Anggota Kelompok 2 :
5. IFTAH IKHFAFAH
Sasaran Belajar
- (Afifah) Jika kesehatan rongga mulut pada ibu hamil tidak dilakukan
pemeriksaan dan perawatan yang benar, maka nantinya dapat menyebabkan
adanya jaringan yang tumbuh yang disebut tumor jinak atau dalam istilah
kedokteran disebut epulis gravidarum. Hal ini karena terjadinya pelunakan
dari jaringan daerah gusi akibat peningkatan hormon. Pembengkakan yang
terjadi pada gusi mencapai puncaknya pada bulan ketujuh dan
kedelapan(Angwirawan LS et al.,2015).
Angwirawan LS, Ticoalu SH, Siagian KV. 2015. Gambaran Klinis Gingiva
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang. e-GiGi; 3(2):
324-329.
- (iftah) Saat ini, Penyebab epulis gravidarum hingga saat ini masih belum
dipastikan. Biofilm plak gigi dianggap sebagai faktor pencetus yang mengarah
pada pembentukan tumor gingiva. Faktor pemicu lokal lainnya juga meliputi:
mikrotrauma mukosa, impaksi makanan, dan gigi berjejal. Peningkatan kadar
hormon seks yaitu hormon estrgen dan progesteron selama kehamilan
merupakan fasilitator sistemik dari pregnancy tumor(Cheng et al., 2021)
Iritasi lokal atau plak merupakan penyebab primer epulis gravidarum. Karena
perubahan hormonal yang menyertai selama kehamilan maka perubahan
hormonal dapat memperberat reaksi keradangan pada gusi oleh iritasi lokal.
Iritasi lokal tersebut berupa kalkulus, plak, sisa-sisa makanan, tumpatan gigi
kurang baik, dan gigi tiruan yang kurang baik. Berikutnya, penyebab sekunder
epulis ini adalah perubahan keseimbangan hormonal. Kehamilan merupakan
keadaan fisiologis yang menyebabkan perubahan keseimbangan hormonal,
terutama perubahan hormon estrogen dan progesteron. Peningkatan
konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada masa kehamilan
mempunyai efek bervariasi pada jaringan, diantaranya pelebaran pembuluh
darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah sehingga gingiva
menjadi lebih merah, bengkak, dan mudah mengalami perdarahan.
(Kusumawardani and Robin, 2018)
- (Hafly) Efek perubahan hormon akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut
pada ibu hamil sebesar 60%, dimana 10-27% mengalami pembesaran gingiva.
Di Indonesia, epulis gravidarum merupakan masalah gigi dan mulut yang
sering dialami ibu hamil, yaitu sekitar 5% - 10% mengalaminya. Pada tahun
2003, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menyatakan bahwa gingival
inflammation merupakan masalah gigi dan mulut yang sering dialami ibu
hamil dimana 5-10% ibu hamil mengalami pembengkakan gusi. Pada suatu
penelitian di poli kebidanan RSUD Banjarbaru tahun 2012 dilaporkan kasus
wanita hamil dengan gingivitis gravidarum sebesar 30,2% dan kasus epulis
gravidarum sebesar 7,5% dari 53 wanita hamil. Epulis gravidarum
memengaruhi sekitar 5%-10% ibu hamil dibuktikan dengan penelitian yang
dilakukan dari bulan November 2010 sampai Januari 2017 dengan mengambil
sampel sebanyak 228 wanita hamil di Indonesia usia berbeda dari 24 sampai
40 tahun. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil wanita yang mengalami
epulis gravidarum sebanyak 5,5 % dari keseluruhan sampel (Christi MC,
2019; Prihastari et al., 2015).
- (Nabil)
a. Gingivitis kehamilan sangat umum, terjadi pada 30% hingga 100% wanita
hamil.
b. Granuloma piogenik (yaitu, tumor kehamilan atau epulis kehamilan) terjadi
pada 0,2% hingga 9,6% kehamilan. Mereka secara klinis dan histologis tidak
dapat dibedakan dari granuloma piogenik yang terjadi pada wanita tidak hamil
atau pada pria. Granuloma piogenik paling sering muncul selama bulan kedua
atau ketiga kehamilan.
Newman, M. G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., Carranza, F.A. 2018.
Newman and Carranza’s Clinical Periodontology. Elsevier.
