PENDAHULUAN
Masalah kesehatan yang sering timbul pada anak usia prasekolah yaitu
dan juga masalah kesehatan umum. Namun masalah yang biasanya terjadi yaitu
masalah kesehatan umum. Masalah kesehatan umum yang terjadi pada anak usia
gosok gigi yang baik dan benar, kebersihan diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai
sabun. Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang penting dalam
anak usia prasekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia prasekolah merupakan masa
kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia
(Warni, 2009).
kejadian karies pada anak masih sebesar 60-90%. Survey yang dilakukan oleh
prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%, dimana 90%
diantaranya adalah golongan umur anak balita. Menurut Antara News sebagaimana
dikutip oleh Maulani dan Jubilee, (2005) jumlah balita di Indonesia mencapai 30 %
dari 250 juta penduduk Indonesia, sehingga diperkirakan balita yang mengalami
kerusakan gigi mencapai 75 juta lebih. Jumlah itu sangat mungkin bertambah terus,
1
2
karena pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Nasional pada tahun 1990
hanya 70 % tetapi pada tahun 2003 mencapai 90%. Prevalensi karies gigi pada anak
sangat bervariasi jika didasarkan atas golongan umur dimana anak berusia 1 tahun
sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar 10%, anak usia 3 tahun sebesar 40%, anak usia
4 tahun sebesar 55%, dan anak usia 5 tahun sebesar 75%. Dengan demikian golongan
umur balita merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi (Tayerud, 2009).
tahun 2001 menyatakan, diantara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak dikeluhkan
prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk.
mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan Negara berkembang
lainnya. Karies menjadi bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat
dapat disebabkan oleh faktor distribusi penduduk, lingkungan, perilaku dan faktor
pelayanan kesehatan gigi yang beragam pada masyarakat Indonesia. Lebih dari itu
karies gigi justru sering menyerang anak-anak usia prasekolah (Suwelo, 1992). Hal ini
sesuai dengan survey yang dilakukan Depkes RI pada pelita III dan IV bahwa
prevalensi karies gigi pada usia 4 tahun sebesar 55% dan pada usia 5 tahun sebesar
Menggosok gigi merupakan salah satu solusi yang murah dan efektif dalam menjaga
kesehatan gigi serta dapat mencegah terjadinya karies gigi dan mencegah terjadinya
kerusakan pada gigi. Namun hingga saat ini kebiasaaan tersebut sering kali dianggap
3
remeh. Masalah yang terjadi pada anak usia prasekolah tentang kesadaran pentingnya
manfaat dan tehknik menggosok gigi yang benar oleh petugas kesehatan (Entjang,
2000).
kesehatan gigi dan mulut. Pemerintah mengatur ruang lingkup kerja mereka
berdasarkan keputusan Menkes Nomor 378/ Menkes/ SK/ III/ 2007 tentang
Standar Profesi perawat gigi, dengan kompetensi utama promotif, preventif, dan
kuratif sederhana. Perawat gigi adalah salah satu unsur pemberi pelayanan kesehatan
gigi di institusi pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan sarana
kesehatan lainnya yang secara nyata telah membaktikan dirinya di Indonesia sejak
tahun 1953 yaitu pada kelulusan pertama Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG),
kemudian pada 13 September 1996 berdiri Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI).
Profesi perawat gigi merupakan salah satu komponen utama dan mempunyai peranan
yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kepada
diantaranya, fungsi Interdependen. Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang
bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Dengan kata
lain, kegiatan tersebut juga dapat dilakukan oleh perawat komunitas, lebih khususnya
pada level pencegahan primer. Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi
sebelum sakit atau ketidak berfungsian dan diaplikasikan ke populasi sehat pada
Salah satu upaya untuk menjaga kesehatan gigi dan mencegah terjadinya
merupakan salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan pada level pencegahan
primer, dimana pada level pencegahan primer berfungsi untuk mencegah atau
akan terjadi sedini mungkin, dalam tahap ini peran perawat khususnya perawat
masyarakat pada saat ini sebagai revitalisasi atau perubahan dari pendidikan kesehatan
pada waktu lalu. Promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku
saja, tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut
(Notoatmodjo, 2005).
keluarga dalam meletakkan dasar perilaku hidup sehat bagi anak sekolah. Penyuluhan
(Notoatmodjo, 2005).
dengan lebih baik apabila menggunakan lebih dari satu indera ketika menerima
penyuluhan, apa yang diingat dari isi penyuluhan adalah 50% dari apa yang didengar
dan dilihat. Semakin banyak menggunakan pengindraan dalam belajar maka akan
semakin baik, panca indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak
adalah mata (kurang lebih sampai 87%), sedangkan 13% pengetahuan manusia
penyuluhan yang ditentukan oleh tujuan penyuluhan karena setiap alat bantu
memiliki intensitas yang berbeda. Jika tujuan penyuluhan pada aspek pengertian atau
pengetahuan maka pesan yang disampaikan cukup dengan lisan namun harus
menggunakan alat peraga yang dapat menarik minat sasaran penyuluhan. Untuk
gigi dengan alat bantu yang dapat menarik minat siswa dan memaksimalkan
penggunaan indera siswa, salah satunya adalah media poster karena selain berisikan
materi penyuluhan juga disertai gambar yang diharapkan lebih menarik minat siswa
dari aspek visual. Berbeda dengan alat bantu leaflet yang lebih dominan pada tulisan
Kota Malang pada tanggal 05 April 2013, dari hasil observasi dapat dilihat bahwa di
kesehatan gigi. Disana juga terdapat sarana promosi kesehatan seperti media video
dan poster kesehatan gigi, yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan promosi
kesehatan, khususnya kesehatan gigi, akan tetapi sarana tersebut belum dapat di
pengetahuan kesehatan gigi pada anak prasekolah di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota
Malang.
di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang pada tanggal 20 April 2013, dari hasil
observasi, banyak siswa yang mengkonsumsi makanan ringan yang di jual didepan
sekolah seperti snack dan permen (yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada
6
gigi), akan tetapi siswa di TK Dharma Wanita dan TK Satu Atap banyak yang tidak
mengalami kerusakan pada giginya. Pada penelitian ini, peran perawat (perawat
komunitas) sangatlah penting terutama pada level pencegahan primer, pada level ini
peran perawat komunitas adalah melakukan promosi kesehatan untuk mencegah atau
akan terjadi sedini mungkin. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
seberapa besar pengaruh media video dan poster belajar menggosok gigi sebagai
judul “Pengaruh Media Video dan Poster Belajar Menggososk Gigi Sebagai Media
pemberian media promosi (video dan poster) belajar menggosok gigi pada
pemberian media promosi (video dan poster) belajar menggosok gigi pada
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh media video
sesudah pemberian media promosi (video dan poster) belajar menggosok gigi
dan sesudah pemberian media promosi (video dan poster) belajar menggosok
sebagai upaya menjaga kesehatan gigi serta mengaplikasikan ilmu riset, ilmu
Menjadi masukan bagi tenaga kesehatan, baik perawat gigi maupun perawat
dapat disampaikan melalui media video dan poster terutama cara menggosok
gigi yang benar untuk menjaga kesehatan gigi serta mencegah terjadinya karies
Memberi masukan bagi masyarakat bahwa media video dan poster dapat
menggosok gigi yang benar pada anak sebagai upaya untuk menjaga
1. Media promosi kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah video
2. Lingkup yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan kesehatan gigi.
hygine siswa”. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada peningkatan pengetahuan dan
keterampilan sebelum dan sesudah perlakuan dengan hasil wilcoxon singed rank test
pengetahuan pre dan post pemberian promosi kesehatan adalah pada pre, tidak ada
dan post pemberian promosi kesehatan adalah pada pre, tidak ada sampel yang
kesehatan gigi dan mulut dengan demonstrasi cara menyikat gigi terhadap penurunan
indeks plak pada anak Sekolah Dasar”. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada
10
penurunan indeks plak pada anak, status kebersihan mulut (status plak) setelah
(0%), dan total 25 (100%), kelompok control, baik 1 (4,2%), sedang 6 (75%), buruk
17 (100%), dan total 24 (100%), total keseluruhan baik 24 (100%), sedang 8 (100%),
panggung boneka dalam pendidikan personal hygine cuci tangan menggunakan sabun
di air mengalir”. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada peningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan sebelum dan sesudah perlakuan dengan hasil wilcoxon singed rank test
p=0,000 untuk ketrampilan dan p=0,000 untuk pengetahuan. Pada kelas yang
random. Kemudian dilakukan pretest (01) pada kedua kelompok tersebut, dan diikuti
intervensi (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan posttest