Disusun oleh :
M. Wildan Farhan (211872)
Rizky Adewiska Amanda (211963)
Surah Khansa (211797)
KELOMPOK X
Puji syukur selalu panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang mana telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Diagnosis Kesulitan Belajar“ dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan dari ibu Nadya Nela Rosa, M. Psi.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu dan juga
wawasan yang lbih mendalam mengenai Diagnosis Kesulitan Belajar. Yang mana,
akan diketahui pengertian dari diagnosis kesulitan belajar itu sendiri, faktor-
faktornya, ciri-cirinya, upaya serta tingkat jenis kesulitan belajar bagi peserta
didik itu sendiri.
Kami sangat berterima kasih kepada ibuk Nadya Nela Rosa, M. Psi
sebagai dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
membahas materi “Diagnosis Kesulitan Belajar”. Serta, ucapan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Bintan, 24 November
2022
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar……………..……….…………….……..3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap individu.
Dengan belajar, dan mencari ilmu tentu saja orang tersebut akan mngalami proses
peningkatan pada diri. Seperti dapat memecahkan suatu masalah,, mellahirkan sikap
yang baik, dan juga pengetahuan yang semakin meluas. Peserta didik yang sudah
mengalami proses belajar tentu saja memmiliki keadaan yang sangat berbeda
dibanding dengan keadaan sebelum mereka belajar. Dapat dimaknai juga bahwa
pross belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri peserta didik
sehingga mengarah pada tingkat penguasaan keterampilan, kecakapan, kemahiran
maupun pengetahuan baru.
Sebenarnya, dari kasus peserta didik yang memiliki masalah kesulitan dalam
belajarnya, juga menjadi tantangan tersendiri bagi para tenaga pendidik. Dari hal ini
juga, pendidik harus memahami masing-masing dari karakter maupun kemampuan
dari masing-masing muridnya. Kesulitan belajar banyak ditimbulkan oleh berbagai
macam faktor yang beragam. Dan oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas
mengenai Diagnosis Kesulitan Belajar pada Peserta Didik yang meliputi faktor-
faktornya, ciri-ciri umum dari peserta didik yang lamban belajar, upaya yang dapat
dilakukan serta tingkat dari jenis kesulitan belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu diagnosis kesulitan belajar?
2. Apa saja yang menjadi faktor penyebabnya peserta didik kesulitan belajar?
3. Apa saja ciri-ciri dari peserta didik yang lamban belajar?
3
4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan agar tidak kesulitan belajar?
5. Bagaimana tingkat jenis kesulitan belajar?
C. TUJUAN
1. Agar memahami diagnosis dari kesulitan belajar.
2. Mengetahui faktor penyebab peserta didik kesulitan belajar,.
3. Untuk memahami ciri-ciri peserta didik lamban belajar.
4. Dapat mengupayakan peserta didik yang kesulitan belajar.
5. Mengetahui tingkat dari jenis kesulitan belajar.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Studi yang seksama terhadap fakta tentang sesuatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan dan sebagainya yang esensial. Keputusan yang di capai
setelah dilakukan studi yang saksama atas gejala atau fakta tentang sesuatu hal. 1
Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar yang ditandai dengan
adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Adanya
ketidakmampuan belajar menyebabkan kesulitan belajar dan membuat siswa belajar
dengan lambat.
Hambatan ini ada secara neurologis, psikologis, sosial atau fisik selama
proses pembelajaran. Gangguan saraf merupakan akibat dari gangguan fungsi otak,
gangguan psikis akibat gangguan psikis atau mental, gangguan sosial akibat
terganggunya interaksi dengan lingkungan, dan gangguan fisik akibat gangguan fisik
yang menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa. Hambatan memang ada, dan selama
siswa tidak dapat mengatasinya, masalah tersebut kemungkinan besar akan
1
Hiryanto, DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR (DKB), Educations Psychology, hlm. 3.
5
menimbulkan masalah bagi siswa itu sendiri dan orang lain. Istilah diagnosis
digunakan untuk menemukan dan mendefinisikan "jenis penyakit". Ada dua hal
penting dalam memahami kesulitan belajar, dan kedua hal tersebut perlu ditinjau
kembali agar dapat memahami kesulitan belajar.
Secara umum kesulitan belajar adalah kata yang diambil menurut bahasa
inggris yaitu learning disability. Secara spesifik kesulitan belajar adalah suatu
gangguan atau lebih menurut proses psikologis dasar yg meliputi pemahaman &
penggunaan bahasa atau tulisan. Gangguan tadi mungkin menampakkan diri pada
bentuk kesulitan mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau
berhitung. Batasan tadi mencakup syarat-syarat misalnya gangguan perseptual, luka
dalam otak, disleksia, & afasi perkembangan. Batasan tadi nir mencakup siswa yg
mempunyai problema belajar yg penyebab utamanya dari menurut adanya kendala
pada penglihatan, pendengaran, atau motorik, kendala lantaran tunagrahita, lantaran
gangguan emosional, atau lantaran kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.
Menurut Blassic & Jones kesulitan belajar merupakan adanya suatu jeda
antara prestasi akademik yg dibutuhkan menggunakan prestasi akademik yg
diperoleh. Mereka selanjutnya mengemukakan bahwa siswa yg mengalami kesulitan
belajar merupakan siswa yg normal inteligensinya, namun memberitahuakn satu atau
lebih kekurangan pada proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun
fungsi motoriknya. Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. Menyatakan bahwa
kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh
6
ditemukannya hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut
mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat
psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar ialah
suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan
adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Berdasarkan uraian ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan gejala psikis yang
dihadapi peserta didik yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik
secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dapat menghambat proses belajar
sehingga hasil belajar tidak dapat tercapai dengan baik.
7
menurun gratis.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar
kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental
learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan
keterlambatan pada tahapan-tahapan perkembangan mencakup gangguan
motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan
kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.
8
Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis, atau berhitung/matematika.
Diagnosis adalah istilah teknis (terminologi) yang di adopsi dari
kedokteran.2Menurut Thorndike dan Hagen, diagnosis dapat diartikan
sebagai berikut.
a) pemeriksaan atau prosedur untuk mendeteksi kelemahan atau penyakit
(weakness, diseases) seseorang melalui pemeriksaan yang cermat dan
pemeriksaan gejala (symptoms);
b) pemeriksaan yang cermat atas fakta-fakta tentang karakteristik atau
kekurangan esensial mereka, dll.;
c) Keputusan diambil setelah mempertimbangkan gejala atau fakta secara
seksama. Oleh karena itu, pekerjaan diagnostik tidak hanya mengidentifikasi
sifat dan karakteristik kelemahan atau penyakit tertentu dan latar
belakangnya, tetapi juga berarti mencoba mengantisipasi kemungkinan dan
mengusulkan solusi.
Pembelajaran setiap individu tidak selalu terjadi secara alami.
Kadang lancar, kadang tidak, kadang bisa cepat menguasai, kadang terasa
sangat sulit. Hal ini merupakan salah satu fakta yang sering kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari setiap siswa yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran.
Tidak setiap orang sama. Perbedaan individu tersebut juga menyebabkan
perbedaan perilaku belajar siswa. Situasi di mana siswa tidak mampu belajar
sebagaimana mestinya disebut sebagai “ketidakmampuan belajar”.
9
hasil belajar. Faktor-faktor kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri
siswa sangat terkait dengan kondisi-kondisi fisiologis dan psikologisnya
ketika belajar sedangkan faktor- faktor kesulitan belajar yang berasal dari luar
diri siswa banyak yang bersumber pada kurangnya fasilitas, sebagai salah satu
faktor penunjang keberhasilan aktivitas atau perbuatan belajar.
Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
suatu ketuntasan materi tidak dapat dilihat hanya pada satu faktor saja, akan
tetapi banyak faktor yang terlibat dan mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar. Faktor yang dapat dipersoalkan adalah: siswa yang belajar, jenis
kesulitan yang dihadapi dan kegiatan-kegiatan dalam proses belajar. Jadi,
yang terpenting dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan belajar adalah
menemukan letak kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang dihadapi
siswa agar pengajaran perbaikan (learning corrective) yang dilakukan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
10
Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor ekstern ditinjau dari siswa,
ditemukan beberapa faktor yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Dimyati
dan Mudjiono, (1994) menyebutkan faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:
1. Guru sebagai pembina siswa belajar
2. Prasarana dan sarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah
5. Kurikulum sekolah.
Dalam Buku II Modul Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran
Remedial, Depdikbud Universitas Terbuka (1985) menjelaskan: Bila telah
ditemukan bahwa sejumlah siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan
ketuntasan materi yang ditetapkan, maka kegiatan diagnosis terutama harus
ditujukan kepada:
1. Bakat yang dimiliki siswa yang berbeda antara satu dari yang lainnya,
Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam menguasai
bahan yang dipelajarinya
2. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai
dengan bakat siswa yang sifatnya individual dan usaha yang
dilakukannya
3. Kualitas pengajaran yang tersedia yang dapat sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan serta karakteristik individu
4. Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya
5. Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat
ditentukan perbaikannya apa dengan cukup mengulang dengan cara
yang sama mengambil alternatif kegiatan lain melalui pengajaran
remedial.
Jadi, proses diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan kesulitan
belajar siswa dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan
belajar.
B. FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA KESULITAN BELAJAR
11
rendah,siswa yang (normal), disebabkan oleh beberapa faktor tertentu yang
menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Secara
garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam, yaitu:
1. Faktor intern
a) Sebab yang bersifat fisik
Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya,
sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah. Akibatnya
rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan
ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah
lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa
hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajarannya.
Sebab karena cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas:
o Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran,
kurang penglihatan, gangguan psikomotor.
o Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu,
hilang tangannya dan kakinya.
Bagi golongan yang ringan, masih banyak mengikuti
pendidikan umum, asal guru memperhatikan dan
menempuh placement yang tepat.
Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan
khusus seperti SLB, Bisu Tuli, TPAC-
SROC.3
b) Sebab yang bersifat psikis
Intelegensi
Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan
yang dihadapi. Anak yang normal (90-110), dapat menamatkan SD
tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110-140 dapat
3
M. Dalyono, Psikologi pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.231-232.
12
digolongkan cerdas, 140 ke atas tergolong genius. Golongan ini
mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di
perguruan tinggi. Jadi, semakin tinggi IQ seseorang akan makin
cerdas pula. Mereka yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong
lemah mental (mentally deffective). Anak inilah yang banyak
mengalami kesulitan belajar. Mereka ini digolongkan atas debil,
embisil, idiot.
Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir.
Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Orang tua
yang berkecimpung di bidang kesenian, anaknya akan mudah
mempelajari seni suara, tari dan lain-lain. Anak yang berbakat
teknik akan mudah mempeajari matematika, fisika, konstruksi
mesin. Anak yang berbakat olahraga, mereka akan berkembang di
bidang olahraga.
Jadi, seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan
bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari bahan yang lain
dari bakatnya ia akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang.
Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan
timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin
tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai kebutuhan, tidak sesuai
dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak
banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu, pelajaran
pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul
kesulitan. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat
dilihat dari cara anak mengikutii pelajaran, lengkap tidaknya
catatan, memperlihatkan garis miring tidaknya dalam pelajaran itu.
Motivasi
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan,
mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat
menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
13
semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan
belajarnya.
Faktor Kesehatan Mental
Dalam belajar tidak hanya manyangkut segi intelek, tetapi juga
menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan
kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil
belajar yang baik. Individu yang di dalm hidupnya selalu
4
M. Dalyono, Psikologi pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.233-236.
14
pengertian atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh dan lain-
lain. Hubungan tersebut dapat berupa: Orang tua sering
meluangkan waktunya untuk bergurau dengan anak-anaknya
3. Contoh/bimbingan dari orang tua
Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya.
Segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh
anak-anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermalas-
malasan tidak baik, hendaknya dibuang jauh-jauh. Demikian
juga belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap
dewasa dan tanggung jawab belajar, tumbuh pada diri anak.5
Suasana rumah/keluarga
Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat
belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya,
sehingga sukar untuk belajar. Demikian juga suasana rumah yang
selalu tegang, selalu banyak cekcok di antara keluarga selalu ditimpa
kesedihan, yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya.
Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan dalam:
(a) Keadaan yang kurang/miskin
Keadaan ini akan menimbulkan:
- Kurangnya alat-alat belajar
- Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua
- Tidak mempunyai tempat belajar yang baik
(b) Ekonomi yang berlebihan/kaya
Keadaan ini sebaliknya dengan yang sebelumnya, di mana
ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan
belajar karena terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga
dimanjakan oleh orang tuanya. Keadaan ini akan dapat
menghambat kemajuan belajar.
b) Faktor sekolah
Guru
5
M. Dalyono, Psikologi pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.238-240.
15
Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar, apabila:
(a) Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang
digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.
(b) Hubungan guru dengan murid kurang baik, yaitu pada sifat dan
sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti
kasar, suka marah, menjengkelkan, sombong, sinis, dan lain- lain.
(c) Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
(d) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan
belajar.
(e) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar,
antara lain:
- Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan
mekanis tidak didasarkan pada pengertian,
- Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga,
- Metode mengajar tidak menarik,
- Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak
bervariasi.7
Faktor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran
yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum,
kurangnya alat laboratorium akan menimbulkan kesulitan dalam
belajar. Kemajuan teknologi membawa perkembangan pada alat- alat
pelajaran/pendidikan, sebab yang dulu tidak ada sekarang menjadi
ada. Misalnya: mikroskop, gelas ukuran, teleskop, everhed proyektor,
slide, dan lain-lain.
Kondisi gedung
Kondisi gedung yang terutama ditunjukkan pada ruang kelas. Ruang
kelas harus memenuhi syarat seperti:
a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk
ruangan, sinar dapat menerangi ruangan.
b) Dinding harus terlihat bersih atau tidak terlihat kotor.
c) Lantai tidak becek, licin atau kotor.
16
d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian, seperti pasar, bengkel,
pabrik, dan lain-lain, sehingga anak mudah konsentrasi dalam
belajar.
Apabila beberapa hal di atas tidak terpenuhi, maka situasi belajar akan
kurang baik dan memungkinkan pelajaran terhambat.
Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik, misalnya:
a) Bahan-bahannya terlalu tinggi.
b) Pembagian bahan tidak seimbang (kelas 1 banyak pelajaran dan
kelas-kelas di atasnya sedikit pelajaran)
c) Adanya pendataan materi
Hal-hal itu akan membawa kesulitan belajar bagi murid-murid.
Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan
membawa kesuksesan dalam belajar.
Waktu sekolah dan disiplin kurang
Apabila sekolah masuk sore, siang, malam, maka kondisi anak
tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran.
Sebab energi sudah berkurang, disamping udara yang relatif panas
di waktu siang, dapat mempercepat proses kelelahan. Waktu dalam
kondisi fisik sudah minta istirahat, karena itu maka waktu yang
baik untuk belajar adalah pagi hari.
c) Faktor media masa dan lingkungan social
Faktor media masa meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-
buku komik yang ada sekeliling kita. Hal itu akan menghambat belajar
apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga
lupa akan tugasnya belajar.
1) Lingkungan sosial
a. Teman bergaul
Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat
masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan
mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab
cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang
tidak bersekolah. Kewajiban orang tua adalah mengawasi
mereka serta mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan
17
mereka.
b. Lingkungan tetangga
Corak kehidupan tetangga, misalnya main judi, minum arak,
menganggur, tidak suka belajar, akan memengaruhi anak-anak
yang bersekolah. Minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk
belajar. Sebaliknya jika tetangga terdiri dari pelajar, guru,
dosen, dokter, dan lain-lainnya, akan mendorong semangat
belajar anak.
c. Aktivitas dalam masyarakat
Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini – itu, akan
menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai. Orang tua
harus mengawasi, agar kegiatan ekstra di luar belajar dapat
diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya. Dengan kata lain
belajarnya sukses dan kegiatan lain dapat berjalan.9
Anak yang mempunyai kemampuan belajar yang lamban dapat terlihat dari
segi fisiknya, perkembangan mental, sosial, keadaan ekonomi,, maupun dari sisi
pengembangan kepribadiannya.6 Adapun hal-hal tersebut akan diuraikan
penjelasannya sebagai berikut.
6
Repository Universitas Riau, Diagnosis Kesulitan Belajar, (Pekanbaru), hlm. 60.
18
a. Fisik
Hal yang dapat telihat bagi peserta didik yang lamban dalam belajar, dari
segi fisiknya yaitu bagaimana intensitas pendengaraan dari peserta didik,
penglihatan, pembicaraan, gerakan ototnya sehingga kita dapat melihat dari gaya
seorang anak itu melakukan suatu pekerjaan ataupun aktivitas. Yang pada hal ini
peserta didik biasanya mengerjakan segalanya dengan lambat, dan fungsi
kemampuan di bawah rata-rata pada umumnya.7
b. Perkembangan Mental
Ciri-ciri kedua dari peserta didik yang lamban belajar dapat telihat dari
perkembangan mentalnya. Hal ini tentu saja menjadi bagian yang sangat penting
juga bagi perkembangan seorang peserta didik. Kemampuan mental ialah
kemampuan individu dalm hal berpikir juga bertindak. Kita dapat melihat
bagaimana tingkah laku seorang peserta didik tersebut dalam dia bertindak
mengerjakan suatu tugas ataupun pekerjaan. Perkembangan mental ini bisa saja
memiliki tingkat yang sangat rendah bagi seorang peserta didik. Hal tersebut
yang dipicu karena adanya terjadi hal-hal yang yang membuat rasa trauma dari
diri peserta didik itu, dan menyebabkan anak menjadi penakut, pemalu, punya
rasa was-was, curiga, kasar, dan tidak bersahabat. Dari perilaku-perilaku inilah
berpengaruh bagi mental seorang peserta didik yang akan mengganggu dalam
proses pembelajaran.8
7
Resmi Yati Ningsih, Strategi Pembelajran Bagi Siswa slow Learners Dalam Meningkatkan Hasil Beajar Siswa,
(Bengkulu: 2019), hlm. 21.
8
Repository Universitas Riau, Diagnosis Kesulitan Belajar, (Pekanbaru), hlm. 60.
19
c. Sosial
Ciri-ciri ketiga dari peserta didik yang lamban belajar ialah keadaan sosialnya.
Kehidupan dari keluarganya termasuk kepada keadaan ekonomi yang
berpengaruh terhadap kemajuan belajar seorang peserta didik. Ketika keadaan
ekonomi suatu keluarga tidak memadai, maka akan membuat anak-anaknya
menjadi kesulitan mendapatkan fasilitas belajar yang memadai. Sebagai contoh,
di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini membuat setiap orang
menggunakan media gadget untuk mendapatkan suatu informasi ataupun saling
berkabar. Bagi anak yang tidk memiliki gadget tentu saja menjadi kesulitan dan
menghambat dalam mendapatkan suatu informasi.
d. Perkembangan Kepribadian
Ciri-ciri selanjutnya dari peserta didik yang memiliki lamban dalam belajar
adalah perkembangan kepribadian. Kepribadian sangat berpengaruh terhadap
aktivitas sehari-hari dalam kehidupan. Seorang peserta didik tentu saja dalam
kegiatannya belajar mengajar melibatkan kepribadian dari masing-masing
peserta didik. Menurut penelitian, anak yang mengalami masalah emosional
akan berpengaruh terhadap perilakunya termasuk dalam perilaku belajar. Yang
berkaitan dengan ciri-ciri peserta didik yang lamban belajar, yang paling penting
untuk dibahas adalah wujud emosi dalam bentuk sedih. Emosi sedih
berpengaruh terhadap intensitas kegiatan seseorang dalam lingkungan, bahkan
kadang-kadang bisa mematikan motivasi berkarya, jika keadaan emosinya
sangat mendalam atau frustasi dalam kehidupannya (Cece Wijaya, 1999).
Keadaan emosi yang tidak kondusif akan mengganggu psikologis, akhirnya akan
menggejala dalam bentuk kecemasan, ketakutan, agresif, malu-malu. Bila
perasaan ini dialami oleh seseorang maka akan mengganggu konsentrasi belajar,
akhirnya anak akan mengalami kegagalam dalam menguasai materi.9
9
Repository Universitas Riau, Diagnosis Kesulitan Belajar, (Pekanbaru), hlm. 61.
20
e. Proses Belajar yang Dilakukannya
Ditinjau dari proses belajar yang dilakukan anak yang lamban belajar dapat
ditemui ciri-cirinya sebagai berikut : lambat mengamati dan bereaksi terhadap
stimulus yang ada dilingkungannya, tidak berminat melakukan penelitian
terhadap hal-hal yang baru, kurang kreatif dalam mengajukan pertanyaan, tidak
memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
menggunakan banyak waktu untuk menyelesaikan tugas, banyak menggunakan
kegiatan hafalan dari pada logika, tidak bisa mengaitkan materi yang satu
dengan yang lain (asosiasi), kurang lancar berbicara, tidak jelas dan gagap, tidak
mandiri selalu butuh bantuan dari pihak lain dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan, sulit memahami konsep abstrak dan butuh divisualisasikan dalam
bentuk konkret, sulit mentransfer pengetahuan ke pengetahuan yang lain, sering
melakukan hal yang salah karena tidak memiliki kiat-kiat, sulit menguraikan dan
menyimpulkan materi, sulit berkonsentrasi dan mudah beralih perhatian.
10
Ibid, hlm. 64.
21
demikian, cara memberikan bantuan, langkah-langkahnya serta fasilitas yang
digunakan dalam memberikan bantuan semuanya harus direncanakan dan
dipersiapkan oleh guru yang bersangkutan. Ada hal-hal penting yang perlu
dipertimbangkan oleh pendidik dalam melaksanakan diagnosis kesulitan belajar.
Hal-hal penting tersebut berupa tahapan-tahapan diagnosis yang akan dilaksanakan
seperti dikemukakan Ross dan Stanley (Abin Syamsuddin Makmun, 2000), sebagai
berikut :
1. Pastikan siapa-siapa yang mengalami gangguan (who are the pupils having
trouble?)
2. Pastikan di manakah kelemahan-kelemahan itu terjadi (where are the errors
located?)
3. Pastikan alasan kenapa kelemahan-kelemahan itu terjadi (why are the errors
occur?)
4. Pastikan penyembuhan-penyembuhan seperti apa yang akan diberikan (what
remedies are suggested?
Untuk melaksanakan bimbingan belajar terhadap peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi kasus.
Identifikasi kasus bertujuan untuk menemui dan menandai siapa saja
peserta didik (kasus) yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan dalam belajar ditandai oleh prestasi belajar yang rendah dilihat dari
hasil evaluasi formatif atau sumatif atau hasil kerja lainnya. Dalam mengenal
dan memahami kasus dapat digunakan teknik pengumpulan data seperti
wawancara dengan kasus atau dengan pihak lain, observasi, dan studi
dokumenter. Jika telah ditemui peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
maka langkah selanjutnya adalah mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
tersebut.
2. Diagnosis
Tujuan melaksanakan diagnosis adalah untuk menganalisis masalah
dan latar belakang kesulitan belajar. Untuk menemukan masalah dan latar
belakang masalah dapat ditinjau dari dua sisi yakni dari sisi pelajaran dan dari
22
perilaku peserta didik itu sendiri Adapun tujuan dari langkah ini adalah untuk
menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut :
a. Dalam bidang studi apa saja peserta didik mengalami kesulitan
belajar
3. Prognosis
Tujuan dari prognosis adalah memperkirakan bentuk-bentuk bantuan
yang akan diberikan kepada kasus. Bentuk-bentuk bantuan tersebut
diperkirakan adalah sebagai berikut :
a. Kepada guru/wali kelas :
1) Memberikan pelajaran tambahan Bahasa Inggeris sesuai dengan
sub pokok bahasan yang belum dipahaminya.
2) Memindahkan tempat duduk kasus ke depan.
3) Mengikutsertakan kasus ke dalam kegiatan kelompok. Untuk ini
dapat dibentuk kelompok belajar, kelompok diskusi, kelompok
tugas dan kelompok lainnya dalam kegiatan ekstrakurikuler.
b. Kepada guru pembimbing/konselor :
1) Memberi konseling terutama sekali dalam meningkatkan pergaulan
secara luas dan baik, motivasi belajar, kepercayaan diri, pembagian
waktu belajar, pentingnya kesehatan.
23
2) Membicarakan keadaan kasus dengan wali kelas dan kepala
sekolah sehubungan dengan keadaan ekonomi keluarga kasus
supaya mendapat bantuan bea siswa atau keringanan.
c. Kepada orang tua kasus.
Guru BK/Konselor dan wali kelas mengadakan temu ramah dengan
orang tua untuk membicarakan langkah-langkah perbaikan untuk kasus.
Inti dari pembicaraan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Informasi tentang kegiatan yang dapat di lakukan di rumah.
2) Memberikan fasilitas waktu dan situasi belajar di rumah secara
baik.
3) Memberikan perhatian, bimbingan pendidikan kepada kasus.
4) Mereferal kasus ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan.
5. Evaluasi
24
mendalam. Hal ini dapat dilakukan melalui observasi, studi documenter,
sosiometri, wawancara baik wawancara dengan guru, wali kelas, kasus, bahkan
dengan orang tua kasus. Salah satu contoh hasil observasi yang dapat diamati
adalah sebagai berikut :
a. Kasus sekarang telah memiliki buku catatan dan buku-buku serta alat
pelajaran lain.
b. Kasus telah memiliki jadwal kegiatan belajar.
c. Kasus sudah memiliki perhatian dalam proses pembelajaran.
d. Kasus sudah memiliki banyak teman di sekolah.
1. Disleksia
2. Dispraksia
25
Dispraksia adalah jenis gangguan belajar yang ditandai dengan gangguan
pada kemampuan motorik anak. Kemampuan motorik yang rendah dapat membuat
anak kesulitan melakukan pergerakan atau mengoordinasikan anggota tubuhnya.
Salah satu contoh kesulitan belajar akibat dispraksia adalah anak sering terbentur
atau tabrakan dengan orang lain atau benda-benda mati. Anak juga akan kesulitan
untuk belajar memegang sendok atau mengikat tali sepatunya. Jika kondisi ini
dialami oleh anak yang lebih besar, biasanya mereka akan terlihat kesulitan untuk
belajar menulis, mengetik, berbicara, atau bahkan menggerakkan matanya.
3. Disgrafia
4. Diskalkulia
26
di kelas menjelaskan pelajaran lewat gerakan tubuh atau komunikasi nonverbal
lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis kesulitan belajar merupakan upaya untuk memahami jenis dan
karakteristik serta latar belakang kesulitan belajar dengan menghimpun dan
mempergunakan data/informasi selengkap dan subjektif mungkin sehingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif
kemungkinan pemecahannya. Adapun kesulitan belajar yang terjadi dari peserta
didik sebenarnya terjadi dari berbagai faktor. Baik itu faktor internal maupun
eksternal.
Untuk faktor internal yang mana terjadi dari dalam peserta didik itu sendiri,
bisa disebabkan karena faktor psikis maupun fisiknya. Sedangkan untuk faktor
eksternal atau faktor yang disebabkan dari luar diri peserta didik dapat bersumber
dari keluarga, lingkungan ataupun masyarakat setempat. Anak yang mempunyai
kemampuan belajar yang lamban dapat terlihat dari segi fisiknya, perkembangan
mental, sosial, keadaan ekonomi,, maupun dari sisi pengembangan
kepribadiannya.
Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru maupun orang tua adalah
dengan mellakukan bimbingan terhadap anak tersebut. Lakukan pendekatan dan
beri cara terbaik agar anak tersebut dapat kembal efektif dalam proses
27
pembelajaran. Selalu memberikan mootivasi dan dorongan kepada anak agar
smangat dalam belajar. Jika, sudah melakukan hal tersebut, tapi tetap tidak ada
perubahan dalam diri anak, maka dapat kita lakukan konsultasi kepada dokter
ataupun para psikolog untuk dapat ditangani dan diberikan penjelasan lebih lanjut.
B. SARAN
Kami berharap materi yang telah dipaparkan pada makalah ini dapat
dimengerti dan juga dipahami dengan baik. Dan kami juga berharap akan ada
pengembangan tentang materi ini kedepannya agar materi ini juga akan terus
berkembang dan para pendidik maupun orang tua dapat mengoptimalkan maslah
kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Ghufron, M. Nur. Dkk. (2015). Kesulitan Belajar Pada Anak: Identifikasi Faktor yang
Berperan, Kediri: STAIN Kediri.
Ismail. (2016). Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah,
Aceh: UIN Ar-Raniry.
Mabruria, Arni. (2021). Konsep Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Proses Pembelaajaran,
Lubuklinggau: Fakultas Tarbiyah IAI Al-Azhar.
Rusdiana, Retma Jian. (2011). Upaya Orang Tua dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Anak
di Desa Ngantru, Tulungagung: STAIN Tulungagung.
28
29