PALEMBANG
SURVEY EPIDEMIOLOGI
OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu komponen dari kesehatan secara umum ialah kesehatan gigi dan
mulut yang merupakan faktor penting dalam pertumbuhan normal dari anak.
Masalah kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi perkembangan anak serta
dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup. Karies gigi masih menjadi
salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling sering terjadi pada
anak-anak.1
keras gigi dimulai dari permukaan email yang meluas ke arah pulpa. Apabila terus
meluas, dapat menyebabkan infeksi, sakit bahkan sampai kehilangan gigi. 2 Karies
dapat mengenai gigi desidui maupun gigi permanen. Berdasarkan struktur dan
morfologi, gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air,
sedangkan jumlah mineral lebih sedikit dibanding gigi permanen dan ketebalan
email gigi desidui hanya setengah dari gigi permanen, sehingga gigi desidui lebih
Karies rampan merupakan jenis karies gigi desidui yang umum terjadi.
Karies ini sering ditemukan pada anak usia di bawah lima tahun (balita), dengan
penyebaran tertinggi pada anak usia tiga tahun. Karies rampan dapat disebabkan
karena kurangnya perhatian dan kesadaran orang tua akan pentingnya menjaga
dan menanamkan kesehatan gigi dan mulut usia dini. Hal ini terjadi sangat cepat
dan mengenai beberapa gigi serta sering menimbulkan rasa sakit, kesulitan makan
dan gangguan berbicara. Jika tidak dirawat dapat memicu terjadinya kesulitan
mengunyah karena sakit gigi atau kehilangan dini pada gigi desidui.4
laporan mengenai kerusakan gigi desidui terutama karies rampan masih jarang
rampan sangat diperlukan untuk menilai bagaimana keadaan kesehatan gigi dan
pada tahun 2007 menunjukkan bahwa karies gigi telah meningkat khususnya pada
anak usia balita dan anak pra sekolah, yaitu dari 24% menjadi 28% dimana pada
prevalensi karies rampan pada anak usia 3-5 tahun yang berada di taman kanak-
Bagaimana gambaran dan prevalensi karies rampan pada anak usia 3-5
Untuk mengetahui gambaran dan prevalensi karies rampan pada anak usia
Palembang?
TINJAUAN PUSTAKA
Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin
dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik pada suatu
karbohidrat yang dapat diragikan menjadi masa yang asam yang menyebabkan
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya yang
dapat menyebabkan terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa bahkan penyebaran
dan waktu. Keempat faktor tersebut akan bekerjasama dan saling mendukung satu
menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu 1-3 menit sampai pH 4,5-5,0.
Kemudian pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam waktu 30-60 menit,
dan jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus-menerus maka akan
menyebabkan demineralisasi email gigi. Kondisi asam seperti ini sangat disukai
karies gigi dengan tanda pertama kali terjadinya karies yaitu terlihat white spot
pada permukaan email kemudian proses ini akan berjalan secara perlahan-lahan
sehingga lesi kecil tersebut berkembang, dengan adanya destruksi bahan organik,
kerusakan berlanjut pada dentin disertai kematian odontoblas, dan apabila karies
telah mencapai dentin dan tidak dilakukan pencegahan atau pengobatan maka
Dari pengamatan yang dilakukan terlihat jelas bahwa semakin dekat manusia
tersebut hidup dengan alam semakin sedikit dijumpai karies pada giginya. Hal-hal
a. Ras
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan tetapi
tulang ras suatu bangsa mungkin berhubungan dengan persentase karies yang
semakin meningkat atau menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang
sempit, sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan
keadaan gigi yang tidak teratur akan mempersulit pembersihan gigi dan hal ini
b. Jenis Kelamin
anak laki-laki. Hal ini disebabkan erupsi gigi anak perempuan lebih cepat
dibanding anak laki-laki, sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam
mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan
faktor resiko terjadinya karies. Selain karena waktu erupsi gigi, perbedaan ini juga
laki-laki. 3
c. Keturunan
karies menjadi lebih tinggi. Faktor keturunan atau genetik merupakan faktor yang
Walaupun demikian, dari suatu penelitian yang melibatkan 12 pasang orang tua
dengan keadaan gigi baik, ternyata anak-anak dari pasangan orang tua tersebut
d. Usia
semakin bertambah, hal ini berkaitan dengan faktor resiko terjadinya karies yang
akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak dengan faktor resiko karies yang
tinggi akan menunjukan jumlah karies lebih besar dibanding anak dengan faktor
resiko karies rendah. Karies gigi sendiri sudah dapat terjadi pada anak-anak usia
3-4 tahun. Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari sudut gigi geligi:
1. Periode gigi campuran, pada tahap ini gigi molar 1 paling sering terkena
karies.
