Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 10 : HUBUNGAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN


KESEHATAN TUBUH

Kelainan Jaringan Periodontal sebagai Indikator Resiko Kehamilan yang


Buruk

Kelompok Tutorial 1

Anggota Kelompok :

Rosellina Charisma Ilman


(161610101001)
Shania Rada Chairmawati (161610101002)
Lifia Mufida (161610101003)
Salsabila Dwi Anggi Prasojo (161610101004)
Shabrina Widya Ardiningrum (161610101005)
Alda Utami Hidayana (161610101006)
Rafi Ihya Insani Tahir (161610101007)
Mahardiani Dwi Astanti (161610101008)

Tutor : Prof. Dr. drg. I Dewa Ayu Ratna Dewanti, Msi.


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2017

I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan tutorial skenario II pada blok Hubungan Kesehatan Gigi
dan Mulut dengan Kesehatan Tubuh dengan judul Kelainan Jaringan Periondontal
sebagai Indikator Resiko Kehamilan yang Buruk. Laporan ini disusun untuk
memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I pada skenario kedua.

Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. drg. I Dewa Ayu Ratna Dewanti, Msi., selaku tutor pembimbing yang
telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu,
bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.

2. Teman-teman kelompok tutorial I dan semua pihak yang telah membantu


dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikanperbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 9 November 2017

Tim Penyusun

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................I

Daftar Isi ............................................................................................................II

Skenario .............................................................................................................1

Step 1...................................................................................................................2

Step 2...................................................................................................................3

Step 3...................................................................................................................3

Step 4...................................................................................................................6

Step 5...................................................................................................................7

Step 7...................................................................................................................7

Kesimpulan.........................................................................................................20

Daftar Pustaka ..................................................................................................22

II
SKENARIO 2

Kelainan Jaringan Periondontal sebagai Indikator Resiko Kehamilan yang


Buruk

NM, perempuan usia 29 tahun dengan gravida 6 para 2123 (6 kali hamil,
memiliki 2 lahir hidup usia kehamilan >37 minggu (kehamilan penuh) /1 prematur
(20-37 minggu) / 2 keguguran / 3 anak hidup dengan usia kehamilan 19 minggu
datang ke dokter gigi dengan keluhan sakit, merah dan bengkak pada gusi dan
mudah berdarah ketika kontak. Pasien mengatakan tidak ada riwayat trauma,
merokok, alkohol, atau penggunaan obat-obatan. Riwayat kesehatan rongga
mulutnya didapatkan gingivitis kronis yang berlanjut ke penyakit periodontal.
Sebelum kehamilan, pasien pernah melakukan perawatan terhadap penyakit yang
telah didiagnosa sebagai periodontitis kronis ringan sampai sedang melalui
pemeriksaan menyeluruh jaringan periodontalnya, termasuk pemeriksaan jaringan
lunak, perdarahan, dan eksudat. Pasien telah menjalani perawatan pembersihan
jaringan nekrotik secara bedah. Pemeriksaan klinis rongga mulutnya diperoleh
multiple karies pada gigi-gigi molar bawah kanan, merah dan bengkak pada
margin gingival, dan sakit saat tekanan ringan.

Pasien menerima perawatan antibiotik untuk penyakitnya tersebut dan


pasien mendapatkan perawatan dari dokter kandungan sehubungan dengan
riwayat kehamilannya. Dokter kandungannya mendiagnosa keguguran yang tidak
bisa tertolong karena ada kebocoran cairan dari serviks setelah melewati
pemeriksaan fisik pasien dan sonografi terhadap janin. Bayi lahir mati kurang dari
7 jam setelah induksi. Tidak ada kelainan kehamilan dan pemeriksaan genetic
menunjukkan tidak ada kelainan kromosom.

1
STEP 1

1. Sonografi :
Teknik diagnosa secara visualisasi dengan menggunakan suara
berfrekuensi ultrasonik yaitu 250 2000 kHz. Sonografi berfungsi untuk
melihat bagian bagian organ tubuh dan luka patologis. Pada wanita
hamil sering digunakan untuk melihat kondisi kehamilan (USG).
2. Induksi :
Proses yang dilakukan untuk merangsang kontraksi dari uterus sebelum
kontraksi normal terjadi dengan tujuan mempercepat proses kelahiran.
3. Gravida 6 para 2123 :
Gravida 6 berarti 6 kali kehamilan yang notasinya adalah GPA.
(G : jumlah kehamilan, P : jumlah kelahiran, A : Abortus atau jumlah
aborsi). Sedangkan, para berarti ibu hamil mampu hidup di luar
kandungan.
4. Prematur :
Bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan. Prematur dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Prematur murni : merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai
dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37
minggu dengan berat badan 1800 2000 gram.
b. Bayi dismatur / small for gestational age : merupakan bayi dengan
berat badan lahir sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir
setelah sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.

2
STEP 2
1. Apa yang menyebabkan ibu hamil mengeluhkan sakit, merah dan bengkak
pada gusi dan mudah berdarah?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan jaringan periodontal
pada ibu hamil?
3. Apa hubungan multiple karies dengan ibu hamil?
4. Apa efek kelainan jaringan periodontal terhadap kelahiran?

