Anda di halaman 1dari 24

Makalah Pencegahan Penyakit Gigi Mulut

Blok Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut


Kelas E
Kelompok 3
Disusun Oleh:

Rafi Adzka Ibrahim (201811117)


Rai Amara (201811118)
Ramadhoni Putra (201811119)
Raniah Nabilah Arifin (201811120)
Rayinda Putri M. Sanaiskara (201811121)
Ridzky Rainrisa Arief (201811122)
Riska Farida Nurazizah (201811123)
Safina Salsabila Wardhana (201811124)
Salsabila Putri Uno (201811125)

Dosen Fasilitator: Annisa Septalita, drg. M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO


(BERAGAMA)

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, yang telah
memberikan izin kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pencegahan Penyakit Gigi Mulut” tepat pada waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada dosen kami yang telah membimbing serta memberikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik dalam isi
maupun sistematikanya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dan
berguna untuk menambah pengetahuan para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Jakarta, 14 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ii

PENDAHULUAN…………………………………………………………..…………..... 1

ISI
A. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Ibu Hamil…………………………. 1
B. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Balita……………………………… 7
C. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Anak
Pra Sekolah dan Sekolah…………………………………………………………… 8
D. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Remaja……………………………. 11
E. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Dewasa……………………………. 12
F. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Lansia……………………………... 13

RINGKASAN………………………………………………………………...…………… 18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 19

ii
PENDAHULUAN
Rongga mulut adalah pintu pertama masuknya bahan-bahan kebutuhan untuk
pertumbuhan individu yang sempurna. Rongga mulut juga merupakan tempat
mikroorganisme penyebab infeksi yang dapat mempengaruhi keadaan kesehatan umum.
Kesehatan mulut dan kesehatan umum saling berhubungan, karena kesehatan gigi dan mulut
dapat mempengaruhi kesehatan umum. Kesehatan mulut sama pentingnya dengan kesehatan
tubuh umumnya. Perubahan jaringan di mulut juga menandakan perubahan status kesehatan.
Penyakit gigi dan mulut khususnya karies, gingivitis, dan periodontitis merupakan penyakit
yang paling umum pada rongga mulut. Kesehatan mulut merupakan bagian yang fundamental
dari kesehatan secara umum dan mampu meningkatkan kualitas hidup. Kesehatan mulut yang
pada mulanya disebut kesehatan gigi adalah kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi
geligi, serta jaringan pendukungnya, yang dapat berfungsi secara optimal dan bebas dari rasa
sakit. Maka dari itu, pencegahan penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan untuk mencapai
kesehatan mulut. Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan milut perlu dilakukan agar
tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas, dan produktivitas kerja yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup. 1,2

ISI
A. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Ibu Hamil
Kehamilan merupakan suatu tahapan istimewa dalam kehidupan wanita yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam hidup mencakup fisiologis dan psikologis.
Perubahan yang terjadi pada masa kehamilan dapat berdampak pada beberapa bagian
tubuh termasuk rongga mulut. Selama masa kehamilan akan terjadi peningkatan
hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut ibu
hamil. Peningkatan hormon tersebut akan menimbulkan berbagai keluhan seperti
ngidam, mual, dan muntah. Selain itu, pada masa kehamilan biasanya ibu akan merasa
malas dan manja sehingga mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron
akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut, yaitu salah satunya gingivitis, dan
karies selama periode kehamilan karena adanya perubahan lingkungan rongga mulut.
Penyakit gigi dan mulut yang terjadi pada masa kehamilan tidak hanya dipengaruhi
oleh kehamilan itu sendiri melainkan juga dipengaruhi oleh perilaku ibu hamil yang
mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulutnya.3

1
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan kadar asam di dalam rongga mulut,
dan jika wanita hamil mengalami mual dan muntah maka dapat mengakibatkan
paparan asam lambung pada gigi dan gingiva. Hal ini dapat mengakibatkan
peradangan pada gingiva, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kehamilan dan
perkembangan janin. Kehamilan secara signifikan mempengaruhi terjadinya
kerusakan pada jaringan periodontal. Adanya perubahan hormon selama kehamilan
dapat mempengaruhi respon gingiva yang berlebihan terhadap plak sehingga
meningkatkan risiko terjadinya penyakit periodontal. Perubahan hormon pada ibu
hamil yang disertai dengan perubahan vaskuler juga menyebabkan gingiva menjadi
lebih sensitif terhadap bakteri dan produk-produknya. Perubahan pola makan dan
kebiasaan tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut pada sebagian ibu hamil dapat
meningkatkan risiko penyakit periodontal yang pada perkembangannya akan
mempengaruhi lagi kondisi kehamilannya. Penyakit periodontal juga dapat
mempengaruhi kesehatan janin dan kondisi kehamilan, termasuk di dalamnya dapat
mempengaruhi terjadinya kelahiran prematur yang disertai dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) ataupun kelahiran normal dengan berat badan lahir rendah.4
1. Gejala yang Muncul Pada Trimester Kehamilan
Menurut Depkes RI (1995), gejala yang muncul pada trimester kehamilan
yaitu:
a. Trimester Pertama
Pada masa ini, usia kehamilan baru memasuki nol sampai tiga bulan. Ibu
hamil biasanya merasa lesu, mual, kadang-kadang hingga muntah. Rasa mual
dan muntah ini menyebabkan terjadinya peningkatan suasana asam dalam
mulut. Ditambah dengan adanya peningkatan plak karena malas memelihara
kebersihan gigi, maka cepatlah terjadi kerusakan gigi. Saat kehamilan terjadi
perubahan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang bisa disebabkan oleh
timbulnya perasaan mual dan muntah, perasaan takut ketika menggosok gigi
karena timbulnya pendarahan di gusi atau ibu terlalu lelah dengan kehamilan
sehingga menyebabkan ibu hamil malas menggosok gigi. Keadaan ini dengan
sendirinya akan menambah penumpukan plak sehingga memperburuk tingkat
kebersihan gigi dan mulut ibu hamil.4

2
b. Trimester Kedua
Pada masa ini, kehamilan baru memasuki usia tiga sampai enam bulan. Ibu
hamil kadang-kadang masih merasakan hal yang sama seperti bulan-bulan
trimester I kehamilan. Selain itu pada masa ini biasanya merupakan saat
terjadinya perubahan hormon yang dapat menimbulkan kelainan dalam rongga
mulut antara lain: peradangan pada gusi, warnanya kemerah-merahan dan
mudah berdarah terutama pada waktu menyikat gigi, timbulnya benjolan pada
gusi (diantara dua gigi) terutama yang berhadapan dengan pipi. Pada keadaan
ini warna gusi menjadi merah keunguan sampai warna merah kebiruan, mudah
berdarah dan gigi terasa goyang, dapat membesar hingga menutup gigi.4

c. Trimester Ketiga
Pada masa ini, kehamilan memasuki usia enam sampai sembilan bulan.
Pembengkakan pada gusi seperti ciri-ciri trimester sebelumnya, mencapai
puncak pada bulan ketujuh dan kedelapan.4

2. Perubahan dalam Mulut Selama Masa Kehamilan


Pada masa kehamilan terjadi perubahan hormon yaitu meningkatnya hormon
estrogen dan progesteron yang seringkali mengubah komposisi mikrobiota biofilm,
biologis jaringan gingiva dan pembuluh darah. Secara umum, hasilnya adalah terjadi
peradangan berlebihan dengan tanda-tanda klinis dan gejala yang dapat terlihat pada
gingiva. Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron pada masa kehamilan
dapat mempengaruhi gingiva. Progesteron bersama-sama dengan estrogen dapat
menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga membesarnya gingiva. Perubahan
yang paling menonjol dari ibu hamil adalah gingivitis dan epulis gravidarum.5
a. Gingivitis
Gingivitis kehamilan terjadi sebagai hasil dari peningkatan kadar hormon
progesteron dan estrogen. Hormon progesteron dan estrogen dapat merangsang
pembentukan prostaglandin pada gingiva ibu hamil. Perubahan hormonal juga
dapat menekan limfosit T dan mempengaruhi peningkatan P. intermedia.
Gingivitis kehamilan merupakan manifestasi oral yang paling sering terjadi
selama masa kehamilan. Gingivitis kehamilan mempunyai gambaran klinis berupa
marginal gingiva dan papila interdental yang berwarna merah terang sampai
merah kebiruan, permukaannya licin dan mengkilap, berkurangnya kekenyalan

3
dan mudah berdarah. Perubahan yang jelas terlihat pada bulan kedua kehamilan,
dan mencapai puncaknya pada bulan kedelapan, serta akan berkurang setelah
melahirkan.5

b. Epulis Gravidarum
Salah satu bentuk perubahan yang terjadi pada gingiva selama masa kehamilan
adalah epulis gravidarum atau disebut juga granuloma pyogenic. Epulis
gravidarum merupakan kelainan gingiva yang jarang terjadi pada masa kehamilan.
Epulis gravidarum merupakan lesi yang tumbuh dengan cepat dan jinak, dan
biasanya terjadi pada trimester pertama kehamilan. Epulis gravidarum biasanya
ditandai dengan lesi berwarna merah cerah dan banyak vaskularisasi yang kadang
memiliki flek putih di permukaannya, biasanya bertangkai dan dapat mencapai
diameter 2 cm, serta tidak menimbulkan rasa sakit sehingga tidak menimbulkan
keluhan berarti selain karena ukurannya. Meskipun dapat timbul pada setiap
lokasi di gingiva, epulis gravidarum kebanyakan timbul di papila interdental, dan
umumnya lebih sering di daerah labial pada rahang atas. Gigi yang berdekatan
dengan epulis dapat bergeser dan menjadi lebih mudah goyang, meskipun
kerusakan tulang jarang terjadi di sekitar gigi yang berdekatan dengan epulis.5

3. Perilaku Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut


Wanita hamil amat lazim mengalami masalah yang mengganggu gigi dan
mulut selama kehamilan, antara lain hipersalivasi (air liur berlebihan), gigi berlubang,
perdarahan gusi, gingivitis (peradangan gusi). Masalah gigi dan mulut pada ibu hamil
sering terjadi, hal ini cenderung diabaikan, baik oleh penderita maupun oleh dokter
atau bidan. Masalah gigi dan mulut apabila tidak dirasakan sebagai gangguan, maka
wanita hamil biasanya tidak mengeluhkan kepada dokter atau bidan yang memeriksa
kehamilannya. Calon ibu cenderung lebih peduli akan kesehatan janinnya dan
kehamilan itu sendiri sehingga mengabaikan kesehatan gigi dan mulut.4
Pada masa kehamilan ibu hamil akan mengalami perubahan secara fisik,
perubahan hormonal dan perilaku terjadi pada ibu hamil. Hal-hal tersebut
berpengaruh juga pada keadaan gigi dan mulut mereka. Selama masa kehamilan
sering kali calon ibu mengalami keluhan pada gigi dan mulut. Walaupun ibu hamil
mengalami berbagai gangguan, namun ibu hamil tetap wajib menjaga kesehatan gigi

4
dan mulutnya. Supaya ibu hamil terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama
kehamilannya, dianjurkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:4
a. Menyikat Gigi
Menyikat gigi dengan benar minimal dua kali sehari. Supaya
kebersihan gigi dan mulut lebih terjaga, ibu hamil juga dianjurkan untuk
menggunakan alat bantu sikat gigi seperti sikat lidah, sikat gigi interdental,
obat kumur, pasta gigi yang mengandung fluor dan benang gigi. Penggunaan
obat kumur dianjurkan untuk ibu hamil sesuai dengan indikasinya.
Penggunaan obat kumur harus dibawah pengawasan dan petunjuk dokter gigi
agar tidak menimbulkan efek samping, seperti terjadinya pewarnaan gigi dan
terganggunya keseimbangan flora normal rongga mulut. Sikat lidah digunakan
untuk menghilangkan lapisan yang menutupi permukaan lidah sehingga
mengurangi koloni kuman yang berada dibawahnya yang bisa menjadi
penyebab infeksi di rongga mulut. Sikat gigi interdental dan benang gigi
digunakan untuk membersihkan permukaan sela gigi.4,6

b. Mengkonsumsi Makanan yang Bergizi dan Seimbang


Seorang ibu hamil sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi secara seimbang sesuai dengan prinsip pedoman gizi seimbang
atau angka kecukupan gizi, supaya mempunyai daya tahan tubuh yang baik
serta dapat menjaga janinnya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
sehat dan sempurna.4

c. Memeriksakan Diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gigi


Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan secara berkala,
baik pada saat merasa sakit maupun pada saat tidak ada keluhan. Bahkan
idealnya, pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan apabila seseorang
berencana atau sedang mengharapkan kehamilan, sehingga pada saat dia hamil
kondisi kesehatan gigi dan mulutnya dalam keadaan baik. Apabila ibu hamil
merasakan adanya keluhan pada gigi dan mulutnya, maka harus sesegera
mungkin mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan gigi untuk mendapatkan
pemeriksaan dan perawatan gigi agar ibu hamil terhindar dari terjadinya
penyakit gigi dan mulut yang semakin parah. 4

5
d. Menghindari Makanan Manis Lengket
Ibu hamil dianjurkan untuk menghindari makan makanan yang manis
dan lengket, karena makanan yang manis dapat diubah oleh bakteri menjadi
asam yang dapat merusak lapisan gigi. Makanan yang bersifat lengket
dikhawatirkan akan bertahan lama dalam mulut sehingga kemungkinan
terjadinya asam akan lebih besar. Apabila ibu hamil tidak dapat meninggalkan
kebiasaannya dalam mengkonsumsi makanan manis dan lengket ini,
dianjurkan untuk segera membersihkan gigi dan mulutnya setelah
mengkonsumsi makanan tersebut minimal dengan cara berkumur-kumur. 7

e. Membersihkan Mulut Setelah Muntah


Bila ibu hamil mengalami muntah-muntah, segera bersihkan mulut
dengan berkumur-kumur dengan secangkir air ditambah 1 sendok teh soda kue
(sodium bicarbonat) dan menyikat gigi 1 jam setelah muntah.6
Dokter gigi harus hadir sedini mungkin pada tahap pertama kehamilan
untuk pemeriksaan menyeluruh sehingga semua perawatan yang diperlukan
dapat dilakukan dengan baik sebelumnya. Nasihat harus diberikan tentang diet
yang cocok untuk dipakai untuk melindungi orang tua dan anak yang sedang
berkembang. Terlepas dari diet campuran karbohidrat, lemak, dan protein
yang masuk akal, pada dasarnya diet ibu harus mencakup semua protein,
mineral, dan vitamin yang dibutuhkan janin. Asupan harian yang cukup dari
susu atau produk susu.7
● Protein—daging, telur, ikan, unggas.7
● Sayuran—sayuran, kubis, kecambah, dll. untuk vitamin A dan zat
besi.7
● Buah jeruk—jeruk, lemon, buah anggur. dll untuk vitamin C.7
Ibu hamil harus berhati-hati untuk menghindari penggunaan antibiotik
tetrasiklin; jika tidak, akan ada bahaya gigi berubah warna pada anak.7

6
B. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Balita
Anak usia balita masih kurang mengetahui dan mengerti tentang memelihara
kebersihan gigi dan mulut, anak masih sangat bergantung kepada orang dewasa dalam
hal menjaga kebersihan dan kesehatan giginya karena sebagian besar dari mereka
kurang memahami pengetahuan tentang kesehatan gigi dibanding dengan orang
dewasa.8
Penilaian risiko karies harus dilakukan segera setelah gigi primer pertama
erupsi dan harus dinilai ulang secara berkala oleh dokter gigi dan penyedia layanan
kesehatan. Tujuannya adalah untuk mencegah penyakit dengan (1) mengidentifikasi
anak-anak yang berisiko tinggi untuk karies, (2) berkembang secara individual
tindakan pencegahan dan manajemen karies, serta (3) membantu praktisi dalam
menentukan periodisitas yang tepat pelayanan Bukti yang cukup menunjukkan
kelompok anak-anak tertentu pada risiko yang lebih besar untuk pengembangan karies
anak usia dini (ECC) akan mendapat manfaat dari perawatan kesehatan mulut bayi.
Bayi dan anak kecil memiliki faktor risiko karies yang unik seperti pembentukan flora
mulut dan pertahanan inang yang berkelanjutan sistem, kerentanan gigi yang baru
erupsi, dan perkembangannya dari kebiasaan diet.8
Sealants efektif dalam mencegah dan menahan lesi karies oklusal pada pit dan
fissure molar sulung dan permanen pada anak-anak dan remaja dan dapat
meminimalkan perkembangan lesi karies oklusal non kavitas. Sealants diindikasikan
untuk gigi primer dan permanen dengan pit dan fissure dengan predisposisi
penumpukan plak. Pit dan fissure yang berisiko harus ditutup segera mungkin karena
risiko karies dapat meningkat sewaktu-waktu selama kehidupan pasien akibat
perubahan kebiasaan (misalnya, diet dan perawatan di rumah), mikroflora mulut, atau
kondisi fisik.9
Informasi dan langkah-langkah kebersihan mulut juga harus diterapkan
selambat-lambatnya dari waktu erupsi gigi sulung pertama. Langkah-langkah ini
termasuk yang berikut:9
1. Jika bayi tertidur saat menyusu, giginya harus dibersihkan sebelum menempatkan
anak di tempat tidur.9
2. Menyikat gigi pada semua anak yang bergigi harus dilakukan dua kali sehari
dengan pasta gigi berfluoride dan ukuran sikat gigi lembut sesuai usia.9
3. Orang tua harus menggunakan pasta gigi untuk gosok gigi anak di bawah 2 tahun
dan melakukan atau membantu anak menyikat gigi.9

7
4. Untuk anak berusia 2-5 tahun, orang tua harus memberikan pasta gigi 'seukuran
kacang polong' dan melakukan atau membantu menyikat gigi anak mereka. Anak-
anak harus diajari untuk tidak menelan pasta gigi.9
5. Flossing gigi harus dimulai saat permukaan gigi yang berdekatan tidak dapat
dibersihkan dengan sikat gigi.9
6. Menyikat gigi harus diawasi dan dibantu sampai usia 8 tahun. Gerakan
menggosok kecil melingkar direkomendasikan untuk anak-anak.9

C. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Anak Pra Sekolah dan Sekolah
1. Anak Pra Sekolah
Kesehatan mulut adalah dasar untuk kesehatan dan kesejahteraan umum.
Mulut yang sehat memungkinkan seseorang untuk berbicara, makan, dan
bersosialisasi tanpa mengalami penyakit aktif, ketidaknyamanan atau rasa malu.
Kesehatan gigi penting karena pencernaan makanan dimulai dengan bantuan gigi.
Peranan gigi cukup besar dalam mempersiapkan zat makanan sebelum absorbsi nutrisi
pada saluran pencernaan, di samping fungsi psikis dan sosial. Penyakit gigi dan mulut
yang sering diderita oleh anak prasekolah adalah karies gigi. Penyakit karies gigi
adalah penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang
disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
dirugikan dan penyebabnya multifaktor. Perilaku mempunyai peranan penting
terhadap peningkatan derajat kesehatan gigi, maka diperlukan pendekatan khusus
dalam membentuk perilaku positif terhadap kesehatan gigi. Sikap yang positif akan
mempengaruhi niat untuk ikut dalam kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut dan
sikap seseorang berhubungan erat dengan pengetahuan yang diterimanya dalam
proses belajar. Perilaku seorang anak tidak mau atau malas menggosok gigi maka
sebagai orang tua sebaiknya dapat membimbing anaknya untuk menggosok gigi
terutama saat menjelang tidur malam dan setelah sarapan. Bila seorang anak tidak
terbiasa menggosok gigi maka dari kebiasaan tersebut dapat menyebabkan anak yang
mengalami.10,11
Perilaku ibu menentukan kesehatan gigi anak, sebab ibu merupakan figur yang
paling dekat dengan anak sejak ia dilahirkan. Selain itu, perilaku anak juga cukup
berperan dalam menjaga kondisi kesehatan giginya, termasuk dalam hal menyikat gigi
dan pola makan anak. Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan perilaku

8
kesehatan terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini. Menurut Wong (2009) metode
yang paling efektif untuk membersihkan plak adalah dengan menggosok gigi setelah
makan dan sebelum tidur. Untuk menumbuhkan perilaku positif pada anak perlu
mendapat bimbingan dari orang tua dengan cara mengajari anak menggosok gigi
secara mandiri namun masih dalam pengawasan serta memfasilitasi anak dengan sikat
gigi yang menarik dan menggunakan pasta gigi yang disukai anak. Idealnya, gigi
harus dibersihkan setiap kali sehabis makan dan terutama sebelum tidur, dan anak
tidak boleh diberi apapun untuk dimakan atau diminum setelah menyikat gigi malam
kecuali air.11

2. Anak Sekolah
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Masalah utama dalam rongga mulut
anak sampai saat ini yaitu penyakit karies gigi. Karies merupakan suatu penyakit pada
jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad
renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan
terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan
organiknya.12
Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi
terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang
menentukan kualitas sumber daya manusia. Jika tidak diobati, karies gigi dapat
menyebabkan timbulnya rasa sakit pada gigi, gangguan penyerapan makanan,
mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak dan hilangnya waktu sekolah karena sakit
gigi. Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga mulut anak sampai
saat ini. Anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar merupakan kelompok yang
rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena umumnya anak-anak tersebut masih
mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang kurang menunjang terhadap kesehatan
gigi.12
Pola makan berpengaruh dalam proses karies lebih bersifat lokal daripada
sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengkonsumsi makanan. Makanan yang
mengandung karbohidrat khususnya gula banyak terkandung dalam jajanan yang
dikonsumsi anak sekolah. Pedagang jajanan sering dijumpai di setiap sekolah, hal ini
mendorong timbulnya kebiasaan mengkonsumsi jajanan pada anak sekolah terutama

9
pada jeda jam istirahat sekolah. Kebiasaan jajan merupakan perilaku yang
berhubungan dengan makan dan makanan seperti frekuensi makan, jenis makanan,
dan jumlah kandungan zat gizi dari jajanan setiap harinya. Kebiasaan mengkonsumsi
jajanan sehat masih belum banyak dimiliki oleh siswa, terutama siswa sekolah
dasar.12

3. Perilaku Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Anak


Perilaku modifikasi yang dapat dilakukan pada anak untuk penyakit karies gigi
adalah:13
● Nasihat pendidikan kesehatan gigi harus diberikan kepada pasien individu di sisi
kursi karena intervensi ini telah terbukti bermanfaat.13
● Anak-anak harus menyikat gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi yang
mengandung setidaknya 1000 ppm fluoride. Mereka harus meludahkan pasta gigi
dan tidak membilasnya dengan air.13
● Kebutuhan untuk membatasi konsumsi makanan dan minuman manis hanya pada
waktu makan harus ditekankan.13
● Saran diet untuk pasien harus mendorong penggunaan pemanis nongula,
khususnya xylitol, dalam makanan dan minuman.13
● Pasien harus didorong untuk menggunakan permen karet bebas gula, terutama
yang mengandung xylitol, jika hal ini dapat diterima.13
● Dokter harus meresepkan obat bebas gula bila memungkinkan dan harus
merekomendasikan penggunaan bentuk obat bebas gula tanpa resep.13
Selain itu, pencegahan penyakit gigi dan mulut pada anak dapat dilakukan
dengan cara mempromosikan cara menjaga kebersihan oral yang baik. Masa kanak-
kanak, khususnya tahun-tahun prasekolah, adalah waktu yang kritis untuk
mempelajari keterampilan kebersihan mulut. Jika keterampilan kebersihan mulut
diperoleh dan dipelihara pada masa kanak-kanak, keterampilan ini dapat menjadi
kebiasaan. Ibu memainkan peran kunci dalam pengembangan kebiasaan kebersihan
mulut anak-anak mereka dan penting bagi orang tua untuk sadar akan kesehatan
gigi.13
Karena anak-anak menghabiskan banyak waktu di sekolah, guru dapat
membantu dengan program pendidikan kesehatan gigi. Program-program ini terbukti
berhasil meningkatkan pengetahuan dan memotivasi praktik kebersihan mulut melalui
kegiatan seperti partisipasi kelompok, buku mewarnai, film, program komputer

10
interaktif, dan sesi informasi orang tua-anak. Pemodelan perilaku oleh figur otoritas
dalam kehidupan anak seperti guru, dokter gigi, pembantu atau saudara dapat menjadi
alat yang ampuh.13

D. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Remaja


Masalah kesehatan gigi dan mulut utama yang dihadapi oleh remaja yaitu
karies gigi, penyakit periodontal, dan maloklusi seringkali merupakan kondisi yang
dapat dicegah. Tindakan pencegahan yang efektif melibatkan fluoridasi air dan upaya
pencegahan lainnya di tingkat masyarakat, layanan profesional gigi, dan personal
dental hygiene.14

1. Pencegahan Karies Gigi


Karies gigi merupakan masalah utama penyakit infeksi gigi pada remaja, dapat
dicegah dengan cara-cara berikut:14
● Meningkatkan daya tahan gigi melalui penggunaan fluoride dan sealant gigi
(oklusal).14
● Mengurangi atau mengganggu mikroorganisme penyebab karies yang kontak dengan
gigi melalui penggunaan fluoride dan prosedur kebersihan mulut.14
● Mengubah lingkungan oral melalui intervensi diet.14

2. Pencegahan Penyakit Periodontal


Pencegahan penyakit periodontal memerlukan kebiasaan kebersihan mulut
pribadi yang baik, termasuk menyikat gigi dan flossing, untuk menghilangkan plak
dari semua permukaan gigi. Personal oral hygiene juga penting karena gingivitis dapat
diatasi melalui kontrol plak personal. Periodontitis adalah keadaan penyakit yang jauh
lebih parah dan biasanya memerlukan perawatan profesional untuk mencegah
perkembangan, tetapi, personal oral hygiene harus dilakukan juga.14
Selain tindakan oral hygiene, profilaksis (pembersihan) oleh seorang
profesional gigi setidaknya setahun sekali umumnya dianjurkan untuk mencegah
penyakit periodontal. American Dental Association telah menyarankan
dimasukkannya profilaksis oleh seorang profesional gigi dalam model manfaat
asuransi kesehatan gigi. Sebagian besar dari tujuh program Medicaid Negara yang
dijadikan sampel dalam studi OTA baru-baru ini mencakup profilaksis gigi untuk

11
remaja setidaknya setiap tahun (satu program membatasi manfaat untuk anak di
bawah usia 12 tahun). 14

3. Pencegahan Maloklusi
Dasar genetik dari banyak maloklusi pada remaja membuatnya tidak dapat
dicegah. Bagaimanapun, maloklusi kadang-kadang disebabkan oleh kehilangan dini
gigi sulung karena karies gigi. Penggunaan peralatan pemeliharaan ruang yang tepat
waktu secara efektif mencegah perpindahan gigi akibat kehilangan dini gigi sulung.14
American Dental Association telah merekomendasikan dimasukkannya space
maintainer sebagai bagian dari model manfaat asuransi kesehatan gigi. Dalam
studinya terhadap tujuh program State Medicaid yang disebutkan sebelumnya, OTA
menemukan bahwa ketujuh program tersebut membatasi cakupan pengelola ruang
untuk remaja.14

E. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Dewasa


Statistik menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut hampir menyerang
setiap orang. Penyakit ini mencapai lebih dari 80% anak-anak di negara maju maupun
negara berkembang. Di negara berkembang penyakit gigi dan mulut pada orang
dewasa lebih buruk keadaannya, karena akumulasi berbagai penyakit yang tidak
diobati. Penyakit gigi yang paling sering diderita adalah karies gigi dan penyakit
periodontal, karena prevalensi dan insidensinya yang tinggi di semua tempat di
seluruh dunia.15
Pendekatan saat ini untuk pencegahan penyakit mulut adalah mengidentifikasi
individu berisiko tinggi melalui skrining dan menawarkan intervensi terapeutik. Tes
penyaringan harus memiliki sensitivitas, spesifisitas, dan prediktif dengan kekuatan
yang tinggi. Validitas rendah dari tes skrining dapat menyebabkan kesalahan
klasifikasi risiko, tindakan pencegahan yang tidak tepat, periodisitas perawatan
berkelanjutan yang salah untuk jadwal perawatan dan mengabaikan diagnostik
tambahan (misalnya aliran saliva) yang menurunkan efektivitas intervensi dan
meningkatkan biaya.16
Penghapusan plak secara mekanis profesional setiap tiga bulan dalam setahun
pada orang dewasa tanpa periodontitis berat menunjukkan pengurangan rendah dalam
indeks plak dan gingivitis, tetapi profilaksis setiap enam atau dua belas bulan tidak
menunjukkan pengurangan yang signifikan. Menggunakan sikat gigi elektrik

12
dibandingkan dengan sikat manual menghasilkan pengurangan plak dan gingivitis
rendah-sedang. Menambahkan menyikat interdental atau flossing ke gigi sehari-hari
menghasilkan pengurangan plak dan gingivitis sedang-tinggi setelah tiga bulan.
Menyikat dengan pasta gigi triclosan-fluoride dibandingkan dengan pasta fluoride
mengurangi skor plak, gingivitis, dan perdarahan jumlah rendah-sedang, tetapi tidak
menimbulkan efek signifikan. Pembilasan secara teratur dengan klorheksidin
dibandingkan dengan plasebo mengurangi plak, gingivitis, dan skor perdarahan, tetapi
tidak berpengaruh pada mencegah kehilangan gigi. Berkumur secara teratur dengan
obat kumur yang mengandung minyak esensial mengurangi plak dan skor gingivitis
dalam jumlah sedang. Menyikat atau flossing interdental setiap hari tampaknya
menjadi yang paling efektif untuk mengurangi plak dan skor gingivitis, dan juga yang
paling murah dalam terapi pencegahan.16

F. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut pada Lansia


Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang menyerang segala
kelompok umur baik pada anak-anak sampai dewasa tak terkecuali pada kelompok
lansia. Salah satu masalah kesehatan pada lansia adalah karies gigi dan penyakit
periodontal. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi persoalan di Indonesia sebab
berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, tingkat prevalensi
karies di Indonesia mencapai 90,05%. Dalam suatu penelitian menyatakan penyakit
periodontal dapat meningkatkan risiko stroke lebih dari 50% pada orang berusia 25-
54, hal ini disebabakan bakteri pada penyakit periodontal dapat masuk ke dalam
pembuluh darah dan mengikuti aliran kapiler-kapiler sampai ke otak. Hasil penelitian
menunjukkan 95% penderita bergigi dengan umur lebih 65 tahun mempunyai
penyakit periodontal, dan 70% penderita lansia membutuhkan perawatan
periodontal.17
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit gigi dan mulut pada
lansia yakni dengan melakukan pendekatan dari tenaga kesehatan maupun dokter gigi
tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Hal ini juga dapat dilakukan dengan
pembentukan kader-kader kesehatan gigi dan mulut yang berperan dalam memantau
kesehatan gigi lansia dalam kegiatan posyandu lansia. Pada golongan usia lanjut
penyakit karies gigi dan periodontal lebih menonjol, karena adanya gangguan

13
fisiologis, mengakibatkan terganggunya fungsi pengunyahan dan sendi rahang, serta
menganggu kenikmatan hidup.17,18
1. Pencegahan Karies
a. Pencegahan Karies Akar
Pencegahan karies akar membutuhkan penilaian dan
pengamatan yang tepat terhadap tingkat risiko karies bagi pasien.
Tindakan pencegahan yang tepat untuk menghilangkan plak,
modifikasi diet, dan penggunaan fluoride topikal telah menunjukkan
hasil yang signifikan dalam menghentikan lesi karies aktif.13
Tindakan pencegahan termasuk mendidik pasien dan orang-
orang yang membantu mereka untuk menghindari makanan yang
mengandung gula tinggi, mempertahankan teknik menyikat gigi yang
tepat dan tindakan kebersihan mulut, dan melakukan pemeriksaan gigi
secara teratur. Pasien lanjut usia (terutama mereka yang memiliki
ketangkasan manual yang terbatas) perlu dididik tentang kontrol plak
dengan penggunaan sikat interproksimal atau perangkat kebersihan
mulut elektrik. Fluoride adalah agen yang tepat untuk pencegahan
karies akar karena mempromosikan proses remineralisasi dan
mengurangi laju demineralisasi.13
Banyak pasien lanjut usia menggunakan obat antikolinergik
yang menyebabkan efek samping. Pasien tersebut perlu diberitahu
tentang efek samping dari obat tersebut, sehingga tindakan pencegahan
yang diperlukan dapat diikuti. Klinisi harus mengarahkan perhatian
khusus pada pasien rawan karies akar yang memakai protesa gigi. Hal
ini dicapai dengan pengelolaan jaringan lunak yang tepat selama
prosedur prostesis cekat (misalnya desain, kontur, dan pemolesan) dan
menghindari penempatan margin restorasi koronal ke jaringan
sekitarnya untuk menghilangkan akumulasi plak. Untuk protesa
lepasan, retainer dan guide planes harus ditempatkan di area
pembersihan yang memungkinkan aliran saliva melewati area
tersebut.13
Fluoride adalah agen yang tepat untuk pencegahan karies akar
karena mempromosikan proses remineralisasi dan mengurangi laju
demineralisasi. Produk fluoride topikal tersedia sebagai natrium

14
fluorida rinse 0,05 persen, klorheksidin rinse 0,12 persen, dan sebagai
gel natrium fluorida netral 1,1 persen dalam teknik tray 5 menit,
dengan empat aplikasi selama 2 hingga 4 minggu. Produk lainnya
adalah pasta gigi yang mengandung sodium fluoride 1100 ppm.
Varnish yang mengandung fluoride juga efektif melawan karies akar.
Aplikasi perekat dentin dapat memiliki efek merugikan dari
demineralisasi permukaan akar.13
Penilaian risiko karies harus diselesaikan untuk semua pasien
usia lanjut, dan pasien yang ditemukan berada pada risiko sedang
hingga tinggi untuk karies akar harus menerima protokol pencegahan
agresif. Protokol ini didasarkan pada empat strategi utama untuk
pencegahan karies akar di masa depan. Strategi pertama adalah
mencoba memperbaiki laju aliran saliva dan meningkatkan kapasitas
buffer. Strategi kedua adalah mencoba mengurangi jumlah bakteri
kariogenik (Streptococcus mutans) di rongga mulut. Strategi ketiga
adalah mengurangi jumlah paparan dan jumlah karbohidrat olahan
yang tertelan. Yang keempat adalah mencoba untuk meremineralisasi
lesi yang baru jadi dan mencegah berkembangnya lesi baru.13

b. Pencegahan Primer dan Sekunder


● Identifikasi faktor risiko karies akar pada tingkat individu.13
● Pastikan diagnosis karies akar yang akurat.13
● Berikan diet, kebersihan mulut, dan saran menyikat gigi yang
benar.13
● Meresepkan regimen fluoride yang sesuai seperti pasta gigi
berfluoride tinggi (misalnya 5000 ppm), gel, varnish.13
● Berikan resep jika sesuai seperti klorheksidin (sebagai obat
kumur, semprotan, gel atau pernis), antiseptik serupa lainnya,
dan/atau produk remineralisasi dengan kalsium
phosphopeptideamorphous calcium phosphate (CPP-ACP).13
● Jika perlu, resepkan rejimen untuk merangsang aliran saliva,
seperti mengunyah permen karet dengan atau tanpa bahan aktif
(misalnya klorheksidin, xylitol, CPP-ACP), mengisap permen
tanpa gula, mengisap tablet buffered citric/asam buah,

15
menggunakan obat kolinergik sistemik (misalnya
pilocarpine/cimeviline, dengan pemantauan efek samping).13
● Pertimbangkan untuk meresepkan pengganti air liur, seperti
gel, semprotan dan cairan, dengan penempatan di sekitar gigi
palsu serta pada gigi dan jaringan lunak mulut.13
● Tinjau pasien pada jadwal yang sesuai dengan tingkat risiko
mereka.13

c. Manajemen
Tergantung pada kedalaman dan perluasan lesi, manajemen
mungkin termasuk remineralisasi, pengangkatan jaringan lunak,
restorasi atau ekstraksi. Tujuan utamanya adalah remineralisasi.
Pengambilan karies menggunakan instrumen tangan, dilengkapi
dengan sistem menghilangkan karies kemomekanik, mungkin sesuai
untuk kelompok pasien tertentu. Ada beberapa bukti bahwa semen
glass ionomer (konvensional atau resin-modified) dapat menjadi bahan
pilihan untuk restorasi lesi karies akar, terutama jika subgingiva.13

2. Pencegahan Penyakit Mukosa Oral


Prevalensi infeksi jamur meningkat dengan bertambahnya usia. Oleh
karena itu, pengendalian Candida penting dilakukan pada lansia. Prostesis gigi
yang dapat dilepas, khususnya, meningkatkan jumlah Candida oral dan
perawatan harus dilakukan untuk membersihkannya secara mekanis dengan
benar setelah setiap makan. Dianjurkan untuk membilas prostesis yang dapat
dilepas di bawah air mengalir. Membersihkan prostesis saja pada pasien
edentulous tidak secara efektif menurunkan jumlah mikroba di dalam mulut.
Pembersihan gigi tiruan secara mekanis akan menghilangkan plak dari
permukaan plastik, tetapi resin yang lebih tua menjadi keropos dan
permukaannya menjadi kolonisasi spesies Candida. Satu-satunya cara untuk
membersihkan permukaan tersebut secara efektif adalah dengan merendam
gigi tiruan dalam larutan antimikroba. Salah satu yang paling efektif adalah
larutan natrium hipoklorit 1% dengan rendaman semalaman (1% hipoklorit
adalah konsentrasi yang biasa digunakan/disarankan untuk sterilisasi produk
bayi). Membersihkan mukosa mulut dengan kapas yang dibasahi mungkin

16
diperlukan untuk kebersihan mulut yang lebih baik, khususnya di antara
pasien yang terbaring di tempat tidur.19
Protesa gigi yang tidak pas dapat menyebabkan lesi mukosa dan dalam
kasus terburuk dapat dikaitkan dengan transformasi maligna pada epitel. Cara
terbaik untuk mencegah stomatitis yang disebabkan oleh prostesis yang tidak
pas adalah dengan memastikan pemeriksaan gigi yang sering dan saran
kebersihan yang tepat.19

3. Pencegahan Kanker Mulut


Etiologi dan mekanisme patogenik kanker tidak sepenuhnya dipahami.
Namun, penggunaan tembakau dan alkohol juga merupakan faktor risiko
kanker mulut yang terkenal, seperti di bagian tubuh lainnya. Baru-baru ini,
penelitian telah menunjukkan bahwa kanker mulut mungkin dipengaruhi oleh
tingkat kebersihan mulut. Patogenesis di balik pengamatan ini adalah fakta
bahwa beberapa spesies mikroba mulut memetabolisme etanol menjadi
asetaldehida, bahan kimia terakhir bersifat karsinogenik. Pencegahan kanker
mulut adalah:19
● Pengurangan penggunaan tembakau (termasuk merokok, produk
tembakau kunyah, dan quid).19
● Mengurangi konsumsi alkohol.19
● Manajemen prostesis yang tidak pas dan restorasi yang buruk untuk
mengurangi trauma lokal.19
● Pemeliharaan kebersihan mulut yang baik.19
● Menghindari infeksi virus papiloma dan HIV.19
● Tindak lanjut yang sering dari pasien yang telah menjalani pengobatan
keganasan apapun.19

4. Pencegahan dengan Upaya Promotif


Pasien lansia mungkin tidak mengaitkan kesehatan mulut dengan
kesehatan umum dan praktik kebersihan mulut banyak lansia tidak melampaui
menyikat gigi. Oleh karena itu, program promosi kesehatan mulut harus fokus
pada peningkatan persepsi orang tua tentang pentingnya kesehatan mulut
dengan membantu mereka mengintegrasikan pengetahuan gigi ke dalam
sistem kepercayaan mereka. Pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada lansia

17
memerlukan perhatian khusus dan lebih banyak waktu harus diberikan bagi
mereka untuk menyerap ide-ide baru dan membuat keputusan. Mengajarkan
keterampilan baru menggunakan beberapa mode presentasi dan instruksi
verbal yang lambat dan jelas disertai dengan langkah-langkah tertulis yang
sederhana harus disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat ketergantungan
individu. Untuk lansia aktif, program harus dilakukan di lingkungan sosial
seperti klub sosial, pusat rekreasi, perpustakaan, pusat kesehatan dan panti
jompo. Aksesibilitas orang tua ke layanan gigi adalah faktor lain yang perlu
ditangani. Program pendidikan kesehatan mulut yang sukses harus didasarkan
pada gaya hidup orang tua di forum yang mudah diakses.13

RINGKASAN
Pada kehamilan, akan terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang
mempengaruhi rongga mulut, salah satunya gingivitis dan epulis gravidarum. Pada trimester
pertama, biasanya ibu hamil mengalami mual dan muntah yang menyebabkan terjadinya
peningkatan suasana asam dalam rongga mulut, dan biasanya ibu hamil akan malas menyikat
gigi sehingga terjadi penumpukan plak. Pada trimester kedua, terjadi peradangan pada gusi.
Dan pada trimester ketiga, gusi membengkak. Perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyakit gigi dan mulut adalah dengan menyikat gigi, mengkonsumsi makanan yang bergizi,
periksa gigi, menghindari makanan manis dan lengket, juga membersihkan mulut setelah
mual dan muntah.
Sealants efektif dalam mencegah dan menahan lesi karies oklusal pada pit dan fissure
molar sulung dan permanen pada anak-anak dan remaja dan dapat meminimalkan
perkembangan lesi karies oklusal non kavitas. Sealants diindikasikan untuk gigi primer dan
permanen dengan pit dan fissure dengan predisposisi penumpukan plak.
Penyakit gigi dan mulut yang sering diderita oleh anak prasekolah dan sekolah adalah
karies gigi. Penyakit karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
dapat dirugikan dan penyebabnya multifaktor. Perilaku yang dapat dilakukan untuk
mencegah penyakit gigi dan mulut ini adalah dengan promosi kesehatan oral, menyikat gigi,
membatasi makanan manis dan lengket, dan juga saran diet.

18
Masalah kesehatan gigi dan mulut utama yang dihadapi oleh remaja yaitu karies gigi,
penyakit periodontal, dan maloklusi seringkali merupakan kondisi yang dapat dicegah.
Tindakan pencegahan yang efektif melibatkan fluoridasi air dan upaya pencegahan lainnya di
tingkat masyarakat, layanan profesional gigi, dan personal dental hygiene
Penghapusan plak secara mekanis profesional setiap tiga bulan dalam setahun pada
orang dewasa tanpa periodontitis berat menunjukkan pengurangan rendah dalam indeks plak
dan gingivitis, tetapi profilaksis setiap enam atau dua belas bulan tidak menunjukkan
pengurangan yang signifikan.
Salah satu masalah kesehatan pada lansia adalah karies gigi dan penyakit periodontal.
Kanker mulut dan mukosa oral juga dapat terjadi pada pasien lansia. Pencegahan yang dapat
dilakukan untuk karies adalah dengan mendidik pasien dan orang-orang yang membantu
mereka untuk menghindari makanan yang mengandung gula tinggi, mempertahankan teknik
menyikat gigi yang tepat dan tindakan kebersihan mulut, dan melakukan pemeriksaan gigi
secara teratur. Pada penyakit mukosa oral, pasien dianjurkan untuk membersihkan gigi tiruan
dan merendamnya dengan larutan antimikroba. Pencegahan kanker mulut dapat dilakukan
dengan cara mengurangi merokok, mengurangi konsumsi alkohol, pemeliharaan kebersihan
mulut yang baik, tindak lanjuti keganasan apapun di dalam mulut. Selain itu, juga dapat
dilakukan pencegahan dengan upaya promotif.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ni Putu Adnyani, I Made Budi Artawa. Pengaruh Penyakit Gigi dan Mulut Terhadap
Halitosis.
2. I Wayan Suanda. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dalam Mencegah Terjadinya
Penyakit Gigi dan Mulut. Jurnal Kesehatan Gigi. 2018;6(1).
3. Saputri D. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hami di Wilayah
Kerja Puskesmas Kopelma Darussalam Banda Aceh. Journal of Syiah Kuala
Dentistry Society. 2016;1(1).
4. I Nyoman Gejir, Ni Kadek Ayu Sukartini. Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut
dengan Trimester Kehamilan pada Ibu Hamil yang Berkunjung ke Puskesmas
Klungkung I Kabupaten Klungkung Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Gigi. 2017;5(1).
5. Soulissa AG. Hubungan Kehamilan dan Penyakit Periodontal. Jurnal PDGI.
2014;63(3).

19
6. Ian Rizkuha Simanjuntak. 2016. Skripsi. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Ibu Hamil di Klinik Bersalin
Nirmala Sapni Medan. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
7. John J. Textbook of Preventive and Community Dentistry. 3rd Edition. New Delhi:
CBS Publisher & Distributors Pvt Ltd; 2017.
8. American Academy of Pediatric Dentistry. Periodicity of examination, preventive
dental services, anticipatory guidance/ counseling, and oral treatment for infants,
children, and adolescents
9. Chandna P, Adlakha VK. Oral health in children guidelines for pediatricians. Indian
Pediatr. 2010 Apr;47(4):323-7. doi: 10.1007/s13312-010-0061-y. PMID: 20431159
10. Shaimaa MF, et. al. Oral Health Status of Preschool Children in El-Suez Governorate
in Relation to Dental Care Given and the Influence of Oral Health Educational
Program. Egyptian Dental Journal. 2014;60.
11. Andriyani Mustika N, Permita Ayundana, Mariyam. Perilaku Ibu dalam Perawatan
Gigi Anak dengan Kejadian Karies Gigi Anak Usia Prasekolah. Jurnal Keperawatan.
2015;7(2).
12. Nadie Fatimatuzzahro, Rendra Chriestedy Prasetya, Winda Amilia. Gambaran
Perilaku Kesehatan Gigi Anak Sekolah Dasar di Desa Bangsalsari Kabupaten Jember.
Jurnal IKESMA. 2016;12(2).
13. Marya CM. A Textbook of Public Health Dentistry. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher; 2011: 303-304, 404, 413-414
14. U.S. Congress, Office of Technology Assessment. Adolescent Health-Volume II:
Background and the Effectiveness of Selected Prevention and Treatment Services.
Washington, DC: U.S. Government Printing Office 1991:241-44.
15. Suanda IW. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dalam Mencegah Terjadinya Penyakit
Gigi dan Mulut. Jurnal Kesehatan Gigi. 2018;6(1):30-1.
16. Hyde S, Dupuis V, Mariri BP, Dartevelle S. Prevention of tooth loss and dental pain
for reducing the global burden of oral diseases. International Dental Journal.
2017;67(2):19, 21-2.
17. Tantin Ermawati, Desi Sandra Sari, Yuliana. Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan
Mulut pada Lansia (Improving the Oral Health of Elderly). Jember: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember; 2015.

20
18. Indirawati Tjahja, Lannywati Ghani. Status Kesehatan Gigi dan Mulut ditinjau dari
Faktor Individu Pengunjung Puskesmas DKI Jakarta Tahun 2007. Bul. Penelitian
Kesehatan. 2010;38(2).
19. Holm-Pedersen P, Walls AWG, Ship JA. Textbook of Geriatric Dentistry. 3rd ed. UK:
John Wiley & Sons Ltd; 2015: 157-159.

21

Anda mungkin juga menyukai