3. Umur antara 40 s/d 50 tahun, Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau
menurunnya gusi dan papila sehingga sisa-sisa makanan akan sukar untuk
dibersihkan. 3
a. Menyikat Gigi
minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur.8
b. Pembersihan Interdental
Permukaan aproksimal dan daerah pada gigi yang tidak beraturan tidak
dapat dicapai dengan sikat gigi biasa. Oleh karena itu, alat bantu seperti benang
Sisa susu pada rongga mulut balita sering menempel pada lidah,
Oleh karena itu alat pembersih lidah dapat digunakan untuk membersihkan
fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur
mengandung fluor, pemberian tablet fluor dan topikal varnish. Fluoridasi air
minum merupakan cara yang paling efektif untuk menurunkan masalah karies
dalam air minum adalah 0,7–1,2 ppm. Bila air minum masyarakat tidak
mengandung jumlah fluor yang optimal, maka dapat dilakukan pemberian tablet
fluor pada anak terutama yang mempunyai risiko karies tinggi. Pemberian tablet
fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang
tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan
bawah umur 6 bulan sampai dengan usia 3 tahun adalah 0,25 mg, sedangkan usia
3 sampai dengan 6 tahun adalah 0,5 mg dan untuk anak umur 6 tahun ke atas
diberikan dosis sebanyak 0,5–1 mg. Penyikatan gigi dua kali sehari dengan
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor juga terbukti dapat menurunkan
karies. 8
Rampan karies adalah bentuk spesifik karies gigi desidui pada bayi dan
parah yang terjadi pada usia yang sangat muda (<3 tahun). Rampan karies juga
dapat didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih gigi yang rusak baik lesi
kavitasi atau non kavitasi, gigi hilang karena karies, atau permukaan gigi yang
ditumpat di setiap gigi desidui pada anak usia 71 bulan atau kurang dari 71 bulan.9
sepanjang margin gingiva, pada kondisi ini karies akan terus berkembang dan
dapat menyebabkan kerusakan total dari mahkota, yang mengarah ke akar gigi.
Pola klinis yang khas dari rampan kariesyaitu berupa empat gigi insisivus desidui
rahang atas terkena dampak kerusakan yang paling parah, serta jarang atau tidak
adanya kerusakan pada gigi insisivus rahang bawah. Selain itu gigi desidui lain
seperti gigi kaninus dan molar dapat terlibat tergantung seberapa lama proses
karies tetap aktif, namun perkembangan lesi karies biasanya tidak separah pada
Gigi insisivus sentral rahang atas → gigi insisivus lateral rahang atas →
gigi molar 1 rahang atas → gigi caninus dan molar 2 rahang atas → gigi molar
rahang bawah → gigi caninus dan insisivus rahang bawah. Pemeriksaan klinis
sumber cahaya yang baik dan permukaan kering. Jika ada tumpukan plak, maka
plak harus dihilangkan dengan cara menyeka permukaan dengan kain kasa.