STEP 3
1. Ibu hamil mengeluhkan sakit, merah dan bengkak pada gusi dan mudah
berdarah, karena ibu hamil mengalami penyakit periodontal. Penyakit
periodontal yang sering terjadi saat masa kehamilan adalah :
a. Gingivitis kehamilan (Pregnancy Gingivitis) :
Gambaran klinisnya yaitu marginal gingival dan interdental berwarna
merah kebiruan, mudah berdarah, mengkilat, konsistensi kenyal,
pembesaran kontur gingival karena edema. Respon inflamasi gingivitis
kehamilan menjadi berlebihan terhadap faktor ititasi local yang relative
sedikit. Jika terdapat faktor iritasi local seperti bakteri plak dan faktor
lainnya seperti peningkatan hormone progesterone dan estrogen.
Gingivitis kehamilan akan mulai tampak pada bulan ke 2 kehamilan,
puncak keparahannya terjadi saat bulan ke 8 dan menurun pada bulan
ke 9 seiring dengan menurunnya kadar hormon.
b. Epulis Gravidarum :
Gambaran klinisnya yaitu lesi berwarna merah cerah akibat
vaskularisasi, flat putih, bertangkai, dan tidak sakit. Biasanya epulis
gravidarum ini terjadi saat trimester I, dimana pada saat itu terjadi
peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah dan juga meningkatnya hormon estrogen yang
menyebabkan keratinisasi menurun sehingga jaringan periodontal
mudah mengalami inflamasi.
Selain gingivitis kehamilan dan epulis gravidarum, manifestasi rongga
mulut yang dapat terjadi saat masa kehamilan yaitu sariawan, stria, dan
angiodema.

3
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan jaringan periodontal pada ibu
hamil adalah :
a. Perubahan hormon progesteron dan estrogen meningkat, sehingga
respon inflamasi gingival juga meningkat.
b. Saat hamil terkadang sering mengalami mual dan muntah. Pada saat
muntah, paparan asam lambung akan mempengaruhi rongga mulut,
sehingga kondisi di rongga mulut menjadi asam. Ini dapat
mengakibatkan akumulasi plak yang lama-kelamaan bisa berakibat
pada kelainan periodontal apabila pada ibu hamil kurang bisa menjaga
kebersihan rongga mulutnya.
c. Perubahan pola makan.
3. Hubungan multiple karies dengan ibu hamil, yaitu ibu hamil biasanya
kurang menjaga kesehatan rongga mulutnya, sehingga kondisi rongga
mulut menjadi asam, hal inilah yang memicu timbulnya karies. Oleh sebab
itu, sebaiknya ibu hamil bisa lebih menjaga kebersihan rongga mulutnya
dan lebih banyak mengkonsumsi makanan berserat seperti vitamin C dan
B12 agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apabila terjadi karies
dan ingin dilakukan perawatan, sebaiknya dilakukan saat trimester ke II.
Karena saat trimester I terjadi proses pembentukan janin dan trimester III
menuju proses kelahiran.
4. Pada saat masa kehamilan terjadi peningkatan hormon estrogen, yang
menyebabkan keratinisasi menurun , sehingga mengakibatkan bakterimia.
Bakterimia meningkatkan PGE secara spontan, padahal seharusnya PGE
meningkat secara bertahap, akibatnya adalah terjadinya kebocoran serviks.
Selain itu, proses lain juga bisa terjadi melalui fusobacterium, dimana
produknya adalah LPS (Lipopolisakarisa), yang akan menyebar ke rongga
rahim dan memicu PGE sehingga terjadi kontraksi otot rahim dan dilatasi
serviks. Pada saat ini, banyak bakteri yang masuk, semakin banyak bakteri
yang masuk maka akan semakin banyak pula kerusakan jaringan atau
organ. PGE 2 dan TNF- yang dihasilkan sebelum waktu kelahiran akan
membuat tubuh menangkap bahwa tubuh sudah waktunya untuk
melahirkan.

4
Tingginya kadar progesteron dan estrogen dapat menyebabkan penurunan
jumlah sel limfosit T yang matang serta dapat meningkatkan jumlah
P.intermedia. Selain itu, interleukin-6 yang berperan dalam menstimulasi
diferensiasi limfosit B, limfosit T, serta mengaktifkan makrofag dan sel
NK dihambat produksinya. Menurunnya sistem pertahanan di dalam
rongga mulut serta meningkatnya jumlah bakteri tertentu, menyebabkan
jaringan rentan terhadap keradangan.

5
STEP 4

Penyakit Periodontal Kehamilan

Mediator Kerentanan Penyebaran Penurunan


Inflamasi Jaringan Bakteri Sistem Imun

Kelainan Kelainan
Rongga Mulut Janin

Premature Keguguran

6
STEP 5
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hubungan periodontal
dengan ibu hamil.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hubungan periodontal
dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan prematur.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon imun pada ibu
hamil.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi oral dan
tatalaksana dentalnya.

