Anda di halaman 1dari 18

Kontrol Terhadap Kecemasan Dan Rasa Sakit Dengan

Pendekatan Psikologi/Non Farmakologi

Blok Psikologi dan Manajemen Perilaku

Kelas E
Kelompok 1
Disusun Oleh:
Nindya Virya Kumala (20181106)
Nisrina Nanda Rosiwan (20181107)
Noviana Rosanti (20181110)
Nurrohmah Khalifatul Ilmi (20181112)
Nurul Azizah Paramitha (20181113)
Putu Deyana Tirka Pratiwi (20181116)
Ridzky Rainrisa Arief (20181122)
Salsabila Putri Uno (20181125)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO


(BERAGAMA)
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “​Kontrol Terhadap Kecemasan Dan
Rasa Sakit Dengan Pendekatan Psikologi/Non Farmakologi” Makalah ini disusun untuk
memenuhi syarat tugas Blok Psikologi dan Manajemen Perilaku.
Dalam menyusun makalah, penulis banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, atas ridho-Nya kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan
sebagaimana semestinya.
2. Teman – teman Fakultas Kedokteran Gigi Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
3. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan atau yang diharapkan oleh Bapak dan Ibu dosen, penulis mohon maaf jika ada
kesalahan atau menyinggung perasaan pihak yang dilibatkan di dalam makalah. Untuk itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
BAB II 4
2.1 Pasien Dental Dan Orang Tua 4
2.2 Dental Office dan Strategi Tim Dental 7
2.3 Teknik Manajemen Perilaku 11
BAB III 16
3.1 Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Landasan praktik kedokteran gigi untuk anak-anak adalah kemampuan untuk


membimbing melalui pengalaman perawatan gigi. Dalam jangka pendek, kemampuan ini
merupakan prasyarat untuk memenuhi kebutuhan gigi mereka. Efek menguntungkan yang
lebih tahan lama juga dapat dihasilkan untuk kesehatan gigi di masa depan yang ditanam
sejak dini. Proses membimbing seorang anak melalui sebuah janji temu perawatan gigi
disebut manajemen perilaku. Pada tahun 2003 ​American Academy of Pediatric Dentistr​y
(AAPD) mensponsori simposium nasional tentang perilaku manajemen yang berfokus pada
teknik klinis dan mengubah lingkungan dan tren kontemporer praktik gigi pediatrik.
Setelah konferensi ini, AAPD memperkenalkan istilah pedoman perilaku dalam
klinisnya pedoman untuk menekankan bahwa tujuannya bukan untuk "berhadapan dengan"
perilaku anak tetapi lebih untuk meningkatkan komunikasi dan kemitraan dengan anak dan
orang tua untuk mempromosikan sikap positif dan kesehatan mulut yang baik. Untuk itu
sebagai dokter gigi atau pun mahasiswa kedokteran gigi perlu untuk memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku anak dalam ​dental office​, mengenali indikasi dan
kontraindikasi berbagai teknik manajemen perilaku s​ erta memahami hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi kecemasan anak agar perawatan gigi dapat tercapai dengan baik
serta tidak meninggalkan trauma psikologis terhadap anak-anak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perbedaan Perawatan Pasien Dental Anak dan Orang Tua ?


2. Bagaimana Keadaan Dental Office dan Strategi Dental ?
3. Bagaimana Teknik Manajemen Perilaku ?

1.3 Tujuan

Untuk menjawab pertanyaan yang tertera dalam rumusan masalah makalah ini.

3
BAB II
ISI

2.1 Pasien Dental Anak Dan Orang Tua

Perbedaan utama antara perawatan anak-anak dan perawatan orang dewasa. Merawat
orang dewasa umumnya melibatkan hubungan dokter gigi dan pasien. Namun, merawat
seorang anak biasanya tergantung pada hubungan antara dokter gigi, pasien, dan orang tua
atau pengasuh. Gambar 2.1 mengilustrasikan hubungan tersebut, yang dikenal dengan
pediatric dentistry treatment triangle​. Perlu dicatat bahwa anak berada di puncak segitiga
dan merupakan fokus perhatian dari keluarga dan ​dental team.​ Meskipun sikap ibu telah
terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku anak-anak mereka di klinik gigi,
peran keluarga telah berubah, dan seluruh lingkungan keluarga harus dipertimbangkan.
Karena perubahan itu terus-menerus terjadi dalam setiap kepribadian, satu yang harus diingat
bahwa ada yang selalu berubah, hubungan dinamis di antara anak, keluarga, dan ​dental
team​.¹

Gambar 2.1 ​Pediatric treatment triangle​ mengilustrasikan


hubungan dasar dalam kedokteran gigi anak.

Perbedaan dalam genetika, kepribadian, dan pengalaman mempengaruhi cara anak


terlibat dengan lingkungannya. Kunci untuk dokter gigi dalam berinteraksi dengan seorang
anak dengan mengingat bahwa setiap anak unik dan ada dalam konteks keluarganya. Studi
perkembangan anak usia dini menghubungkan perubahan dengan usia kronologis tertentu.
Mengaitkan karakteristik kepribadian dengan kronologis usia telah menghasilkan beberapa
pelabelan yang menarik. Misalnya, anak berusia 2 tahun yang tidak patuh sering disebut

4
berada di tahap "​terrible twos"​ . Dokter gigi terkadang merujuk anak-anak seperti ini di tahap
pra koperasi.¹
Mengaitkan kunci aspek perkembangan dengan kronologis usia telah mengarah pada
pembentukan tonggak perkembangan sebagai sarana menilai anak. Terpilih tonggak
perkembangan, kognitif, dan psikososial yang tertera di tabel 2.1 berikut.¹

Sifat dan Keterampilan Psikososial Terkait Usia


untuk Anak Usia 2 hingga 5 Tahun

2 Tahun -Ditujukan untuk keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan


melompat
-Suka melihat dan menyentuh
-Sangat terikat dengan orang tua
-Dimainkan sendiri; jarang berbagi
-Memiliki kosakata yang terbatas; menunjukkan pembentukan kalimat awal
-Menjadi tertarik pada keterampilan membantu diri sendiri¹

3 Tahun -Kurang egosentris; suka menyenangkan


-Memiliki imajinasi yang sangat aktif; menyukai cerita
-Tetap dekat dengan orang tua¹

4 Tahun -Mencoba memaksakan kekuasaan


-Berpartisipasi dalam kelompok sosial kecil
-Menjangkau — periode ekspansif
-Menunjukkan banyak keterampilan swadaya mandiri
-Tahu "terima kasih" dan "tolong"¹

5 Tahun -Mengalami masa konsolidasi; disengaja


-Membanggakan harta benda
-Melepaskan benda-benda kenyamanan, seperti selimut
atau jempol
-Bermain secara kooperatif dengan rekan kerja¹

5
Tabel 2.1

Hal-Hal Yang Mempengaruhi Perilaku Anak-Anak


a. ​Kecemasan Orang Tua
Kecemasan yang tinggi pada orang tua cenderung mempengaruhi perilaku
anak-anaknya secara negatif. Meskipun analisis data ilmiah mengungkapkan bahwa
anak-anak dari segala usia dapat dipengaruhi oleh kecemasan ibu mereka, efek terbesar
pada anak yang kurang dari empat tahun. Dapat disebabkan karena simbiosis
anak-orang tua yang dimulai pada masa bayi dan berangsur-angsur berkurang.¹
b. Toxic Stress
Meskipun stres menghasilkan beberapa perubahan fisiologis minor, tetapi
merupakan hal normal dan diperlukan untuk bertahan hidup. Stres, seperti menerima
imunisasi dan memulai membiasakan berada di tempat penitipan anak, berjangka
pendek. Stres yang berlanjut dalam waktu lama dan memiliki efek seumur hidup
disebut ​toxic stress​. Penyebab stress ini termasuk pelecehan/penelantaran anak, paparan
kronis terhadap obat-obatan atau kekerasan di rumah, dan depresi atau gangguan
mental orang tua.¹
c. Pengalaman Medis
Anak-anak yang memandang pengalaman medis secara positif lebih cenderung
kooperatif dengan dokter gigi. Perilaku anak-anak dengan kebutuhan khusus mungkin
berbeda dari anak-anak yang sehat. Nyeri selama kunjungan sebelumnya adalah
pertimbangan lain dalam pengalaman medis anak. Rasa sakit mungkin sedang atau
intens, nyata atau imajiner. Meskipun demikian, kepercayaan orang tua tentang sakit
medis pada masa lalu berkorelasi dengan koperasi perilaku anak-anak mereka di dokter
gigi.¹
d. Kesadaran Masalah Gigi
Beberapa anak mungkin mendekati dokter gigi mereka karena mengetahui jika
mereka punya masalah gigi. Masalahnya mungkin serius seperti abses gigi kronis atau
sesederhana noda ekstrinsik gigi. Namun, ada kecenderungan terhadap perilaku negatif
pada kunjungan gigi pertama ketika anak yakin bahwa ada masalah gigi. Kunjungan

6
gigi dini secara teratur menurunkan risiko anak dari penyakit mulut yang dapat dicegah,
bantu anak mengembangkan mekanisme koping yang tepat, dan meningkatkan sikap
positif untuk kunjungan di masa mendatang.¹
e. Masalah Perilaku Umum
Anak-anak yang punya kesulitan memusatkan perhatian dan / atau menyesuaikan
aktivitas di lingkungan umum mereka mengalami peningkatan masalah dalam
perawatan gigi. Ketakutan umum dapat menjadi faktor etiologi penting dalam
perkembangan ketakutan terhadap perawatan gigi. Beberapa anak memiliki masalah
perilaku hanya ada di bagian lingkungan perawatan gigi. Mungkin karena pengalaman
negatif sebelumnya dengan perawatan gigi.¹

Sejak anak-anak lahir, orang tua membentuk perilaku anak-anak dengan dorongan
selektif dan keputusasaan dari perilaku tertentu, oleh teknik disiplin mereka, atau
ketiadaan, dan dengan jumlah kebebasan mereka mengizinkan. Di tahun-tahun awal,
setidaknya secara historis, terutama dari orang tua, anak-anak belajar apa yang
seharusnya mereka pelajari untuk dilakukan dan perilaku apa yang dilarang. Dokter
gigi dalam praktiknya harus mengantisipasi masalah sejenis ini dan belajar untuk
menghadapinya.¹

2.2 ​Dental Office​ dan Strategi Tim Dental

Tujuan utama selama prosedur perawatan gigi adalah memimpin anak-anak secara
bertahap sehingga mereka mengembangkan sikap positif terhadap kedokteran gigi.
Untungnya, kebanyakan anak-anak berkembang dengan mudah dan menyenangkan melalui
kunjungan gigi mereka, tanpa tekanan yang berlebihan pada diri mereka sendiri atau pada
dental team.​ ¹

a. Dental Office
Karena Klinik Gigi Anak merupakan unit perawatan anak–anak atau
pediatrik (​Pediatric)​ , maka disarankan menggunakan warna yang bisa
menciptakan perasaan ramah dan menyenangkan. Tujuannya adalah untuk
menciptakan pola pikir positif dan membuat anak bagian dari proses kegiatan