Pemeriksaan gigi secara visual dengan bantuan kaca mulut sangat berguna untuk
Adalah lesi karies yang melibatkan satu atau dua gigi anterior rahang atas.
yaitu lesi karies yang melibatkan lebih dari dua gigi anterior rahang atas.
yaitu lesi karies yang melibatkan satu atau dua gigi anterior rahang atas
yaitu lesi karies yang melibatkan dua atau lebih permukaan gigi anterior
rahang atas dengan pulpa terbuka pada satu atau lebih gigi, dan karies telah
Rampan karies adalah bentuk agresif dari karies gigi yang terjadi pada
labial gigi insisivus rahang bawah. Hal tersebut terjadi karena terdapat faktor
atau menyusui bayi dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan botol susu,
terutama pada waktu tidur, diyakini berkaitan dengan peningkatan risiko karies,
tetapi hal ini bukan satu-satunya faktor dalam proses perkembangan rampan
a. Substrat
Gula (seperti sukrosa, fruktosa dan glukosa) serta fermentasi karbohidrat
lainnya berperan penting dalam inisiasi dan perkembangan karies gigi. Sukrosa
Ketika aliran saliva berkurang dan kontak antara plak dan substrat meningkat, hal
b. Host
email, morfologi gigi dan karakteristik genetik gigi meliputi ukuran, permukaan,
Gigi yang memiliki fossa dan fisur yang dalam sangat rentan terhadap
karies karena sisa makanan sangat mudah menumpuk pada bagian tersebut. Plak
juga mudah melekat pada permukaan gigi yang kasar dan akan mempercepat
perkembangan karies. Gigi desidui lebih mudah terkena karies daripada gigi
permanen, hal ini terjadi karena gigi desidui mengandung lebih banyak bahan
organik dan air sedangkan jumlah mineral lebih sedikit daripada gigi permanen.
Selain itu, secara kristalografis gigi desidui tidak sepadat gigi permanen. Hal ini
juga yang mungkin menjadi salah satu alasan tingginya prevalensi karies pada
anak.12
Selain faktor dari struktur email, aliran saliva juga berperan dalam proses
terjadinya karies. Saliva merupakan sistem pertahanan utama dari host terhadap
karies. Saliva dapat menghilangkan sisa makanan dan bakteri, dan menyediakan
sistem buffer terhadap asam yang dihasilkan. Saliva juga berfungsi sebagai
reservoir mineral kalsium dan fosfat yang diperlukan untuk remineralisasi email.
c. Mikroorganisme Kariogenik
gram positif yang paling sering menyebabkan terjadinya karies. Bakteri ini
bersifat non motil, anaerobik fakultatif, berbentuk bulat dan tidak membentuk
serta bersifat asidurik sehingga bakteri ini dapat tinggal di daerah asam. 12
d. Dental Plak
Plak adalah lapisan tipis, padat dan menutupi permukaan email gigi. Setiap
miligram plak mengandung lebih besar dari 1010 CFU bakteri. Diperkirakan lebih
dari 400 spesies bakteri terdapat di dalam plak. Dental plak mengandung bakteri
Konsumsi Susu botol terutama malam hari ketika anak-anak tidur dengan
botol yang tetap berada dalam mulut mereka terbukti dapat menyebabkan karies.
Anak-anak yang mengkonsumsi susu botol memiliki risiko lima kali lebih besar
konsumsi susu botol pada malam hari bukan satu-satunya faktor penyebab
aliran saliva, sehingga kapasitas netralisasi dari saliva juga menurun, dan akhirnya
akan menyebabkan menempelnya makanan pada gigi dan paparan yang lama
dengan fermentasi karbohidrat. Gigi insisivus rahang bawah berada dekat dengan
kelenjar saliva utama dan dilindungi oleh lidah dari isi cairan dari botol susu, hal
itulah yang menyebabkan gigi insisivus rahang bawah jarang mengalami rampan
karies .14
Pemberian ASI dalam jangka waktu yang lama ternyata merupakan risiko
berkembangnya karies gigi atau nursing caries. Seiring dengan dampak kesehatan
yang positif dari pemberian ASI, beberapa studi epidemiologi telah membuktikan
hubungan pemberian ASI dengan tingkat kejadian karies gigi yang rendah. The
karies ketika ASI diberikan dengan pola ad libitum (semaunya), dan ketika
pemberian ASI yang terlalu sering dan dalam jangka waktu lama, khususnya di
malam hari. Pemberian ASI tidak akan berdampak buruk pada kesehatan gigi dan
anak-anak, frekuensi menyikat gigi, dan penggunaan pasta gigi fluoride berkaitan
dengan kejadian dan perkembangan karies gigi. Hasilnya ternyata bahwa anak-
anak yang tidak membersihkan gigi mereka pada waktu tidur memiliki risiko lebih
d. Fluoride
untuk menjaga ketahanan email, mengurangi jumlah mineral yang hilang selama
air minum memiliki karies sekitar 50% lebih sedikit dibandingkan mereka yang