STEP 6 MANDIRI
STEP 7
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hubungan
periodontal dengan ibu hamil.
Kehamilan merupakan peristiwa yang membahagiakan bagi seorang
wanita di dalam pernikahan. Pada masa kehamilan terjadi beberapa perubahan
baik secara fisik maupun fisiologis. Perubahan ini terjadi karena tubuh
mempersiapkan diri untuk proses melahirkan serta untuk perkembangan janin.
Perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi sistem dalam tubuh yang
berdampak terhadap fisiologis bagian-bagian tubuh termasuk rongga mulut.
Kesehatan rongga mulut dapat menggambarkan kesehatan dan kualitas hidup
seseorang.
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan kadar asam di dalam rongga
mulut dan jika wanita hamil mengalami mual serta muntah maka dapat
mengakibatkan paparan asam lambung pada gigi dan gingiva. Hal ini dapat
mengakibatkan peradangan pada gingiva, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin. Selain itu peningkatan
konsumsi karbohidrat, peningkatan asam di rongga mulut akibat dari muntah,
kurangnya produksi saliva, dan peningkatan keasaman saliva merupakan
kombinasi untuk meningkatkan risiko karies gigi pada wanita hamil.
Kehamilan secara signifikan mempengaruhi terjadinya kerusakan pada
jaringan periodontal. Adanya perubahan hormon selama kehamilan dapat
mempengaruhi respon gingiva yang berlebihan terhadap plak sehingga
meningkatkan risiko terjadinya penyakit periodontal. Perubahan hormone

7
pada ibu hamil yang disertai dengan perubahan vaskuler juga menyebabkan
gingival menjadi lebih sensitif terhadap bakteri dan produk-produknya.
Selain itu, adanya perubahan pola makan dan kebiasaan tidak menjaga
kebersihan gigi dan mulut pada sebagian ibu hamil dapat meningkatkan risiko
penyakit periodontal yang pada perkembangannya akan mempengaruhi lagi
kondisi kehamilannya. Risiko penyakit periodontal akan semakin besar dan
parah apabila kondisi periodontal sebelum hamil memang sudah buruk.
Prevalensi penyakit periodontal meningkat seiring dengan meningkatnya usia
kehamilan. Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya pemeliharaan
kebersihan mulut.
Interaksi antara bakteri dan hormon dapat menimbulkan perubahan
pada komposisi plak dan berperan penting pada proses peradangan gingiva.
Konsentrasi bakteri subgingiva berubah menjadi bakteri anaerob dan
jumlahnya meningkat selama masa kehamilan.13 Bakteri yang meningkat
drastis selama masa kehamilan adalah P.intermedia. Peningkatan ini erat
kaitannya dengan tingginya kadar estrogen dan progesteron di dalam tubuh.
Selain itu terdapat penurunan sel limfosit-T yang matang yang merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan perubahan respon jaringan terhadap plak.
Selain peningkatan jumlah P. intermedia, kadar progesteron yang
meningkat selama masa kehamilan juga dapat memicu terjadinya peradangan
gingival dengan menghambat produksi interleukin-6 (IL-6). Interleukin-6
berfungsi menstimulasi diferensiasi limfosit B, limfosit T dan mengaktifkan
sel makrofag dan sel NK, dimana sel-sel tersebut berperan menyerang dan
memfagositosis bakteri yang masuk ke sirkulasi darah, sehingga dengan
dihambatnya produksi IL-6 mengakibatkan gingival rentan terhadap
peradangan. Progesteron juga merangsang produksi prostaglandin (PGE2)
dimana PGE2 merupakan mediator yang poten dalam respon inflamasi.
Prostaglandin sendiri berperan sebagai imunosupresan, sehingga
mengakibatkan peradangan gingiva semakin meningkat.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hubungan
periodontal dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan
prematur.

8
Menurut jurnal Agueda A,dkk bahwa penyakit periodontal adalah
kelompok penyakit infeksi yang disebabkan oleh beberapa bakteri terutama
oleh bakteri gram-negatif, anaerobik, dan mikrofilik yang berkolonisasi pada
daerah subgingiva. Dari berbagai hasil penelitian ditemukan empat bakteri
yang berhubungan dengan pematangan plak dan periodontitis progresif, yaitu :

a. Bacterioides forsythus

b. Porphyromonas gingivalis

c. Actinobacillus actinomycetemcomitans

d. Treponema denticola.

Bakteri tersebut mampu menghasilkan lipopolisakarida, protein, dan


sitokin pemicu peradangan dalam aliran darah. Menurut Hill, bakteri tersebut
merupakan bakteri genital yang terdapat pada kasus kelahiran prematur yang
sama dengan bakteri pada penyakit periodontal ( Offenbacher S, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan di University of North Carolina,


ibu hamil dengan tingkat keparahan periodontitis sedang sampai berat
memiliki risiko untuk melahirkan sebelum waktunya 7 kali lebih tinggi
dibanding ibu hamil dengan keadaan jaringan periodontal yang sehat. Pada
penelitian yang dilakukan terhadap 850 ibu hamil sebelum dan sesudah
melahirkan, disimpulkan bahwa penyakit periodontal berperan terhadap
terjadinya kelahiran prematur (Pirie M,dkk,2007).

9
Proses perpindahan bakteri yang dapat memicu terjadinya kelahiran
prematur dapat dimulai dari adanya bakterimia. Bakterimia seringkali terjadi
pada orang dengan kondisi periodontal yang tidak sehat, yaitu adanya
perdarahan pada gingiva baik secara spontan maupun pada saat menyikat
gigi. Perdarahan pada gingiva dapat memicu terjadinya bakterimia dan
selanjutnya peradangan akan melalui sistem peredaran darah masuk melalui
plasenta bakterimia dan selanjutnya peradangan akan melalui sistem
peredaran darah masuk melalui plasenta (Santoso O,dkk, 2007).

Perpindahan produk bakteri seperti endotoksin (lipopolisakarida atau


LPS) dan aktivasi dari mediator inflamasi pada kehamilan. Molekul aktif
biologis seperti prostaglandin E2 (PGE2) dan tumor necrosis factor (TNF)
terlibat dalam proses kelahiran normal. Dengan adanya proses infeksi, level

10
sitokin dan PGE2 menjadi meningkat yang dapat menstimulasi terjadinya
kelahiran prematur. Produk bakteri seperti endotoksin yang dihasilkan bakteri
gram negatif, menstimulasi produksi sitokin dan prostaglandin. Sitokin
tertentu seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis
factor alpha (TNF-) menstimulasi sintesa PGE2 dari plasenta dan
chorioamnion. Sitokin ini dapat mencapai peredaran darah, melewati
membran plasenta, masuk ke cairan amnion (Santoso O,dkk, 2007).

Pada kehamilan normal, mediator pada intra amnion meningkat secara


fisiologis sampai batas ambang tercapai pada titik kelahiran, menyebabkan
dilatasi servikal dan kelahiran. Produksi abnormal dari mediator pada infeksi
meningkat pada saat yang tidak tepat sewaktu kehamilan menyebabkan
kontraksi uterin dan ruptur prematur dari membran memicu terjadinya
kelahiran bayi prematur BBLR (Radnai,2009)..

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon imun pada


ibu hamil.
Selama kehamilan kadar serum IgA dan IgM akan meningkat karena
adanya peningkatan resiko infeksi. Respon imun wanita yang dipengaruhi oleh
kehamilan, jumlah sel darah putih terutama neutrophil meningkat dan sel lebih
cepat respon terhadap tantangan. HCG merangsang produksi dan respon
neutrofil. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi menurunkan jumlah sel
T helper dan meningkatkan jumlah sel penekan. Infeksi ragi meningkat pada
kehamilan karena efek estrogen pada saluran reproduksi. Kontraksi lokal
kortikosteroid di sekitar janin dan plasenta menekan aktifitas fisiologis
terutama dalam respon terhadap bakteri gram. Hal ini berarti wanita
mengalami penurunan kemampuan respon terhadap infeksi negative bakteri gram
pada saluran reproduksi misalnya infeksi gonokokus dan E.coli (Baratawidjaja, 2010).
Sel NK (Natural Killer) dan sitokinin
Aktifitas sel NK di sekitar uterus tertekan oleh peningkatan lokal
prostaglandin E2. Penekanan sel NK penting untuk penolakan janin, namun wanita
resistensi terhadap pathogen intrasel misalnya toxoplasma dan listeria. Prororsi
relative sitokinin menurun pada kehamilan. Konseptus mengeluarkan sitokinin yang

11
berpengaruh pada jaringan secara lokal mendorong pertumbuhan trofoblas dan
kelansungan hidup janin. Sekresi lokal sitokinin penting untuk melindungi janin tanpa
mengganggu fungsi imun wanita (Baratawidjaja, 2010).
Antibodi dan limfosit B
Kadar sebagian besar antibodi tidak menurun selama kehamilan tapi
konsentrasi IgG mungkin turun yang disebabkan oleh hemodilusi, peningkatan
pengeluaran melalui urin. Atau penyaluran IgG melalui plasenta pada trimester tiga
dan hal ini dapat menigkatkan risiko infeksi. Sekresi sitokinin oleh janin menurunkan
imunitas selular dan meningkatkan respon humoral. Peningkatan responsivitas
limfosit B untuk mengkompensasi penurunan aktifitas limfosit T, limfosit B juga
menghasilkan antibody penghambat yang melindungi janin dari serangan limfosit T
wanita (Baratawidjaja, 2010).
Limfosit T
Selama kehamilan fungsi sel T tertekan terutama pada trimester 1 dalam
sirkulasi lebih rendah dan kemampuan berproliferasi dan membunuh sel asing juga
menurun. Rasio sel penolong dan penekan berubah akibat perubahan hormonal.
Karena limfosit T berespon terhadap infeksi virus, maka wanita hamil dapat
mengalami peningkatan risiko terjangkit infeksi virus (Baratawidjaja, 2010).
Sel-Sel Imun Di Uterus
Uterus sebagai organ tempat kehamilan akan berlangsung, tentu akan
memiliki peranan penting dalam proses penerimaan embrio. Lapisan endometrium
uterus dapat dianggap sebagai jaringan limfoid tersier setelah jaringan limfoid
primer pada sumsum tulang dan timus serta jaringan limfoid sekunder. Pada kelenjar
getah bening, limfa dan Gut Associated lympoid Tissue (GALT). Hal ini disebabkan
leukosit ditemukan jumlahnya cukup banyak baik pada daerah stroma maupun
epitell dari lapisan endometrium. Sejumlah leukosit didapatkan baik secara tersebar
maupun berkelompok bersebelahan dengan kelenjar endometrium pada stratum
basalis, dan pola ini akan berubah siklus haid. Jumlah sel-sel leukosit pada stratum
fungsional akan sangat berbeda pada setiap fase dari siklus haid. Yang paling
menonjol adalah perubahan pada jumlah sel NK. Jumlah sel NK akan meningkat
secara bermakna pasca ovulasi dan jumlahnya akan tetap banyak pada lipatan
desidua saat usia kehamilan dini (Abbas, 2010). Dalam kehamilan, jaringan plasenta
yang akan langsung mengadakan kontak dengan sistem imun maternal, hal ini
disebabkan oleh sel-sel trofoblas akan menginvasi hingga pembuluh darah maternal.