Dalam ulasan lain, rasio laki-laki terhadap perempuan adalah 1-1,2. Dalam
ulasan ini, ketika mempertimbangkan baik kulit dan varian mukosa, pasien
laki-laki tampaknya terjadi pada usia yang lebih muda, biasanya dari masa
kanak-kanak hingga akhir dua puluhan, dibandingkan untuk wanita, yang
biasanya hadir kemudian di antara usia tiga puluh sampai empat puluh tahun.
Sarwal P, Lapumnuaypol K. 2021. Pyogenic Granuloma. In: StatPearls-
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
-
4. Mengetahui Patogenesis Epulis Gravidarum
- (qantya) Gingivitis kehamilan merupakan manifestasi oral yang paling sering
terjadi selama kehamilan, dengan gambaran klinis berupa marginal dan
interdental membesar, merah terang sampai merah kebiruan, permukaan licin
dan mengkilap, konsistensi udem sampai fibrotik dan mudah berdarah.
Keadaan ini umumnya terjadi pada bulan kedua kehamilan dan memuncak
pada bulan kedelapan, dan akan menurun setelah melahirkan. Gingivitis
kehamilan ini terjadi sebagai akibat peningkatan hormon estrogen dan
progesteron, yang akan merangsang prostaglandin pada gingiva ibu hamil.
Perubahan hormon tersebut akan menekan limfosit T dan mempengaruhi
peningkatan Prevotella intermedia.
- (gama) Epulis gravidarum biasanya terjadi pada trimester II dan akan menjadi
parah pada trimester III. Gingivitis pada trimester II dan III terjadi karena
perubahan hormone estoregen dan hormone progesterone disertai
hipervaskularisasi selama kehamilan yang dapat merangsang pembentukan
prostaglandin dan menekan sel limfosit T sehingga terjadi peningkatan jumlah
bakteri prevotella intermedia yang menyebabkan terjadinya gingivitis. Suatu
reaksi jaringan granulasi terhadap rangsangan yang berulang-ulang,
berhubungan dengan peningkatan hormon estrogen dan progesteron pada
wanita hamil. Peningkatan hormon ini akan memacu mukosa mulut untuk
memberi respon berlebihan terhadap trauma ringan (Pradyanaputri KE, 2018;
Zhu et al., 2016).
Zhu. YG, et al. 2016. Initial Periodontal Therapy for The Treatment of
Gingiva Pregnancy Tumor. Genetics and Molecular Research; 15(2): 2-8
1. Epulis gravidarum biasanya ditandai dengan lesi berwarna merah cerah dan
banyak vaskularisasi yang kadang memiliki flek putih di permukaannya,
biasanya bertangkai dan dapat mencapai diameter 2 cm, serta tidak
menimbulkan rasa sakit sehingga tidak menimbulkan keluhan berarti selain
karena ukurannya.
- (Resha) Epulsi gravidarum biasanya terjadi pada gusi di antara dua gigi
(interdental) dan terutama gigi depan. Pembengkakan yang terjadi dapat
berkembang dengan cepat, meskipun umumnya diameter bengkaknya
berukuran tidak lebih dari 2 cm. Gejala yang muncul gusi dapat mengalami
perdarahan walaupun hanya dengan sentuhan ringan, misalnya waktu
menggosok gigi. Penderita baru datang berobat bila perdarahan yang terjadi
dianggap hebat atau mengalami rasa nyeri yang tidak tertahankan lagi
(Stiawan, 2017).
- (Eriel)
Sun WL, Lei LH, Chen LL. 2014. Multipe Gingival Pregnancy Tumors with
Rapid Growth. Journal of Dental Sciences; 9: 290-291
- (Nabil)
- (esty)
Epulis fibromatosa adalah tumor jinak yang tumbuh lambat dan lesi yang tidak
terasa sakit, akan tetapi dapat mengganggu estetik dan pengunyahan saat
makan. Etiologi epulis fibromatosa berasal dari iritasi kronis. Tampakan klinis
yang terlihat,antara lain bertangkai atau tidak, warna agak pucat, konsistensi
kenyal, batas tegas, padat dan kokoh.
Hiperplasi gingiva
● Hyperplasia mukosa akibat trauma ringan kronik oleh pinggiran gigi palsu.
● Bentuk memanjang, berbatas jelas, pink, tidak mudah berdarah, tidak
menimbulkan rasa sakit, terlihat seperti lipatan gusi(Leepel,2016).