tidak mendapatkan fluoridasi.18 Selain itu menyikat gigi sebelum tidur dengan
pasta gigi berfluoride adalah langkah penting untuk mengontrol karies, karena hal
dan keparahan rampan karies pada anak-anak. Prevalensi karies gigi dan rata-rata
skor DMFT yang rendah berkaitan dengan tingkat pendidikan orangtua yang
tinggi. Peran ibu dalam mencegah karies pada anaknya yaitu dengan melalui
penerapan pengetahuan dan perilaku dental yang tepat serta perawatan umum
pada anaknya. 19
f. Faktor Sosioekonomi
Anak dengan rampan karies cenderung berasal dari latar belakang sosial
jumlah anak dengan kejadian rampan karies. Anak yang orangtuanya berasal dari
sosial ekonomi rendah memiliki rata-rata skor def-t empat kali lebih tinggi
Faktor-faktor ini berperan terhadap terjadinya rampan karies . Jumlah anak dalam
keluarga dan status orangtua tunggal juga berperan pada kejadian rampan karies.21
a. Diet
pencegahan karies. Untuk anak-anak dengan masalah karies yang berat, dokter
harus mengevaluasi semua faktor etiologi termasuk pola makan dan diet. Dokter
b. Pemberian Fluor
produksi asam dalam plak. Pemberian fluor dapat dilakukan secara sistemik
c. Pemberian Xylitol
Xylitol adalah gula alami yang mampu mengurangi tingkat karies gigi.
Xylitol pada anak dapat diberikan dalam bentuk sirup dan topikal. Sedangkan,
untuk anak dengan usia yang lebih tua, xylitol dapat diberikan dalam bentuk
minimal dua kali sehari dan melakukan kunjungan ke dokter gigi tiap 6 bulan
sekali.13
tujuan untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut setelah dilaksanakan
penyuluhan di sekolah, serta mampu mengambil tindakan cepat apabila ada gejala
intervensi, tergantung pada perkembangan dari rampan karies, usia anak, sosial,
perilaku dan riwayat kesehatan anak. Memeriksakan seorang anak kepada dokter
gigi dimulai dari tahun pertama merupakan langkah yang ideal dalam pencegahan
dan intervensi dari rampan karies.19 Selama pemeriksaan awal ini, dapat dilakukan
penilaian risiko karies sehingga dapat memberikan data dasar yang diperlukan
Daerah demineralisasi awal atau lesi white spot dan hipoplasia pada gigi
dapat dengan cepat berkembang menjadi suatu kavitas. Jika lesi dapat
gigi anak mereka dengan pasta gigi berfluoride. Permukaan gigi harus secara hati-
pilihan praktis, terutama ketika anak sudah mengalami karies pada gigi insisivus
rahang atas. Ketika rampan karies telah berkembang menjadi kavitas, maka akan
dibutuhkan penanganan secara lebih definitif. Tahap awal kavitas dapat dirawat
secara restoratif, sedangkan pada tahap lanjut akan membutuhkan suatu langkah-
langkah yang lebih rumit seperti strip crown untuk gigi anterior dan stainless steel
crown untuk gigi posterior. Tergantung pada sejauh mana perkembangan lesi,
keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu formula kebanyakan tersedia
dalam bentuk bubuk. Susu formula banyak mengandung protein, karbohidrat, dan
beberapa vitamin yang berguna bagi tubuh. Susu formula pada anak biasa
diberikan dengan menggunakan botol, oleh karena itu orangtua harus mengetahui
cara membersihkan botol, pembuatan susu dan pemberian susu yang tepat. Jika
pengetahuan orangtua pada penggunaan botol susu untuk anak rendah, maka akan
a. Lemak susu
b. Protein susu
Protein susu yang ada pada susu formula mengandung beberapa protein
khusus. Komponen utama protein dalam susu adalah kasein. Kasein mempunyai
komposisi asam amino yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
c. Laktosa
Laktosa adalah karbohidrat atau gula susu yang hanya ditemukan dalam
susu dan hanya dapat dibentuk oleh mamalia. Kandungan laktosa susu sapi dan
kambing dibawah 5%. Laktosa bersifat mudah larut dengan tingkat kemanisan
1/2-1/6 kali glukosa, dimana bila susu dipanaskan maka laktosa akan membentuk
d. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam proses
kehidupan. Susu formula mengandung vitamin yang larut dalam lemak (vitamin
A, D, E, dan K) dan vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B1, B2, B6, dan
B12.25
e. Mineral
a. Tahapan Sterilisasi
benda tertentu. Sterilisasi botol dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
mendidih adalah panaskan air yang sudah berada di dalam panci. Tunggu air
hingga mendidih. Ambil botol dan dot direndam seluruhnya di dalam air panas
hingga tidak ada udara dalam botol. Tutup panci dan biarkan hingga 5-10 menit.
Hal ini dilakukan agar bakteri yang menempel pada botol dan dot terbunuh.
menyikat botol dan dot menggunakan sabun. Seluruh area botol dan dot disikat
agar botol dan dot hygienis. Kemudian, bersihkan botol dan dot menggunakan air
mengalir. Para orangtua harus memperhatikan secara rinci pada botol apakah
masih terdapat sabun atau tidak. Setelah itu, keringkan di tempat bersih. 26
b. Pembuatan Susu
Air direbus terlebih dahulu hingga mendidih. Kemudian susu dan air
dimasukkan ke dalam botol susu sesuai takaran. Kocok botol agar susu dan air
dapat tercampur. 26
c. Pemberian Susu
memperhatikan posisi anak. Posisi berbaring merupakan posisi yang salah. Anak
diposisikan setengah duduk. Sebelum diberikan, periksa kembali suhu pada susu
botol apakah dapat dikonsumsi oleh anak atau tidak dengan membandingkan suhu
botol dengan suhu kulit. Setelah itu, botol dapat langsung diberikan pada anak.
Anak tidak boleh dibiarkan tetap meminum susu botol hingga tertidur karena susu
akan tertampung di dalam rongga mulut. Apabila hal ini terus-menerus dibiarkan,
susu dengan air putih untuk diminum oleh anak sebelum tidur. Hal ini dilakukan
agar anak menjadi terbiasa meminum air putih. Selain itu, anak dapat dilatih
menggunakan cangkir pada usia 6 bulan. Penggunaan cangkir harus sering dilatih
gizi cukup tinggi, karena sebagian besar zat gizi esensial seperti protein, kalsium,
fosfor, vitamin A, dan vitamin B1 ada di dalam susu formula. Tambahan susu
kebutuhan zat gizi dan nutrisi anak bagi pertumbuhan dan perkembangan. Susu
formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan diubah kandungan
komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama dengan ASI tetapi tidak
protein dan mineral dari susu sapi telah diubah kemudian ditambah vitamin serta
kesehatan gigi dan mulut anak.28 Hal ini berkaitan dengan kandungan karbohidrat
pada susu formula. Salah satu penelitian yang meneliti hubungan karbohidrat pada
susu formula yang dikonsumsi dengan kejadian karies gigi pada anak play group,
penelitian ini meneliti berbagai macam merek susu formula di pasaran dengan
terdapat hubungan yang bermakna antara kadar kandungan karbohidrat pada susu
yang dikonsumsi dengan kejadian karies gigi pada anak play group. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar karbohidrat pada susu formula anak bukan merupakan
Selain itu seperti yang kita ketahui sukrosa dan glukosa yang terkandung
pada susu formula akan terus yang menempel pada permukaan gigi anak apabila
yang dibentuk dari hasil glikolisis akan mengakibatkan larutnya email gigi
sehingga terjadi proses demineralisasi email gigi yang diawali dengan lesi white
spot pada gigi kemudian kerusakan tersebut akan berlanjut ke dentin dan
terjadilah proses karies gigi. 27 Dari segi kerentanan, usia anak-anak lebih rentan
terkena karies dibandingkan orang dewasa, hal ini disebabkan karena gigi desidui
anak memiliki struktur dan morfologi yang berbeda dari gigi permanen pada
orang dewasa. Gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air,
sedangkan jumlah mineral lebih sedikit dibanding gigi permanen, selain itu
ketebalan email pada gigi desidui hanya setengah dari ketebalan email pada gigi
permanen.