12
Respon imun maternal yang ditimbulkan janin pada alam kehamilan dapat dipicu
oleh karena adanya interaksi sel-sel janin pada plasenta dan juga pengaruh faktor
sistemik maternal lainnya seperti hormon (Abbas, 2010).
Penggolongan Antibodi
1) Antibodi IgG (Imunoglobin G)
Bagian terbesar imunoglobin serum (75%)
Distrwanitasi merata pada ruang intra dan ekstravaskuler
Dapat melalui plasenta dan memberikan kekebalan pasif alamiah terhadap
bayi baru lahir.
Berperan dalam Reaksi anafilaktik
Berperan pada bermacam-macam reaksi imunoglobin prosipitasi
pengikatan,komplemen, netralisasi toksin dan virus
Bertahan lama
Bekerja sebagai opsonin kuat yang menjembatani fagosit dan sel sasaran.
Penting dalam pertahanan terhadap bakteri dan pengaktifan system
komplemen melalui
jalur klasik.
Di produksi dalam jumlah banyak pada respon adaptif sekunder.
2) Antibodi IgM (Imunoglobin M)
Molekulnya bergabung dalam kelompok 5 entamer Ig M sehingga cenderung
menggumpalkan antigen yang menjadi sasaran fagosit dan sel NK.
Merupakan molekul besar sehingga tidak dapat berdifusi keluar aliran darah
Aktivator kuat sistem komplemen
Penting dalam respon imun terhadap bakteri
Antibodi pertama yang di produksi tubuh dalam menghadapi antigen baru
Tidak dapat melalui plasenta
Lebih efisien bekerja aglutinasi, sitolisis dan sitototisik.
3) Antibodi E (Imunoglobin A)
Suatu Beta/Gamma globulin, jumlah dari globulin serum, kadar normal
Terdapat dalam konsentrasi fungsi dalam kolostrum air mata cairan empedu,
saliva, sekret sel cerna
Tidak dapat melewati placenta
Meningkatkan fagositosis dan penghancuran Mikroorganisme dalam sel.
4) Antibodi E (Imunoglobin E)
Ekornya berlekatan dengan reseptor di sel mast sehingga berperan dalam
peradangan akut, respon alergi dan hipersensitivitas
Tempat pengikatan untuk antigen di parasit yang lebih besar misal cacing
Tidak melalui plasenta

13
Sebagian besar intravaskuler
Kadar normal dalam serum kecil, asma dan infeksi cacing.
5) Antibodi D (Imunoglobin D)
Berperan pada reaksi
Konsentrasi dalam serum normal
Fungsi tidak diketahui dengan jelas
Intravaskular
Ditemukan pada permukaan limfosit B tali pusat.
(Abbas, 2010).
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi oral dan
tatalaksana dentalnya.
Kehamilan menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh dan di
rongga mulut. Hal ini terutama terlihat pada gingiva. Perubahan ini
dipengaruhi oleh perubahan pada sistem hormonal dan vaskular bersamaan
dengan faktor iritasi lokal dalam rongga mulut (Burket, 1971 :Barber dan
Graber, 1974; Sallis dkk,1995). Ada beberapa manifestasi di rongga mulut,
yaitu:
1. Gingivitis Kehamilan (Pregnancy Gingivitis)
Istilah gingivitis kehamilan dibuat untuk menggambarkan keadaan klinis
peradangan gingiva yang terjadi pada kebanyakan wanita hamil (Lynch,
l984). Keadaan ini terjadi kira-kira 5-25 % dari wanita hamil (Barber dari
Graber, 1974). Perubahan gingiva ini biasanya mulai terlihat sejak bulan
kedua dari kehamilan dan mencapai puncaknya pada bulan kedelapan
(Barber dan Graber,1974; Pinborg, 1994; Scully dan Cawson, 1995).
Keadaan ini disebabkan karena meningkatnya hormon sex wanita dan
vaskularisasi gingiva sehingga memberikan respon yang berlebihan
terhadap faktor iritasi lokal (Barberdan Graber,1974; Lynch,1984; Sallis
dkk,1995). Dalam hal ini faktor iritasi lokal dapat berupa rangsangan
lunak, yaitu plak bakteri dan sisa-sisa makanan, maupun berupa rangsang
keras seperti kalkulus, tepirestorasiyang tidak baik, gigi palsu dan
permukaan akar yang kasar (Mustaqimah,1988). Hal ini menunjukkan
bahwa kehamilan bukanlah menjadi penyebab langsung dari gingivitas
kehamilan, tetapi juga tergantung pada tingkat kebiasaan kebersihan mulut
pasien (Burket, 1971; Barber dall Graber, 1974; Soni dkk,1995).

14
Kenaikan jumlah estrogen dan progesteron pada masa kehamilan
mempengaruhi rongga mulut (gingiva) yang secara mikroskopis terlihat
adanya peningkatan proliferasi kapiler, dilatasi pembuluh darah, kenaikan
permeabilitas vaskular, edema, infiltrasi leukosit, degenerasi jaringan ikat
sekitar serta proliferasi dan degenerasi sel-sel epitelitum (Mustaqimah,
1988).
Secara klinis, gingivitis kehamilan ditandai dengan warna merah pada tepi
gingiva dan papilla interdental. Pada waktu yang sama, ginggiva
membesar, disertai pembengkakan yang terutama menyerang papilla
interdental. Gingiva memperlihatkan kecenderungan yang meningkat
terhadap pendarahan terutama pada saat menyikat gigi. Kadang-kadang
penderita mengalami sedikit rasa sakit (Adyatmaka,1992; Pinborg,1994;
Scullydan Cawson,1995; Sallis dkk,1995).

2. Granulo
ma

Kehamilan (Epulis Gravidarum)


Kehamilan dapat pula menimbulkan suatu pembentukan pertumbuhan
pada gingiva yang seperti tumor. Istilah yang digunakan untuk keadaan ini
adalah pregnancy tumor atau tumor kehamilan, epulis gravidarum ataupun
granuloma kehamilan (Barber dan Graber,1974; Pinborg,1994; Sonis
dkk,1995).
Tumor kehamilan biasanya berkembang disekitar daerah papilla
interdental dan pada daerah-daerah yang terdapat iritasi lokal, seperti tepi
restorasi yang tidak baik, tepi dari gigi yang mengalami karies atau pada
paket periodontal (Burket, 971; Barber dan Graber, 1974). Secara klinis
terlihat seperti nodul, warna gingiva merah keunguan sampai merah

15
kebiruan (Killey dkk,1975; Adyatmaka,1992; Pinborg,1994). Lesi ini lebih
sering terjadi pada rahang atas terutama disisi vestibular pada daerah
anterior (Pinborg,1994) dan dapat membesar sampai menutupi mahkota
gigi (Barber dan Graber,1974; Adyatmaka,1992). Tumor kehamilan mudah
berdarah terutama apabila terkena injuri (Barber dan Graber, 1974).
Biasanya terlihat pada trimester II.
Etiologi pasti tidak diketahui, meski faktor utamanya adalah trauma,
hormon, virus dan pembuluh darah yang pecah. Ibu hamil yang memiliki
granuloma kehamilan biasanya menderita gingivitis kehamilan yang luas.
Granuloma ini tidak berbahaya tetapi dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, hilang setelah melahirkan/bayi lahir.

3. Karies
Gigi

Kehamilan secara tidak langsung menyebabkan karies gigi atau


gigi berlubang. Pada wanita hamil meningkatnya karies gigi atau menjadi
lebih cepatnya proses karies yang sudah ada pada rnasa kehamilan lebih
disebabkan karena perubahan lingkungan di sekitar gigi dan kebersihan
mulut yang kurang (Burket, 1971; Forest, 1995).
Biasanya faktor-fator yang menyebabkan lebih cepatnya proses
karies yang sudah ada pada wanita hamil adalah rasa mual dan muntah
yang mengakibatkan pH saliva lebih asam dibandingkan wanita tidak
hamil (Burket, 1971). Kemudian saat hamil biasanya sering mengkonsunsi
makanan kecil yang mengandung gula untuk mengurangi rasa mual
tersebut (Forrest, 1995). Adanya rasa mual dan muntah membuat wanita
hamil malas memelihara kebersihan rongga mulutnya, akibatnya serangan
asam pada plak yang dipercepat dengan adanya asam dari mulut karena

16
mual atau muntah tadi dapat mempercepat proses terjadinya karies gigi
(Forest,1995).
Gigi yang berlubang mencapai kedalaman sampai dentin dapat
menyebabkan rasa ngilu bila terkena makanan atau minuman dingin atau
manis. Apabila tidak segera mendapat perawatan maka lubang akan
semakin besar dan dalam, sehingga dapat menimbulkan rasa sakit
berdenyut bahkan sampai pusing. Lama kelamaan gigi akan mengalami
kematian syaraf dan menimbulkan bengkak.
Dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan,
dokter gigi harus berhati-hati dengan mempertimbangkan perlindungan
bagi ibu hamil dari calon bayi yang sedang berkembang, khususnya pada
trimester pertama (Burket, 1971 ; McCarthy, 1979; Lynch, 1984).
Adakalanya dokter gigi menghindari perawatan gigi dan mulut pada
trimester pertama dengan berdasarkan pertimbangan riwayat medis pasien,
misalnya pada pasien yang mengalami rasa lesu, pusing, mual dari
muntah-muntah. Waktu perawatan yang terbaik adalah pada trimester
kedua (Lynch, 1984; Sculy dan Cawson 1993).
Pada umumnya perawatan yang dilakukan terhadap pasien hamil
dibatasi pada prosedur-prosedur operative yang sederhana, seperti
penambalan karies gigi, pencabutan gigi yang tidak menimbulkan
komplikasi dari tindakan skeling/root planing (Burket, 1971; Lynch,1984;
Barber dan Graber,1974). Perawatan terutama ditujukan untuk mengontrol
penyakit yang sedang terjadi dan menyingkirkan faktor-faktor yang dapat
memperburuk keadaan rongga mulut pada akhir kehamilan dan setelah
melahirkan.
Prosedur endodontik standart dapat dilakukan selama masa
kehamilan, dilakukan dengan menggunakan tehnik yang asepsis dan
menghindari keadaan yang dapat menimbulkan stress bagi pasien (Barber
dan Graber,1974). Prosedur-prosedur yang dapat menimbulkan stress atau
yang melelahkan bagi pasien, seperti pengambilan gigi terpendam
sebaiknya dihindari atau ditunda dulu I (Burket,1971; McCarthy,1979).
Prenancy tumor apabila menimbulkan gangguan,perdarahan yang

17
berlebihan, dokter gigi dapat melakukan perawatan dengan pembedahan
pada masa kehamilan. Perawatan yang dilakukan yaitu dengan melakukan
eksisi, kauterisasi atau gingivektomi di bawah anestesi lokal (Barber dan
Graber, 1974; Killey, 1979; Sonis dkk,1995).
Ibu hamil harus memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Gigi
Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus memberikan semua layanan
yang diperlukan untuk ibu hamil karena:
Kehamilan bukanlah alasan untuk menunda perawatan gigi rutin
dan pengobatan yang diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan
mulut.
Pada trimester I, x-ray hanya dilakukan pada keadaan sangat
darurat untuk mendukung diagnosis dan pengobatan. Jika akan dilakukan
harus disertai proteksi yang maksimal (dosis radiasi yang rendah).
Pengobatan dapat diberikan sepanjang usia kehamilan, namun,
periode waktu sangat ideal adalah antara minggu ke-14 dan 20.
Saran untuk ibu hamil yang akan melakukan perawatan di fasilitas
pelayanan kesehatan gigi:
Beri tahu dokter gigi anda jika anda hamil.
Tunda perawatan gigi yang bersifat non-darurat sampai trimester
ke-2 atau setelah melahirkan.
Jaga sirkulasi darah dengan cara dak menyilangkan kaki selama
duduk di dental unit.
Gunakan bantal untuk membantu posisi anda dan janin tetap
nyaman saat duduk di dental unit.
Gunakan headphone dan beberapa musik favorit untuk
didengarkan selama perawatan gigi.
Pertanyaan yang dapat ditanyakan untuk mengetahui kelainan
periodontal pada ibu hamil:
1.Apakah gusi ibu berdarah?
2.Apakah gigi ibu berdarah waktu sikat gigi?
3.Apakah gigi ibu berdarah ke ka makan?
4.Apakah gigi ibu kadang-kadang bengkak?
5.Apakah ada orang lain yang mengatakan ibu punya bau mulut?
6.Apakah ibu merasa giginya akan lepas.
7.Apakah ibu merasa kesulitan bila makan-makanan keras-keras?
8.Apakah makanan terselip diantara gigi?
9.Apakah gusi ibu sakit?

18
KESIMPULAN
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan kadar asam di dalam rongga
mulut dan jika wanita hamil mengalami mual serta muntah maka dapat
mengakibatkan paparan asam lambung pada gigi dan gingiva. Hal ini dapat
mengakibatkan peradangan pada gingiva, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin. Kehamilan secara
signifikan mempengaruhi terjadinya kerusakan pada jaringan periodontal.
Adanya perubahan hormon selama kehamilan dapat mempengaruhi respon
gingiva yang berlebihan terhadap plak sehingga meningkatkan risiko
terjadinya penyakit periodontal.

Penyakit periodontal adalah kelompok penyakit infeksi yang


disebabkan oleh beberapa bakteri terutama oleh bakteri gram-negatif,
anaerobik, dan mikrofilik yang berkolonisasi pada daerah subgingiva. Dari
berbagai hasil penelitian ditemukan empat bakteri yang berhubungan dengan
pematangan plak dan periodontitis progresif diantaranya Bacterioides
forsythus, Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans,
Treponema denticola. Ibu hamil dengan tingkat keparahan periodontitis
sedang sampai berat memiliki risiko untuk melahirkan sebelum waktunya 7
kali lebih tinggi dibanding ibu hamil dengan keadaan jaringan periodontal
yang sehat.
Respon imun wanita yang dipengaruhi oleh kehamilan, jumlah sel
darah putih terutama neutrophil meningkat dan sel lebih cepat respon terhadap
tantangan. HCG merangsang produksi dan respon neutrofil. Kadar estrogen
dan progesteron yang tinggi menurunkan jumlah sel T helper dan
meningkatkan jumlah sel penekan.
Ada beberapa manifestasi di rongga mulut diantaranya gingivitis
Kehamilan (Pregnancy Gingivitis), Granuloma Kehamilan (Epulis
Gravidarum) dan Karies Gigi. Dokter gigi sebaiknya menghindari perawatan
gigi dan mulut pada trimester pertama dengan berdasarkan pertimbangan
riwayat medis pasien, misalnya pada pasien yang mengalami rasa lesu, pusing,
mual dari muntah-muntah. Waktu perawatan yang terbaik adalah pada

19
trimester kedua. Pada umumnya perawatan yang dilakukan terhadap pasien
hamil dibatasi pada prosedur-prosedur operative yang sederhana, seperti
penambalan karies gigi, pencabutan gigi yang tidak menimbulkan komplikasi
dari tindakan skeling/root planing. Prenancy tumor apabila menimbulkan
gangguan,perdarahan yang berlebihan, dokter gigi dapat melakukan perawatan
dengan pembedahan pada masa kehamilan. Perawatan yang dilakukan yaitu
dengan melakukan eksisi, kauterisasi atau gingivektomi di bawah anestesi
lokal.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Lichtman AH Pilai S., (2010).Cellular and Molecular Immunology, 6th Ed.
Philadelphia : Saunders Elsevier.

Adyatmaka, A. 1992. Buku Pegangan MateriKesehatan Gigi Mulut Untuk


Kegiatan KIA di Posyandu (UKGMD). Departemen Kesehatan RI.1-8.

Barber, HRK; Graber, EA. 1974.Surgical Diseases in Pregnancy. Philadelphia.


WB Saunders Company. 257-258.
Baratawidjaja KG, Rengganis I., (2010). Imunologi Dasar, Ed 9th. Jakarta : Balai Penerbit
FKU

Burket, L W. 1971. Oral Medicine, Diagnosis and Treatment .Ed. Ke-6.


Philadelphia. JB Lippincot Company.
Contreras A, Herrera JA, Soto JE, Arce RM, Jaramillo A, Botero JE. Periodontitis
is associated with preeclampsia in pregnant women. J Periodontol
2006;77(2):182-188.

Forest, JO. 1995. Pencegahan Penyakit Mulut, alih bahasa drg. Lilian Yuwono.
Ed. Ke-2. Hipokrates. Jakarta. 114-115
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 1 Nopember 2015. Hal 58- 66. ISSN 2303-1433. Respon
Imun Pada Penderita Asma Selama Kehamilan

Kushtagi P, Kaur G, Kukkamalla MA, Thomas B. Periodontal infection in women


with low birth weight neonates. International Journal of Gynaecology &
Obstetrics 2008;101(3):296-298.
Lin D, Moss K, Beck JD, Hefti A, Offenbacher S. Persistently high levels of
periodontal pathogens associated with preterm pregnancy outcome. Journal
of Periodontology 2007;78(5):833-841.
Off enbacher S, Lief S, Bogges K. Maternal periodonticsand maturity part I:
obstetric outcome of premature and growth restriction. Dalam: Huck O,
Tenenbaum H, Davideau J-L. Relationship between periodontal disease and

21
preterm birth: Recent epidemiological and biological data. J of Pregnancy
2011.
Pirie M, Cooke I, Linden G, Irwin C. Review dental manifestation of dental
pregnancy. J Royal College of Obstetricians And Gynaecologist 2007; (9):
21-6.
Rai B, Kaur J, Kharb S. Pregnancy gingivitis and periodontitis and its systemic eff
ect. The Internet Journal of Dental Science 2008; 6(2). Diambil dari htt
ps://ispub. com/IJDS/6/2/5532. Diakses tanggal 28 Oktober 2014.
Santoso O, Aditya W, Retroningrum D. Hubungan kebersihan mulut dan gingivitis
ibu hamil terhadap kejadian bayi berat badan lahir rendah kurang bulan di
RSUP Dr. Kariadi Semarang dan jejaringnya. Media Medika Indonesiana
2009; 43(6): 288-94. Diambil dari
http://eprints.undip.ac.id/19095/1/04_oedijani_-_gingivitis.pdf. Diakses
tanggal 27 Oktober 2014.
Scully, C. Crowson, RA.1993. Medical Problems in Dentistri. Ed. Ke-3. Oxford.
Wright. :292-296.
Scully, C; Cawson, RA. 1995. Atlas Bantu Kedokleran Gigi Penyakit Mulut, alih
bahasa Lilian Yuwono. Hipokrates.Jakarta. 123.

22

Anda mungkin juga menyukai