7
interaktif dan rasa kontrol. Warna hunian diusulkan untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman dan tidak mengancam. Warna yang kontras dan terang
menambah kecerahan serta suasana kreativitas. Jendela dan cahaya dari luar dapat
memberikan pemandangan alam. Selain itu juga ini dapat mendukung mengapa
warna dan material interior yang unik dalam Klinik Gigi di atas.²
Warna kuning, adalah yang paling ringan dalam nilai enam warna primer
dan sekunder. Bahkan, dalam nilai yang lebih gelap tidak dikenali sebagai kuning,
tetapi tampak memiliki semburat hijau untuk itu. Kuning memiliki reputasi
sebagai rona bahagia. Seringkali, kuning dikenal sebagai warna yang inspiratif,
hangat dan menyenangkan, berseri-seri, ceria, dan menarik untuk didekati,
menghasilkan dampak positif pada orang yang melihatnya. Warna kuning juga
direspon sebagai harapan, kebijaksanaan, optimisme, pencerahan rohani dan
mental kesejahteraan mental. Kuning juga merupakan warna yang menarik
perhatian.²
Sementara itu Hijau dianggap sebagai rona paling santai untuk mata,
langsung jatuh pada titik fokus dan tetap tidak maju atau mundur karena tepat
pada retina. Dibutuhkan upaya fisik sedikit untuk mengamati dan fokus pada
bidang hijau. Reaksi yang ditimbulkan oleh terhadap warna hijau meliputi
ketenangan, kedamaian, tenang, relaksasi, dan bahkan pensiun.²
Banyak yang percaya bahwa kehadiran hijau memiliki efek fisik yang
positif pada tubuh dan dapat mengurangi reaksi alergi dan reaksi negatif terhadap
makanan. Selain itu warna-warna tersebut juga termasuk warna-warna cerah yang
dapat merefleksikan cahaya dengan baik.²
Fasilitas Kesehatan untuk Anak dapat didesain untuk menimbulkan kesan
yang menyenangkan dan kekeluargaan namun tetap sesuai dengan standar
pencahayaan yang baik untuk sebuah fasilitas kesehatan.²

8
Gambar 2.2​ Interior check-in reception​ (resepsionis pendaftaran) dan ​waiting space
(tempat tunggu) di klinik gigi ​tooth tales.

Gambar 2.3​ ​Interior open bay operatory room​ (tempat operasi terbuka) pada klinik gigi
di ​tooth tales.

9
Gambar 2.4​ ​Interior open bay operatory room​ pada klinik gigi ​tooth tales.

Gambar 2.5​ ​Interior quiet room​ (ruang sunyi) pada klinik gigi ​tooth tales.
b. Strategi Tim Dental
Ekspresi wajah dokter gigi dapat menambah kesan atau bahkan dapat
mengganggu komunikasi verbal (misalnya: perasaan seperti disbelief atau
ketidakpercayaan, mencela, tidak suka, terkejut) dapat terlihat dari ekspresi wajah
yang ditunjukkan oleh dokter gigi. Senyum adalah sarana yang sangat baik dan
dapat menunjukkan sikap untuk memotivasi pasien. Ketika dokter gigi memakai
masker, meskipun wajahnya tidak terlihat, tetap berusaha untuk bersikap ramah
kepada pasien sehingga pasien dapat melihat ‘senyum’ dokter gigi meskipun
tertutup oleh masker.³
Dokter gigi dengan kontak mata yang kurang kemungkinan akan
mengurangi tingkat kepercayaan pasien pada dokter gigi. Gerak gerik dan postur
tubuh dari dokter gigi juga dapat mempengaruhi kecemasan anak. Sikap
menyilangkan lengan saat berbicara dapat menunjukkan sikap seolah-olah
mencela pasien, terutama jika dilakukan dengan mengetukkan kaki ke lantai.³
Dokter gigi dapat menunjukkan tingkah lakunya untuk mengatasi atau
meningkatkan kecemasan anak. Tindakan dokter gigi dalam merespon tingkah
laku anak seperti menanyakan apa yang mereka rasakan (empati) dan menekan
dengan lembut bahu atau tangan dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien
usia muda dan memperbaiki tingkah laku mereka saat duduk di dental chair.
Sementara sikap dokter gigi yang memaksa atau membujuk akan memperburuk
tingkah laku anak.³
Sikap kontraproduktif harus dihindari, misalnya memberi penghiburan
secara verbal seperti “ini tidak akan sakit” akan memungkinkan anak untuk

10
berpikir sebaliknya. Mengatakan bahwa “tidak ada yang perlu dikhawatirkan”
malah akan membuat anak khawatir.³

Gambar 2.6 ​Sikap dan perilaku dokter gigi.

2.3 Teknik Manajemen Perilaku

Beberapa definisi telah dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain, bahwa manajemen
perilaku merupakan pelaksanaan perawatan secara efektif dan efisien bagi seorang pasien
sekaligus menanamkan sikap positif terhadap perawatan. Dalam definisi ini tersirat kata-kata
kunci yakni:
A. Manajemen perilaku, melibatkan seluruh ​dental health team
B. Efektif, memberikan perawatan yang berkualitas tinggi
C. Efisien, diperlukan untuk menghemat waktu
D. Pengembangan sikap positif dari penderita untuk mempertahankan kesehatan
mulutnya.⁴
Perawatan gigi dan mulut tidak dapat dilakukan sebelum anak berperilaku kooperatif.
Oleh karena itu dalam penanganan rasa takut yang merupakan manifestasi anak menjadi
tidak kooperatif, dokter gigi memerlukan suatu pemahaman tahap perkembangan anak dan
rasa takut berkaitan dengan usia, penanganan pada kunjungan pertama, dan pendekatan
selama perawatan.⁴
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi dalam pengelolaan tingkah laku anak
dapat berupa pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis. Pengelolaan tingkah laku anak
dengan pendekatan farmakologis berupa penggunaan teknik sedasi ataupun anestesi umum.
Sedangkan beberapa teknik manajemen perilaku dengan pendekatan non farmakologi, antara
lain:

11
1. Komunikasi
Tanda keberhasilan dokter gigi mengelola pasien anak adalah kesanggupannya
berkomunikasi dengan anak dan memperoleh rasa percaya dari anak, sehingga anak
berperilaku kooperatif. Komunikasi adalah suatu proses dimana setiap orang dapat saling
berbagi informasi, bertukar pikiran, berbagi rasa dan memecahkan permasalahan yang
dihadapi.⁴
Cara komunikasi dengan anak yang paling umum digunakan adalah cara verbal
yaitu melalui bahasa lisan. Banyak cara untuk memulai komunikasi verbal, misalnya
untuk anak kecil dapat ditanyakan tentang pakaian baru, kakak, adik, benda atau binatang
kesayangannya. Berbicara pada anak harus disesuaikan dengan tingkat pemahamannya.
Kadang diperlukan ​second language terutama untuk anak kecil misalnya untuk
melakukan anestesi pada gigi sebelum pencabutan dapat digunakan istilah memundurkan
gigi.⁴
Komunikasi nonverbal dapat dilakukan misalnya dengan melakukan kontak mata
dengan anak, menjabat tangan anak, tersenyum dengan penuh kehangatan, menggandeng
tangan anak sebelum mendudukkan ke kursi perawatan gigi, dan lain-lain.⁴
2. Modelling
Modelling merupakan prinsip psikologis yaitu belajar dari pengamatan model.
Anak diajak mengamati anak lain sebayanya yang sedang dirawat giginya yang
berperilaku kooperatif, baik secara langsung atau melalui film dan video demonstrasi
tentang perawatan gigi. Pengamatan terhadap model yang diamati dapat memberikan
pengaruh positif terhadap perilaku anak. Teknik ini sangat memberikan efek pada
anak-anak yang berumur 3-5 tahun dan sangat baik digunakan pada saat kunjungan
pertama anak ke dokter gigi.⁴
3. Tell Show Do​ (TSD)
Addlestone memperkenalkan konsep ​Tell Show Do (TSD) sebagai prosedur
pengelolaan atau manajemen perilaku untuk merawat gigi anak dan cara ini sangat
sederhana dan cukup efektif.⁴
Tell artinya mengatakan kepada anak dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh
anak tersebut. Tentang apa yang akan dilakukan. Dalam hal ini dijelaskan juga alat-alat

12
yang mungkin akan digunakan. Setiap kali anak akan menunjukkan hal yang positif
diberikan penghargaan.⁴
Show artinya menunjukkan objek sesuai dengan yang diterangkan sebelumnya
tanpa menimbulkan rasa takut. Dalam hal ini dapat dipergunakan model gigi,
menunjukkan alat yang akan dipergunakan misalnya bur dan kalau perlu dipegang
pasien.⁴
Do yaitu tahap akhir yang dilakukan jika tahap ​show telah dapat diterima oleh
anak. Pada tahap ​do anak diberikan perlakuan sesuai dengan apa yang telah diceritakan
maupun ditunjukkan. Pada waktu melakukan TSD harus sesuai dengan yang diceritakan
atau ditunjukkan, jadi jangan sampai anak merasa dibohongi. Pendekatan dengan cara
TSD dapat dilakukan bersama-sama dengan cara ​modeling.​ Cara pendekatan dengan TSD
dapat diterapkan untuk semua jenis perawatan pada anak kecuali melakukan suntikan.⁴
● Tujuan
Untuk memungkinkan anak untuk mempelajari dan memahami prosedur
perawatan gigi dengan cara yang meminimalkan kecemasan. Digunakan dengan
imbalan, secara bertahap membentuk perilaku anak terhadap penerimaan prosedur
invasif lebih.⁴
● Indikasi
Bisa digunakan dengan semua pasien. Dapat digunakan untuk berurusan
dengan yang sudah ada kecemasan dan ketakutan, atau dengan pasien
menghadapi kedokteran gigi untuk pertama kalinya.⁴
4. Hand Over Mouth Exercise​ (HOME)
Hand Over Mouth Exercise ​(HOME) adalah suatu teknik manajemen perilaku
digunakan pada kasus yang selektif misalnya pada anak yang agresif dan histeris yang
tidak dapat ditangani secara langsung. Teknik ini juga sering digunakan bersama teknik
sedasi inhalasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan perhatian dari anak sehingga
komunikasi dapat dijalin dan diperoleh kerjasama dalam melakukan perawatan yang
aman. Teknik ini hanya digunakan sebagai upaya terakhir dan tidak boleh digunakan
secara rutin.⁴
5. Distraksi

13
Teknik distraksi adalah suatu proses pengalihan dari fokus atau perhatian pada
nyeri ke stimulus yang lain. Distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian anak agar
menghiraukan rasa nyeri. Beberapa teknik distraksi yang dikenal dalam pendekatan pada
anak antara lain distraksi visual seperti melihat gambar di buku, bermain video games,
distraksi pendengaran dengan mendengarkan musik atau bercerita juga sangat efektif.⁴
Dokter gigi yang berbicara selagi mengaplikasi pasta topikal ataupun anestesi
lokal juga menggunakan distraksi verbal.⁴
6. Desensitisasi
Desensitisasi secara tradisional digunakan untuk anak yang gelisah, takut, ataupun
fobia pada perawatan gigi. Prinsip ini dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh dokter gigi
anak dengan semua pasien, untuk meminimalkan kemungkinan bahwa pasien mungkin
menimbulkan kecemasan. Kecemasan anak ditangani dengan memberikan serangkaian
pengalaman perawatan anak.⁴
● Tujuan
Untuk membantu anak mengatasi kecemasan pada perawatan gigi dan
untuk memberikan serangkaian pengalaman mengatasi kecemasan anak pada
perawatan gigi.⁴
● Indikasi
Bisa digunakan untuk semua pasien anak.⁴
7. Pengaturan Suara (​Voice Control)​
Nada suara dapat juga digunakan untuk mengubah perilaku anak. Perubahan nada
dan volume suara dapat digunakan untuk mengkomunikasikan perasaan kepada anak.
Perintah yang tiba-tiba dan tegas dapat mengejutkan dan menarik perhatian anak dengan
cepat. Dengan adanya perhatian anak yang diperoleh melalui intonasi tersebut, dokter
gigi dapat melanjutkan komunikasinya atau untuk menghentikan apa yang sudah
dilakukan oleh anak. Tujuannya untuk mengontrol perilaku mengganggu dan untuk
mendapatkan perhatian anak. Teknik ini dapat digunakan dengan semua pasien.⁴
8. Reinforcement
Merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai, agar prestasi
tersebut diulang. Pada umumnya anak akan senang jika prestasi yang telah ditunjukkan
dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan keberanian anak dan

14
dipertahankan untuk perawatan dikemudian hari. Keuntungannya karena dokter gigi
secara langsung dapat mengontrol pemberian hadiah yang akan diberikan di praktek
untuk meningkatkan frekuensi tingkah laku yang diinginkan.⁴

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perbedaan utama antara perawatan anak-anak dan perawatan orang dewasa.


Merawat orang dewasa umumnya melibatkan hubungan dokter gigi dan pasien. Namun,
merawat seorang anak biasanya tergantung pada hubungan antara dokter gigi, pasien, dan
orang tua atau pengasuh. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku anak-anak seperti,
kecemasan orang tua, ​toxic stress​, pengalaman medis, kesadaran masalah gigi, dan
masalah perilaku umum.
Karena Klinik Gigi Anak merupakan unit perawatan anak – anak atau pediatrik,
maka disarankan menggunakan warna menciptakan ruang ramah dan menyenangkan
menurut. Tujuannya adalah untuk menciptakan pola pikir positif dan membuat anak
bagian dari proses kegiatan interaktif dan rasa kontrol. Senyum adalah sarana yang sangat
baik dan dapat menunjukkan sikap untuk memotivasi pasien. Ketika dokter gigi memakai
masker, meskipun wajahnya tidak terlihat, tetap berusaha untuk bersikap ramah kepada
pasien sehingga pasien dapat melihat ‘senyum’ dokter gigi meskipun tertutup oleh
masker.
Dokter gigi memerlukan suatu pemahaman tahap perkembangan anak dan rasa
takut berkaitan dengan usia, penanganan pada kunjungan pertama, dan pendekatan
selama perawatan. Beberapa teknik manajemen perilaku dengan pendekatan non
farmakologi, antara lain komunikasi, ​Modelling, tell show do (TSD), ​hand over mouth
exercise (HOME), distraksi, desensitisasi, pengaturan suara (​voice control​), dan
reinforcement​.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Mc Donald RE Avery DR. ​Dentistry for the Child and Adolescent. Mosby, St Louis.
1997
2. Tanuwidjaja, G, Juanda, N.W.I, Himdojo, S.I, Sanjaya, T. ​Pengaruh Warna dalam
Desain Fasilitas Perawatan Gigi Ramah Anak di Amerika. Seminar Nasional Teknologi​.
2015: 2407 – 7534.
3. Chadwick, B.L. Dan Hosey, M.T. ​Child Taming: How To Manage in Dental Practice​, 1st
ed. Quintessence Publishing Co. Ltd. London. 2003: 9-11, 19-20, 27-28.
4. Permatasari AS. Pola Perilaku Anak Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut (Puskesmas
Sudiang Raya dan RSUD Makassar). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Kedokteran
Gigi. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2014: 24-5.

17

Anda mungkin juga menyukai