Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Nadya Nela Rosa, M. Psi

Disusun oleh :
M. Wildan Farhan (211872)
Rizky Adewiska Amanda (211963)
Surah Khansa (211797)

KELOMPOK X

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang mana telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Diagnosis Kesulitan Belajar“ dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan dari ibu Nadya Nela Rosa, M. Psi.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu dan juga
wawasan yang lbih mendalam mengenai Diagnosis Kesulitan Belajar. Yang mana,
akan diketahui pengertian dari diagnosis kesulitan belajar itu sendiri, faktor-
faktornya, ciri-cirinya, upaya serta tingkat jenis kesulitan belajar bagi peserta
didik itu sendiri.

Kami sangat berterima kasih kepada ibuk Nadya Nela Rosa, M. Psi
sebagai dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
membahas materi “Diagnosis Kesulitan Belajar”. Serta, ucapan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

Bintan, 24 November
2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar……………..……….…………….……..3

B. Faktor-faktor Terjadinya kesulitan Belajar.…………………………….9

C.Ciri-Ciri Umum Peserta Didik Lamban Belajar……………………..…16

D. Upaya yang Dilakukan agar Tidak Kesulitan Belajar……………...….19

E. Tingkat Jenis Kesulitan Belajar……………………………………..…23

BAB III PENUTUP..................................................................................................................


A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap individu.
Dengan belajar, dan mencari ilmu tentu saja orang tersebut akan mngalami proses
peningkatan pada diri. Seperti dapat memecahkan suatu masalah,, mellahirkan sikap
yang baik, dan juga pengetahuan yang semakin meluas. Peserta didik yang sudah
mengalami proses belajar tentu saja memmiliki keadaan yang sangat berbeda
dibanding dengan keadaan sebelum mereka belajar. Dapat dimaknai juga bahwa
pross belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri peserta didik
sehingga mengarah pada tingkat penguasaan keterampilan, kecakapan, kemahiran
maupun pengetahuan baru.

Seorang peserta didik dikatakan berhasil dalam belajarnya, apabila mereka


dapat mencapai prestasi belajar yang baik. Akan tetapi, tak jarang di zaman sekarang
ini para peserta didik terdapat kesulitan dalam belajarnya. Mereka tidak bisa
memahami ataupun menyesuaikan diri terhadap materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Dan dari hal itu, maka peserta didik tersebut tidak dapat
mengikuti pembelajaran secara baik dan hasilnya pun menjadi kurang memuaskan.

Sebenarnya, dari kasus peserta didik yang memiliki masalah kesulitan dalam
belajarnya, juga menjadi tantangan tersendiri bagi para tenaga pendidik. Dari hal ini
juga, pendidik harus memahami masing-masing dari karakter maupun kemampuan
dari masing-masing muridnya. Kesulitan belajar banyak ditimbulkan oleh berbagai
macam faktor yang beragam. Dan oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas
mengenai Diagnosis Kesulitan Belajar pada Peserta Didik yang meliputi faktor-
faktornya, ciri-ciri umum dari peserta didik yang lamban belajar, upaya yang dapat
dilakukan serta tingkat dari jenis kesulitan belajar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu diagnosis kesulitan belajar?
2. Apa saja yang menjadi faktor penyebabnya peserta didik kesulitan belajar?
3. Apa saja ciri-ciri dari peserta didik yang lamban belajar?

3
4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan agar tidak kesulitan belajar?
5. Bagaimana tingkat jenis kesulitan belajar?

C. TUJUAN
1. Agar memahami diagnosis dari kesulitan belajar.
2. Mengetahui faktor penyebab peserta didik kesulitan belajar,.
3. Untuk memahami ciri-ciri peserta didik lamban belajar.
4. Dapat mengupayakan peserta didik yang kesulitan belajar.
5. Mengetahui tingkat dari jenis kesulitan belajar.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

Diagnosis atau upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit


(weakness, desease) yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi
yang saksama mengenai gejala-gejala (symtons). Suatu proses upaya untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan belajar dengan
menghimpun dan mempergunakan data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin
sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari
alternatif kemungkinan pemecahannya. Prayitno, dalam buku Bahan Pelatihan
Bimbingan dan Konseling (Dari “Pola Tidak Jelas ke Pola Tujuh Belas”) Materi
Layanan Pembelajaran, Depdikbud (1995/1996:1-2) menjelaskan: Kesulitan belajar
dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang
optimal.

Studi yang seksama terhadap fakta tentang sesuatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan dan sebagainya yang esensial. Keputusan yang di capai
setelah dilakukan studi yang saksama atas gejala atau fakta tentang sesuatu hal. 1
Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar yang ditandai dengan
adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Adanya
ketidakmampuan belajar menyebabkan kesulitan belajar dan membuat siswa belajar
dengan lambat.

Hambatan ini ada secara neurologis, psikologis, sosial atau fisik selama
proses pembelajaran. Gangguan saraf merupakan akibat dari gangguan fungsi otak,
gangguan psikis akibat gangguan psikis atau mental, gangguan sosial akibat
terganggunya interaksi dengan lingkungan, dan gangguan fisik akibat gangguan fisik
yang menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa. Hambatan memang ada, dan selama
siswa tidak dapat mengatasinya, masalah tersebut kemungkinan besar akan
1
Hiryanto, DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR (DKB), Educations Psychology, hlm. 3.

5
menimbulkan masalah bagi siswa itu sendiri dan orang lain. Istilah diagnosis
digunakan untuk menemukan dan mendefinisikan "jenis penyakit". Ada dua hal
penting dalam memahami kesulitan belajar, dan kedua hal tersebut perlu ditinjau
kembali agar dapat memahami kesulitan belajar.