Leepel MB. Epulis Fisuratum Akibat Pemakaian Gigi Tiruan Lengkap Yng
Longgar. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2016;3(4).
2. Epulis fibramatosa
● Disebabkan karena iritasi atau luka pada gusi di tempat sama yang terjadi
secara berulang-ulang dalam waktu yang lama.
● Bertangkai/ tidak, agak pucat, kenyal, berbatas tegas dan tidak sakit
(Sueroso,2014)
Sueroso Y, dan Wicaksono A. Hiperplasia Gingiva. Prosiding The Third
NScientific Seminar in Periodontics IPERI. Jakarta; 2014. 36-41
3. Epulis Granulomatosa
● Biasa terjadi pada lubang bekas gigi dicabut atau bekas operasi akibat
kemasukan kotoran sisa makanan setelah selesai pencabutan.
● bentuk yang tidak beraturan, berwarna merah kebiruan, lunak dan mudah
berdarah, serta bertangkai(Manovijay,2015).
Manovijay B, Rajathi P, Fenn SM dkk. 2015. Recurrent Epulis Granulomatosa:
A Second look. Journal of Advanced Clinical & Research Insight ; 2 : 140-
142.
4. Gingivitis Kehamilan atau pregnancy gingivitis: Pembesaran marginal dan
interdental, merah terang-kebiruan, permukaan licin dan mengkilap, mudah
berdarah (Suwandi T, 2019)
Suwandi T. 2019. Hubungan Penyakit Periodontal pada Kehamilan dengan
Kelahiran Bayi Prematur. JKGT; 1(1):54.
- Pada trimester pertama, dokter gigi harus menilai status kesehatan gigi dan
mulut pasien secara menyeluruh, memberikan perubahan rongga mulut yang
terjadi selama kehamilan, serta mendiskusikan prosedur perawatan gigi dan
mulut pada ibu hamil. Tujuan dari perawatan adalah untuk menjaga janin dari
hipoksia, keguguran atau lahir premature, serta mencegah efek teratogenik
- Pada masa awal dari trimester ketiga masih merupakan waktu yang relatif
baik untuk melakukan perawatan gigi dan mulut. Namun, pada akhir trimester
ketiga sebaiknya tidak dilakukan perawatan gigi dan mulut. Pada akhir
trimester ketiga, uterus sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar. Waktu
perawatan yang lama harus di hindari untuk mencegah ketidaknyamanan
pasien
- Posisi ibu hamil pada kursi perawatan (dental chair) Pada masa kehamilan
dapat terjadi supine hypotensive syndrome, dimana pada posisi supine
pembuluh darah besar terutama vena cava inferior tertekan oleh uterus. Hal ini
menyebabkan aliran balik darah menuju jantung menurun sehingga dapat
menyebabkan hipotensi, penurunan cardiac output, dan dapat menyebabkan
penurunan kesadaran. Untuk mengatasi supine hypotensive syndrome, pasien
dapat diposisikan miring ke kiri untuk mengurangi tekanan pada vena cava
inferior, serta memperlancar aliran balik darah dari area pinggul dan kaki.
Untuk melakukan perawatan gigi dan mulut kembali, perlu dilakukan tindakan
pencegahan dengan menempatkan handuk yang digulung setebal 6 inchi atau
bantal kecil dibawah pinggul sisi kanan ibu hamil. Dengan tindakan ini akan
mendorong uterus lebih kesisi kiri dan menjauh dari vena cava. Tindakan
pencegahan lain adalah dengan memastikan posisi kepala pasien selalu lebih
diatas daripada kaki.
- Radiografi gigi pada ibu hamil Pembuatan radiografi gigi pada ibu hamil
harus mempertimbangkan dosis radiasi dan usia kehamilan. Masa yang terbaik
untuk membuat radiografi gigi adalah pada trimester dua kehamilan. Namun
dengan menggunakan apron serta pelindung tiroid dileher, dilakukan dalam
waktu yang cepat dan dengan prosedur yang benar serta mengikuti prinsip
utama ALARA (As Low As Reasonably Achievable), maka dosis radiasi pada
pembuatan radiografi dental sangat rendah untuk dapat mempengaruhi kondisi
janin.
