Anda di halaman 1dari 20

DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR DAN TINDAK LANJUT

Dosen Pengampu : Drs. I Nyoman Karma, M. Si

DI SUSUN OLEH:
EKA WIDIA (E1E019098)
EVA MULYATI (E1E019108)
ESTY AISYAH FAJRIATI (E1E019106)
FAD’ILUL HARIRI (E1E019110)

6C

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur khadirat Allah SWT. Yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR DAN TINDAK LANJUT” tepat waktu.
Makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini agar kida dapat memahami lebih dalam tentang
diagnosa kesulitan belajar dan tindak lanjut. Makalah ini tidak dapat diselesaikan
tanpa bimbingan dari dosen pengampu Bapak Drs. I Nyoman Karma, M. Si untuk itu
kami ucapkan terimakasih.
Dan semoga makalah kami ini bermanfaat tidak hanya bagi kami tapi juga
bagi para pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kritik dan saran para
pembaca akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini.

Mataram, 10 April 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................

A. Latar belakang ................................................................................................


B. Rumusan masalah...........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................

A. Pengertian kesulitan belajar ...........................................................................


B. Faktor-faktor kesulitan belajar .......................................................................
C. Diagnosis kesulitan belajar ............................................................................
D. Jenis-jenis kesulitan belajar............................................................................
E. Karakteristik kesulitan belajar........................................................................
F. Ciri-ciri kesulitan belajar dan gejalanya ........................................................
G. Definisi dan langkah-langkah tindak lanjut diagnosa kesulitan belajar .........
H. Fungsi remedial (tindak lanjut) ......................................................................
I. Prinsip pembelajaran remedial .......................................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................

A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebuah proses belajar-mengajar di dunia pendidikan tidak selamanya
mengalami kelancaran. Selalu saja ada hambatan dalam proses tersebut.
Umumnya hambatan yang terjadi seperti adanya kesulitan belajar dalam diri
peserta didik. Kesulitan belajar tersebut akan berdampak pada penurunan
prestasi akademik dari peserta didik. Dampak tersebut seyogyanya dapat
diatasi dengan berbagai cara seperti diadakannya penyelidikan terhadap
penyebab kesulitan belajar yang terjadi pada peserta didik agar dapat
ditemukan solusi yang tepat dalam menangani peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar tersebut. Tindak lanjut yang biasanya dilakukan oleh
seoranng pendidik salah satunya adalah dengan mengadakan remedial.
Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas
perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran
harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat
membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali
peserta didik yang mengalami kesulita belajar. Guru harus mampu mengenali
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan
belajar akan bersumber pada faktor yang memengaruhi proses dan hasil
belajar.
Dengan melihat hasil belajar peserta didik, guru akan mengetahui
kelemahan siswa beserta sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan
mengadakan penilaian sebenarnya guru mengadakan diagnosis siswa tentang
kelebihan dan kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dialami dalam
belajarnya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut, akan lebih
mudah mencari cara untuk mengatasinya. Hal inilah yang mendasari
diperlukannya sebuah konsep diagnostik kesulitan belajar serta pengajaran
remedial yang dilakukan untuk mengatasi salah satu masalah penting di dunia
pendidikan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kesulitan belajar ?
2. Apa saja faktor-faktor kesulitan belajar?
3. Apa itu Diagnosis kesulitan belajar?
4. Apa saja Jenis-jenis kesulitan belajar?
5. Bagaimana Karakteristik kesulitan belajar?
6. Apa Ciri-ciri kesulitan belajar dan gejalanya?
7. Apa itu Definisi tindak lanjut diagnosa kesulitan belajar dan langkah-
langkahnya?
8. Apa Fungsi remedial (tindak lanjut)?
9. Apa itu prinsip pembelajaran remedial?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu kesulitan belajar ?
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor kesulitan belajar?
3. Untuk mengetahui apa itu diagnosis kesulitan belajar?
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kesulitan belajar?
5. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik kesulitan belajar?
6. Untuk mengetahui apa ciri-ciri kesulitan belajar dan gejalanya?
7. Untuk mengetahui apa itu definisi tindak lanjut diagnosa kesulitan belajar
dan langkah-langkahnya?
8. Untuk mengetahui apa fungsi remedial (tindak lanjut)?
9. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran remedial?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR


Secara harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya
kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang
seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut. Kesulitan belajar secara
informal dapat dikenali dari keterlambatan dalam perkembangan kemampuan
seorang anak.
Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu
yang lama. Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan belajar ini
mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, baik itu di sekolah,
pekerjaan, rutintas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang
dalam hubungan persahabatan dan bermain. Beberapa penderita menyatakan
bahwa kesulitan ini berpengaruh kepada kebahagiaan mereka. Sementara itu,
bagi penderita lain gangguan ini menghambat proses belajar mereka, sehingga
tentu saja pada gilirannya juga akan berdampak pada aspek lain kehidupan
mereka. Terkadang seseoarang juga mengalami berbagai kesulitan belajar
yang saling tumpang tindih, sementara itu yang lainnya ada yang hanya
mengalami satu macam kesulitan saja, sehingga hanya sedikit pengaruhnya
bagi aspek lain dari kehidupan mereka.
Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat
berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan proses
menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar
dengan meniti latarbelakang penyebab dan atau dengan cara menganalisis
gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
B. FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar
terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal, yaitu:
a. Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat fisik, yaitu karena sakit
atau menderita cacat tubuh.
b. Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat psikis, yaitu faktor
intelegensi, bakat, minat, motivasi dan kesehatan mental,
2. Faktor eksternal, yaitu:
a. Faktor keluarga:
• Faktor orangtua: cara mendidik, hubungan orang tua dengan
anak.
• Suasana rumah atau keluarga.
• Keadaan ekonomi keluarga, baik keadaan ekonomi yang
kurang (miskin) maupun berlebihan (kaya).
b. Faktor sekolah:
• Faktor guru: guru yang tidak berkualitas, hubungan antara guru
dengan siswa yag kurang baik, guru yang tidak mempunyai
kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar siswa,
kesulitan belajar yang ditimbulkan oleh metode mengajar guru.
• Faktor alat, karena tanpa adanya alat, terutama bagi pelajaran
yang bersifat praktikum, akan menimbulkan kesulitan belajar.
Karena kesulitan alat, guru cenderung menggunakan metode
ceramah yang dapat menimbulkan kepasifan siswa.
• Faktor gedung sekolah dan ruang sekolah.
• faktor media massa dan lingkungan sosial, baik teman bergaul,
lingkungan tetangga,mapun aktivitas dalam masyarakat.
C. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Diagnosis merupakan istilah terminologi yang diambil dari bidang medis.
Menurut Thorndike dan Hagen, sebagaimana dikutip oleh Abin Syamsuddin Makmun
dalam bukunya Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul,
diagnosis dapat diartikan sebagai:
a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,
disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi
yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas
gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
Proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan
karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu,
melainkan juga melakukan suatu usaha untuk mendeskripsikan kemungkinan dan
menyarankan tindakan pemecahannya. Jika kegiatan diagnosis diarahkan pada
masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar.
Melalui diagnosis kesulitan belajar tersebut, gejala-gejala yang menunjukkan adanya
kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan
diupayakan mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya dalam
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan belajar dengan
menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif
mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta
mencari alternatif kemungkinan pemecahan masalahnya.
D. JENIS-JENIS KESULITAN BELAJAR
a. Disleksia (Kesulitan Membaca)
Menurut Ansori Muhammad mengemukakan bahwa kesulitan membaca
(disleksia) adalah gangguan belajar membaca yang ditunjukkan dengan
kemampuan membacanya di bawah kemampuan sesungguhnya yang
dimiliki”. (Ansori Muhammad, Psikologi pembelajaran; 2008. 236). Gejala
dari kesulitan belajar ini adalah kemampuan belajar anak berada di bawah
kemampuan yang seharusnya dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi,
usia dan pendidikannya. Dislekisa ini mengarah pada bagaimana otak
mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut.
Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah
untuk beberapa waktu. Cara mengatasi disleksia (Kesulitan Membaca) Tehnik
bermain tiba- tiba, Lomba menamai benda, Bernyanyi, Menonton TV,
Permainan drama.
b. Gangguan Disgrafia (Kesulitan belajar Menulis)
Kesulitan ini berasal dari kelainan saraf yang menghambat kemampuan
menulis yang meliputi hambatan fisik, seperti tidak dapat memegang pensil
atau pun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia
mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan
gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
c. Diskalkulia (Kesulitan belajar Matematika)
Diskalkulia (Kesulitan belajar Matematika) adalah gangguan pada
kemampuan kalkulasi secara matematis. Terbagi menjadi bentuk kesulitan
menghitung dan kesulitan kalkulasi anak tersebut akan menunjukkan kesulitan
dalam memahami proses–proses matematis biasa ditandai dengan kesulitan
belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol otomatis.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesulitan belajar
matematika: 1. Membuat materi yang berorientasi pada dunia sekitar siswa 2.
Memberikan siswa kebebasan bergerak, dan bepikir 3. Belajar sambil bermain
4. Melakukan harmonisasi guru dan siswa.
E. KARAKTERISTIK KESULITAN BELAJAR
Menurut M. Dalyono kesulitan belajar dimanifestasikan dalam perilakunya,baik
aspek psikomotorik, kognitif, maupun afektif.Beberapa perilaku yang merupakan
manifestasi gejala kesulitan belajar,antara lain:
a. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah / di bawah rata-rata yang dicapai oleh
kelompok kelas.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha
dengan keras tetap saja nilainya selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan
kawan- kawannya dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan tugas-
tugasnya.
d. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
Berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e. Menunjukkan perilaku yang berkelainan.Misalnya: mudah tersinggung,
murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih

Siswa yang mengalami kesulitan belajar itu biasa dikenal dengan prestasi
kurang (under achievier ). Anak ini memilki IQ tinggi tetapi prestasi belajar
rendah ( di bawah rata-rata kelas ). Secara potensial mereka yang IQ nya tinggi
memilki prestasi yang tinggi pula.Tetapi anak yang mengalami kesulitan belajar
tidak demikian.Timbulnya kesulitan belajar itu berkaiatan dengan aspek
motivasi, minat, sikap, kebiasaan belajar, pola-pola pendidikan yang diterima
dari keluarganya.
F. CIRI-CIRI KESULITAN BELAJAR DAN GEJALANYA

Pengetahuan tentang ciri-ciri siswa lamban belajar dan berprestasi rendah


sangat penting dikuasai guru. Pengetahuan itu memberi dasar keterampilan dalam
menangani siswa yang sedang menghadapi kesulitan belajar disekolah. Istilah siswa
lamban belajar dan berprestasi rendah mengandung pengertian yang tidakjauh
berbeda, dua-duanya saling berkaitan satu sama lain. Siswa lamban belajar dan
berprestasi rendah adalah siswa yang kurang mampu menguasaipengetahuan dalam
batas waktu yang telah ditentukan karena ada faktor tertentu yang mempengaruhinya
. faktor itu antara lain disebabkan lemahnya kemampuan siswa menguasai
pengetahuan dan eterampilan dasar tertentu pada sebagian materi pelajaran yang
harus dikuasai sebelunya. Pengetahuan dan keterampilan dasar itu pada umumnya
berkisar pada pelajaran membaca, menulis,dan berhitung. Akibat kelemahan itu,
siswa akan selalu menghadapi kesulitan mempelajari pengetahuan lainya , sehingga
prestasi yang diperolehnya menjadi rendah bahkan gagal meraih sukses di sekolah,
jika tidak ada usaha untuk memperbaikinya.
Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik
siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-
proses belajar yang yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu
dianalisis agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab
kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah.rincian analisisnya encakup hal-hal
sebagai berikut: fisik, perkembangan mental, sosial, perkembangan kepribadian,
proses-proses belajar yang dilakukannya. Namun dari hal tersebut Roldan, dalam
bukunya Learning Disbailities and Their Relation to Reading, mengemukakan
pendapatnya bahwa ciri-ciri umum siswa lamban belajar adalah sebagai berikut.
1. Siswa lamban belajar memiliki rentang perhatian yang rendah, bertingkah
bingung dan kacau.
2. Derajat aktivitas siswa lamban belajar rendah
3. Siswa lambanbelajar kurang mampu menyimpan huruf dan kata pada
ingatanya pada waktu lama.
4. Siswa lamban belajar kurang mampu menyimpan pengetahuan hasil
pendengaran.
5. Siswa lamban belajar kurang mampu membedakan huruf, angka, dan suara.
6. Siswa lamban belajar tidak suka menulis dan membaca.
7. Siswa lamban belajar tidak sangup mengikuti penjelasan yang bersifat ganda.
8. Tingkah laku siswa lamban belajar selalu berubah-ubah dari hari ke hari.
9. Siswa lambanbelajar suka terdorong oleh perasaan emosional dalam
pergaulan, mudah tersinggung, dan sering marah.
10. Siswa lamban belajar kurang mampu melakukan koordinasi dengan
lingkungannya.
11. Penampilannya kasar.
12. Siswa lamban belajar kurang mampu bercerita dan sulit membedaan antara
kiri dan kanan.
Ketidaksanggupan siswa lamban belajar dalam menguasai pengetahuan
mempengaruhi sikap dan perilakunya menjadi tidak cocok dengan lingkungan
sekelilingnya sehingga mengundang masalah orang-orang di sekitarnya.
Ketidaksanggupan belajar disebabkan kerusakan-kerusakan tertentu pada diri
seseorang yang membuat seseorang itu lamban belajar. Menurut Cece Wijaya (2010),
kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu:

a. Dyslexia, adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang menulis dan


berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata, tulisan, dan
suara. Gejala-gejalanya antara lain:
• Ganjil dalam pembicaraan, dalam arti kekurangnyambungan
(tidak memahami) isi pembicaraan dengan maksud yang
sebenarnya.
• Tulisannya tidak jelas
• Mengalami kekacauan di dalam melihat bentuk dan
mendengar lafal huruf, seperti antara b dan d.
• Mengalami kekacauan kata, seperti dalam kata pergi dan
perigi.
• Mengalami kekacauan pengertian seperti dalam hal saling
dan silang
• Mengalami buta kata, sepertidalam hal ungkapan panjang
tangan, kaki gajah, dan lain-lain
• Mengalami lemah presepsi visual dan auditif. Siswa lamban
belajar lemah di bidang penglihatan dan pendengaran,
membuat pengetahuan yang seharusnya dikuasai dengan baik
tak dapat dilakukannya dengan sempurna.

Berdasarkan penelitian para pakar psikolog, siswa lamban


belajar yang disebabkan oleh kerusakan dyslexia, 80%
kebanyakan wanita. Penelitian lain mengemukakan bahwa
penyebab kerusakan dyslexia adalah terlampau dininya siswa
masuk sekolah, di samping faktor keturunan.
b. Dyscalculia, adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman
terhadap konsep dasar matematika. Kelemahan umum di bidang
dyslexia kadang-kadang muncul di bidang pelajaran matematika.
Karena itu kerusakan-kerusakan di bidang dyslexia berpengaruh
terhadap kerusakan-kerusakan di bidang dyscalculia, demikian pula
sebaliknya. Gejala kesulitan-kesulitan belajar di bidang Dyscalculia
antara lain:
• Kesulitan mengingat-ingat angka lebih dari satu yang
dipelajarinya.
• Kesulitan menulis angka dengan jelas.
• Kesulitan membuat kolom-kolom angka yang lurus atau
jumah yang diharapkan.
• Kesulitan menangkap pelajaran matematika terutama materi
yang disajikan melalui kata atau tulisan.
c. Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan
perhatian terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Siswa
lamban belajar dapat memusatkan perhatiannya hanya berkisar pada
satu pokok bahasan saja, ia kurang mampu menyelesaikan tugas-tugas
yang beraneka ragam yang membuat dirinya menjadi kacau. Gejala-
gejala kelemahannya antara lain:
• Ketidaksanggupan menyelesaikan sebuah masalah.
• Kebiasaan memotong pembicaraan orang lain.
• Tingkah lakuknya sehendak dirinya.
• Temperamennya hangat dan mengarah kepada agresivme.
• Kurang sanggup mengontrol tingkah laku yang salah.
• Perubahan secara tiba-tiba dari sifat rajin ke sifat malas.
d. Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam
menilai dirinya menurutukuran ruang dan waktu. Gejala-gejalanya
antara lain:
• Sangat lemah dalam melakukan koordinasi motorik dan tidak
seimbang.

• Sangat lemah mengontrol gerakan otot-ototnya seperti dalam


memegang pensil, menggambar, mwnggunakan sisir, dan
lain-lain.
• Gagap saat berbicara.
• Sulit mengukur jarak, kecepatan, dan arah gerakan benda-
benda di sekitarnya.
• Dapat dikagetkan dengan mudah, apalagi jika diperkuat oleh
rangsangan yang tiba-tiba.
Kerusakan lainnya yang mebuat siswa lamban belajar adalah Social defisits,
yaitu kesulitan mengembangkan keterampilan sosial. Kesulitan itu dapat membuat
ketidaksanggupan menemukan jati dirinya. Gejala-gejalanya adalah:
• Sulit menangkap tanda-tanda tingkah laku sosial, seperti
dalam mencurahkan idemelalui raut muka dan gerakan-
gerakan motorik lainnya.
• Sering memotong pembicaaan orang.
• Berbicara dengan keras.
• Sulit berteman.
• Ketidaksadaran terhadap cara-cara orang lain mengamati
perilakunya.
Berdasarkan hasil penelitian para pakar psikolog bahwa siswa yang tidak sanggup
mengembangkan keterampilan sosila dapat dilatih melalui bimbingan guru-gurunya.
Ukuran kepercayaan yang tumbuh pada dirinya dapat menjadi alat untuk
mengembangkan keterampilan bergaul dalam lingkungannya.
G. DEFINISI DAN LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT
DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR

Setelah diadakannya diagnosis dalam kesulitan belajar, maka ada langkah langkah
selanjutnya dalam menentukan tindakan. Dalam melakukan tindak lanjut siswa yang
mengalami kesulitan belajar, dilakukan terlebih dahulu beberapa hal penting,
diantaranya:
1. Analisis hasil diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar perlu
dianalisis sedemikian rupa, sehingga kesulitan khusus yang dialami siswa yang
berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti.
2. Menentukan kecakapan bidang bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan
tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang
kecakapan bermasalah ini dapat dikatagorikan menjadi tiga macam.
a. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
b. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan
orang tua.
c. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun
orang tua.
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani
baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus-kasus tunagrahita
(lemah mental) dan kecanduan narkotika. Yang termasuk dalam lingkup dua macam
kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled people).
Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah tersebut tidak hanya
memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.
3. Menyusun program perbaikan
Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching),
sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut :
a. Tujuan pengajaran remedial.
b. Materi pengajaran remedial.
c. Metode pengajaran remedial.
d. Alokasi waktu pengajaran remedial.
e. Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti pengajaran remedial.
4. Melaksanakan program perbaikan
Pada prinsipnya, program pengajara remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu
saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja., asal tempat itu
memungkinkan siswa klien (siswa yang memerlukan bantuan) memusatkan
perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut
dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinan digunakannya ruang
bimbingan dan penyuluhan yang tersedia di sekolah dalam rangka mendayagunakan
ruang bp tersebut.
H. FUNGSI REMEDIAL (TINDAK LANJUT)
Bagi guru itu sendiri, pengajaran remedial memiliki beberapa fungsi,[1] yaitu:
a. fungsi korektif yang memungkinkan terjadinya perbaikan hasil belajar
dan perbaikan segisegi kepribadian siswa,
b. fungsi pemahaman yang memungkinkan siswa memahami
kemampuan dan kelemahannya serta memungkinkan guru
menyesuaikan strategi pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa,
c. fungsi penyesuaian yang memungkinkan siswa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan memungkinkan guru menyesuaikan
strategi pembelajaran sesuai dengan kemampuannya,
d. fungsi pengayaan yang memungkinkan siswa menguasai materi lebih
banyak dan mendalam serta memungkinkan guru mengembangkan
berbagai metode yang sesuai dengan karakteristik siswa,
e. fungsi akseleratif yang memungkinkan siswa mempercepat proses
belajarnya dalam menguasai materi yang disajikan dan yang terakhir
f. fungsi terapeutik yang memungkinkan terjadinya perbaikan segi-segi
kepribadian yang menunjang keberhasilan belajar
I. PRINSIP PEMBELAJARAN REMEDIAL

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai


dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain (Suprihatiningrum, 2013)
sebagai berikut:

a. Adaptif: program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan siswa


untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-
masing.
b. Interaktif: pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan siswa untuk
secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia.
c. Fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian yang sesuai dengan
karakteristik siswa.
d. Pemberian umpan balik sesegera mungkin
e. Kesinambungan dan ketersediaan dalam pemberian pelayanan: program
pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu
kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial
harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat
siswa dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah
atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar
belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala
kesulitan atau hambatan belajar yang nampak. Kesulitan belajar dibagi
menjadi tiga kategori besar. Yaitu:
1. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
2. Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
3. Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi
gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup
oleh kedua kategori di atas.
Diagnosis yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan
dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan
seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Faktor-faktor
penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor
internal (dari dalam diri peserta didik, baik fisik maupun psikis) dan faktor
eksternal (seperti faktor keluarga, sekolah, media massa).
B. SARAN
diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu cara yang
disarankan penulis untuk mengatasi masalah kesulitan belajar yang dialami
oleh peserta didik. Hal ini disebabkan karena konsep diagnostik kesulitan
belajar ini menggunakan metode pendekatan yang memang cukup efektif
menjadi solusi untuk masalah tersebut. Konsep diagnostik kesulitan belajar
dan pengajaran remedial juga disarankan penulis untuk dipahami oleh calon
pendidik yang akan terjun langsung ke dunia pendidikan dan menghadapi
masalah kesulitan belajar pada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Sugihartono. dkk. 2007. Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Mabruria, Arni, et al. “KONSEP DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM
PROSES PEMBELAJARAN.” Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling
Pendidikan Islam, vol. 1, no. 2, 2021. Accessed 8 Apr. 2022.
Utami, Fadila, et al. “PERANAN GURU DALAM MENGATASI KESULITAN
BELAJAR SISWA SD.” Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 2, no. 1, 2020.
Accessed 8 Apr. 2022.

Anda mungkin juga menyukai