Gangguan belajar perkembangan termasuk defisit motorik dan kognitif,


defisit belajar bahasa dan komunikasi, dan defisit belajar dalam penyesuaian sosial
dan perilaku. Kesulitan akademik adalah ketidakmampuan mencapai prestasi
akademik sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Kegagalan tersebut antara lain
pemerolehan literasi dan /atau keterampilan matematika (Mulyono Abdurrahman,
1999). Kedua kesulitan di atas pada akhirnya mempengaruhi kinerja siswa.
Ketidakmampuan belajar akademik mudah diidentifikasi melalui kinerja akademik,
sedangkan ketidakmampuan perkembangan lebih sulit diidentifikasi karena
kurangnya pengukuran yang sistematis. Hal itu hanya dapat dilihat dari sejauh mana
seorang siswa menguasai keterampilan prasyarat, keterampilan yang harus dimiliki
terlebih dahulu untuk menguasai bentuk keterampilan selanjutnya.

Secara umum kesulitan belajar adalah kata yang diambil menurut bahasa
inggris yaitu learning disability. Secara spesifik kesulitan belajar adalah suatu
gangguan atau lebih menurut proses psikologis dasar yg meliputi pemahaman &
penggunaan bahasa atau tulisan. Gangguan tadi mungkin menampakkan diri pada
bentuk kesulitan mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau
berhitung. Batasan tadi mencakup syarat-syarat misalnya gangguan perseptual, luka
dalam otak, disleksia, & afasi perkembangan. Batasan tadi nir mencakup siswa yg
mempunyai problema belajar yg penyebab utamanya dari menurut adanya kendala
pada penglihatan, pendengaran, atau motorik, kendala lantaran tunagrahita, lantaran
gangguan emosional, atau lantaran kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.
Menurut Blassic & Jones kesulitan belajar merupakan adanya suatu jeda
antara prestasi akademik yg dibutuhkan menggunakan prestasi akademik yg
diperoleh. Mereka selanjutnya mengemukakan bahwa siswa yg mengalami kesulitan
belajar merupakan siswa yg normal inteligensinya, namun memberitahuakn satu atau
lebih kekurangan pada proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun
fungsi motoriknya. Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. Menyatakan bahwa
kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh

6
ditemukannya hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut
mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat
psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.

Hal senada diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar ialah
suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan
adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Berdasarkan uraian ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan gejala psikis yang
dihadapi peserta didik yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik
secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dapat menghambat proses belajar
sehingga hasil belajar tidak dapat tercapai dengan baik.

Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar peserta didik


dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut:
a. Menujukkkan hasil belajar rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompok peserta didik dikelas.
b. Hasil belajar yang diperoleh tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
padahal peserta didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya
selalu rendah.

c. Peserta didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu


tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya
mengerjakan soal dalam waktu lama baru selesai.
d. Peserta didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,
berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya.
e. Peserta didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya
ditunjukkan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi
pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau
mengasingkan diri dari kawan-kawannya.
f. Peserta didik yang tergolong mempunyai IQ tinggi, yang secara potensial
mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya
mereka mendapatkan prestasi yang rendah.
g. Peserta didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk
sebagian besar mata pelajaran. Tetapi di lain waktu prestasi belajarnya

7
menurun gratis.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar
kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental
learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan
keterlambatan pada tahapan-tahapan perkembangan mencakup gangguan
motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan
kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.

2) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan


belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian
prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.
Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis, atau berhitung/matematika.

3) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan


belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian
prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.
Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis, atau berhitung/matematika.

4) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan


belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian
prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.
Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis, atau berhitung/matematika.

5) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan


belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian
prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.
Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis, atau berhitung/matematika.

6) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan


belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian
prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.

8
Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis, atau berhitung/matematika.
Diagnosis adalah istilah teknis (terminologi) yang di adopsi dari
kedokteran.2Menurut Thorndike dan Hagen, diagnosis dapat diartikan
sebagai berikut.
a) pemeriksaan atau prosedur untuk mendeteksi kelemahan atau penyakit
(weakness, diseases) seseorang melalui pemeriksaan yang cermat dan
pemeriksaan gejala (symptoms);
b) pemeriksaan yang cermat atas fakta-fakta tentang karakteristik atau
kekurangan esensial mereka, dll.;
c) Keputusan diambil setelah mempertimbangkan gejala atau fakta secara
seksama. Oleh karena itu, pekerjaan diagnostik tidak hanya mengidentifikasi
sifat dan karakteristik kelemahan atau penyakit tertentu dan latar
belakangnya, tetapi juga berarti mencoba mengantisipasi kemungkinan dan
mengusulkan solusi.
Pembelajaran setiap individu tidak selalu terjadi secara alami.
Kadang lancar, kadang tidak, kadang bisa cepat menguasai, kadang terasa
sangat sulit. Hal ini merupakan salah satu fakta yang sering kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari setiap siswa yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran.
Tidak setiap orang sama. Perbedaan individu tersebut juga menyebabkan
perbedaan perilaku belajar siswa. Situasi di mana siswa tidak mampu belajar
sebagaimana mestinya disebut sebagai “ketidakmampuan belajar”.