menggunakan botol susu yang berkaitan dengan lama pemberian, frekuensi, dan
waktu pemberian yang kurang tepat seperti pemberian susu botol saat anak
menjelang tidur hingga anak tertidur semalaman dengan botol susu yang masih
berada di mulut anak. Hal tersebut akan menyebabkan telalu lamanya kontak
antara cairan susu formula dengan permukaan gigi anak. Hal ini tentunya dapat
menjadi salah satu faktor penyebab dan akan memperparah karies pada anak
METODE PENELITIAN
cross sectional.
Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswa yang
sampling, yaitu mengambil semua siswa yang termasuk dalam kriteria sampel.
2. Tidak kooperatif
1. Alkohol 70%
2. Kapas
3. Masker
4. Sarung tangan
5. Kaca mulut
6. Sonde
7. Pinset
8. Alat tulis
Kesimpulan
BAB 4
(TK) Harapan Mulia Palembang dilakukan pada 100 siswa yang dipilih
memenuhi kriteria untuk dijadikan subjek penelitian terdiri dari 45 orang (45%)
perempuan. Hal ini berarti mayoritas subjek dalam penelitian ini adalah berjenis
kelamin perempuan.
terdiri dari 4 orang (4%) berusia 3 tahun, 29 orang (29%) berusia 4 tahun, dan 67
Mulia Palembang yang memiliki karies rampan berjumlah 45 orang (45%) dan
yang tidak memiliki karies rampan berjumlah 55 orang (55%). Hal ini berarti
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa dari total 45 siswa yang memiliki karies
rampan, mayoritas siswa memiliki karies rampan dengan tipe III (moderate) yaitu
sebanyak 14 siswa (31,1%) dan yang paling sedikit adalah tipe IV (severe) yaitu
(17,8%), menderita karies rampan tipe III sebanyak 6 orang (13,3%), dan yang
menderita karies rampan tipe IV sebanyak 3 orang (6,7%). Pada siswa berjenis
karies rampan tipe III sebanyak 8 orang (17,8%), dan yang menderita karies
rampan tipe IV sebanyak 3 orang (6,7%). Hal ini berarti mayoritas siswa laki-laki
memiliki karies rampan tipe II dan mayoritas siswa perempuan memiliki karies
rampan tipe I.
dalam penelitian ini yang dikelompokkan berdasarkan usia, terlihat bahwa pada
usia 3 tahun tidak ada yang menderita karies rampan tipe I, II dan III sedangkan
yang menderita karies rampan tipe IV sebanyak 1 orang (2,2%). Pada anak usia 4
tahun yang menderita karies rampan tipe I sebanyak 2 orang (4,4%), menderita
karies rampan tipe II sebanyak 8 orang (17,7%), menderita karies rampan tipe III
sebanyak 5 orang (11,1%), dan yang menderita karies rampan tipe IV sebanyak 1
orang (2,2%). Pada anak usia 5 tahun yang menderita karies rampan tipe I
sebanyak 11 orang (24,4%), menderita karies rampan tipe II sebanyak 4 orang
(8,8%), menderita karies rampan tipe III sebanyak 9 orang (20%), dan yang
menderita karies rampan tipe IV sebanyak 4 orang (8,8%). Hal ini berarti siswa
usia 3 tahun mayoritas memiliki karies rampan tipe IV dan anak usia 4 tahun
mayoritas memiliki karies rampan tipe II sedangkan siswa usia 5 tahun mayoritas
4.2 Pembahasan
Subjek yang diteliti pada penelitian ini yaitu siswa Taman Kanak-Kanak
(TK) Harapan Mulia Palembang yang berusia 3 sampai 5 tahun. Penetapan usia
yang digunakan pada penelitian ini dihitung berdasarkan terakhir kali subjek
berulang tahun. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 100 orang.
Hasil penelitian yang dibagi berdasarkan jenis kelamin seperti yang terlihat pada
dengan jumlah 55 orang (55%) dan yang berjenis kelamin laki-laki 45 orang
(45%). Subjek yang berusia 5 tahun memiliki jumlah terbanyak yaitu 67 orang
(67%), kemudian diikuti oleh usia 4 tahun dengan jumlah 29 orang (29%), dan
yang terakhir adalah subjek yang berusia 3 tahun yaitu 4 orang (4%).
berjumlah 45 orang (45%), sedangkan siswa yang tidak mengalami karies rampan
sebanyak 55 orang (55%). Tipe karies rampan yang paling banyak ditemukan
pada penelitian ini adalah karies rampan tipe III. Hal ini sejalan dengan penelitian
Winda dkk pada siswa PAUD Desa Pineleng II Indah tahun 2015 yang
memperlihatkan hasil serupa, yaitu pada rentang usia 3-5 tahun, tipe karies
rampan yang paling banyak ditemukan adalah tipe III. Salah satu faktor resiko
dari karies rampan yaitu faktor perilaku diet. Pola pemberian makan tertentu,
seperti penggunaan botol susu pada waktu tidur, menyusui, dan seringnya
bayi yang dibiarkan tertidur dengan botol susu maupun menyusui ASI sepanjang
malam beresiko tinggi terjadi karies gigi. Pemakaian botol susu pada bayi
merupakan faktor predisposisi karies rampan karena dot dapat menahan saliva
pada gigi insisivus rahang atas, sedangkan gigi insisivus rahang bawah yang dekat
dengan kelenjar ludah tidak terkena.31 Pada pemeriksaan dapat dilihat kerusakan
yang paling parah yaitu pada keempat gigi insisivus maksila, gigi insisivus
maksila merupakan gigi yang pertama erupsi pada rahang atas sehingga gigi
pada anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki. Hasil penelitian ini
bahwa status karies pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.32 Hasil
penelitian dari Sihombing tentang karakteristik penderita karies gigi di RSU Dr.
yang paling banyak menderita karies rampan yaitu usia 5 tahun sebanyak 28 siswa
peneliti pada usia 5 tahun ke atas anak mulai memakan makanan yang dilarang
dan pada masa tersebut anak paling banyak menderita karies dentin kemungkinan
karena pola makan yang kurang teratur dan ketidaktahuan dalam menjaga
kesehatan gigi sehingga dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.34 Pada usia 5
tahun anak masih membutuhkan bimbingan dari orang tua untuk mengingatkan
makanan dan minuman apa yang menyebabkan karies rampan dan bagaimana cara
Siswa yang menjadi sampel pada penelitian ini yaitu berusia 3 sampai 5
tahun yang artinya masih dalam periode gigi sulung. Tidak adanya pengetahuan,
dan mulut mulai dari usia anak sekolah yang diberikan oleh orang tua maupun
rampan. Orang tua dan tenaga pengajar di sekolah harus mengerti akibat yang
timbul akibat pemberian minuman dan makanan manis agar bisa mencegah karies
rampan. Orang tua dapat mengurangi risiko terjadinya karies gigi dengan
menginstruksikan anaknya untuk berkumur dengan air bersih setelah minum susu
maupun makan makanan yang manis dan rajin menggosok gigi pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur. Orang tua juga harus membiasakan anaknya
memeriksakan gigi mereka ke dokter gigi 6 bulan sekali. Para pengajar di sekolah
juga berperan penting dalam menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut
siswanya dengan mengajarkan cara menggosok gigi yang baik dan benar serta
waktu menyikat gigi yang tepat. Pihak sekolah juga dapat membuat program-
5.1 Kesimpulan
dijumpai pada siswa yang berumur 5 tahun dan yang berjenis kelamin perempuan.
Tipe karies rampan yang paling banyak ditemui yaitu tipe III dan yang paling
5.2 Saran
gambaran karies rampan pada anak TK yang berada di kota Palembang. Bagi
memperhatikan dan menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan mengajarkan dan
mengingatkan anaknya menyikat gigi secara benar dan teratur. Bagi Puskesmas
diharapkan dapat melakukan penyuluhan serta pemeriksaan gigi dan mulut secara
Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA