Anda di halaman 1dari 48

ANTIBIOTIKA

oleh : Sylvia, M.Farm., Apt


ANTIBIOTIKA (ANTIMIKROBA) adalah :
Senyawa yang digunakan untuk mengobati
infeksi karena bakteri

Antibiotik umumnya disintesis dari


mikroorganisme yang secara selektif dapat
membunuh atau menghambat pertumbuhan
organisme lain

Antibiotika sintetis dibuat biasanya dengan


struktur kimia menyerupai antibiotik yang
berasal dari mikroorganisme
Sejarah Antibiotika
• Antibiotika pertama yang ditemukan : Penisilin
• Tahun 1928, Dr. Alexander Flemming (lahir 1881
di Scotland) menemukan bahwa ada sejenis
jamur (Penicillium notatum) yang ternyata
menghambat pertumbuhan jamur lain di
sekitarnya
• Tahun 1939, Dr. Howard Florey beserta timnya ,
mengisolasi dan melakukan uji klinis penisilin
• Tahun 1940, pertama kali penisilin diberikan
kepada pasien
Penggolongan Antibiotik berdasarkan
Spektrum Kerja
Antibiotik spektrum
Antibiotik spektrum
sempit (narrow
Luas (broad spectrum)
spectrum)
• Aktif terhadap banyak • Aktif hanya pada
bakteri, baik Gram sedikit bakteri
negatif maupun Gram • Contoh :
positif benzilpenisilin,
• Contoh : amoksisilin, streptomisin,
khloramfenikol, neomisin, dll
karbapenem, dll
Penggolongan Antibiotik
berdasarkan Struktur Kimia

β-laktam Aminoglikosida Makrolida

Linkomisin Kuinolon Polipeptida

Antibiotik
Tetrasiklin Sulfonamida
lainnya
Antibiotik β-laktam
ada 4 sub-golongan

Golongan Penisilin Monobaktam


• Penisiln V, Penisilin G • Aztreonam
• Amoksisilin, Ampisilin

Sefalosporin
• Gen I : sefadroksil, sefalotin
Karbapenem
• Gen II : sefurotim, sefaklor • Meropenem,
• Gen III : sefiksim, seftazidim,
seftriakson • imipenem
• Gen IV : sefepim, sefpirom (+silastatin)
Aminoglikosida Makrolida Kuinolon
• Berasal dari • Bekerja dg • Bekerja dg
Streptomyces menghambat menghambat
sintesis sintesis DNA
• Streptomisin, protein pd bakteri
amikasin, ribosom • Siprofloksasin,
gentamisin, bakteri ofloksasin,
neomisin • Eritromisin, levofloksasin
azitramisin,
spiramisin
Sulfonamida Polipeptida Tetrasiklin
• Merupakan • Berasal dari • Berasal dari
antibiotik sintetis, Bacillus polymixa Streptomyces
bekerja dg rimosus dan S.
menghambat • Polimiksin B, aureofaciens
sintesis asam folat polimiksin E, • Tetrasiklin,
• Sulfametoksazol, gramisidin, oksitetrasiklin,
sulfasalazin, basitrasin minosiklin,
sulfadiazin. doksisiklin
Kotrimoksazol
(kombinasi
trimetoprim
+sulfametoksazol)
Linkomisin Antibiotik Lainnya
• Berasal dari • Kholramfenikol dan
Streptomyces Tiamfenikol, bekerja
linkonensis dg menghambat
• Mempunyai sistesis peptida
spektrum kerja bakteri
yang sempit • Vankomisin, efektif
• Linkomisin, terhadap Gram
Klindamisin positif aerob dan
anaerob
Mekanisme Kerja Antibiotik
Pada dinding sel bakteri
• Menghambat pembentukan lapisan peptidoglikan pada
dinding sel bakteri
• Penisilin, aminopenisilin, sefalosporin, karbapenem

Pada membran sel bakteri


• Mengganggu permeabilitas membran sel sehingga
terbentuk pori dan bakteri menjadi lisis (juga terjadi pd
jamur)
• Polimiksin, gramisidin
Pada inti sel
• Menghambat pembentukan DNA/asam nukleat  gol.
kuinolon
• Menghambat sintesis protein  Aminoglikosida, tetrasiklin
(subunit 30S), Khloramfenikol, makrolida (subunit 50s)
Mekanisme Kerja Antibiotik
Resistensi Antibiotik

• Adalah kejadian dimana


antibiotik tidak mampu lagi
membunuh bakteri targetnya
• Mekanisme terjadinya resistensi :
– Bakteri merubah struktur reseptor
antibiotik pada dinding selnya (mis
PBP=penicillin binding protein)
– Bakteri tidak melakukan pembelahan
sel, dimana antbiotika bekerja pada
bakteri yang sedang proses dalam
pembelahan (TB)
– Berubahnya pola perkembangan
bakteri (Sulfa pada abses)
• Penyebab : tidak tuntasnya
penggunaan antibiotika
–Pemberian dosis yang tidak
adekuat
–Obat tidak diminum sampai habis
PENISILIN
• Struktur utama β–laktam merupakan
bagian yang diperlukan untuk aktivitas
biologi senyawa-senyawa golongan ini
dan antibiotik β–laktam lainnya.

• Efektif kepada bakteri Gram positif,


seperti : Staphylococcus , Clostridium ,
Lactobacillus , Actynomyces , dll.
• Mekanisme kerja : menghambat
sistesis dinding sel bakteri

• Mekanisme resistensi :
–terjadinya mutasi pada mikroba
yang menurunkan afinitas PBP
terhadap antibiotik
–Terjadinya ketidakmampuan obat
berpenentrasi ke tempat kerjanya
• Absorpsi : sekitar 1/3 dari dosis
oral diabsorbsi pada saluran
cerna
• Distribusi : sekitar 60% terikat
pada protein plasma
• Ekskresi : urin, t ½ : ~30 menit
• Penggunaan Klinis :
– Infeksi Pneumokokus (pneumonia dll)
– Infeksi Streptokokus (faringitis,
endokarditis, meningitis, dll)
– Infeksi bakteri anaerob (pulmoner,
periodontal dll)
– Infeksi Stafilokokus
– Infeksi G. sifilis
– Dll
• Reaksi overdosis : bingung,
perubahan prilaku, kerusakan kulit
parah, urinasi lebih sedikit dari
biasanya, kejang

• Reaksi alergi terhadap penisilin : kulit


kemerahan dan gatal, syok anafilaktik
 evaluasi riwayat alergi pasien
sebelum pemberian obat
• Efek samping :
– Diare
– Sakit kepala
– Mulut dan kerongkongan kering
– Gatal pada vagina dan bercak putih
pada mulut / lidah
– Depresi sumsum tulang belakang
– Granulositopenia
– Hepatitis
Aminopenisilin
(Ampisilin, Amoksisilin)

• Bersifat bakterisidal terhadap bakteri-


bakteri gram positif dan gram negatif
(E. coli, H. influenza, dll)
• Mekanisme kerja sama dengan
penisilin tapi spektrum kerja lebih luas
• Tidak di deaktivasi oleh hidrolisis
asam, sehingga dapat diberikan per
oral
• Dapat di metabolisme oleh enzim β-
laktamase, sehingga kadang
diberikan bersama inhibitor β-
laktamase (asam klavulanat,
sulbaktam)
• Penggunaan klinis : ISPA, ISK,
endokarditis, infeksi kulit, meningitis,
dll
Ampisilin
• Ampisilin diabsorpsi baik setelah
pemberian oral, asupan makanan
sebelum mengkonsumsi obat ini
mengurangi absorpsinya
• Ekskresi sebagian besar pada feses
• Dikombinasi dengan sulbaktam
sebagai inhibitor β-laktamase
Amoksisilin
dibanding ampisilin
Absorpsi lebih baik  walau t ½ nya sama,
kadar dalam plasma jadi lebih baik
Spektrum kerja sama
Kadar puncak dalam plasma dua kali lebih
besar
Ekskresi pada urin
Dikombinasi dengan asam klavulanat
sebagai inhibitor β-laktamase
SEFALOSPORIN
• Mekanisme kerja : menghambat
sintesis dinding sel bakteri
• Sefalosporin gen. I (sefalotin,
sefazolin)
–Aktivitas cukup baik pada bakteri
gram positif dan sedang pada
bakteri gram negatif
• Sefalosporin gen. II (sefoksitin, sefotetan,
sefmetazol)
– Peningkatan pada aktivitas terhadap gram
negatif
• Sefalosporin gen. III (seftazidin,
sefoperazon)
– Sangat kurang aktif terhadap gram positif,
tapi aktivitas sangat tinggi terhadap bakteri
gram negatif, termasuk penghasil laktamase
• Sefalosporin gen. IV (sefepim)
– Aktivitas jauh lebih luas dan tahan terhadap
hidrolisis oleh laktamase
• Ciri umum Sefalosporin :
– Ekskresi pada ginjal, dosis harus
diturunkan pada pasien gagal ginjal
– Sefotaksim, seftriakson dan sefepim
dapat berpenetrasi ke dalam cairan
serebrospinal (CSF) sehingga dapat untuk
mengobati meningitis
– Sefalosporin juga ditemukan di plasenta,
cairan sinovial dan perikardium. Pada
pemberian sistemik ditemukan dalam
aqueous humor pada mata
• Mekanisme resistensi
–Mutasi PBP
–Berkurangnya kemampuan
mencapai tempat kerja
KARBAPENEM
• Karbapenem mempunyai spektrum yang
lebih luas dibanding antibiotik β-laktam
lainnya

• Imipenem
– Sangat baik untuk mikroba aerob dan anaerob
– Untuk memperpanjang aktivitas obat
imipenem dikombinasi dengan Silastatin
( suatu inhibitor dihidropeptidase
• Meropenem
–Efikasi dan toksisitas mirip dengan
imipenem tapi tidak memerlukan
kombinasi dengan silastatin
– Ertapenem
–T ½ lebih panjang , sehingga
diberikan 1 kali sehari
AMINOGLIKOSIDA

• Streptomisin, Gentamisin, Amikasin,


Tobramisin, Kanamisin

• Penggunaan klinis : pes, TB,


endokarditis bakterial, ISK
(gentamisin), sepsis, topikal, dll.
• Mekanisme kerja :
– Merupakan bakterisida cepat
– Aminoglikosida berikatan dengan
polisom dan mengganggu sintesis
protein dengan cara menyebabkan
salah pembacaan dan terminasi dini
pada replikasi DNA
– Tempat kerja utama adalah pada
subunit 30S dan 50S
• Mekanisme resistensi :
–Kegagalan berpenetrasi ke dalam
sel
–Afinitas rendah terhadap ribosom
bakteri
–Inaktivasi obat oleh enzim 
merubah struktur kimia obat
sehingga tidak dapat berikatan
dengan ribosom
• Spektrum kerja
–Terutama pada basil gram negatif
aerob
–Untuk bakteri gram positif
(enterokokus, stafilokokus,
streptokokus) biasanya dikombinasi
dengan senyawa yang bekerja pada
dinding sel bakteri (penisilin,
vankomisin)
• Farmakokinetik
– Absorbsi pada saluran cerna rendah, pada
pemberian im tinggi
– Tidak berpenetrasi pada sebagian besar
jaringan termasuk SSP, mata. Ikatan pada
protein plasma rendah. Penetrasi ke CSS
rendah sehingga untuk meningitis diberikan
secara intratekal.
– Pemberian kepada wanita hamil dapat
menyebabkan akumulasi obat pada plasma
fetus dan cairan amnion. Streptomisin dan
tobramisin  kehilangan pendengaran
pada bayi
• Efek Samping Obat
–Ototoksisitas, nefrotoksisitas
(reversibel), disfungsi saraf optik
MAKROLIDA
• Eritromisin, Klaritromisin, Azitromisin

• Mekanisme Kerja
– Bakteriostatik, spektrum cukup luas tapi
lebih kuat terhadap bakteri gram positif
– Menghambat sistesis protein dengan
berikatan secara reversibel pada subunit
50S mikroba.
• Penggunaan Klinis
–Infeksi mikoplasma pneumonia,
infeksi klamidia, difteri,
pertusis, infesi H. pylori, infeksi
stafilokokus, tetanus, dll
• Efek Samping :
–Eritromisin : demam, ruam
namun jarang serius dan
sifatnya reversibel
LINKOMISIN
• Vankomisin
– Bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel
bakteri
– Aktif terhadap bakteri gram positif S. aureus, S.
epidermidis, S. pyogenes, Bacillus anthracis (gram -).
– Absorpsi oral rendah. Pemberian secara parenteral : iv.
T ½ iv : ~6 jam.
– Penggunaan: infeksi nosokomial oleh E. faecium dan E.
faecalis.
– ES : hipersensitivitas (ruam dan anafilaksis), menggigil,
demam, kemerahan pada leher.
• Klindamisin
–Lebih efektif dibanding eritromisin
untuk bakteri anaerob.
–Merupakan obat pilihan untuk
abses paru, infeksi paru dan rongga
pleural anaerob.
KUINOLON

• Asam nalidiksat (gen I), Ciprofloksasin


(gen II), Levofloksasin (gen III),
Trovafloksasin (gen IV)
• Merupakan antibiotik spektrum luas,
terutama efektif terhadap P. aeruginosa.
• Mekanisme kerja: menghambat replikasi
DNA dengan menghambat enzim girase
• Penggunaan : pneumonia, ISK, infeksi
saluran napas, prostatitis, dll
• ES : nausea, vomiting, diare
• Mekanisme resistensi :
– Perubahan pada enzim target (DNA
girase)
– Berkurangnya permeabilitas membran
– Mekanisme pompa eflux
TETRASIKLIN

• Merupakan antibiotik spektrum


luas
• Mekanisme kerja : menghambat
sintesis protein dengan berikatan
pada subunit 30S pada ribosom
bakteri
• Farmakokinetik : 80-90%
terabsorpsi baik setelah
pemberian oral. Absorpsi
diturunkan pada pemberian
bersama logam Mg, Fe, Al
(antasid, vitamin2). Dapat
mmelewati sawar plasenta, dan
terakumulasi pada tulang dan gigi
fetus (pewarnaan gigi seumur
hidup)
• Penggunaan : ulkus peptikum (H.
pylori), malaria (P. falsiparum dan
P. vivax),
• Efek Samping :
–Gangguan saluran cerna, diare,
fotosensitivitas, fatty liver, dll
• Mekanisme resistensi
SULFONAMIDA
• Sulfisoksazol, Sulfadiazin,
Sulfametoksazol
• Bersifat bakteriostatik
• Mekanisme kerja : menghambat
sistesis asam folat mikroba
• Kombinasi dengan Trimetoprim
memberikan efek sinergisme.
• Penggunaan : ISK, Toksoplasmosis

• ES : kristaluria, reaksi alergi


(eritema, dermatitis), anoreksia,
mual, muntah,
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai