Anda di halaman 1dari 2

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang menimbulkan perubahan pada tubuh wanita.

Perubahan tersebut meliputi perubahan anatomi, fisiologi dan psikologi yang dikuti dengan
perubahan hormonal, dimana tidak hanya mempengaruhi kesehatan umum tetapi juga
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan
mulut. Keadaan ini terjadi karena adanya peningkatan hormon esterogen dan progesteron yang
selama kehamilan dihubungkan dengan peningkatan jumlah plak yang melekat pada gigi yang
diakibatkan oleh rasa mual dan muntah pada pagi hari (morning sickness). Selama masa
kehamilan hormon esterogen dan progesteron pada ibu hamil meningkat yang sering ditandai
dengan perubahan fisiologis seperti rasa malas, manja dan nausea sehingga mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan gigi dan mulut yang
pada akhirnya bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Pentingnya menjaga
kebersihan gigi dan mulut dikarenakan mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan
minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui bahwa mulut
merupakan bagian penting dari tubuh dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari
kesehatan gigi. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan salah satunya dengan
menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kesadaran wanita hamil akan pentingnya menjaga
kebersihan gigi dan mulut untuk memelihara kesehatannya sangat penting. Hal ini dikarenakan
kebersihan gigi dan mulut dapat menentukan besar kecilnya risiko terserang penyakit gigi dan
mulut. Kebersihan gigi dan mulut merupakan tindakan yang bertujuan untuk membersihkan dan
menyegarkan gigi dan mulut. Tindakan pembersihan gigi dan mulut dapat mencegah penularan
penyakit melalui mulut memperbaiki fungsi sistem pengunyahan, serta mencegah penyakit gigi
dan mulut seperti penyakit pada gigi dan gusi. Di Puskesmas Sambelia ibu hamil yang datang
control pada trimester ke-1 hanya melakukan pemeriksaan LAB (HB dan urin) dan USG saja,
padahal ibu hamil juga sangat perlu untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya

Menurut penelitian Mwaiswelo pada tahun 2006 menunjukkan kurangnya pengetahuan pada ibu
hamil terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dimana hanya 16% dari ibu hamil yang
menerima pendidikan kesehatan gigi dan mulut, 97% yang menyikat giginya, 52% dari ibu hamil
percaya bahwa menyikat gigi secara rutin akan mengurangi risiko terjadinya masalah pada gusi
dan hanya 3,7% ibu hamil mengunjungi dokter gigi selama masa kehamilan. Pengetahuan adalah
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, triwulan
kedua dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9
bulan (Sugiyono, 2012).

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan juga telinga.
Pengetahuan merupakan ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2014) Menurut Notoatmodjo
(dalam Wawan dan Dewi, 2010) faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai
berikut: Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Lingkungan, Sosial Budaya Kondisi kebersihan gigi dan
mulut yang buruk pada ibu hamil dapat mengakibatkan dampak pada kehamilan seperti bayi
lahir prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan preeklampsia. Menurut penelitian yang
dilakukan (Santoso dkk., tahun 2009) penyakit periodontal seperti gingivitis yang tidak di rawat
pada ibu hamil merupakan salah satu faktor resiko bayi dengan BBLR. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa responden dengan kebersihan mulut kurang, mempunyai resiko 2 kali
melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan responden dengan kebersihan mulut baik. Jumlah
bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia sendiri masih cukup tinggi. Data WHO
mencatat Indonesia berada di peringkat sembilan dunia dengan persentase BBLR lebih dari 15,5
persen dari kelahiran bayi setiap tahunnya. Hasil Riskesdas tahun 2018 menyatakan bahwa
persentase BBLR di Indonesia sebesar 6,2% (Riskesdas, 2018). Fakta yang terjadi 72,1%
penduduk Indonesia memiliki masalah karies dan 46,5% diantaranya tidak melakukan perawatan
terhadap karies yang dideritanya. Kesadaran orang dewasa untuk datang ke dokter gigi kurang
dari 7% dan pada anak-anak hanya sekitar 4% kunjungan ke dokter gigi (Munadirah, 2017).
Kesehatan gigi dan mulut Riskesdas 2018 mencatat proporsi masalah gigi dan mulut sebesar
57,6% dan yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 10,2%. Adapun proporsi
perilaku menyikat gigi dengan benar sebesar 2,8%. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di
atas, maka penulis tertarik untuk melakukan analisis mengenai pengetahuan ibu hamil terhadap
kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan.

Di Puskesmas Sambelia ibu hamil yang datang control pada trimester ke-1 hanya
melakukan pemeriksaan LAB (HB dan urin) dan USG saja, padahal ibu hamil juga sangat perlu
untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya.

Anda mungkin juga menyukai