Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan yang sering timbul pada anak usia prasekolah yaitu

gangguan perilaku, gangguan perkembangan fisiologis hingga gangguan dalam belajar

dan juga masalah kesehatan umum. Namun masalah yang biasanya terjadi yaitu

masalah kesehatan umum. Masalah kesehatan umum yang terjadi pada anak usia

prasekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti

gosok gigi yang baik dan benar, kebersihan diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai

sabun. Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang penting dalam

pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok

anak usia prasekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia prasekolah merupakan masa

untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia berkualitas dan

kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia

(Warni, 2009).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 menyatakan angka

kejadian karies pada anak masih sebesar 60-90%. Survey yang dilakukan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada pelita III dan IV menunjukkan

prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%, dimana 90%

diantaranya adalah golongan umur anak balita. Menurut Antara News sebagaimana

dikutip oleh Maulani dan Jubilee, (2005) jumlah balita di Indonesia mencapai 30 %

dari 250 juta penduduk Indonesia, sehingga diperkirakan balita yang mengalami

kerusakan gigi mencapai 75 juta lebih. Jumlah itu sangat mungkin bertambah terus,

1
2

karena pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Nasional pada tahun 1990

hanya 70 % tetapi pada tahun 2003 mencapai 90%. Prevalensi karies gigi pada anak

sangat bervariasi jika didasarkan atas golongan umur dimana anak berusia 1 tahun

sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar 10%, anak usia 3 tahun sebesar 40%, anak usia

4 tahun sebesar 55%, dan anak usia 5 tahun sebesar 75%. Dengan demikian golongan

umur balita merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi (Tayerud, 2009).

Di Indonesia laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) DEPKES RI

tahun 2001 menyatakan, diantara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak dikeluhkan

prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004, prevalensi karies di Indonesia

mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan Negara berkembang

lainnya. Karies menjadi bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat

Indonesia (Situmorang, 2005).

Tingginya angka karies gigi dapat dipengaruhi berbagai faktor.Karies gigi

dapat disebabkan oleh faktor distribusi penduduk, lingkungan, perilaku dan faktor

pelayanan kesehatan gigi yang beragam pada masyarakat Indonesia. Lebih dari itu

karies gigi justru sering menyerang anak-anak usia prasekolah (Suwelo, 1992). Hal ini

sesuai dengan survey yang dilakukan Depkes RI pada pelita III dan IV bahwa

prevalensi karies gigi pada usia 4 tahun sebesar 55% dan pada usia 5 tahun sebesar

75% (Srigupta, 2004).

Masalah-masalah tersebut timbul karena kurangnya pengetahuan serta

kesadaran akan pentingnya kesehatan terutama kebiasaan menggosok gigi.

Menggosok gigi merupakan salah satu solusi yang murah dan efektif dalam menjaga

kesehatan gigi serta dapat mencegah terjadinya karies gigi dan mencegah terjadinya

kerusakan pada gigi. Namun hingga saat ini kebiasaaan tersebut sering kali dianggap
3

remeh. Masalah yang terjadi pada anak usia prasekolah tentang kesadaran pentingnya

kebiasaan menggosok gigi bisa dikarenakan kurangnya sosialisasi dan bagaimana

manfaat dan tehknik menggosok gigi yang benar oleh petugas kesehatan (Entjang,

2000).

Perawat gigi merupakan salah satu tenaga kesehatan pelaksana pelayanan

kesehatan gigi dan mulut. Pemerintah mengatur ruang lingkup kerja mereka

berdasarkan keputusan Menkes Nomor 378/ Menkes/ SK/ III/ 2007 tentang

Standar Profesi perawat gigi, dengan kompetensi utama promotif, preventif, dan

kuratif sederhana. Perawat gigi adalah salah satu unsur pemberi pelayanan kesehatan

gigi di institusi pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan sarana

kesehatan lainnya yang secara nyata telah membaktikan dirinya di Indonesia sejak

tahun 1953 yaitu pada kelulusan pertama Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG),

kemudian pada 13 September 1996 berdiri Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI).

Profesi perawat gigi merupakan salah satu komponen utama dan mempunyai peranan

yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kepada

masyarakat berupa tindakan keperawatan gigi.

Dalam menjalan kan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi

diantaranya, fungsi Interdependen. Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang

bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Dengan kata

lain, kegiatan tersebut juga dapat dilakukan oleh perawat komunitas, lebih khususnya

pada level pencegahan primer. Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi

sebelum sakit atau ketidak berfungsian dan diaplikasikan ke populasi sehat pada

umumnya. Pencegahan primer mencakup peningkatan kesehatan dan perlindungan

khusus terhadap penyakit, yang meliputi promosi kesehatan dan mempertahankan

kesehatan (Depkes RI, 2002).


4

Salah satu upaya untuk menjaga kesehatan gigi dan mencegah terjadinya

karies gigi adalah dengan melakukan promosi kesehatan. Promosi kesehatan

merupakan salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan pada level pencegahan

primer, dimana pada level pencegahan primer berfungsi untuk mencegah atau

menghindari terjadinya suatu penyakit serta mengenali gejala-gejala penyakit yang

akan terjadi sedini mungkin, dalam tahap ini peran perawat khususnya perawat

komunitas sangatlah penting. Promosi kesehatan dalam konteks kesehatan

masyarakat pada saat ini sebagai revitalisasi atau perubahan dari pendidikan kesehatan

pada waktu lalu. Promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku

saja, tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut

(Notoatmodjo, 2005).

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan penyuluhan

kesehatan. Penyuluhan dengan berbagai sasaran lebih ditekankan pada kelompok

rentan anak prasekolah. Lingkungan sekolah merupakan perpanjangan tangan

keluarga dalam meletakkan dasar perilaku hidup sehat bagi anak sekolah. Penyuluhan

kesehatan di sekolah diintegrasikan dalam program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

(Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa seseorang dapat mempelajari sesuatu

dengan lebih baik apabila menggunakan lebih dari satu indera ketika menerima

penyuluhan, apa yang diingat dari isi penyuluhan adalah 50% dari apa yang didengar

dan dilihat. Semakin banyak menggunakan pengindraan dalam belajar maka akan

semakin baik, panca indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak

adalah mata (kurang lebih sampai 87%), sedangkan 13% pengetahuan manusia

diperoleh atau disalurkan melalui indera lainnya (Depkes RI, 2008).


5

Untuk memaksimalkan pemanfaatan indera sasaran diperlukan alat bantu

penyuluhan yang ditentukan oleh tujuan penyuluhan karena setiap alat bantu

memiliki intensitas yang berbeda. Jika tujuan penyuluhan pada aspek pengertian atau

pengetahuan maka pesan yang disampaikan cukup dengan lisan namun harus

menggunakan alat peraga yang dapat menarik minat sasaran penyuluhan. Untuk

meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi siswa diperlukan penyuluhan kesehatan

gigi dengan alat bantu yang dapat menarik minat siswa dan memaksimalkan

penggunaan indera siswa, salah satunya adalah media poster karena selain berisikan

materi penyuluhan juga disertai gambar yang diharapkan lebih menarik minat siswa

dari aspek visual. Berbeda dengan alat bantu leaflet yang lebih dominan pada tulisan

konten materi penyuluhan dari pada gambar (Maulana, 2009).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Dinoyo

Kota Malang pada tanggal 05 April 2013, dari hasil observasi dapat dilihat bahwa di

puskesmas terdapat banyak program kerja, salah satunya adalah penyuluhan

kesehatan gigi. Disana juga terdapat sarana promosi kesehatan seperti media video

dan poster kesehatan gigi, yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan promosi

kesehatan, khususnya kesehatan gigi, akan tetapi sarana tersebut belum dapat di

manfaatkan semaksimal mungkin, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian menggunakan media promosi video dan poster untuk meningkatkan

pengetahuan kesehatan gigi pada anak prasekolah di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota

Malang.

Studi pendahuluan yang dilakukan di TK Dharma Wanita dan TK Satu Atap

di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang pada tanggal 20 April 2013, dari hasil

observasi, banyak siswa yang mengkonsumsi makanan ringan yang di jual didepan

sekolah seperti snack dan permen (yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada
6

gigi), akan tetapi siswa di TK Dharma Wanita dan TK Satu Atap banyak yang tidak

mengalami kerusakan pada giginya. Pada penelitian ini, peran perawat (perawat

komunitas) sangatlah penting terutama pada level pencegahan primer, pada level ini

peran perawat komunitas adalah melakukan promosi kesehatan untuk mencegah atau

menghindari terjadinya suatu penyakit serta mengenali gejala-gejala penyakit yang

akan terjadi sedini mungkin. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

seberapa besar pengaruh media video dan poster belajar menggosok gigi sebagai

media promosi untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi pada anak

prasekolah di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Media Video dan Poster Belajar Menggososk Gigi Sebagai Media

Promosi Untuk Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Gigi Pada Anak Prasekolah

di Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan kesehatan gigi sebelum dan sesudah

pemberian media promosi (video dan poster) belajar menggosok gigi pada

anak prasekolah di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang?

2. Adakah perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi sebelum dan sesudah

pemberian media promosi (video dan poster) belajar menggosok gigi pada

anak prasekolah di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang?

3. Manakah media promosi belajar menggosok gigi yang lebih berpengaruh

untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi pada anak prasekolah di

wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang?


7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh media video

dan poster belajar menggosok gigi sebagai media promosi untuk

meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi pada anak prasekolah di wilayah

Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendeskripsikan gambaran pengetahuan kesehatan gigi sebelum dan

sesudah pemberian media promosi (video dan poster) belajar menggosok gigi

pada anak prasekolah di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

2. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi sebelum

dan sesudah pemberian media promosi (video dan poster) belajar menggosok

gigi pada anak prasekolah di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

3. Untuk menganalisis Manakah media promosi belajar menggosok gigi yang

lebih berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi pada

anak prasekolah di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian serta

memperluas wawasan pengetahuan teori dan praktik keperawatan, khususnya

kebutuhan dasar manusia mengenai promosi kesehatan yang menggunakan

media video dan poster untuk meningkatan pengetahuan menggosok gigi

sebagai upaya menjaga kesehatan gigi serta mengaplikasikan ilmu riset, ilmu

keperawatan komunitas, serta ilmu keperawatan anak yang telah diperoleh

pada bangku kuliah.


8

2. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan

Menjadi masukan bagi tenaga kesehatan, baik perawat gigi maupun perawat

komunitas untuk mengoptimalisasikan program promosi kesehatan yang

dapat disampaikan melalui media video dan poster terutama cara menggosok

gigi yang benar untuk menjaga kesehatan gigi serta mencegah terjadinya karies

gigi, khususnya pada anak-anak sekolah.

3. Manfaat Bagi Pendidikan Keperawatan

Memberikan kontribusi penting bagi ilmu keperawatan khususnya perawat

komunitas pada level pencegahan primer dengan melakukan promosi

kesehatan yang menggunakan media video dan poster untuk meningkatkan

pengetahuan kesehatan gigi khususnya pada anak prasekolah dan studi

pustaka tambahan untuk penelitian selanjutnya.

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Memberi masukan bagi masyarakat bahwa media video dan poster dapat

digunakan sebagai media promosi kesehatan untuk menambah pengetahuan

menggosok gigi yang benar pada anak sebagai upaya untuk menjaga

kesehatan gigi serta mencegah terjadinya karies gigi di usia prasekolah.

1.5 Batasan penelitian

Untuk mempermudah dan mempertegas lingkup penelitian, maka penelitian

ini diberi batasan penelitian sebagai berikut:

1. Media promosi kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah video

dan poster yang terdapat di Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

2. Lingkup yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan kesehatan gigi.

3. Responden penelitian ini adalah anak prasekolah di wilayah Puskesmas

Dinoyo Kota Malang.


9

1.6 Keaslian Penelitian

Menurut pengetahuan peneliti penelitian ini belum pernah dilakukan tetapi

sudah ada penelitian pendidikan kesehatan yang sudah dilakukan seperti:

Penelitian yang dilakukan oleh Kenika (2013), berjudul “pengaruh pemberian

promosi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan personal

hygine siswa”. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada peningkatan pengetahuan dan

keterampilan sebelum dan sesudah perlakuan dengan hasil wilcoxon singed rank test

p=0,000 untuk pengetahuan dan p=0,000 untuk keterampilan. Pada peningkatan

pengetahuan pre dan post pemberian promosi kesehatan adalah pada pre, tidak ada

sampel yang mengalami pengetahuan baik (0%), sebanyak 3 siswa mengalami

peningkatan pengetahuan cukup (10%), sebanyak 27 siswa mengalami peningkatan

pengetahuan kurang (90%), sedangkan pada post, sebanyak 22 siswa mengalami

peningkatan pengetahuan baik (73,3%), sebanyak 8 siswa yang mengalami

peningkatan pengetahuan cukup (26,7%), tidak ada siswa yang mengalami

peningkatan pengetahuan kurang (0%). Sedangkan pada peningkatan keterampilan pre

dan post pemberian promosi kesehatan adalah pada pre, tidak ada sampel yang

mengalami peningkatan keterampilan baik (0%), sebanyak 4 siswa mengalami

peningkatan keterampilan cukup (13,3%), sebanyak 26 siswa mengalami peningkatan

keterampilan kurang (86,7%), sedangkan pada post, sebanyak 16 siswa mengalami

peningkatan keterampilan baik (53,3%), sebanyak 14 siswa yang mengalami

peningkatan keterampilan cukup (46,7%), tidak ada siswa yang mengalami

peningkatan keterampilan kurang (0%).

Penelitian yang dilakukan oleh Indah (2010), berjudul “pengaruh penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut dengan demonstrasi cara menyikat gigi terhadap penurunan

indeks plak pada anak Sekolah Dasar”. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada
10

penurunan indeks plak pada anak, status kebersihan mulut (status plak) setelah

penyuluhan dengan kelompok perlakuan, baik 23 (95,8%), sedang 2 (25%), buruk 0

(0%), dan total 25 (100%), kelompok control, baik 1 (4,2%), sedang 6 (75%), buruk

17 (100%), dan total 24 (100%), total keseluruhan baik 24 (100%), sedang 8 (100%),

buruk 17 (100%), dan total 49 (100%).

Penelitian yang dilakukan oleh Diana (2009), berjudul “penggunaan media

panggung boneka dalam pendidikan personal hygine cuci tangan menggunakan sabun

di air mengalir”. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada peningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan sebelum dan sesudah perlakuan dengan hasil wilcoxon singed rank test

p=0,000 untuk ketrampilan dan p=0,000 untuk pengetahuan. Pada kelas yang

diberikan perlakuan berupa ceramah peningkatan sebesar 75,9% dan peningkatan

pengetahuan sebesar 86,2%.

Sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah lokasi penelitiannya.

Menggunakan true-eksperimental dengan pendekatan pretest-postest with control group yaitu

dalam rancangan ini, dilakukan randomisasi, artinya pengelomokan anggota-anggota

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau

random. Kemudian dilakukan pretest (01) pada kedua kelompok tersebut, dan diikuti

intervensi (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan posttest

(02) pada kedua kelompok tersebut. Tempat penelitian dilakukaan di wilayah

Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Anda mungkin juga menyukai