Oleh karena itu, diagnosis ketidakmampuan belajar diartikan


sebagai proses mencoba memahami jenis dan ciri-ciri ketidakmampuan
belajar serta latar belakangnya dengan cara mengumpulkan data/informasi
yang selengkap dan seobjektif mungkin dan menggunakannya untuk
menarik kesimpulan. keputusan dan mencari solusi alternatif.

a. Kedudukan Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Belajar

Kesulitan belajar yang dialami individu atau siswa yang belajar


dapat diidentifikasi melalui faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan
2
IAIN Tulungagung, BAB II Kajian Pustaka, Tulungagung, hlm. 13.

9
hasil belajar. Faktor-faktor kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri
siswa sangat terkait dengan kondisi-kondisi fisiologis dan psikologisnya
ketika belajar sedangkan faktor- faktor kesulitan belajar yang berasal dari luar
diri siswa banyak yang bersumber pada kurangnya fasilitas, sebagai salah satu
faktor penunjang keberhasilan aktivitas atau perbuatan belajar.
Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
suatu ketuntasan materi tidak dapat dilihat hanya pada satu faktor saja, akan
tetapi banyak faktor yang terlibat dan mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar. Faktor yang dapat dipersoalkan adalah: siswa yang belajar, jenis
kesulitan yang dihadapi dan kegiatan-kegiatan dalam proses belajar. Jadi,
yang terpenting dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan belajar adalah
menemukan letak kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang dihadapi
siswa agar pengajaran perbaikan (learning corrective) yang dilakukan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Proses belajar merupakan hal yang kompleks, di mana siswa sendiri


yang menentukan terjadi atau tidak terjadinya aktivitas atau perbuatan belajar.
Dalam kegiatan-kegiatan belajarnya, siswa menghadapi masalah-masalah
secara intern dan Ekstern Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka
siswa tidak dapat belajar dengan baik. Dimyati dan Mudjiono (1994 : 228 –
235) mengatakan: Faktor-faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa
yang berpengaruh pada proses belajar adalah sebagai berikut:
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan belajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Inteligensi dan keberhasilan belajar
10. Kebiasaan belajar
11. Cita-cita siswa.

10
Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor ekstern ditinjau dari siswa,
ditemukan beberapa faktor yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Dimyati
dan Mudjiono, (1994) menyebutkan faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:
1. Guru sebagai pembina siswa belajar
2. Prasarana dan sarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah
5. Kurikulum sekolah.
Dalam Buku II Modul Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran
Remedial, Depdikbud Universitas Terbuka (1985) menjelaskan: Bila telah
ditemukan bahwa sejumlah siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan
ketuntasan materi yang ditetapkan, maka kegiatan diagnosis terutama harus
ditujukan kepada:

1. Bakat yang dimiliki siswa yang berbeda antara satu dari yang lainnya,
Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam menguasai
bahan yang dipelajarinya
2. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai
dengan bakat siswa yang sifatnya individual dan usaha yang
dilakukannya
3. Kualitas pengajaran yang tersedia yang dapat sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan serta karakteristik individu
4. Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya
5. Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat
ditentukan perbaikannya apa dengan cukup mengulang dengan cara
yang sama mengambil alternatif kegiatan lain melalui pengajaran
remedial.
Jadi, proses diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan kesulitan
belajar siswa dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan
belajar.
B. FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA KESULITAN BELAJAR

Kesulitan belajar biasa dialami oleh siswa yang berkemampuan

11
rendah,siswa yang (normal), disebabkan oleh beberapa faktor tertentu yang
menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Secara
garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam, yaitu:
1. Faktor intern
a) Sebab yang bersifat fisik
 Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya,
sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah. Akibatnya
rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan
ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah
lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa
hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajarannya.
 Sebab karena cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas:
o Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran,
kurang penglihatan, gangguan psikomotor.
o Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu,
hilang tangannya dan kakinya.
Bagi golongan yang ringan, masih banyak mengikuti
pendidikan umum, asal guru memperhatikan dan
menempuh placement yang tepat.
Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan
khusus seperti SLB, Bisu Tuli, TPAC-
SROC.3
b) Sebab yang bersifat psikis
 Intelegensi
Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan
yang dihadapi. Anak yang normal (90-110), dapat menamatkan SD
tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110-140 dapat

3
M. Dalyono, Psikologi pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.231-232.

12
digolongkan cerdas, 140 ke atas tergolong genius. Golongan ini
mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di
perguruan tinggi. Jadi, semakin tinggi IQ seseorang akan makin
cerdas pula. Mereka yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong
lemah mental (mentally deffective). Anak inilah yang banyak
mengalami kesulitan belajar. Mereka ini digolongkan atas debil,
embisil, idiot.
 Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir.
Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Orang tua
yang berkecimpung di bidang kesenian, anaknya akan mudah
mempelajari seni suara, tari dan lain-lain. Anak yang berbakat
teknik akan mudah mempeajari matematika, fisika, konstruksi
mesin. Anak yang berbakat olahraga, mereka akan berkembang di
bidang olahraga.
Jadi, seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan
bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari bahan yang lain
dari bakatnya ia akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang.
 Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan
timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin
tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai kebutuhan, tidak sesuai
dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak
banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu, pelajaran
pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul
kesulitan. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat
dilihat dari cara anak mengikutii pelajaran, lengkap tidaknya
catatan, memperlihatkan garis miring tidaknya dalam pelajaran itu.
 Motivasi
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan,
mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat
menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga

13
semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan
belajarnya.
 Faktor Kesehatan Mental
Dalam belajar tidak hanya manyangkut segi intelek, tetapi juga
menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan
kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil
belajar yang baik. Individu yang di dalm hidupnya selalu

mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti:


memperoleh penghargaan, rasa aman, dapat kepercayaan, dan lain-
lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa
masalah-masalah emosional dan bentuk-bentuk maladjustment.4
2. Faktor ekstern
a) Faktor keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi
dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Faktor- faktor
tersebut antara lain:
 Faktor orang tua
1. Cara mendidik anak
Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak-
anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatiiakan
kemajuan belajar anak-anaknya akan menjadi penyebab
kesulitan belajarnya. Orang tua yang kejam, otoriter, akan
menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan
mengakibatkan anak tidak tenteram dan tidak senang di
rumah. Orang tua yang lemah suka memanjakan anak, ia tidak
rela anaknya bersusah payah belajar, berusaha keras, akibatnya
anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauana, bahkan
sangat bergantung pada orang tua hingga malas berusaha.
2. Hubungan orang tua dan anak
Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar
anak. Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh

4
M. Dalyono, Psikologi pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.233-236.

14
pengertian atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh dan lain-
lain. Hubungan tersebut dapat berupa: Orang tua sering
meluangkan waktunya untuk bergurau dengan anak-anaknya
3. Contoh/bimbingan dari orang tua
Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya.
Segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh
anak-anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermalas-
malasan tidak baik, hendaknya dibuang jauh-jauh. Demikian
juga belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap
dewasa dan tanggung jawab belajar, tumbuh pada diri anak.5
 Suasana rumah/keluarga
Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat
belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya,
sehingga sukar untuk belajar. Demikian juga suasana rumah yang
selalu tegang, selalu banyak cekcok di antara keluarga selalu ditimpa
kesedihan, yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya.
 Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan dalam:
(a) Keadaan yang kurang/miskin
Keadaan ini akan menimbulkan:
- Kurangnya alat-alat belajar
- Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua
- Tidak mempunyai tempat belajar yang baik
(b) Ekonomi yang berlebihan/kaya
Keadaan ini sebaliknya dengan yang sebelumnya, di mana
ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan
belajar karena terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga
dimanjakan oleh orang tuanya. Keadaan ini akan dapat
menghambat kemajuan belajar.
b) Faktor sekolah
 Guru

5
M. Dalyono, Psikologi pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.238-240.

15
Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar, apabila:
(a) Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang
digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.
(b) Hubungan guru dengan murid kurang baik, yaitu pada sifat dan
sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti
kasar, suka marah, menjengkelkan, sombong, sinis, dan lain- lain.
(c) Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
(d) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan
belajar.
(e) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar,
antara lain:
- Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan
mekanis tidak didasarkan pada pengertian,
- Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga,
- Metode mengajar tidak menarik,
- Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak
bervariasi.7
 Faktor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran
yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum,
kurangnya alat laboratorium akan menimbulkan kesulitan dalam
belajar. Kemajuan teknologi membawa perkembangan pada alat- alat
pelajaran/pendidikan, sebab yang dulu tidak ada sekarang menjadi
ada. Misalnya: mikroskop, gelas ukuran, teleskop, everhed proyektor,
slide, dan lain-lain.
 Kondisi gedung
Kondisi gedung yang terutama ditunjukkan pada ruang kelas. Ruang
kelas harus memenuhi syarat seperti:
a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk
ruangan, sinar dapat menerangi ruangan.
b) Dinding harus terlihat bersih atau tidak terlihat kotor.
c) Lantai tidak becek, licin atau kotor.

16
d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian, seperti pasar, bengkel,
pabrik, dan lain-lain, sehingga anak mudah konsentrasi dalam
belajar.
Apabila beberapa hal di atas tidak terpenuhi, maka situasi belajar akan
kurang baik dan memungkinkan pelajaran terhambat.
 Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik, misalnya:
a) Bahan-bahannya terlalu tinggi.
b) Pembagian bahan tidak seimbang (kelas 1 banyak pelajaran dan
kelas-kelas di atasnya sedikit pelajaran)
c) Adanya pendataan materi
Hal-hal itu akan membawa kesulitan belajar bagi murid-murid.
Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan
membawa kesuksesan dalam belajar.
 Waktu sekolah dan disiplin kurang
Apabila sekolah masuk sore, siang, malam, maka kondisi anak
tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran.
Sebab energi sudah berkurang, disamping udara yang relatif panas
di waktu siang, dapat mempercepat proses kelelahan. Waktu dalam
kondisi fisik sudah minta istirahat, karena itu maka waktu yang
baik untuk belajar adalah pagi hari.
c) Faktor media masa dan lingkungan social
Faktor media masa meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-
buku komik yang ada sekeliling kita. Hal itu akan menghambat belajar
apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga
lupa akan tugasnya belajar.
1) Lingkungan sosial
a. Teman bergaul
Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat
masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan
mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab
cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang
tidak bersekolah. Kewajiban orang tua adalah mengawasi
mereka serta mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan

17
mereka.
b. Lingkungan tetangga
Corak kehidupan tetangga, misalnya main judi, minum arak,
menganggur, tidak suka belajar, akan memengaruhi anak-anak
yang bersekolah. Minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk
belajar. Sebaliknya jika tetangga terdiri dari pelajar, guru,
dosen, dokter, dan lain-lainnya, akan mendorong semangat
belajar anak.
c. Aktivitas dalam masyarakat
Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini – itu, akan
menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai. Orang tua
harus mengawasi, agar kegiatan ekstra di luar belajar dapat
diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya. Dengan kata lain
belajarnya sukses dan kegiatan lain dapat berjalan.9

Selain faktor-faktor diatas terdapat faktor khusus yaitu sindrom


psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom
itu misalnya dyslexia (ketidakmampuan belajar membaca), dysgraphia
(ketidakmampuan belajar menulis), dyscalculia (ketidakmampuan belajar
matematika).
Anak didik yang memiliki sindrom-sindrom di atas secara umum
sebenarnya memiliki IQ yang normal dan bahkan diantaranya ada
yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan
belajar anak didik yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya
disebabkan oleh adanya gangguan-gangguan ringan pada otak (minimal)
brain dysfunction.
C. CIRI-CIRI UMUM PESERTA DIDIK LAMBAN BELAJAR

Anak yang mempunyai kemampuan belajar yang lamban dapat terlihat dari
segi fisiknya, perkembangan mental, sosial, keadaan ekonomi,, maupun dari sisi
pengembangan kepribadiannya.6 Adapun hal-hal tersebut akan diuraikan
penjelasannya sebagai berikut.

6
Repository Universitas Riau, Diagnosis Kesulitan Belajar, (Pekanbaru), hlm. 60.

18
a. Fisik

Hal yang dapat telihat bagi peserta didik yang lamban dalam belajar, dari
segi fisiknya yaitu bagaimana intensitas pendengaraan dari peserta didik,
penglihatan, pembicaraan, gerakan ototnya sehingga kita dapat melihat dari gaya
seorang anak itu melakukan suatu pekerjaan ataupun aktivitas. Yang pada hal ini
peserta didik biasanya mengerjakan segalanya dengan lambat, dan fungsi
kemampuan di bawah rata-rata pada umumnya.7

Adapun pendengaran maupun penglihatan merupakan alat indera yang


sangat berpengaruh bagi diri seorang individu dalam melakukan suatu aktivitas
tak terlkecuali dalam hal belajar. Dan, apabila dari kedua alat indera tersebut
tidak berfungsi, maka sangat berpengaruh terhadap proses belajar dari seorang
peserta didik dan mengalami ksulitan untuk memahami informasi yang
diterimanya.

b. Perkembangan Mental
Ciri-ciri kedua dari peserta didik yang lamban belajar dapat telihat dari
perkembangan mentalnya. Hal ini tentu saja menjadi bagian yang sangat penting
juga bagi perkembangan seorang peserta didik. Kemampuan mental ialah
kemampuan individu dalm hal berpikir juga bertindak. Kita dapat melihat
bagaimana tingkah laku seorang peserta didik tersebut dalam dia bertindak
mengerjakan suatu tugas ataupun pekerjaan. Perkembangan mental ini bisa saja
memiliki tingkat yang sangat rendah bagi seorang peserta didik. Hal tersebut
yang dipicu karena adanya terjadi hal-hal yang yang membuat rasa trauma dari
diri peserta didik itu, dan menyebabkan anak menjadi penakut, pemalu, punya
rasa was-was, curiga, kasar, dan tidak bersahabat. Dari perilaku-perilaku inilah
berpengaruh bagi mental seorang peserta didik yang akan mengganggu dalam
proses pembelajaran.8

7
Resmi Yati Ningsih, Strategi Pembelajran Bagi Siswa slow Learners Dalam Meningkatkan Hasil Beajar Siswa,
(Bengkulu: 2019), hlm. 21.
8
Repository Universitas Riau, Diagnosis Kesulitan Belajar, (Pekanbaru), hlm. 60.

19
c. Sosial
Ciri-ciri ketiga dari peserta didik yang lamban belajar ialah keadaan sosialnya.
Kehidupan dari keluarganya termasuk kepada keadaan ekonomi yang
berpengaruh terhadap kemajuan belajar seorang peserta didik. Ketika keadaan
ekonomi suatu keluarga tidak memadai, maka akan membuat anak-anaknya
menjadi kesulitan mendapatkan fasilitas belajar yang memadai. Sebagai contoh,
di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini membuat setiap orang
menggunakan media gadget untuk mendapatkan suatu informasi ataupun saling
berkabar. Bagi anak yang tidk memiliki gadget tentu saja menjadi kesulitan dan
menghambat dalam mendapatkan suatu informasi.

d. Perkembangan Kepribadian
Ciri-ciri selanjutnya dari peserta didik yang memiliki lamban dalam belajar
adalah perkembangan kepribadian. Kepribadian sangat berpengaruh terhadap
aktivitas sehari-hari dalam kehidupan. Seorang peserta didik tentu saja dalam
kegiatannya belajar mengajar melibatkan kepribadian dari masing-masing
peserta didik. Menurut penelitian, anak yang mengalami masalah emosional
akan berpengaruh terhadap perilakunya termasuk dalam perilaku belajar. Yang
berkaitan dengan ciri-ciri peserta didik yang lamban belajar, yang paling penting
untuk dibahas adalah wujud emosi dalam bentuk sedih. Emosi sedih
berpengaruh terhadap intensitas kegiatan seseorang dalam lingkungan, bahkan
kadang-kadang bisa mematikan motivasi berkarya, jika keadaan emosinya
sangat mendalam atau frustasi dalam kehidupannya (Cece Wijaya, 1999).
Keadaan emosi yang tidak kondusif akan mengganggu psikologis, akhirnya akan
menggejala dalam bentuk kecemasan, ketakutan, agresif, malu-malu. Bila
perasaan ini dialami oleh seseorang maka akan mengganggu konsentrasi belajar,
akhirnya anak akan mengalami kegagalam dalam menguasai materi.9

9
Repository Universitas Riau, Diagnosis Kesulitan Belajar, (Pekanbaru), hlm. 61.

20
e. Proses Belajar yang Dilakukannya
Ditinjau dari proses belajar yang dilakukan anak yang lamban belajar dapat
ditemui ciri-cirinya sebagai berikut : lambat mengamati dan bereaksi terhadap
stimulus yang ada dilingkungannya, tidak berminat melakukan penelitian
terhadap hal-hal yang baru, kurang kreatif dalam mengajukan pertanyaan, tidak
memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
menggunakan banyak waktu untuk menyelesaikan tugas, banyak menggunakan
kegiatan hafalan dari pada logika, tidak bisa mengaitkan materi yang satu
dengan yang lain (asosiasi), kurang lancar berbicara, tidak jelas dan gagap, tidak
mandiri selalu butuh bantuan dari pihak lain dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan, sulit memahami konsep abstrak dan butuh divisualisasikan dalam
bentuk konkret, sulit mentransfer pengetahuan ke pengetahuan yang lain, sering
melakukan hal yang salah karena tidak memiliki kiat-kiat, sulit menguraikan dan
menyimpulkan materi, sulit berkonsentrasi dan mudah beralih perhatian.

D. UPAYA-UPAYA AGAR TIDAK KESULITAN BELAJAR


Kesulitan belajar yang terjadi di dalam diri peserta didik tentu saja sangat
berpengaruh terhadap tingkat kemampuan dalam proses belajar mengajar. Dari
permasalahan ini, peran orang tua juga tenaga pendidik sangat diperlukan guna untuk
membimbing dan memberi arahan terhadap anak-anaknya. Adapun kesulitan-
kesulitan dalam belejar tersebut tak lain juga dilatarbelakangi dari adanya masalah-
masalah psikologis yang tak jarang juga terkadang tingkat keparahannya sangat
tinggi yang membuat orang tua juga para tenaga pendidik tidak dappat
menanganinya lagi. Hal ini, tentu saja dapat kita ajukan kepada para psikater dan
juga dokter yang dapat menangani dan memberi penjelasan terhadap maslah dari
seorang peserta didik tersebut.10
Masalah-masalah ringan, terutama yang menyangkut dengan kesulitan atau
keterlambatan dalam belajar dapat dibantu pemecahannya oleh guru. Bantuan guru di
sini mempunyai pengertian yang luas dalam arti bahwa tidak semuanya harus guru
yang memberikan bantuan. Bantuan ini dapat juga didelegasikan oleh guru ke pihak
lain seperti orang tuanya, atau teman-teman sebayanya (tutor teman sebaya). Namun

10
Ibid, hlm. 64.

21
demikian, cara memberikan bantuan, langkah-langkahnya serta fasilitas yang
digunakan dalam memberikan bantuan semuanya harus direncanakan dan
dipersiapkan oleh guru yang bersangkutan. Ada hal-hal penting yang perlu
dipertimbangkan oleh pendidik dalam melaksanakan diagnosis kesulitan belajar.
Hal-hal penting tersebut berupa tahapan-tahapan diagnosis yang akan dilaksanakan
seperti dikemukakan Ross dan Stanley (Abin Syamsuddin Makmun, 2000), sebagai
berikut :
1. Pastikan siapa-siapa yang mengalami gangguan (who are the pupils having
trouble?)
2. Pastikan di manakah kelemahan-kelemahan itu terjadi (where are the errors
located?)
3. Pastikan alasan kenapa kelemahan-kelemahan itu terjadi (why are the errors
occur?)
4. Pastikan penyembuhan-penyembuhan seperti apa yang akan diberikan (what
remedies are suggested?
Untuk melaksanakan bimbingan belajar terhadap peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi kasus.
Identifikasi kasus bertujuan untuk menemui dan menandai siapa saja
peserta didik (kasus) yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan dalam belajar ditandai oleh prestasi belajar yang rendah dilihat dari
hasil evaluasi formatif atau sumatif atau hasil kerja lainnya. Dalam mengenal
dan memahami kasus dapat digunakan teknik pengumpulan data seperti
wawancara dengan kasus atau dengan pihak lain, observasi, dan studi
dokumenter. Jika telah ditemui peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
maka langkah selanjutnya adalah mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
tersebut.
2. Diagnosis
Tujuan melaksanakan diagnosis adalah untuk menganalisis masalah
dan latar belakang kesulitan belajar. Untuk menemukan masalah dan latar
belakang masalah dapat ditinjau dari dua sisi yakni dari sisi pelajaran dan dari

22
perilaku peserta didik itu sendiri Adapun tujuan dari langkah ini adalah untuk
menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut :
a. Dalam bidang studi apa saja peserta didik mengalami kesulitan
belajar

b. Pada kawasan tujuan belajar apa (aspek perilaku) yang manakah


kesulitan itu terjadi. Apakah dalam segi kognitif, afektif atau
psikomotorik atau lebih dari satu segi.

c. Pada bagian (ruang lingkup bahan pembelajaran) yang manakah


kesulitan itu terjadi. Ini maksudnya sub pokok bahasan manakah
ditemui kesulitan belajar tersebut.

d. Bagaimana perilaku kasus baik di sekolah maupun di luar sekolah


Untuk mendiagnosis dapat digunakan teknik-teknik pengumpulan
data : inventori (AUM UMUM, AUM PTSDL, IKMS dll),studi
dokumentasi, wawancara, observasi, sosiometri dan analisis tugas-
tugas /jawabab tes.

3. Prognosis
Tujuan dari prognosis adalah memperkirakan bentuk-bentuk bantuan
yang akan diberikan kepada kasus. Bentuk-bentuk bantuan tersebut
diperkirakan adalah sebagai berikut :
a. Kepada guru/wali kelas :
1) Memberikan pelajaran tambahan Bahasa Inggeris sesuai dengan
sub pokok bahasan yang belum dipahaminya.
2) Memindahkan tempat duduk kasus ke depan.
3) Mengikutsertakan kasus ke dalam kegiatan kelompok. Untuk ini
dapat dibentuk kelompok belajar, kelompok diskusi, kelompok
tugas dan kelompok lainnya dalam kegiatan ekstrakurikuler.
b. Kepada guru pembimbing/konselor :
1) Memberi konseling terutama sekali dalam meningkatkan pergaulan
secara luas dan baik, motivasi belajar, kepercayaan diri, pembagian
waktu belajar, pentingnya kesehatan.

23
2) Membicarakan keadaan kasus dengan wali kelas dan kepala
sekolah sehubungan dengan keadaan ekonomi keluarga kasus
supaya mendapat bantuan bea siswa atau keringanan.
c. Kepada orang tua kasus.
Guru BK/Konselor dan wali kelas mengadakan temu ramah dengan
orang tua untuk membicarakan langkah-langkah perbaikan untuk kasus.
Inti dari pembicaraan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Informasi tentang kegiatan yang dapat di lakukan di rumah.
2) Memberikan fasilitas waktu dan situasi belajar di rumah secara
baik.
3) Memberikan perhatian, bimbingan pendidikan kepada kasus.
4) Mereferal kasus ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan.

4. Pemberian bantuan (treatment)

Inti dari langkah ini adalah melaksanakan rencana-rencana yang telah


dibuat dalam prognosis. Rencana kegiatan tersebut berdasarkan prognosis di
atas adalah sebagai berikut :

a. Guru melaksanakan remedial, merobah posisi duduk kasus,


mengikutkan kasus dalam kegiatan kelompok.

b. Guru BK/Konselor melaksanakan konseling.

c. Guru BK/Konselor dan wali kelas membicarakan keringanan


SPP atau memberikan bea siswakepada kepala sekolah.

d. Guru BK/Konselor dan wali kelas mengadakan temu ramah


dengan orang tua kasus untuk membicarakan tentang solusi
yang akan dilakukan terhadap permasalahan kasus.

5. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan


yang dicapai dalam melaksanakan pemberian bantuan (treatment) seperti yang
dikemukakan di atas. Untuk melaksanakan evaluasi ini dibutuhkan waktu yang
cukup lama bahkan harus dilihat perkembangan selanjutnya yang lebih

24
mendalam. Hal ini dapat dilakukan melalui observasi, studi documenter,
sosiometri, wawancara baik wawancara dengan guru, wali kelas, kasus, bahkan
dengan orang tua kasus. Salah satu contoh hasil observasi yang dapat diamati
adalah sebagai berikut :

a. Kasus sekarang telah memiliki buku catatan dan buku-buku serta alat
pelajaran lain.
b. Kasus telah memiliki jadwal kegiatan belajar.
c. Kasus sudah memiliki perhatian dalam proses pembelajaran.
d. Kasus sudah memiliki banyak teman di sekolah.

6. Tindak lanjut (follow up)

Pelayanan bimbingan belajar beserta konseling kurang memadai bila hanya


dilakukan satu kali saja. Apalagi untuk mengadakan perubahan mental dan
perilaku yang kedua-duanya saling berkaitan, ini membutuhkan proses dan
waktu. Kemudian untuk melaksanakan layanan bimbingan perlu kesinambungan
sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Sesuai dengan perihal kasus yang telah
dibicarakan di atas perlu pantauan secara terus menerus. Diharapkan perobahan
ke arah positif yang selama ini telah diperoleh tetap berjalan dengan baik.
Namun sewaktu-sewaktu jika terjadi perubahan ke arah yang negatif atau
memiliki masalah yang lain lagi, boleh jadi disebabkan oleh faktor-faktor yang
tak terduga, ini perlu perbaikan kembali dengan menganalisis faktor-faktor
penyebabnya serta mencarikan solusinya.

E. TINGKAT JENIS KESULITAN BELAJAR

1. Disleksia

Disleksia adalah gangguan belajar yang menyebabkan seseorang kesulitan


untuk membaca atau menulis. Anak dengan kondisi ini tidak biasanya akan sulit
merangkai huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, dan kalimat menjadi paragraf.
Kesulitan ini juga dapat dialami saat berbicara karena anak akan kesulitan untuk
mencari kata-kata yang tepat sesuai dengan maksudnya. Anak kesulitan belajar
akibat disleksia umumnya dapat merasa kesulitan dalam mengerti konteks bacaan
dan tidak memiliki tata bahasa yang baik.

2. Dispraksia

25
Dispraksia adalah jenis gangguan belajar yang ditandai dengan gangguan
pada kemampuan motorik anak. Kemampuan motorik yang rendah dapat membuat
anak kesulitan melakukan pergerakan atau mengoordinasikan anggota tubuhnya.
Salah satu contoh kesulitan belajar akibat dispraksia adalah anak sering terbentur
atau tabrakan dengan orang lain atau benda-benda mati. Anak juga akan kesulitan
untuk belajar memegang sendok atau mengikat tali sepatunya. Jika kondisi ini
dialami oleh anak yang lebih besar, biasanya mereka akan terlihat kesulitan untuk
belajar menulis, mengetik, berbicara, atau bahkan menggerakkan matanya.

3. Disgrafia

Disgrafia adalah gangguan belajar yang membuat pengidapnya kesulitan


menulis. Anak dengan kondisi ini biasanya punya tulisan tangan yang jelek, tidak
bisa mengeja, dan kesulitan untuk menuliskan apa yang dirasakan.

4. Diskalkulia

Jenis gangguan belajar lainnya adalah diskalkulia. Kondisi ini membuat


pengidapnya kesulitan untuk berhitung atau memahami konsep matematika.
Tergantung dari usia dan kondisi, gambaran diskalkulia pada setiap orang bisa
berbeda. Pada anak-anak usia balita atau sekolah dasar awal, misalnya, kondisi ini
akan membuat mereka kesulitan untuk mengenali angka atau belajar berhitung.
Seiring bertambahnya usia, gangguan ini akan makin jelas terlihat ketika kesulitan
untuk memecahkan hitung-hitungan sederhana atau menghafalkan tabel perkalian.

5. Auditory processing disorder

Auditory processing disorder adalah kelaianan otak dalam memproses suara


yang masuk. Ini bukanlah gangguan pendengaran, melainkan adanya kelainan dalam
memahami suara. Penderitanya bisa kesulitan membedakan suara yang satu dengan
suara yang lain. Mereka juga akan kesulitan mengikuti perintah suara dan mengingat
hal yang didengar.

6. Visual processing disorder

Visual processing disorder membuat penderitanya kesulitan dalam


menginterpretasi informasi visual. Salah satu contoh kesulitan dalam belajar akibat
visual processing disorder adalah kesulitan membedakan dua objek yang bentuknya
mirip dan mengoordinasikan tangan serta mata secara bersamaan.

7. Gangguan belajar nonverbal

Jenis gangguan belajar selanjutnya adalah gangguan belajar nonverbal.


Kondisi ini dapat membuat seorang anak kesulitan dalam mengerti ekspresi wajah,
gerak tubuh, dan intonasi suara. Contoh masalah belajar ini dapat terjadi ketika guru

26
di kelas menjelaskan pelajaran lewat gerakan tubuh atau komunikasi nonverbal
lainnya.

8. Visual perceptual/visual motor deficit

Visual perceptual/visual motor deficit adalah salah satu masalah kesulitan


belajar yang membuat seorang anak mengalami koordinasi tangan dan mata yang
buruk. Masalah ini dapat terlihat ketika anak kesulitan membaca, sulit menggunakan
pensil, krayon, gunting, dan aktivitas motorik halus lainnya. Tidak hanya itu, ciri-ciri
kesulitan belajar dari visual perceptual/visual motor deficit juga bisa ditandai dengan
kesulitan membedakan huruf yang terlihat sama atau menunjukkan pergerakkan mata
yang tak normal saat membaca atau menyelesaikan tugas.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis kesulitan belajar merupakan upaya untuk memahami jenis dan
karakteristik serta latar belakang kesulitan belajar dengan menghimpun dan
mempergunakan data/informasi selengkap dan subjektif mungkin sehingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif
kemungkinan pemecahannya. Adapun kesulitan belajar yang terjadi dari peserta
didik sebenarnya terjadi dari berbagai faktor. Baik itu faktor internal maupun
eksternal.
Untuk faktor internal yang mana terjadi dari dalam peserta didik itu sendiri,
bisa disebabkan karena faktor psikis maupun fisiknya. Sedangkan untuk faktor
eksternal atau faktor yang disebabkan dari luar diri peserta didik dapat bersumber
dari keluarga, lingkungan ataupun masyarakat setempat. Anak yang mempunyai
kemampuan belajar yang lamban dapat terlihat dari segi fisiknya, perkembangan
mental, sosial, keadaan ekonomi,, maupun dari sisi pengembangan
kepribadiannya.
Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru maupun orang tua adalah
dengan mellakukan bimbingan terhadap anak tersebut. Lakukan pendekatan dan
beri cara terbaik agar anak tersebut dapat kembal efektif dalam proses

27
pembelajaran. Selalu memberikan mootivasi dan dorongan kepada anak agar
smangat dalam belajar. Jika, sudah melakukan hal tersebut, tapi tetap tidak ada
perubahan dalam diri anak, maka dapat kita lakukan konsultasi kepada dokter
ataupun para psikolog untuk dapat ditangani dan diberikan penjelasan lebih lanjut.
B. SARAN
Kami berharap materi yang telah dipaparkan pada makalah ini dapat
dimengerti dan juga dipahami dengan baik. Dan kami juga berharap akan ada
pengembangan tentang materi ini kedepannya agar materi ini juga akan terus
berkembang dan para pendidik maupun orang tua dapat mengoptimalkan maslah
kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat Pengajaran Modul,


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ghufron, M. Nur. Dkk. (2015). Kesulitan Belajar Pada Anak: Identifikasi Faktor yang
Berperan, Kediri: STAIN Kediri.

Ismail. (2016). Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah,
Aceh: UIN Ar-Raniry.

M. Ngalim Purwanto. (2002). Psikologi Pendidikan, Bandung:Remaja Rosdakarya.

Mabruria, Arni. (2021). Konsep Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Proses Pembelaajaran,
Lubuklinggau: Fakultas Tarbiyah IAI Al-Azhar.

Rusdiana, Retma Jian. (2011). Upaya Orang Tua dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Anak
di Desa Ngantru, Tulungagung: STAIN Tulungagung.

Sugiyanto. Diagnostik Kesulitan Belajar (DKB), Malang: Universitas Negeri Yogyakarta.

28
29

Anda mungkin juga menyukai