Target penting dalam merencanakan perawatan gigi bagi wanita hamil adalah
mencapai lingkungan rongga mulut yang sehat dan kebersihan rongga mulut
yang optimal. Hal ini meliputi program kontrol plak yang dapat meminimalisir
inflamasi pada jaringan gusi akibat lokal iritan yang biasanya menyertai
perubahan hormon pada kehamilan. Instruksi agar menjaga kebersihan mulut
meliputi teknik membersihkan rongga mulut harus diajarkan, diperkuat dan
dimonitor. Konseling diet, dengan pembatasan konsumsi karbohidrat tertentu
perlu dilakukan. Scaling (pembersihan karang gigi) dan atau kuretase akar
dapat dilakukan kapanpun diperlukan. Plak kontrol sebagai pencegahan harus
dilaksanakan sejak trimester pertama. Hal ini perlu dilakukan sesering
mungkin untuk mengontrol penyebab lokal dan mengurangi inflamasi pada
gusi.
ANGWIRAWAN, Lucyana S.; TICOALU, Shane HR; SIAGIAN, Krista V. Gambaran Klinis
Gingiva Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang. e-GiGi, 2015, 3.2.
- (Esty)
Epulis gravidarum dapat sembuh spontan setelah masa kehamilan namun jika
epulis mengganggu baik secara fungsi maupun estetik, dapat dilakukan eksisi
dan anatesi lokal pada masa kehamilan. Pada kondisi ini terdapat resiko
perdarahan berlebih akibat kondisi pembuluh darah yang mudah berdarah.
Pasien harus diberikan penjelasan bahwa kondisi ini mungkin muncul kembali
selama masa kehamilan (Wijaksana, 2019).
Prognosa pada pasien adalah baik selama pada hasil pemeriksaan patologi
anatomi tidak didapatkan tanda keganasan dan penanganannya sudah sesuai
prosedur yaitu ekstirpasi masa jaringan dengan menghilangkan faktor
penyebab atau iritan kronis. Pasien dianjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan gigi dan mulut, dan kontrol secara rutin ke dokter gigi, terutama
saat kehamilan selanjutnya untuk mencegah kekambuhan epulis (Hasan
CY,2006).
- (Iftah)
Prognosis perawatan epulis gravidarum sangat baik. Umumnya lesi ini akan
mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera setelah ibu melahirkan
bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini sebaiknya ditunda
hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan perdarahan terus
terjadi sehingga mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan rutinitas
sehari-hari. Namun pada kasus-kasus di mana epulis tetap bertahan setelah
bayi lahir, diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara histologis.
Rekurensi yang terjadi secara spontan dilaporkan pada 75 persen kasus,
setelah 1 hingga 4 bulan setelah melahirkan. Bila massa tonjolan berukuran
besar dan mengganggu pengunyahan dan bicara, tonjolan tersebut dapat
diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif (Kusumawardani and Robin,
2018)
- (Iftah)
Komplikasi yang mungkin disebabkan oleh Epulis gravidarum selama
kehamilan yang tidak dirawat dan terus tumbuh, antara lain destruksi dan
absorpsi tulang alveolar, goyang dan perpindahan gigi, serta nyeri. Ketika
Epulis gravidarum membesar, karena pertimbangan persalinan, wanita hamil
sering tidak dapat menemui dokter tepat waktu, yang menyebabkan
peningkatan berlebihan Epulis gravidarum, terutama Epulis gravidarum di
ruang yang berdekatan antara dua gigi. Epulis gravidarum yang membesar
menekan gigi-geligi dan menyebabkan Resorpsi tulang, melonggarnya,
pergeseran dan perpindahan gigi. Selama kehamilan, pregnency mungkin
mempengaruhi mastikasi serta nyeri dapat terjadi. Komplikasi ini tidak dapat
segera diobati. Perawatan non-bedah harus dilakukan pada waktu yang tepat
untuk mengontrol plak. Pertimbangkan apakah gigi goyang memiliki indikasi
untuk pencabutan gigi. Jika penyerapan tulang alveolar tidak melebihi 1/3 dari
panjang akar, gigi yang dipindahkan setelah reseksi tumor gingiva akan sering
kembali ke posisi semula (Cheng et al., 2021).
- (Nabil)
1. Ajarkan pasien tentang perubahan mulut ibu yang terjadi selama kehamilan.
4. Hindari pengambilan radiografi rutin. Gunakan secara selektif dan bila perlu
- Trimester kedua (13 -24 minggu): Organogenesis selesai dan risiko pada janin
rendah. Ini adalah periode teraman untuk perawatan gigi. Rekomendasi
adalah:
Rekomendasi adalah: