdapat riwayat kunjungan ke dokter gigi untuk
pencabutan gigi dikarenakan goyang pada masa kehamilan anak pertama dan
kedua. Pemeriksaan ekstra oral tidak menunjukkan kelainan. Pemeriksaan intra
oral menunjukkan di daerah papilla interdental gigi 11 dan 12 terlihat nodul
eritematus, bertangkai, berdiameter 10 mm x 8 mm, tidak sakit (Gambar). Pada
gingiva oedema, BOP (+), kedalaman poket absolut 6 mm. Gigi 31 dan 32
mobiliti derajat 2, kedalaman poket 5mm, dan terdapat traumatic oklusi pada
gigi tersebut. Indeks debris: 2,1; indeks kalkulus: 2,3; indeks plak: 3,1.
Pertanyaan:
1. Jelaskan prosedur penegakkan diagnosis kasus tersebut!
2. Apakah pada kasus tersebut diperlukan pemeriksaan penunjang?
Jelaskan!
3. Bagaimana pertimbangan persiapan dokter gigi ketika melakukan
pengambilan radiograf seperti pada kasus tersebut?
4. Jelaskan diagnosis dari kasus tersebut!
5. Jelaskan diagnosis banding dari keluhan benjolan pada kasus tersebut!
6. Jelaskan etiologi dan patogenesis kasus tersebut!
7. Jelaskan pertimbangan-pertimbangan dental ketika melakukan
perawatan kasus tersebut!
8. Jelaskan rencana perawatan pada pasien tersebut!
9. Jelaskan pengaruh penyakit periodontal pada kasus tersebut terhadap
bayi yang akan dilahirkan!
10. Jelaskan prognosis kasus tersebut!
Learning Issues:
 Prosedur diagnosis Penyakit Mulut
 Kehamilan dan hubungannya dengan bidang kedokteran gigi
 Rencana perawatan periodontal
 Hubungan keparahan periodontal dengan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR)
 Radiografi periapikal dan proteksi radiasi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelaskan prosedur penegakkan diagnosis kasus tersebut!
Jawab:
Sumber:

Prosedur diagnosis yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan subjektif atau


anamnesis lalu pemeriksaan objektif dan bila diperlukan dapat juga dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosa.
A. pemeriksaan subjektif atau anamnesis
Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa
yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan
pasien mengadakan kunjungkan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi
aktif antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Anamnesis meliputi :
a. identitas pasien
b. keluhan utama
c. riwayat dental
d. riwayat medis ( penyakit sistemik, obat-obatan)
e. riwayat keluarga
f. riwayat sosial
B. Pemeriksaan objektif atau pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis dibagi menjadi dua: pemeriksaan ekstraoral dan intraoral pasien.

i. Pemeriksaan Ekstraoral
Setiap kelainan ekstraoral yang nampak dicatat seperti penampilan umum :
berat dan besar, simetri wajah, bibir , circum oral, kelenjar limfe dan TMJ
ii. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan kondisi mukosa, gigi, gingiva, dan lidah.
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang membantu dokter gigi untuk memastikan diagnosa. Salah
satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi untuk
memperkuat diagnosa dokter tersebut.
Pada kasus ini, karena terdapat juga penyakit periodontal maka dapat dilakukan
pemeriksaan mobiliti gigi dan pemeriksaan periodonsium seperti pemeriksaan
plak dan kalkulus, pemeriksaan gingiva, pemeriksaan saku periodontal yang
mencakup keberadaan dan distribusi poket, kedalaman poket, tipe poket dan level
perlekatan.

Sumber: Soetjiningsih. Modul komunikasi oasien-dokter: suatu pendektan


holistic. Jakarta: EGC, 2008:46-7

2. Apakah pada kasus tersebut diperlukan pemeriksaan penunjang? Jelaskan!


Jawab:
Sumber:

3. Bagaimana pertimbangan persiapan dokter gigi ketika melakukan pengambilan


radiograf seperti pada kasus tersebut?
Jawab:
Sumber:
Dalam kasus ini, ketika dokter gigi mempertimbangkan pengambilan
radiografi, ada beberapa pertimbangan yang harus dipertimbangkan untuk
memastikan prosedur tersebut aman dan efektif. Berikut adalah pertimbangan yang
perlu dipersiapkan oleh dokter gigi:
1. Pertimbangan Kehamilan:
Perhatikan tahap kehamilan ibu. Pada trimester pertama, hindari radiografi
sebisa mungkin karena organogenesis sedang berlangsung. Pada trimester kedua dan
ketiga, radiografi dapat dilakukan dengan hati-hati, tetapi perlindungan radiasi harus
ditingkatkan. Pasien sedang dalam masa kehamilan 28 minggu. Oleh karena itu,
dokter gigi perlu mempertimbangkan potensi dampak radiasi terhadap janin.

2. Indikasi Radiografi:
Dokter gigi harus mempertimbangkan apakah radiografi benar-benar
diperlukan untuk diagnosis atau perencanaan perawatan yang tepat. Jika informasi
yang diperlukan dapat diperoleh melalui pemeriksaan klinis dan anamnesis, radiografi
mungkin tidak diperlukan.

3. Jenis Radiografi yang Dibutuhkan:


Berdasarkan lokasi dan karakteristik klinis benjolan, dokter gigi dapat
memutuskan jenis radiografi yang paling sesuai. Dalam kasus ini, radiografi
periapikal atau radiografi panoramik mungkin diperlukan untuk mengevaluasi kondisi
jaringan keras dan struktur gigi terkait. Gunakan teknik radiografi yang menghasilkan
dosis radiasi yang rendah, seperti radiografi digital dengan pengaturan radiasi yang
optimal. Pilih jenis radiografi yang memberikan informasi yang diperlukan dengan
dosis radiasi minimal. Misalnya, radiografi panoramik dapat memberikan gambaran
keseluruhan rongga mulut dengan dosis radiasi yang lebih rendah daripada
serangkaian radiografi intraoral.

Sumber :
1. Vt, H., T, M., T, S., Nisha V, A., & A, A. (2013). Dental considerations in
pregnancy-a critical review on the oral care. Journal of clinical and diagnostic
research : JCDR, 7(5), 948–953. https://doi.org/10.7860/JCDR/2013/5405.2986

4. Jelaskan diagnosis dari kasus tersebut!


Jawab:
Diagnosis dari benjolan pasien tersebut adalah pregnancy epulis. Pregnancy epulis
merupakan lesi yang tumbuh dengan cepat dan jinak, dan biasanya terjadi pada trimester
pertama kehamilan. Pregnancy epulis biasanya ditandai dengan lesi berwarna merah
cerah dan banyak vaskularisasi yang kadang memiliki flek putih di permukaannya,
biasanya bertangkai dan dapat mencapai diameter 2 cm, serta tidak menimbulkan rasa
sakit sehingga tidak menimbulkan keluhan berarti selain karena ukurannya. Meskipun
dapat timbul pada setiap lokasi di gingiva, pregnancy epulis kebanyakan timbul di papila
interdental, dan umumnya lebih sering di daerah labial pada rahang atas. Pregnancy epulis
merupakan suatu reaksi jaringan granulasi terhadap rangsangan yang berulang-ulang,
berhubungan dengan peningkatan hormon estrogen dan progesteron pada wanita hamil.
Peningkatan hormon ini akan memacu mukosa mulut untuk memberi respon berlebihan
terhadap trauma ringan. Pregnancy epulis biasanya dijumpai pada wanita hamil yang
menderita morning sickness karena hormonal, dapat menyebabkan kebersihan mulut yang
buruk sehingga mengghasilkan akumulasi plak dan kalkulus, dan menstimulasi
pembentukan pregnancy epulis.
Diagnosis kelainan periodontal adalah Periodontitis yang diinduksi oleh plak bakteri
yang diperparah dengan adanya perubahan hormonal pada kehamilan. Karena pada
skenario diketahui sudah ada kehilangan perlekatan di beberapa gigi dan skor OHIS yang
buruk yaitu 4,4. Periodontitis pada kehamilan terjadi sebagai hasil dari peningkatan kadar
hormon progesteron dan estrogen. Hormon progesteron dan estrogen dapat merangsang
pembentukan prostaglandin pada gingiva ibu hamil. Perubahan hormonal juga dapat
menekan limfosit T dan mempengaruhi peningkatan P.intermedia. Periodontitis pada
kehamilan merupakan manifestasi oral yang paling sering terjadi selama masa kehamilan.
Periodontitis kehamilan mempunyai gambaran klinis berupa marginal gingiva dan papila
interdental yang berwarna merah terang sampai merah kebiruan, permukaannya licin dan
mengkilap, berkurangnya kekenyalan dan mudah berdarah serta kehilangan perlekatan.
Perubahan yang jelas terlihat pada bulan kedua kehamilan, dan mencapai puncaknya pada
bulan kedelapan, serta akan berkurang setelah melahirkan.
Sumber:
 Andriyani PD, Apriasari ML, Putri DK. Studi Deskripsi Kelainan Jaringan
Periodontal Pada Wanita Hamil Trimester 3 Di Rsud Ulin Banjarmasin.
Dentino Jurnal Ked Gigi 2014; 2(1): 95-101.
 Soulissa AB. Hubungan kehamilan dan penyakit periodontal (Relationship
between pregnancy and periodontal disease). JPDGI 2016; 63(3): 71-76.

5. Jelaskan diagnosis banding dari keluhan benjolan pada kasus tersebut!


Jawab:
1. Papiloma
Papiloma merupakan tumor jinak epitel rongga mulut ( epitel skuamosa) yang
paling sering. Dapat timbul pada segala umur dan umumnya terletak di bibir,
lidah, dasar mulut atau palatum lunak, pipi dan gingival. Tumor ini tampak
sebagai tonjolan eksofitik yang dapat keluar dari tangkai atau dasar sesil.
Papiloma tidak ganas tetapi disarankan untuk dilakukan eksisi pembedahan.
2. Fibroma
Fibroma merupakan reaksi proliferasi fibroblas dengan banyak serat kolagen yang
timbul sebagai reaksi terhadap iritasi kronik. Lidah dan mukosa pipi merupakan
daerah yang paling disukai karena jaringan ini sering tergigit. Lesi ini disebut
fibroma traumatika. Hiperplasi jinak ini tidak bersifat neoplasma dan tumbuh
lambat. Bila telah mencapai ukuran tertentu, maka tumbuhan pada umumnya
berhenti.
3. Peripheral giant cell granuloma
Peripheral giant cell granuloma (PGCG) adalah lesi sel raksasa oral yang paling
umum muncul sebagai nodul merah keunguan dengan ekstra-osseous jaringan
lunak yang terdiri dari sel berinti banyak dan berukuran besar yang berasal dari sel
stroma mononuklear dan ekstravasasi sel darah merah. Lesi ini mungkin tidak
disebabkan sebagai neoplasma sejati, tetapi lebih bersifat reaktif. Stimulus awal
telah diyakini disebabkan oleh iritasi lokal atau trauma, tetapi penyebabnya tidak
diketahui dengan pasti.
4. Epulis fibromatosa
Epulis jenis ini lebih sering dujumpai dibandingkan jenis lainnya dan sering
mengalami rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak sempurna.
Umumnya dijumpai pada orang dewasa. Terutama pada bagian gingiva, bibir dan
mukosa bagian bukal. Epulis ini pula tidak mudah berdarah dan tidak
menimbulkan rasa sakit. Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa
mengganggu pengunyahan dan menjadi trauma serta ulserasi. Histologis ditandai
oleh proliferasi jaringan ikat collagenic dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi
inflamasi. Permukaan lesi ditutupi oleh epitel skuamosa berlapis. Pengobatan ini
dengan eksisi biopsi bedah dan memiliki tujuan untuk menyingkirkan
lesi/neoplasma lainnya.
Sumber:
 Rabinerson D, Kaplan B, Dicker D, Deckel A. Epulis during pregnancy.
Harefuah 2002;141(9): 824-826.

6. Jelaskan etiologi dan patogenesis kasus tersebut!


Jawab:
Sumber:
 Etiopatogenesis pregnancy epulis
Penyebab pregnancy epulis pada kasus di atas adalah meningkatnya hormon
estrogen dan progesterone pasien serta penyakit periodontal yang tidak diobati
yang kemudian berkembang menjadi pregnancy epulis serta diperparah dengan
kebersihan rongga mulut pasien yang buruk (dibuktikan dengan skor OHI-S).
Interaksi antara bakteri dan hormon dapat menimbulkan perubahan pada
komposisi plak dan berperan penting pada proses peradangan gingiva. Konsentrasi
bakteri subgingiva berubah menjadi bakteri anaerob dan jumlahnya meningkat
selama masa kehamilan. Bakteri yang meningkat drastis selama masa kehamilan
adalah P.intermedia. Peningkatan ini erat kaitannya dengan tingginya kadar
estrogen dan progesteron di dalam tubuh. Selain itu terdapat penurunan sel
limfosit-T yang matang yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perubahan respon jaringan terhadap plak.
Selain peningkatan jumlah P.intermedia, kadar progesteron yang meningkat
selama masa kehamilan juga dapat memicu terjadinya peradangan gingiva dengan
menghambat produksi interleukin-6 (IL-6). Interleukin-6 berfungsi menstimulasi
diferensiasi limfosit B, limfosit T dan mengaktifk an sel makrofag dan sel NK,
dimana sel-sel tersebut berperan menyerang dan memfagositosis bakteri yang
masuk ke sirkulasi darah, sehingga dengan dihambatnya produksi IL-6
mengakibatkan gingiva rentan terhadap peradangan. Progesteron juga merangsang
produksi prostaglandin (PGE2) dimana PGE2 merupakan mediator yang poten
dalam respon infl amasi. Prostaglandin sendiri berperan sebagai imunosupresan,
sehingga mengakibatkan peradangan gingiva semakin meningkat.
 Etiopatogenesis periodontitis
Etiologi periodontitis pada kasus dapat dibagi menjadi dua yaitu etiologi
primer dan sekunder. Etiologi primernya adalah iritasi lokal seperti plak. Plak
bakteri merupakan etiologi utama yang menyebabkan periodontitis. Pasien pada
kasus hanya menyikat gigi satu kali sehari karena khawatir gusinya berdarah. Hal
tersebut menyebabkan penumpukan plak yang menyebabkan periodontitis.
Sedangkan etiologi sekundernya adalah traumatik oklusi dan perubahan
hormonal selama kehamilan. Traumatic oklusi dapat berkontribusi pada terjadinya
periodontitis melalui mekanisme overloading yang merusak ligamen periodontal,
merangsang reaksi inflamasi pada jaringan periodontal, menyebabkan
pembentukan poket periodontal, dan menyebabkan pembentukan edema serta
perdarahan pada gingiva. Oleh karena itu, penanganan periodontitis pada kasus ini
harus melibatkan perbaikan traumatic oklusi dan perawatan periodontal yang
sesuai untuk mengurangi kerusakan jaringan periodontal dan mengontrol
peradangan serta infeksi bakteri. Selain itu, selama kehamilan, terjadi fluktuasi
hormonal yang signifikan, terutama peningkatan kadar estrogen dan progesteron.
Peningkatan hormon ini dapat mempengaruhi respons imun tubuh terhadap plak
bakteri dan menyebabkan perubahan pada jaringan periodontal. Estrogen,
misalnya, telah terkait dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan edema
gingiva, yang dapat memperburuk kondisi periodontitis. perubahan hormonal
selama kehamilan juga dapat mempengaruhi respons imun tubuh terhadap infeksi
bakteri di dalam mulut. Biasanya, kehamilan menyebabkan penurunan respons
imun yang dapat meningkatkan keparahan peradangan pada jaringan periodontal.
Ini memungkinkan bakteri plak untuk berkembang biak dengan lebih cepat dan
menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal.

Sumber :
1. Slat, G. C., Khoman, J. A., & Bernadus, J. B. B. (2021). Penyakit
Periodontal pada Masa Kehamilan dan Perawatannya. E-GiGi, 9(2), 229–
237. https://doi.org/10.35790/eg.v9i2.34900
2. Satrio R, Pramudyanaswari. Penatalaksanaan Gingivitis Gravidarum
pada Ibu Hamil di RSGM Universitas Jenderal Soedirman. Jurnal Unej
2022 : 19(1).

7. Jelaskan pertimbangan-pertimbangan dental ketika melakukan perawatan kasus


tersebut!
Jawab:
Sumber:
Pertimbangan ketika merawat pasien pada kasus diatas adalah kondisi ibu dan janin
yang dikandung. Usia kehamilan yang ideal untuk melakukan perawatan adalah pada
trimester ke 2. Perawatan sebaiknya dihindar pada trimester pertama dan akhir trimester
ketiga. Trimester pertama merupakan periode organogenesis sehingga fetus mempunyai
kerentanan terhadap pengaruh lingkungan. Pada akhir trimester ketiga memungkinkan
kelahiran premature karena uterus sangat sensitive terhadap stimulus eksternal. Pada
kasus diatas, dapat dilakukan perawatan karena usia kehamilan masih diawal trimester ke
3 yang risiko janinnya rendah. Jika akan melakukan prosedur bedah, maka harus
dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Selama kehamilan
trimester ketiga, ketika ibu hamil terlentang atau posisi supine, uterus akan menekan vena
cava inferior dan menghambat aliran vena kembali ke jantung yang dapat menyebabkan
sindrom supine hipotensif dan kehilangan kesadaran. Oleh karena itu saat melaukan
pemeriksaan dan perawatan di dental chair, sebaiknya kepala ibu hamil harus lebih tinggi
daripada kakinya atau posisi semi supine.
Pertimbangan utama dalam meresepkan obat pada ibu hamil adalah adanya resiko
teratogenesis mengingat obat-obatan dapat menuju plasenta melalui difusi sederhana.
Obat hanya diberikan pada ibu hamil jika obat itu sangat penting bagi sang ibu dan harus
dipilih yang toksisitasnya terendah dengan tujuan utama meningkatkan kesehatan ibu dan
janin.Pada kehamilan manusia, usia 2 hingga 4 minggu dari haid terakhir merupakan
masa preddifferensiasi. Masa ini, janin masih cukup resisten terhadap teratogen. Resiko
teratogenesis tertinggi adalah pada saat masa organogenesis yang terjadi pada akhir masa
prediferensiasi hingga minggu ke 10 di hitung dari hari terakhir haid.
Penggunaan anastesi lokal dan vaso-konstriktor aman digunakan dalam perawatan
gigi ibu hamil dan menyusui, dengan prosedur aspirasi untuk meminimalkan risiko injeksi
intravaskular dan dosis harus dijaga minimal yang aman untuk menghindari maternal
seizure atau hipoksia. Penggunaan anastesi lokal dapat membantu dalam pemberian
perawatan yang maksimal dan menghilangkan sumber nyeri sehingga dapat mencegah
konsumsi antinyeri dan antibiotik dalam jangka panjang bagi pasien
Sumber: Wijaksana KE. Dental treatment consideration in pregnant women. kesehatan
gigi 2019; 6(2):118-125

8. Jelaskan rencana perawatan pada pasien tersebut!


Jawab:
Rencana perawatan dental pada pasien hamil:
1) Trimester 1
-Masa rentan terhadap janin karena masih tahap organogenesis, Hindari prosedur
eletif atau tunda perawatan kecuali darurat
-Menilai status kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh
-Skeling
-Instruksi oral hygiene
-Hindari radiografi
-Koordinasi dengan dokter kandungan
2) Trimester 2
-Waktu terbaik untuk melakukan prosedur dental
-Bisa dilakukan prosedur perawatan dental rutin
3) Trimester 3
-Awal trimester 3 masih waktu aman
-Pada akhir trimester 3, hindari atau tunda perawatan dental
-Lakukan perawatan dengan singkat
-Hindari posisi supine untuk mencegah supine hypotensive
Pada kasus, pasien datang dengan epulis gravidarum dan periodontitis pada trimester
3 kehamilan. Prosedur dental yang dapat dilakukan pada awal trimester 3 pada pasien
hamil bertujuan untuk merawat penyakit yang aktif dan melakukan pencegahan terhadap
penyakit yang dapat timbul pada trimester 3. Yang dapat dilakukan dokter gigi untuk
merawat pasien adalah kontrol plak dan instruksi oral hygiene. Untuk periodontitis bisa
dilakukan scalling dan kuretase, sedangkan epulis gravidarum akan menyusut sendiri
seiring menurunnya kadar hormon.
Sumber:
 Wijaksana IK. Dental treatment consideration in pregnant woman. J
Kesehatan Gigi 2019; 6(2): 119-20.

9. Jelaskan pengaruh penyakit periodontal pada kasus tersebut terhadap bayi yang
akan dilahirkan!
Jawab:
Peningkatan dan perubahan hormonal saat kehamilan dapat dikatakan sebagai faktor
pengubah dan plak bakteri meningkatkan risiko terkena penyakit periodontal selama
kehamilan seperti gingivitis keha milan (pregnancy gingivitis), epulis gravidarum
(pyogenic granuloma), dan periodontitis. Selain itu, penyakit periodontal dapat
memengaruhi kesehatan janin dan kondisi kehamilan, termasuk terjadinya kelahiran yang
disertai dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang akan membawa risiko kematian,
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, dan risiko anak men jadi stunting jika
tidak tertangani dengan baik. Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB)
ialah bayi BBLR. Kejadian BBLR dianggap sebagai indikator kesehatan masyarakat
karena erat hubung annya dengan angka kematian, kesakitan, dan kejadian kurang gizi di
kemudian hari. Penyakit periodontal merupakan salah satu faktor resiko bayi lahir
prematur dan juga BBLR.
Studi pada 8 puskesmas di surabaya pada tahun 2019 menunjukkan prevalensi ibu
hamil dengan gingivitis adalah 73% dan periodontitis adalah 36%. Periodontitis lebih
mampu mempengaruhi hasil kehamilan dibanding kebiasaan merokok maupun konsumsi
alkohol saat kehamilan. Wanita dengan periodontitis generalis memiliki resiko 5 kali lebih
besar mengalami kelahiran prematur sebelum usia kehamilan 35 minggu dan 7 kali lebih
besar untuk mengalami kelahiran prematur dalam usia kehamilan kurang dari 32 minggu.
Bayi dengan kelahiran prematur dapat memiliki berat badan lahir rendah. Penyebaran
bakteri dari infeksi periodontal menuju plasenta dapat terjadi secara perhematogen
melalui aliran darah. Penelitian menunjukkan bakteri P. Gingivalismampu menembus
plasenta sehingga dapat memicu peningkatan sitokin keradangan dan prostaglandin pada
amnion.
Sumber:
 Wijaksana KE, Bargowo L, Supandi SK. Peningkatan Kesehatan Periodontal
Ibu Hamil Dalam Upaya Mengurangi Resiko Bayi Dengan Berat Badan
Lahir Rendah. Jurnal Layanan Masyarakat 2020; 4(2): 275-281.

10. Jelaskan prognosis kasus tersebut!


Jawab:
Sumber:
Prognosis dari kasus ini baik jika pada hasil pemeriksaan histopatologi tidak
didapatkan tanda keganasan dan penanganannya sudah sesuai prosedur yaitu
mengekstirpasi masa jaringan dengan menghilangkan faktor penyebab atau iritan kronis
yaitu plak dan kalkulus. Pasien juga harus dianjurkan untuk menjaga kesehatan mulut dan
melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi terutama saat kehamilan –kehamilan
selannjutnya untuk mencegah kekambuhan epulis.
Sumber:

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai