Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH DIAGNOSTIK DAN REMEDIAL TEACHING

MENGANALISIS ASPEK MEDIS DAN PSIKOLOGI ANAK


BERKESULITAN BELAJAR
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Diagnostik dan Remedial Teaching
yang diampu oleh:
Dr. H. A. Hari Witono, M. Pd., Kons. dan Ibrahim, M. Pd.

DISUSUN OLEH
1. ABIYYU NAUVAL ATHALA (E1E022210)
2. AKHMAD HAYKAL ALAM (E1E022216)
3. ALIMAN HAKIM (E1E022218)
4. ATASYAH ADRIANO (E1E022226)

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2023/2024
ii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. Yang telah
memberikan rahmat serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Diagnostik dan Remedial Teaching. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Dr. H. A. Hari Witono, M. Pd., Kons. dan Bapak Ibrahim, M. Pd. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Diagnostik dan Remedial Teaching yang telah
banyak memberikan arahan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pemahaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk masukan baik saran mapun kritik
yang dapat membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam mata kuliah
Diagnostik dan Remedial Teaching. Terima kasih.

Mataram, 05 Maret 2024


Penyusun,
iii

DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH .........................................................................2
1.3 TUJUAN ..................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI ...................................................................................3
2.1 Manfaat Informasi Medis Bagi Guru .......................................................3
2.2 Terminologi Medis Bagi Anak Berkesulitan Belajar ...............................5
2.3 Peran Berbagai Spesialis Ilmu Kedokteran Dalam Penanggulangan
Kesulitan Belajar ......................................................................................6
2.4 Keterlibatan Terapi Medis Dalam Penanggulangan Kesulitan Belajar .11
2.5 Aspek Psikologi Perkembangan Dari Kesulitan Belajar........................13
2.6 Aspek Psikologi Behavior Dari Kesulitan Belajar .................................16
2.7 Aspek Psikologi Kognitif Dari Kesulitan Belajar ..................................19
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................21
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................21
3.2 SARAN ..................................................................................................21
EVALUASI ...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di dunia pendidikan, ada saat-saat ketika proses belajar-mengajar tidak
berjalan lancar. Setiap berproses, pasti akan selalu mengalami kesulitan.
Hambatan yang terjadi biasanya berupa masalah belajar yang dialami siswa.
Kesuksesan akademik siswa akan dipengaruhi oleh kesulitan belajar tersebut.
Sebenarnya, dampak ini dapat diatasi dengan berbagai cara, seperti
melakukan penyelidikan tentang penyebab kesulitan belajar peserta didik
untuk menemukan cara terbaik untuk membantu peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar. Remedial adalah salah satu tindakan lanjut yang
biasanya dilakukan oleh seorang pendidik.
Sebagai pendidik, guru bertanggung jawab atas pertumbuhan siswa
mereka. Dalam proses pembelajaran, guru harus memperhatikan kemampuan
setiap siswa untuk membantu pertumbuhan mereka secara optimal, mengenali
siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan memahami faktor-faktor yang
memengaruhi proses dan hasil belajar.
Dengan melihat hasil belajar siswa, guru dapat mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Dengan melakukan penilaian
sebenarnya, guru dapat membuat diagnosis tentang kekuatan dan kelemahan
siswa serta masalah belajar yang mereka hadapi. Akan lebih mudah untuk
mengidentifikasi penyebab kelemahan tersebut dan mengatasi mereka.
Inilah alasan mengapa diagnosis dan pengajaran remedial kesulitan belajar
sangat penting untuk mengatasi salah satu masalah pendidikan yang paling
signifikan.
Dokter selalu membantu orang belajar lebih mudah. Banyak anak dikirim
ke dokter spesialis anak, neurolog, psikiater anak, spesialis penyakit mata,
spesialis THT, dan spesialis lainnya untuk mendapatkan diagnosis yang tepat
karena efek petalogis dari masalah belajar. Dokter ahli ini dapat menjadi
komponen yang sangat penting dalam pendekatan multidisipliner untuk
memecahkan masalah kesulitan belajar. Bab ini akan membahas terminologi
medis tentang kesulitan belajar, peran berbagai cabang ilmu kedokteran, peran
terapi medis dalam penanggulangan kesulitan belajar, dan manfaat informasi
medis bagi guru.
2

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Manfaat Informasi Medis Bagi Guru?
2. Bagaimana Terminologi Medis Bagi Anak Berkesulitan Belajar?
3. Bagaimana Peran Berbagai Spesialis Ilmu Kedokteran Dalam
Penanggulangan Kesulitan Belajar?
4. Bagaimana Keterlibatan Terapi Medis Dalam Menanggulangi Kesulitan
Belajar?
5. Apa saja Aspek Psikologi Perkembangan Dari Kesulitan Belajar?
6. Apa saja Aspek Psikologi Behavior Dari Kesulitan Belajar?
7. Apa saja Aspek Psikologi Kognitif Dari Kesulitan Belajar?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini:
1. Mengetahui Manfaat Informasi Medis Bagi Guru.
2. Mengetahui Terminologi Medis Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
3. Mengetahui Peran Berbagai Spesialis Ilmu Kedokteran Dalam
Penanggulangan Kesulitan Belajar.
4. Mengetahui Keterlibatan Terapi Medis Dalam Penanggulangan Kesulitan
Belajar.
5. Mengetahui Aspek Psikologi Perkembangan Dari Kesulitan Belajar.
6. Mengetahui Aspek Psikologi Behavior Dari Kesulitan Belajar.
7. Mengetahui Aspek Psikologi Kognitif Dari Kesulitan Belajar.
3

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 MANFAAT INFORMASI MEDIS BAGI GURU
Informasi medis memiliki lima manfaat bagi guru dalam upaya
memecahkan masalah kesulitan belajar:
1. Pengetahuan tentang sistem saraf pusat dan hubungannya dengan kesulitan
belajar sangat bermanfaat bagi guru karena mereka dapat lebih memahami
bahwa belajar adalah proses neuro logis yang terjadi dalam otak. Jika
belajar terkait dengan proses yang terjadi di dalam sistem saraf pusat, maka
gangguan dalam proses belajar dapat menyebabkan gangguan dalam proses
belajar. Selain itu, pengetahuan tentang sistem saraf pusat dan kaitannya
dengan kesulitan belajar akan membantu mereka membuat strategi yang
lebih baik untuk menangani masalah belajar.
2. Guru dapat menyadari bahwa dokter spesialis sering membantu dalam
asesmen dan pemecahan masalah belajar. Guru memahami kontribusi dari
dokter spesialis, dan guru akan membutuhkan pengetahuan dan perspektif
tentang berbagai spesialisasi ilmu kedokteran. Dengan demikian,
memungkinkan kerja sama tim yang efektif untuk memecahkan masalah
belajar.
3. Menginterpretasikan laporan medis yang berkaitan dengan anak dan
membahas temuan dengan dokter dan orang tua. Dengan pengetahuan
tentang pengobatan yang diberikan kepada anak, guru dapat memberikan
umpan balik kepada dokter dan orang tua tentang seberapa efektif
pengobatan tersebut. Informasi ini dapat membantu menangani kesulitan
belajar dengan lebih baik.
4. Guru dapat lebih memahami beberapa tantangan belajar yang muncul
karena kemajuan ilmu kedokteran. Dengan kemajuan dalam teknologi
kedokteran, upaya untuk menyelamatkan kehidupan anak-anak dapat
dilakukan sekarang. Sebagian dari anak-anak yang berhasil diselamatkan
tersebut mengalami kesulitan belajar, yang membutuhkan pendidik yang
memahami secara menyeluruh kondisi anak. Hanya jika guru memiliki
pemahaman yang tepat tentang kondisi anak, pemahaman yang baik
tersebut dapat dicapai.
5. Penemuan ilmiah yang bertujuan untuk menemukan dan belajar tentang
rahasia otak manusia. Memungkinkan pengembangan model pendidikan
yang lebih baik dan pemecahan masalah belajar yang lebih efisien dan
efektif. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara ahli neurologi dan
pendidik yang memahami dasar-dasar dalam bidang tersebut.
4

Menyatakan kepada pendidik bahwa belajar adalah suatu proses


neurologis yang terjadi di otak. Jika belajar terkait dengan proses yang
terjadi di sistem saraf pusat, kegagalan sistem tersebut dapat mengganggu
proses belajar. Mengetahui tentang sistem saraf pusat dan hubungannya
dengan kesulitan belajar sangat bermanfaat bagi guru, terutama bagi guru
yang mengajar anak yang mengalami kesulitan belajar. Selain membantu
menciptakan strategi pembelajaran yang efektif, pengetahuan seperti ini dapat
membuat guru lebih cerdas saat melihat anak-anak yang menghadapi
kesulitan belajar.
Memberi tahu pendidik bahwa dokter spesialis sering membantu
dalam asesmen dan penanggulangan masalah belajar. Guru akan
membutuhkan pengetahuan dan perspektif dari berbagai macam spesialis ilmu
kedokteran untuk memahami kontribusi para dokter spesialis. Akibatnya,
memungkinkan kerja sama tim yang efektif untuk memecahkan masalah
kesulitan belajar.
Menginterpretasikan laporan medis tentang anak dan
memberitahukan hasilnya kepada dokter dan orang tua memungkinkan
guru untuk memberikan umpan balik kepada dokter dan orang tua
tentang seberapa efektif pengobatan yang diberikan kepada anak.
Dengan informasi ini, upaya penanggulangan kesulitan belajar dapat lebih
efektif dan efisien.
Kemajuan dalam teknologi kedokteran memungkinkan upaya untuk
menyelamatkan kehidupan anak-anak yang pada masa sebelumnya tidak
dapat diselamatkan, yang menyebabkan beberapa masalah belajar
muncul. Sebagian dari anak-anak yang berhasil diselamatkan tersebut
mengalami kesulitan belajar, yang membutuhkan guru yang memahami secara
mendalam tentang anak-anak tersebut. Hanya jika guru memiliki pemahaman
yang akurat tentang kondisi anak-anak tersebut, pemahaman yang baik ini
dapat dicapai.
Penemuan ilmiah tentang upaya untuk mengungkap rahasia otak
manusia dan belajar memungkinkan pengembangan teknologi
pendidikan yang lebih baik dan upaya untuk memecahkan masalah
belajar yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi
antara ahli neurologi dan pendidik yang memahami dasar neurologi.
5

2.2 TERMINOLOGI MEDIS BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR


Terminologi medis adalah bidang yang menyelidiki bahasa yang
digunakan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang kesehatan atau
pelayanan medis, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk
berkomunikasi dengan pasien mereka. Metodologi ini harus sesuai dengan
istilah yang digunakan dalam sistem klasifikasi penyakit.
Disfungsi Otak Minimal (DMO) atau Minimal Brain Dysfunction (MBD).
Clement Spada pertama kali menggunakan istilah ini tahun 1966 sebagai
pengganti dari cedera otak yang mengacu pada anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar. Namun, Asosiasi Psikiater Amerika Serikat pada tahun 1980
merekomendasikan penggunaan istilah Attention Deficit Disorder (AAD)
sebagai pengganti MBD karena kondisi ini adalah gangguan perkembangan
otak yang menyebabkan penderitanya menjadi hiperaktif, implusif, dan
mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian. Kurang perhatian,
impulsif, dan hiperaktivitas adalah kriteria diagnostik untuk anak yang
memiliki ganguan kekurangan perhatian dengan hiperaktivitas (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD). Berikut ini adalah
penjelasannya:
a. Kurang Konsentrasi
1. Sering gagal menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulai.
2. Sering terlihat tidak mendengarkan.
3. Mudah bingung.
4. Sulit untuk fokus pada pekerjaan sekolah atau tugas lain.
b. Tidak sadar diri atau Impulsif. Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kesulitan untuk mengikuti aktivitas permainan;
2. Sering bertindak sebelum berpikir;
3. Mengubah aktifitas dari satu orang ke orang;
4. Sulit mengorganisasikan pekerjaan (bukan karena gangguan kognitif);
5. Membutuhkan banyak pengawasan;
6. Sering keluar kelas; dan
7. Sulit menunggu giliran dalam permainan atau situasi belajar kelompok.
c. Hiperaktif. Memiliki dua dari sifat-sifat berikut:
1. Berlari-lari dan memanjat-manjat secara berlebihan;
2. Gelisah secara berlebihan; dan
3. Berjalan-jalan saat tidur.
d. Sering mengembara tanpa tujuan
e. Terjadi sebelum usia tujuh tahun
f. Berlangsung selama minimal enam bulan
g. Tidak disebabkan oleh retardasi mental berat, schizophrenia, atau
gangguan efektif.
6

Kecuali ada hiperaktivitas, gangguan kekurangperhatian tanpa hiperaktivitas


(juga dikenal sebagai gangguan kekurangperhatian tanpa hiperaktivitas)
memiliki ciri-ciri dan gejala yang sama dengan gangguan kekurangperhatian
dengan hiperaktivitas. Gangguan ini biasanya ringan.
Kekurangan perhatian dianggap oleh banyak peneliti kesulitan belajar sebagai
gangguan yang paling penting. Ross berpendapat bahwa kemampuan untuk
mempertahankan perhatian selektif (selective attention) merupakan masalah
kognitif yang mempengaruhi sebagian besar anak yang mengalami kesulitan
belajar, seperti yang dinyatakan oleh Lerner (1981:52). Kemampuan untuk fokus
pada satu rangsangan dari berbagai rangsangan yang mengenai indra kita dikenal
sebagai perhatian selektif. Memungkinkan kedua bidang keilmuan bekerja sama
dengan fokus yang sama pada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, ilmu
kedokteran dan ilmu pendidikan memiliki fokus yang sama.

2.3 PERAN BERBAGAI SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN DALAM


PENANGGULANGAN KESULITAN BELAJAR
Ada beberapa spesialis ilmu kedokteran yang terkait dengan upaya
penanggulangan kesulitan belajr: a) ilmu kedokteran anak (pediatri), b)
neurologi, c) optalmologi, d) otologi, dan e) psikiatri. Berikut ini akan dibahas
peran yang dimainkan oleh masing-masing spesialis ilmu kedokteran.

a. PEDIARTI
Pediarti adalah bidang kedokteran yang mempelajari bagaimana
menjaga kesehatan anak. Pada saat ini, peran dokter spesialis anak di
negara-negara yang sudah maju tidak hanya menjaga kesehatan fisik anak-
anak tetapi juga memahami masalah prilaku dan belajar. Dokter spesialis
anak juga bertanggung jawab untuk secara aktif membangun hubungan
yang kuat antara dunia pendidikan dan dunia medis.
Dokter sepeaialis anak sering digunakan oleh orang tua jika mereka
menghadapi masalah dengan perilaku anak mereka di rumah atau
kemampuan mereka untuk belajar di sekolah. Orang tua mungkin
melaporkan kepada dokter tentang anaknya yang bergerak terus-menerus,
tidak dapat mengontrol perilakunya, atau tidak mempertimbangkan akibat
dari perilakunya. Anak-anak juga mungkin dilaporkan sering ngambeg,
tidak mampu bersosialisasi dengan teman, atau tidak tahan terhadap
frustasi. Anak-anak mungkin mudah bingung, bekerja tidak teratur,
perhatian rendah, dan suasana hatinya cepat berubah di sekolah. Anak-anak
mungkin juga kesulitan membaca dan mungkin tidak memahami konsep
matematika.
7

Banyak dokter anak tahu bahwa mereka menangani kesehatan fisik dan
mental anak. Mereka menyadari bahwa mereka terlibat dalam berbagai
bidang, seperti perkembangan bahasa, penyesuaian pendidikan sekolah,
dan belajar akademik anak. Kelainan belajar biasanya didiagnosis oleh
dokter spesialis anak. Dokter spesialis anak juga bertanggung jawab untuk
meningkatkan kapasitas fungsional dalam perkembangan psokososial dan
biologis anak. Jika gejala kesulitan belajar muncul pada anak, dokter
spesialis anak biasanya bertanggung jawab untuk mengirimkan anak ke
ahli yang relevan. Menurut Lerner 91981:54), tugas yang rumit dari
seorang dokter spesialis anak dalam penanggulangan kesulitan belajar
mencakup:
1. Mendiagnosis dan mengobati gangguan fisik dan psikis yang dapat
menyebabkan gangguan belajar pada anak, seperti gangguan
pendengaran, nutrisi yang buruk, atau gangguan endokrinologis dan
metabolik.
2. Menginterpretasikan sifat temuan medis dan maknanya untuk orang tua,
guru, dan profesional lain yang bekerja dengan anak.
3. Membantu dan mendukung keluarga untuk mendapatkan evaluasi dan
pendidikan khusus jika diperlukan.
4. Memberikan terapi medis untuk masalah emosional dan kecacatan.
5. Memberikan perawatan kesehatan yang berkelanjutan bagi keluarga dan
anak untuk kemajuan mereka.
6. Menggunakan program yang tersedia untuk investasi preventif dalam
kesulitan belajar anak.

b. NEUROLOGI
Jika kesulitan belajar diduga disebabkan oleh gangguan neurologis,
anak harus dikirim ke seorang dokter spesialis saraf atau neurolog untuk
mendapatkan informasi tentang perkembangan fungsi saraf pusat anak.
Seorang dokter spesialis saraf dapat dengan mudah mengidentifikasi
gangguan fungsi motorik dan abnormalitas neurologis yang jelas. Namun,
anak-anak yang mengalami kesulitan belajar jarang menyadari adanya
gangguan fungsi motorik atau neurologis. Anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar biasanya menunjukkan gejala gangguan fungsi motorik
atau neurologis yang minimal atau sangat ringan.
Untuk memberikan bantuan yang tepat kepada anak yang mengalami
kesulitan belajar, guru harus memiliki pemahaman dasar tentang fisiologi
dan fungsi otak serta sistem saraf. Meskipun sulit untuk menentukan
apakah anak yang mengalami kesulitan belajar memiliki gangguan otak,
guru harus memiliki pemahaman dasar tentang bagaimana fungsi otak dan
sistem saraf berkaitan dengan proses belajar dan berbahasa.
8

Diharapkan pengetahuan seperti ini akan membantu guru menemukan


pendekatan pembelajaran yang paling efektif atau membuat guru menerima
anak sebagaimana adanya.
Semua perilaku manusia berhubungan dengan sistem saraf dan otak,
jadi perilaku belajar adalah aktivitas otak yang sangat penting yang
memiliki dasar fisiologi di otak dan sistem saraf.
Otak manusia terdiri dari dua sisi: sisi kanan dan sisi kiri. Tampak
bahwa bentuk, susunan, dan metabolisme kehua belahan tersebut sama.
Frontal lobe, temporal lobe, accapital lobe, dan motor strip area
membentuk tiap belahan. Setiap belahan otak memiliki wilayah motorik,
atau motor area, yang mengatur otot-otot di bagian tubuh yang berlawanan.
Belahan otak kiri bertanggung jawab atas gerakan tangan dan kaki kanan.
Kedua belahan otak bertanggung jawab atas pengendalian telinga dan
mata.
Salah satu belahan otak yang bertanggung jawab atas fungsi bahasa
adalah belahan kiri otak. Hasil penelitian Lerner menunjukkan bahwa pada
90 persen orang dewasa, fungsi bahasa dikendalikan oleh belahan otak kiri,
baik pada orang kidal (tangan kiri), orang kanan (tangan kiri), maupun
orang campuran (tangan kanan dan kiri sama terampilnya). Daerah bicara
sebagian besar orang dengan tangan kanan terletak di belahan otak kiri,
sedangkan orang dengan tangan kiri terletak di belahan otak kanan dan kiri
yang hampir sama. Rossi dan Rosadini, seperti dikutip oleh Lerner,
menyatakan bahwa pusat bicara berada di belahan otak kiri pada 90%
orang kanan dan 71% orang kiri.
Fungsi kedua belahan otak tidak sama meskipun strukturnya sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belahan otak kiri menunjukkan reaksi
terhadap aktivitas yang berkaitan dengan bahasa, sedangkan belahan otak
kanan berhubungan dengan rangsangan nonverbal seperti persepsi
keruangan, orientasi arah, urutan waktu, dan kesadaran tubuh. Oleh karena
itu, kedua belahan otak mengontrol rangsangan visual dan auditoris secara
bersamaan. Namun, rangsangan linguis seperti pikiran, kota, dan simbol
direspons oleh belahan otak kiri. Akibatnya, orang dewasa yang
mengalami stroke dengan kerusakan pada belahan otak kiri sering
mengalami kehilangan bawasa selain mengalami masalah dengan fungsi
motorik pada belahan tubuh sebelah kanan.
Fungsi kedua belahan otak tidak sama meskipun strukturnya sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belahan otak kiri menunjukkan reaksi
terhadap aktivitas yang berkaitan dengan bahasa, sedangkan belahan otak
kanan berhubungan dengan rangsangan nonverbal seperti persepsi
keruangan, orientasi arah, urutan waktu, dan kesadaran tubuh. Oleh karena
itu, kedua belahan otak mengontrol rangsangan visual dan auditoris secara
bersamaan.
9

Namun, rangsangan linguis seperti pikiran, kota, dan simbol direspons oleh
belahan otak kiri. Akibatnya, orang dewasa yang mengalami stroke dengan
kerusakan pada belahan otak kiri sering mengalami kehilangan bawasa
selain mengalami masalah dengan fungsi motorik pada belahan tubuh
sebelah kanan.
Kedua belahan otak bekerja sama, bukan secara terpisah. Fungsi-fungsi
lain dapat dipengaruhi oleh kegagalan satu fungsi. Oleh karena itu, fokus
utama pendidikan integratif adalah pengembangan fungsi-fungsi otak
secara optimal dan terintegrasi (Clark, 1983:404). Pendidikan integratif
adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan semua potensi
manusia, termasuk kognisi, emosi, fisik, dan intuisi secara optimal dan
terintegrasi.

c. OPTALMOLOGI
Salah satu cabang ilmu kedokteran yang dikenal sebagai optometri
adalah optometri. Orang tua yang memiliki anak yang sulit membaca
biasanya mengunjungi dokter mata (optalmolog). Oles seorang optalmolog
pertama kali menulis makalah tentang masalah belajar membaca pada
tahun 1896, seperti yang dinyatakan oleh Lerner (1981: 63). Ini bukan hal
yang aneh karena penglihatan terkait dengan membaca.
Problem mata tidak sama dengan masalah penglihatan. Banyak anak
yang tidak memiliki masalah penglihatan tetapi tidap. Anak-anak yang
mata bagian dalam dan bagian luarnya sehat melihat huruf-huruf kecil
dengan jelas pada jarak dua puluh kaki, sama seperti anak-anak yang tidak
memiliki masalah penglihatan. Kemampuan penglihatan anak penting
untuk pemeriksaan penglihatan yang memadai. Alat penglihatan ini
mencakup:
1. Kemampuan Fungsional, mengacu pada kemampuan anak untuk
menggunakan dan memusatkan kedua matanya secara bersamaan.
2. Kemampuan Fiksasi, mengacu pada kemampuan anak untuk melihat
dari satu objek ke objek lain dengan cepat dan akurat.
3. Kemampuan Konvergen, mengacu pada kemampuan anak untuk
memusatkan penglihatannya pada objek yang sedang bergerak, dan
4. Kemampuan Akomodasi, mengacu pada kemampuan anak untuk
mempertahankan fokus yang jelas pada suatu objek.
Jika seorang anak gagal menguasai beberapa keterampilan visual
penting, dia mungkin dikategorikan sebagai anak dengan masalah belajar
membaca, masalah perilaku, atau hanya dianggap malas.
Untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar membaca,
pemeriksaan penglihatan sering diperlukan karena penglihatan merupakan
komponen yang mempengaruhi kemampuan membaca.
10

Jika anak menunjukkan tanda-tanda seperti mengerutkan kening saat


membaca, mendorong atau memiringkan kapala, atau sering kehilangan
jejak saat membaca, guru harus memberikan perhatian kepada mereka.
Ketajaman penglihatan (visual acuity), kekeliruan pembiasaan
(refractive error), dan kesulitan binokular adalah semua tujuan
pemeriksaan penglihatan. Kemampuan untuk melihat bentuk-bentuk atau
huruf-huruf dari jarak tertentu disebut ketajaman penglihatan. Papan
Snellen digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan. Anak dengan
skor 20/20 menunjukkan kemampuan mereka untuk melihat pada jarak 20
kaki seperti yang dilihat oleh anak normal pada jarak 20 kaki. Sekor 20/20
juga menunjukkan bahwa mereka dapat melihat sesuatu pada jarak 20 kaki
seperti yang dilihat oleh anak normal pada jarak 40 kaki.

d. OTOLOGI
Otologi adalah ilmu kedokteran yang berkaitan dengan kesehatan
pendengaran, dan seorang otolog (otologist) adalah seorang otolaringologis
(otolaringologist) atau seorang dokter spesialis kesehatan telinga, hidung,
dan tenggorokan (THT). Karena kemampuan mendengarkan berkorelasi
erat dengan kemampuan berbahasa, anak-anak yang mengalami kesulitan
belajar bahasa sering memerlukan pemeriksaan otologis.
Audiolog, atau audiologist, adalah seorang spesialis nonmedis yang
bekerja dengan elemen pendengaran. Pengujian dan pengukuran
pendengaran, diagnosis dan rehabilitasi cacat pendengaran, studi ilmiah
tentang proses mendengar, dan memperluas pengetahuan tentang proses
mendengar adalah beberapa fungsi audiologi. Audiometer adalah
instrumen elektronok yang digunakan untuk mengukur tingkat
pendengaran. Bunyi di dekat telinga atau gelombang suara melalui tulang
telinga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan mendengar.

e. PSIKIATRI
Psikiatri adalah bidang kedokteran yang berkaitan dengan kesehatan
mental, dan dokter yang menangani psikiatri disebut psikiater. Anak-anak
yang mengalami kesulitan belajar biasanya dikirim ke psikiater karena
dokter spesialis ini sering bertanggung jawab atas penanganan masalah
belajar. utamanya yang berkaitan dengan aspek emosional. Psikiater sering
menghubungi orang tua atau keluarga anak yang mengalami kesulitan
belajar. Di samping itu, psikiater seringkali harus menggabungkan
pekerjaan mereka dengan upaya pendidikan yang dilakukan di sekolah.
Sebagai anggota tim dalam menangani masalah belajar, psikiatri anak
adalah profesional medis yang sangat penting.
11

2.4 KETERLIBATAN TERAPI MEDIS DALAM PENANGGULANGAN


KESULITAN BELAJAR
Untuk menangani kesulitan belajar, berbagai bentuk perawatan kesehatan
telah digunakan. Di antara berbagai jenis terapi tersebut adalah obat-obatan
dan biokimia seperti diet, vitamin, dan pengobatan alergi. Modifikasi
perilaku, atau behavior modification, adalah jenis terapi tambahan.

a. TERAPI OBAT
Obat digunakan untuk mengendalikan perilaku banyak anak yang
mengalami kesulitan belajar. Tindakan ini dilakukan karena kemungkinan
kemanpuan anak untuk belajar dapat ditingkatkan dengan peningkatan
perbaikan perilaku. Meskipun terapi obat adalah masalah medis, guru
memainkan peran penting dalam meningkatkan hasil penyembuhan. Untuk
menyelesaikan tugas ini, guru harus mengetahui program pengobatan
khusus seorang anak agar mereka dapat memberikan umpan balik kepada
dokter atau orang tua tentang pengaruh obat bagi anak di sekolah. Menurut
ulasan ini, dokter dapat mengontrol efektivitas obat dan melakukan
perubahan jika diperlukan.

b. DIET
Ada beberapa teori diet tentang mengapa dan bagaimana mengobati
hiperaktivitas dan masalah belajar. Megavitamin, hipolesimia, dan bahan
tambahan makanan adalah beberapa teori tersebut. Menurut Feigold
(Lerner, 1981:75), suplemen makanan dapat menyebabkan hiperaktivitas
pada anak-anak. Menurut Feiingold, anak-anak sering mengonsumsi rasa
dan bahan pengawer tiruan serta zat pewarna tiruan. Terapi melibatkan
kontrol makanan anak-anak dan penghapusan makanan tambahan. Bukti
penyenbuhan jenis ini masih belum meyakinkan. Meskipun demikian,
seperti yang ditunjukkan oleh Lerner (1981:75), hasil penelitian Sparing
dan Sandoval, Rapp, Swanson, dan Kinsborne menunjukkan bahwa suatu
kelompok kecil anak-anak hiperaktif menunjukkan reaksi yang baik
terhadap penggabungan diet tanpa bahan tambahan makanan.
Salah satu kesalahan yang terkait dengan diet yang lain dari penyebab
kesulitan belajar adalah bahwa anak-anak yang mengalami kesulitan belajar
memiliki hipolisemia, suatu kondisi yang menyebabkan kekurangan gula
darah (Dunn dan Runion, sebagaimana dikutip oleh Lerner 1981:75). Untuk
meningkatkan kondisi anak, terapi melibatkan pengontrolan pola anak.
Teori ini menyatakan bahwa jika tidak ada kontrol atas engaturan makanan,
gula darah anak akan turun satu jam setelah makan, sehingga mereka tidak
memiliki energi untuk belajar.
12

Penggunaan megavitamin adalah metode penyembuhan tambahan.


Sekitar 500 anak diberi pengobatan oral dengan vitamin dosis tinggi dalam
bentuk pil, kapsul, atau cairan, menurut Alder dan Cott, seperti yang dikutip
oleh Lerner (1981:75). Banyak dokter percaya bahwa penelitian lebih lanjut
diperlukan sebelum terapi ini dapat digunakan secara luas, meskipun Coot
menunjukkan bahwa metode ini efektif untuk anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar.

c. TERAPI ALERGI
Alergi menurut beberapa penelitian terkait dengan kesulitan belajar.
Namun, menghilangkan komponen yang menyebabkan alergi dapat
membantu mengatasi masalah belajar. Menurut Lerner (1981:76), Grook
dan Rapp telah melaporkan keberhasilan metode terapi ini.

d. MODIFIKASI PERILAKU
Modifikasi perilaku, atau modifikasi perilaku, telah banyak digunakan
untuk mengatasi hiperaktifitas. Modifikasi perilaku adalah jenis
penyembuhan yang berbeda dari pendekatan behavioral yang
menggunakan prinsip-prinsip operant conditioning. Tujuh prinsip operant
conditioning yang mendasari teknik modifikasi perilaku adalah
reinforcement, punishment, extinction, shaping and chaining, propting
and fading, diserimination and stimulus control, dan generalitation
(kazdin, 1980:17). Selain terapi obat-obatan, anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar harus menerima modifikasi perilaku, menurut O'Leary,
yang dikutip oleh lerner (1981:76). Situasi dan anak-anak tertentu mungkin
hanya membutuhkan modifikasi perilaku sebagai satu-satunya cara untuk
sembuh. Namun, dalam situasi lain, modifikasi perilaku dan terapi obat
harus dilakukan secara bersamaan.

e. PSIKOTERAPI SUPORTIF
Dimungkinkan untuk diberikan kepada anak dan keluarganya, tujuannya
adalah untuk memberi mereka pemahaman dan pemahaman tentang
kesulitan yang sedang mereka hadapi, sehingga mereka tetap termotivasi
untuk menghadapi tantangan ini.
13

f. PENDEKATAN PSIKOSOSIAL LAINYA


➢ PSIKOEDUKASI ORANG TUA DAN GURU
Psikoedukasi orang tua dan guru adalah terapi yang bertujuan untuk
memberikan informasi kepada keluarga dan masyarakat yang
mengalami stres dengan mengajarkan mereka bagaimana meningkatkan
keterampilan mereka, meningkatkan kemampuan kognitif dan
psikomotorik mereka, dan sebagainya. Psikoedukasi ini diberikan untuk
memberikan pemahaman kepada orang tua atau guru bahwa anak-anak
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam belajar berdasarkan IQ,
kepribadian, dll.
➢ PELATIHAN KETERAMPILAN SOSIAL BAGI ANAK
Pelatihan keterampilan sosial bagi anak adalah pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial seseorang. Pelatihan
keterampilan sosial dapat memungkinkan anak-anak untuk lebih berani
menyatakan diri, mengungkapkan masalah atau perasaan mereka, dan
menemukan solusi praktis untuk mencegah mereka mencari jalan keluar
dari masalah yang merugikan mereka sendiri dan orang lain.

2.5 ASPEK PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DARI KESULITAN


BELAJAR
Ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, pola perkembangan ada dua
yaitu, pola perkembangan yang bersifat umum dan bersifat individual. Pola
perkembangan bersifat umum merupakan pola perkembangan manusia pada
umumnya, yang sangat bermanfaat untuk menyusun program pendidikan atau
kurikulum sekolah bagi anak normal. Sedangkan pola perkembangan bersifat
individual adalah pola perkembangan yang berbeda-beda untuk tiap anak,
yang bermanfaat untuk menyusun program pendidikan individual
Ada dua konsep yang perlu diperhatikan dalam aspek psikologi
perkembangan yaitu kelambatan kematangan dan tahapan-tahapan
perkembangan. Berdasarkan dua konsep tersebut, maka perlu dipahami
implikasinya bagi upaya penanggulangan kesulitan belajar.
a. KELAMBATAN KEMATANGAN
Ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, kesulitan belajar
disebabkan oleh adanya kelambatan kematangan dari suatu fungsi
neurologis. Oleh karena itu, gejala kesulitan belajar tidak selayaknya
dipandang sebagai disfungsi neurologis tetapi sebagai perbedaan laju
perkembangan berbagai fungsi tersebut.
Konsep kelambatan kematangan memiliki pandangan bahwa kesulitan
belajar tercipta karena anak didorong atau dipaksa oleh lingkungan sosial
untuk mencapai kinerja akademik sebelum mereka siap. Pandangan
tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Koppitz, yaitu anak
berkesulitan belajar memerlukan waktu satu atau dua tahun lebih banyak
14

daripada yang diperlukan oleh anak yang tidak berkesulitan belajar untuk
menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Selain itu, hasil penelitian Koppitz
menunjukkan bahwa jika anak-anak berkesulitan belajar diberi waktu dan
bantuan cukup mereka ternyata mampu mengerjakan tugas-tugas akademik
secara baik menurut Lerner (1998:160).
Pandangan kelambatan kematangan juga didukung oleh hasil penelitian
Silver dan Hagin bahwa anak-anak yang berkesulitan membaca dan
memperoleh pendidikan khusus, setelah mereka berusia 16 hingga 24
tahun, banyak diantara mereka yang problema dalam membaca
menghilang meskipun ada pula yang tetap.Pandangan lain yang
dikemukakan oleh Samuel A. Kirk oleh Lerner (1998 : 169), bahwa ketika
suatu fungsi mengalami kelambatan kematangan, anak berkesulitan belajar
malah menghindari dan menarik diri dari aktivitas-aktivitas yang menuntut
fungsi-fungsi yang menyenangkan.
Konsep kematangan mengemukakan bahwa penyebab utama kesulitan
belajar adalah ketidakmatangan. Implikasi dari teori ini adalah bahwa
anak-anak yang lebih muda, yaitu anak-anak yang dilahirkan sebelum atau
dekat dengan tanggal dan bulan masuk sekolah, lebih banyak dinyatakan
berkesulitan belajar daripada yang dilahirkan jauh sebelum tanggal dan
bulan masuk sekolah. Fenomena semacam ini menurut Lerner (1998:170)
disebut pengaruh tanggal lahir (birthdate effect).

b. TAHAPAN-TAHAPAN PERKEMBANGAN
Tahapan-tahapan perkembangan yang paling erat kaitannya dengan
kesulitan belajar di sekolah adalah tahapan-tahapan perkembangan
kognitif. Penahapan perkembangan kognitif yang didasarkan atas umur
dilakukan oleh Ginsburg dan Opper (Dirgagunarsa, 1998 : 123). Adapun
tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut adalah:

1. TAHAP SENSORIMOTOR (USIA 0-2 TAHUN)


Pada tahap ini anak belajar melalui indera dan gerakan serta
berinteraksi dengan lingkungan fisik. Melalui bergerak, meraba,
memukul, menggigit, dan memanipulasi objek-objek secara fisik, anak
belajar mengenai ruang, waktu, lokasi, ketetapan, dan sebab akibat.
Sebagian dari anak-anak berkesulitan belajar sering memerlukan lebih
banyak kesempatan untuk melakukan eksplorasi motorik semacam itu.
15

2. TAHAP PRAOPERASIONAL (USIA 2-7 TAHUN)


Tahapan ini dibagi menjadi dua subtahap, yaitu subtahap berpikir
prakonseptual (usia 2-4 tahun) dan subtahap berpikir intuitif (usia 4-7
tahun). Pada subtahap berpikir prakonseptual, anak telah menggunakan
tanda atau simbol seperti yang dinamakan oleh Piaget sebagai fungsi
simbolik.
Anak yang berkesulitan belajar pada subtahap berpikir prakonseptual
menurut Piaget seperti yang dikutip oleh Joyse dan Weil (1998 : 108)
belum dapat memusatkan perhatian pada dua dimensi yang berbeda
secara bersamaan, maksudnya anak baru dapat menyusun benda-benda
berdasarkan satu dimensi saja, misalnya dari segi panjangnya atau
besarnya saja.
Pada subtahap berpikir intuitif, anak berkesulitan belajar belum
mampu mengkonversi angka misalnya, anak diberikan dua deretan
benda yang sama banyaknya mungkin anak akan mengatakan bahwa
deretan yang satu lebih banyak daripada deretan yang lain karena
deretannya lebih panjang. Hal ini menurut Piaget seperti dikutip oleh
Gunarsa (1981 : 155) karena anak belum dapat memecahkan masalah
konversi atau belum memahami konsep-konsep panjang-pendek, besar-
kecil, jauh-dekat, banyak-sedikit, dan sebagainya, sehingga mereka
memerlukan banyak bantuan dan latihan.

3. TAHAP KONKRET-OPERASIONAL (USIA 7-11 TAHUN)


Pada tahapan ini yang dapat dipikirkan oleh anak masih terbatas pada
benda-benda konkret yang dapat dilihat dan diraba. Benda-benda yang
tidak jelas dan tidak tampak dalam kenyataan, masih sulit dipikirkan
oleh anak. Menurut Kohlberg dan Gilligan yang dikutip oleh Gunarsa
(1981:164) bahwa kesulitan pelajaran matematika karena adanya upaya
untuk mengajarkan kepada anak yang masih berada pada tahapan
operasi konkret dengan materi yang abstrak.

4. TAHAP FORMAL-OPERASIONAL (USIA 11 ATAU LEBIH)


Pada tahap ini anak telah mampu berpikir abstrak, menggunakan
berbagai teori, menggunakan hubugan logis tanpa harus menunjuk pada
hal-hal yang konkret, dan memungkinkan anak melakukan pemecahan
berbagai masalah. Banyak anak berkesulitan belajar yang meskipun
umurnya telah mencapai 11 tahun tetapi masih berada pada tahap
operasi konkret. Mereka memerlukan banyak bantuan dan latihan agar
memiliki landasan kuat untuk mencapai tahap operasi formal.ansisi dari
suatu tahapan ke tahapan yang lain memerlukan kematangan. Menurut
Piaget, tahapan-tahapan tersebut berurutan dan hierarkis.
16

Anak hendaknya diberi kesempatan untuk memantapkan perilaku dan


berpikir sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Kegagalan
anak di sekolah umumnya karena sekolah sering menuntut anak-anak
menggunakan konsep-konsep abstrak dan logis dalam suatu bidang
pelajaran tanpa memberikan kesempatan yang cukup kepada anak untuk
melalui tahapan-tahapan pemahaman sebelumnya.

c. IMPLIKASI TEORI PERKEMBANGAN BAGI KESULITAN


BELAJAR
Teori perkembangan kematangan memiliki implikasi yang bermakna
untuk memahami dan mengajar anak berkesulitan belajar. Teori tersebut
mengemukakan bahwa kemampuan kognitif anak kualitatif berbeda dari
orang dewasa. Kemampuan kognitif berkembang menurut cara yang
berurutan yang tidak dapat diubah.
Implikasi penting dari pendekatan perkembangan kematangan adalah
bahwa sekolah hendaknya merancang pengalaman belajar untuk
mempertinggi kemantapan perkembangan alami. Dalam beberapa hal
lingkungan pendidikan mungkin lebih banyak menghalangi daripada
membantu perkembangan anak misalnya, sekolah membuat tuntutan
intelektual yang melebihi tahapan perkembangan anak, maka kesulitan
belajar akan terjadi. Tujuan penting dari sekolah seharusnya adalah
memperkuat landasan berpikir anak yang dapat menjadi landasan belajar
berikutnya.

2.6 ASPEK PSIKOLOGI BEHAVIOR DARI KESULITAN BELAJAR


Psikologi behavioral memberikan sumbangan teori-teori penting untuk
mengajar anak kesulitan belajar. Pusat perhatian teori-teori ini terutama pada
tugas-tugas yang diajarkan dan analisis perilaku yang dibutuhkan untuk
mempelajari tugas-tugas tersebut. Pembelajaran yang bertolak dari teori ini
kadang-kadang disebut pembelajaran langsung (direct instruction), tetapi ada
pula yang menyebut belajar tuntas (mastery learning), pengajaran terarah
(directed teaching), analisis tugas (task analysis), atau pengajaran
keterampilan berutan (sequential skills teaching). Suatu rekomendasi yang
didasarkan atas teori behavioral adalah bahwa guru hendaknya lebih
memusatkan perhatian pada keterampilan-keterampilan akademik yang
diperlukan oleh anak daripada memusatkan pada kekurangan yang
menghambat anak untuk belajar.
17

a. ANALISIS PERILAKU DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG


Teori-teori behavioral menghendaki agar guru menganalisis tugas-tugas
akademik yang berkenaan dengan berbagai keterampilan yang mendasari
penyelesaian tugas-tugas tersebut. Berbagai keterampilan tersebut
selanjutnya disusun dalam suatu aturan dan urutan logis, dan anak
dievaluasi untuk menentukan keterampilan yang telah dikuasai dan yang
belum dikuasai. Pembelajaran merupakan pemberian bantuan kepada anak
untuk menguasai berbagai subketerampilan yang belum dikuasai.
Pembelajaran semacam itu disebut pembelajaran langsung (direct
instruction).
Ada tujuh langkah pembelajaran langsung yang menurut Lerner
(1988:175) perlu diikuti :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh anak.
2. Menganalisis tujuan pembelajaran ke dalam tugas-tugas khusus.
3. Menyusun tugas-tugas khusus tersebut ke dalam suatu urutan yang
logis.
4. Menentukan tugas-tugas khusus yang telah dan yang belum dikuasai
anak.
5. Mengajarkan tugas-tugas yang belum dikuasai oleh anak.
6. Mengajarkan hanya satu tugas untuk waktu tertentu, dan baru
mengajarkan tugas selanjutnya bila tugas sebelumnya telah dikuasai
oleh anak.
7. Melakukan evaluasi untuk menentukan keefektifan program
pembelajaran.
Langkah-langkah dalam mengajarkan keterampilan berenang
merupakan gambar dari pendekatan pembelajaran langsung. Pada mulanya
guru melakukan observasi terhadap anak yang gagal berenang
menyeberangi kolam. Berdasarkan hasil observasi tersebut guru
menganalisis berbagai keterampilan yang diperlukan untuk berenang
seperti mengapung di permukaan air, menahan napas pada saat menyelam,
mengambil napas di permukaan air, meluncur, menggerakkan tangan
kedepan secara bergantian, menggerakkan kaki secara lurus ke atas dan ke
bawah, dan sebagainya. Berdasarkan hasil analisis keterampilan,
selanjutnya guru mengajarkan berbagai keterampilan tersebut langkah
demi langkah secara berurutan, membantu anak mengintegrasikan berbagai
keterampilan, dan akhirnya melakukan observasi terhadap anak yang
berenang menyeberangi kolam. Meskipun contoh tersebut bukan
merupakan tugas akademik, prosedur yang sama dapat diterapkan dalam
pengajaran akademik seperti membaca, menulis dan matematika.
18

b. TAHAPAN-TAHAPAN BELAJAR
Ada empat tahap belajar yang perlu diperhatikan yaitu perolehan
(acquisition), kecakapan (proficiency), pemeliharaan (maintenenance), dan
generalisasi (generalization).
1. Perolehan. Pada tahapan ini anak telah terbuka terhadap pengetahuan
baru tetapi belum secara penuh memahaminya. Anak masih
memerlukan banyak dorongan dan pengaruh dari guru untuk
menggunakan pengetahuan tersebut. (Contoh, kepada anak
diperlihatkan tabel perkalian lima dan konsepnya dijelaskan sehingga ia
mulai memahaminya).
2. Kecakapan. Pada tahap ini anak mulai memahami pengetahuan atau
keterampilan tetapi masih memerlukan banyak latihan. (Contoh, setelah
anak memahami tabel dan konsep perkalian lima, ia diberi banyak
latihan dalam bentuk menghafal atau menulis, dan diberi macam-
macam ulangan penguatan).
3. Pemeliharaan. Anak dapat memelihara atau mempertahankan suatu
kinerja taraf tinggi setelah pembelajaran langsung dan ulangan
penguatan (reinforcement) dihilangkan. (Contoh, anak dapat
menggunakan perkalian lima secara cepat tanpa memerlukan
pengarahan dan ulangan penguatan dari guru).
4. Generalisasi. Pada tahap ini anak telah memiliki dan
menginternalisasikan pengetahuan yang dipelajarinya sehingga ia dapat
menerapkannya ke dalam berbagai situasi. (Contoh, anak dapat
menerapkan tabel perkalian lima dalam memecahkan berbagai soal
matematika).
Berbagai harapan dan rancangan pembelajaran yang berbeda diperlukan
untuk tiap tahapan belajar. Jika guru menyadari tahapan belajar anak,
mereka dapat menyediakan pembelajaran yang tepat untuk membantu anak
bergerak dari suatu tahapan ke tahapan berikutnya. Anak berkesulitan
belajar memerlukan banyak dukungan pada tiap tahapan belajar, mungkin
melalui suatu tahapan tertentu dengan lambat, dan mungkin memerlukan
bantuan khusus untuk berpindah ke tahapan selanjutnya, terutama tahapan
generalisasi.

c. IMPLIKASI BAGI KESULITAN BELAJAR


Ada beberapa implikasi teori behavioral bagi kesulitan belajar :
1. Pembelajaran Langsung Merupakan Pembelajaran Yang Efektif
Guru perlu memahami cara melakukan analisis tugas-tugas dari suatu
tujuan pembelajaran dan cara menyusun tugas-tugas tersebut secara
berurutan. Bagi anak berkesulitan belajar merupakan hal yang sangat
penting untuk memperoleh pembelajaran langsung dalam
meneyelesaikan tugas-tugas akademik.
19

2. Pendekatan Pembelajaran Langsung Dapat Digabungkan Dengan


Berbagai Pendekatan Lain
Jika guru memiliki pengetahuan tentang kekhasan gaya belajar dan
kesulitan belajar anak, pembelajaran langsung dapat menjadi lebih
efektif jika digabungkan dengan pendekatan yang didasarkan atas gaya
belajar anak.
3. Tahapan Belajar Anak Harus Dipertimbangkan
Dalam merancang pembelajaran, tahapan belajar anak merupakan
konsep yang sangat penting untuk dipahami dan dipertimbangkan oleh
guru. Guru tidak dapat mengharapkan anak belajar secara sempurna
pada awal anak diperkenalkan pada suatu bidang baru. Bagi anak
berkesulitan belajar diperlukan usaha yang lebih banyak dari guru untuk
membantu mereka melalui tahapan-tahapan belajar bila dibandingkan
dengan anak yang tidak berkesulitan belajar.

2.7 ASPEK PSIKOLOGI KOGNITIF DARI KESULITAN BELAJAR


Psikologi kognitif berkenaan dengan proses belajar, berpikir, dan
mengetahui. Kemampuan kognitif merupakan kelompok keterampilan mental
yang esensial pada fungsi-fungsi kemanusiaan. Melalui kemampuan kognitif
tersebut memungkinkan manusia mengetahui, menyadari, mengerti,
menggunakan abstraksi, menalar, membahas, dan menjadi kreatif. Suatu
analisis tentang sifat kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk
memahami kesulitan belajar. Salah satu teori psikologi kognitif yang
membahas kesulitan belajar adalah yang dikenal dengan teori pemrosesan
psikologis.
Proses psikologis merupakan kemampuan dalam persepsi, bahasa, ingatan,
perhatian, pembentukan konsep (concept formation), pemecahan masalah, dan
sebagainya (Lerner,1988:177). Implikasi dari teori gangguan dalam proses
kognitif tersebut merupakan keterbatasan instrinsik yang dapat mengganggu
proses belajar anak. Banyak dari gangguan dalam proses ini merupakan
bidang-bidang praakademik atau yang bersifat perkembangan dari belajar.
Teori pemrosesan psikologis merupakan landasan awal dalam bidang
kesulitan belajar dengan menghubungkan dalam pemrosesan psikologis
dengan abnormalitas dalam sistem saraf pusat. Dalam mengaplikasikan teori
tersebut ke dalam pembelajaran, kekurangan atau gangguan dalam persepsi
auditoris dan visual memperoleh penekanan khusus. Teori ini telah
menyediakan suatu landasan dalam melaksanakan asesmen dan program
pembelajaran anak berkesulitan belajar.
20

Teori pemrosesan psikologis menganggap bahwa tiap anak berbeda dalam


kemampuan mental yang mendasari mereka memproses dan menggunakan
informasi, dan bahwa perbedaan tersebut mempengaruhi proses belajar anak.
Kesulitan belajar dapat terjadi karena adanya kekurangan dalam fungsi
pemrosesan psikologis. Dengan demikian, anak dengan disfungsi pemrosesan
auditoris, misalnya, mungkin mengalami kesulitan dengan pendekatan
pembelajaran yang menekankan kemampuan mendengar. Suatu hal yang
sama adalah anak dengan disfungsi pemrosesan visual mungkin mengalami
kesulitan dalam belajar membaca melalui metode yang mengutamakan
kemampuan melihat. Dalam kegiatan pembelajaran, teori pemrosesan
psikologis menyarankan agar setelah guru melakukan diagnosis kemampuan
dan ketidakmampuan pemrosesan psikologis anak melalui observasi atau tes,
mereka perlu membuat preskripsi atau “resep” metode pengajaran yang
sesuai. Menurut Lerner (1988: 178) ada tiga rancangan pembelajaran yang
berbeda yang berasal dari teori ini.

a. MELATIH PROSES YANG KURANG


Kegunaan metode ini adalah untuk membantu anak membangun dan
mengembangkan berbagai fungsi pemrosesan yang lemah melalui latihan.
Rancangan pengajaran merupakan upaya untuk memperbaiki proses yang
kurang atau memperbaiki ketidakmampuan dan menyiapkan anak untuk
belajar lebih lanjut.

b. MENGAJAR MELALUI PROSES YANG DISUKAI


Pendekatan ini menggunakan modalitas kekuatan anak sebagai dasar
strategi pembelajaran. Anak yang lebih menyukai modalitas pendengaran
sebagai sarana untuk belajar diajar dengan menggunakan strategi
pembelajaran yang lebih menekankan pada penggunaan indra
pendengaran. Anak yang lebih menyukai modalitas gerak diajar melalui
strategi pembelajaran yang mengutamakan gerakan. Metode pembelajaran
yang menekankan pada modalitas pemrosesan yang disukai tersebut oleh
Lerner (1988: 179) disebut aptitude-treatment-interaction.

c. PENDEKATAN KOMBINASI
Pendekatan pengajaran ketiga merupakan kombinasi dua pendekatan
sebelumnya. Alasannya adalah, bahwa guru tidak hanya menekankan pada
kekuatan pemrosesan tetapi juga secara bersamaan psikologis memberikan
landasan yang berguna dalam bidang kesulitan belajar. Konsep tersebut
juga memungkinkan guru untuk berupaya mengajar anak berkesulitan
belajar meskipun untuk itu guru harus bekerja keras.
21

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Untuk mengidentifikasi masalah yang menyebabkan siswa mengalami
kesulitan dalam belajar, diagnosis kesulitan belajar dilakukan dengan
mempelajari latar belakang penyebabnya dan atau dengan menganalisis
gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang muncul. Ada tiga kategori
utama kesulitan belajar:
1. Kesulitan berbicara dan berbahasa;
2. Kesulitan akademik; dan
3. Kesulitan lainnya, seperti kesulitan mengkoordinasi gerakan anggota tubuh
dan kesulitan belajar yang tidak termasuk dalam kategori pertama.
Ketika kemampuan seorang anak dibandingkan dengan anak lain yang
dianggap normal, diagnosis kesulitan belajar dilakukan.
Ada dua kategori penyebab kesulitan belajar: faktor internal (dari dalam
diri siswa, baik fisik maupun mental) dan faktor eksternal (seperti keluarga,
sekolah, media, dll.).
Aspek medis sangat penting dalam menangani kesulitan belajar yang
sering dialami anak-anak selama proses belajar mengajar. Guru dapat
menyadari bahwa dokter spesialis sering membantu dalam diagnosis dan
pemecahan masalah kesulitan belajar. Berbagai cabang ilmu kedokteran,
termasuk pediatri, neurologi, optalmogi, otoligi, dan psikiatri, berperan dalam
penanggulangan kesulitan belajar. Terapi medis juga dapat termasuk terapi
obat, diet, terapi alergi, modifikasi perilaku, psikoterapi suportif, dan
pendekatan psikososial lainnya.

3.2 SARAN
Penulis menyarankan agar calon pendidik yang akan terjun langsung ke
dunia nyata memahami konsep diagnostik kesulitan belajar dan pengajaran
remedial, karena konsep ini menggunakan pendekatan yang cukup efektif
untuk menyelesaikan masalah kesulitan belajar yang dihadapi siswa mereka.
Sebagai penyusun makalah, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang kami hormati untuk membantu kami meningkatkan masa
depan.
22

EVALUASI
Salah satu bentuk layanan belajar bagi anak berkebutuhan khusus adalah
pemberian treatment agar kesulitan dan hambatan belajar yang dialami siswa
berkebutuhan khusus dapat diatasi. Harapannya adalah melalui layanan belajar
yang tepat siswa yang berkebutuhan khusus dapat mengembangkan secara
optimal potensi yang ada pada dirinya. Terdapat berbagai macam treatment yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia, salah
satunya adalah dengan penggunaan media sebagai alat bantu belajar. Peranan
media sangat penting dalam pembelajaran mengingat media dapat bermanfaat
untuk membantu menyampaikan informasi dari pembelajar kepada subjek ajar
secara efektif. Terlebih lagi dengan diterapkannya kurikulum 2013 pembelajaran
lebih ditekankan pada metode dan media. Pembelajaran konvensional yang
identik dengan metode ceramah mulai ditinggalkan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang menyatakan bahwa di era globalisasi dan informasi penggunaan
media pembelajaran tidak hanya sekedar tuntutan tetapi juga merupakan sebuah
kebutuhan. pembelajaran di era ini hendaknya mengedepankan metode
pembelajaran yang mengarah pada keterampilan abad 21.
Berdasarkan adanya kesulitan belajar pada umumnya berkaitan dengan
masalah kemampuan belajar atau masalah akademik; maka ada dua klasifikasi
untuk penanganannya yaitu berasal dari persepsi medis dan persepsi
psikoedukasional. Dua pendekatan tersebut mengemukakan hal-hal sebagai
berikut:
1. Ahli medis beranggapan bahwa kesulitan belajar khusus disebabkan oleh
kerusakan, menitikberatkan penanganan atau perawatan melalui obat untuk
mengurangi tingkat kesulitan belajar dan gangguan yang diakibatkannya.
2. Psikolog dan ahli-ahli pendidikan beranggapan bahwa penyebab kesulitan
belajar adalah karena adanya gangguan dalam keterampilan perseptual
motorik.
Setelah menentukan diagnosa gangguan atau kesulitan pada seorang anak,
maka bentuk penanggulangan/bantuan/intervensi yang dapat diberikan sebagai
berikut:
1. Remedial merupakan usaha perbaikan yang dilakukan pada fungsi belajar yang
terhambat.
2. Tutoring merupakan bantuan yang diberikan langsung pada bidang studi yang
terhambat dari siswa yang sudah duduk dibangku sekolah.
3. Kompensasi diberikan bila hambatan yang dimiliki anak berdampak negatif
dalam proses pembentukan konsep dirinya.
Untuk penggunaan media dalam pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan
kondisi masing-masing lingkungan belajar. Aspek yang tidak kalah penting
sebagai bahan pertimbangan pemilihan media pembelajaran adalah usia subjek
belajar, dalam hal ini adalah siswa. Media pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak sekolah dasar adalah media gambar.
23

Hal ini harus disesuaikan dengan kondisi psikologis siswa Sekolah Dasar yang
pada umumnya menyukai dengan hal-hal yang konkrit (Widodo, 2020).
Penggunaan media berbasis digital atau penerapan teknologi juga dapat
menjadi pertimbangan untuk membantu memberikan kemudahan pada anak
dengan kesulitan belajar. Seperti penelitian yang dilakukan (Pirani et al., 2013).
Dalam penelitian tersebut dilakukan pengembangan dan rancangan software untuk
memberikan solusi dalam membantu dan mendidik siswa dengan kesulitan
belajar.
Berkaitan dengan penerapan teknologi juga digagas oleh peneliti (Al-Dababneh
& Al-Zboon, 2020). Hal yang menarik dari hasil penelitian ini adalah penggunaan
alat bantu teknologi untuk anak-anak spesifik learning disability yang belajar di
sekolah inklusif sangat menjanjikan. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
dalam kesulitan membaca, menulis, mengeja, dan matematika dimungkinkan bila
ada penerapan yang tepat dari perangkat ini, dan guru yang memiliki keyakinan
positif dan pelatihan yang memadai terkait alat bantu teknologi dipekerjakan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa anak spesifik learning disability yang belajar
di sekolah inklusif percaya akan pentingnya penggunaan dan integrasi alat bantu
teknologi dalam proses pengajaran. Namun juga terungkap bahwa peserta
menggunakan alat bantu teknologi yang sederhana, sehingga dapat disimpulkan
bahwa peningkatan pelatihan dan ketersediaan sumber daya akan mendorong
penerapan alat bantu teknologi lebih lanjut. Penelitian juga menunjukkan bahwa
para guru mengungkapkan optimisme bahwa lebih banyak guru yang
berpendidikan akhir-akhir ini akan lebih siap untuk menerapkan alat bantu
teknologi.
24

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2008). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta,
Pn. Rineka Ilmu.
Abdurrahman, Mulyono. 2008. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
BARABAI. 2014. Aspek Psikologis Dari Kesulitan Belajar. URL:
https://www.blogbarabai.com/2014/11/makalah-aspek-psikologis-dari-
kesulitan.html. Diakses Pada Tanggal 29 Februari 2024.
BARABAI. 2014. Kesulitan Belajar. URL:
https://www.blogbarabai.com/2014/09/makalah-kesulitan-belajar.html. Diakses
Pada Tanggal 29 Februari 2024.
BARABAI. 2014. Makalah Hakikat Kesulitan Belajar. URL:
https://www.blogbarabai.com/2014/12/makalah-hakikat-kesulitan-belajar.html.
Diakses Pada Tanggal 29 Februari 2024.
BARABAI. 2014. Tinjauan Teoretik Tentang Anak Berkesulitan Belajar. URL:
https://www.blogbarabai.com/2014/11/tinjauan-teoretik-tentang-anak.html.
Diakses Pada Tanggal 29 Februari 2024.
DOSEN UNG. 2023. PENDIDIKAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR.
URL: https://dosen.ung.ac.id/JumadiTuasikal/home/2023/6/15/pendidikan-
anak-berkesulitan-belajar.html. Diakses Pada Tanggal 29 Februari 2024.
DWI FITRI. 2013. Aspek Medis dari Kesulitan Belajar. URL: https://dwifitri-
k5113016-plbuns13.blogspot.com/2013/11/aspek-medis-dari-kesulitan-
belajar.html. Diakses Pada Tanggal 29 Februari 2024.
FAJRI ARIF WIBAWA. 2015. Makalah “ASPEK MEDIS DARI KESULITAN
BELAJAR”. URL: https://fajriarifwibawa.blogspot.com/2015/04/makalah-
aspek-medis-dari-kesulitan.html. Diakses Pada Tanggal 29 Februari 2024.
Hasibuan, E. K. (2018). Analisis kesulitan belajar matematika siswa pada pokok
bahasan bangun ruang sisi datar di smp negeri 12 bandung. AXIOM: Jurnal
Pendidikan Dan Matematika, 7(1).
Marlina, M. (2019). Asesmen Kesulitan Belajar.
Nduru, M. P. (2015). Identifikasi dan Asesmen Kesulitan Belajar Anak.
PENDY RAFA DIGITAL. 2017. ASPEK MEDIS DARI KESULITAN
BELAJAR. URL: https://pendyrafadigital.blogspot.com/2017/10/aspek-medis-
dari-kesulitan-belajar.html. Diakses Pada Tanggal 29 Februari 2024.
Pramuka UNMUL. 2016. KONSEP DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR.
URL: https://pramuka.unmul.ac.id/statis-
8konsepdiagnostikkesulitanbelajar.html. Diakses Pada Tanggal 29 Februari
2024.
SCRIBD. 2017. Bahan 4. URL:
https://id.scribd.com/document/350321867/bahan-4. Diakses Pada Tanggal 29
Februari 2024.
25

SCRIBD. 2021. Aspek Psikologi Kesulitan Belajar. URL:


https://id.scribd.com/document/503946435/ASPEK-PSIKOLOGI-
KESULITAN-BELAJAR. Diakses Pada Tanggal 29 Februari 2024.
SCRIBD. 2022. Manfaat Informasi Medis Bagi Guru. URL:
https://id.scribd.com/document/612267269/Manfaat-Informasi-Medis-Bagi-
Guru. Diakses Pada Tanggal 29 Februari 2024.
Supena, A., & Munajah, R. (2021). Analisis Kesulitan Belajar Membaca Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(1), 10-18.
Ursila Nilamsari, P., Lukas, L., Hapsari, S., Nathania Wongso, I., & Fulbert
Christoper, A. (2023). Talkshow dan Pameran Hasil Karya Anak Berkesulitan
Belajar. SABDAMAS.
Wulan, A. R., Nurlaelah, E., Kurniawan, K., Utari, S., & Yusuf, F. N. (2010).
Model Asesmen untuk Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa SD dan SMP.
VALUE, 72.
Yuliardi, R. (2017). Analisis terhadap kesulitan belajar matematika siswa ditinjau
dari aspek psikologi kognitif. JUMLAHKU: Jurnal Matematika Ilmiah STKIP
Muhammadiyah Kuningan, 3(1), 23-30.

Anda mungkin juga menyukai