Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“HADIST TENTANG ETIKA GURU TERHADAP SISWA”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Tarbawi


Dosen Pengampu: Zulhamdan, M.Pd.I

Disusun oleh:
Nabila Indriani (211787)
Paret Paranata (211957)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPRI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang mana sudah
melimpahkan rahmat, dan ridho-nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “Hadist Tentang Etika Guru Terhadap Siswa” dengan baik serta tepat waktu. Adapun
tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadist Tarbawi dari
Bapak Zulhamdan, M. Pd. I

Makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang etika
guru terhadap siswa. Yang dimana seorang guru juga mempunyai etika di dalam proses belajar
mengajar kepada siswa dan juga seorang guru harus menyempurnakan adab, ilmu dan lainnya di
dalam mengajar. Oleh karena itu kami sebagai penyusun makalah ini bisa menolong menaikkan
pengetahuan kita menjadi lebih luas lagi.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwasanya
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Atas perhatian serta
waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Bintan, 24 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. PENGERTIAN ETIKA.....................................................................................6
B. ETIKA GURU DALAM PERSEPEKTIF HADITS.........................................6
BAB III....................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................11
A. Kesimpulan......................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika adalah hal yang paling penting untuk diperhatikan di dalam Proses belaja
mengajar. membentuk suasana belajar mengajar yang menyenangkan itu pada akhirnya
memiliki efek positif pada keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan. Namun, isu etika
dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini seolah-olah mereka mulai terpinggirkan oleh
siswa dan guru itu sendiri. Misi Pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada penyampaian
ilmu pengetahuan saja sendiri, bagaimanapun, juga mengarah pada peningkatan aktivitas
intelektual Internalisasi nilai-nilai spiritual dan etika yang harus dimiliki Prioritas dan
ditempatkan di atas. Etika guru dan etika siswa ditekankan Fokuskan diskusi ini. Rincian
ditulis oleh imam Nawawi Nasihat yang sarat dengan nilai pendidikan karakter berbasis
keimanan kesalehan Nasehatnya dalam Adabul 'Alim Wal Muta'allim sama sekali tidak
lekang oleh waktu dan tidak terkorosi oleh perubahan zaman. Memang Nilai-nilai yang
dia tanamkan masih sangat penting sekarang dan lebih modis.

Seorang guru harus memiliki akhlak dan etika yang baik dengan muridnya, agar
ilmu yang diberikan guru kepada muridnya dalam pembelajaran lebih cepat diterima dan
dipahami, karena etika guru sangatlah penting, karena dapat mempengaruhi psikologi.
dan cara berpikir siswa yang dilatihnya, sesuai dengan etika yang baik, seorang guru
harus memposisikan dirinya untuk berkomunikasi dengan baik dan menyampaikan
pemahaman. Untuk mencapai hasil yang terbaik, seorang guru harus memiliki etika
terhadap muridnya, karena seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar, Tanggung
jawab pendidik tergantung pada jenis anak, membutuhkan bantuan atau bantuan dari
pendidik. Jadi etika kepada siswa sangat diperlukan agar tidak ada keseimbangan antara
guru dan siswa.

Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan


teknologi, sehingga pendidikan formal, nonformal, dan informal sangat mempengaruhi
perubahan moral anak. Dalam hal ini guru harus menciptakan dan menjaga akhlak anak
didiknya agar memiliki akhlak yang mulia dengan memberikan keteladanan yang
beretika. begitu pula dengan Rasulullah saw.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian etika ?
2. Bagaimana hadits tentang etika guru terhadap siswa ?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian etika
2. Dapat mengetahui hadits tentang etika guru terhadap siswa
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos (jamaknya: ta etha), yang memiliki
arti “adat-istiadat” ataupun “kebiasaan”. Dalam hal ini, etika berkaitan dengan kebiasaan
hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat.
1

Menurut Tatta Herawati Daulae ia mengutip pendapat dari M. Sastrap Radja,


etika ialah bagian dari filsafat yang mengajarkan tentang keseluruhan budi (baik dan
buruk). Kemudian ada pendapat lain yang mengatakan bahwa etika ialah ilmu yang
mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia umumnya,
teristimewa ynag mengalami gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
timbangan dan juga perasaan, hingga sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan
perbuatan. Kemudian etika guru ialah menguraikan tentang aturan tata Susila, sikap yang
harus dimiliki oleh guru dalam profesinya sebagai pendidik, pengajar, pelatih,
pembeimbing serta penilai. Untuk mendapatkan kejayaan serta kebahagiaan guru, maka
perlu memiliki etika yang bersumber dari hadis-hadis Rasulullah SAW karena kedudukan
hadis ini merupakn posisi kedua setelah Al-Quran. Adapun ruang lingkup kajian etika
guru sangat luas, guru bukan hanya mempehatikan mengajar dikelasnya, akantetapi diluar
kelas juga, karena guru merupakan sumber teladan baik bagi anak didiknya maupun
orang lain, jadi etika guru ini mencakup:
1. Etika guru terhadap diri sendiri
2. Etika guru terhadap profesi
3. Etika guru terhadap anak didik
4. Etika guru terhadap atasan
5. Etika guru terhadap teman sejawat/ sesame guru
6. Etika guru terhadap pegawai
7. Etika guru terhadap orang tua/masyarakat 2

B. ETIKA GURU DALAM PERSEPEKTIF HADITS


Seorang pendidik bertugas untuk menciptakan suasana belajar yang bisa menggerakkan
para peserta didiknya untuk berprilaku atau beradap sesuai dengan moral-moral, tata Susila
dan juga sopan santun yang berlaku didallam masyarakat. seorang guru dalam melaksanakan
tugasnya, aka ia penting untuk memiliki etika, adapun etika ynag harus dimilki oleh guru
1
Aida Mukhlishah, etika guru da murid menurut imam syarifuddin an-nawawi dalam kitab adabul ‘alim wal
muta’alim, jurnal pendidikan islam, hal 62
2
Tatta Herawati Daulae, Etika Guru DalamPersepektif Hadis, vol 05, ni. 01 hal 94-95
dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan dengan hadis-hadis Rasulullah SAW yakni:
ikhlas, takwa, berilmu, memiliki ketabahan serta menyadari tanggung jawab.3
1. Ikhlas
ِ ‫ول‬ ُ ‫ َس ِم ْع‬:‫ال‬ ِ َّ ٍ ‫نين َأبي َح ْف‬ ِ ‫عن َِأمي ِر‬
‫اهلل صلى اهلل‬ َ ‫ت َر ُس‬ َ َ‫ضي اهللُ تعالى ع ْنهُ ق‬ َ ‫ص عُ َم َر بْ ِن ال َخطاب َر‬ َ ‫المؤم‬
ُ َْ
ْ َ‫ فَ َم ْن َكان‬،‫ َوِإنَّ َما لِ ُك ِّل ْام ِرٍئ َما َن َوى‬،‫ات‬
‫ت‬ ِ َّ‫الني‬
ِّ ِ‫ال ب‬
ُ ‫ ِإنَّ َما اَأل ْع َم‬:‫ول‬
ُ ‫تعالى عليه وعلى آله وسلم َي ُق‬
ِ ‫ت ِه ْجرتُهُ لِ ُد ْنيا ي‬
،‫ َأو ْامرَأة َي ْن ِك ُح َها‬،‫ص ْيُب َها‬ ِ ِ ‫ِإ‬ ِ
ُ َ َ ْ َ‫ َو َم ْن َكان‬،‫ه ْج َرتُهُ لى اهلل َو َر ُسوله فَ ِه ْج َرتُهُ إلى اهلل َو َر ُسوله‬
‫اج َر ِإل َْيه‬
َ ‫فَ ِه ْج َرتُهُ ِإلى َما َه‬
 Dari Umar bin-Khattab r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, hanya saja. Semua
amal itu adalah niat, dan hanya saja bagi setiap orang itu hasilnya menurut apay nag ia
niatkan. Maka siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, dan siapa hijrahnya
untuk dunia yang akan diperolehnya atau perempuan yang akan dinikahinya, maka
hijrahnya kepada apaa ynag hijrah ia kepadanya.
 Rasulullah SAW bersabda didalam hadisnya ynag diriwayatkan oleh Abu Daud dan
Nasai: sesungguhnya Allah yang maha perkasa lagi maha tinggi tidak menerima amalan
kecuali yang ikhlas karenanya dan mencari wajahnya. 4
Menurut hadis yang pertama ini ialah setiap amal perbuatan disyaratkan dengan niat. Amal
perbuatan ini terbagi kedalam dua macam yakni perbuatan lahiriyah dan perbuatan batiniyah.
Perbuatan lahiriyah yakni perbuatan ynag dikerjakan oleh anggota jasmani, misalnya
mengerjakan shalat, kemudian zakat, sedaangkan perbuatan batiniyah adalah perbuatan ynag
dikerjakan oleh hati, misalnya mempercayai adanya Allah, bersabar dan lain-lain. Kata ‫ا‬00‫ِإنَّ َم‬
ِ َّ‫الني‬
‫ات‬ ِّ ِ‫ال ب‬0
ُ 0‫ اَأل ْع َم‬mengandung makna yakni penghargaan untuk amalan-amalan yang dilakukan
oleh seorang mukallaf ataupun sahnya suatu amal disisi Allah SWT ini tergantung dari niatnya.
Pada hadis yang kedua ini dijelaskan bahwa berterimanya setiap amal di sisi Allah SWT itu
disyaratkan dengan ikhlas, oleh karenanya setiap pendidik yang menginginkan tugas mulianya
itu diterima disisi Allah, maka mestilah ia melaksanakan tugasnya dengan ikhlas. Dan dijelaskan
juga bahwa berpahalanya suatu amal itu tergantung pada keikhlasan didalam melakukannya, oleh
karenanya seseorang yang berprofesi sebagai pendidik dan guru disamping mendapatkan
imbalan materi dunia, janganlah mengabaikan pahala akhirat yang lebih baik dan juga abadi
disisi Allah SWT dengan berniat iklhlas dalam melakukn profesinya.
2. Takwa
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬
‫ق َح َس ٍن‬ ِ ِ‫ َو َخال‬،‫ َوَأ ْتبِ ِع ال َّسيَِّئةَ ْالـ َح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا‬، َ‫ق هللاَ َح ْيثُ َما ُك ْنت‬
َ َّ‫ق الن‬ ِ َّ‫اِت‬

3
Ibid, hal 99
4
Tatta Herawati Daulae, Etika Guru DalamPersepektif Hadis, vol 05, ni. 01 hal 99-100
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, dan iringilah perbuatan buruk
dengan perbuatan baik maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu, dan pergaulilah
manusia dengan akhlak yang baik.”
Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

َّ ِ‫ي ْالخَ ف‬
‫ي‬ َّ ِ‫ي ْال َغن‬
َّ ِ‫ِإ َّن هللاَ يُ ِحبُّ ْال َع ْب َد التَّق‬.
“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertaqwa, cukup, dan tersembunyi.”
Hadis di atas menjelaskan bahwa Seorang guru harus bertaqwa kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala di mana pun ia berada, juga harus senantiasa merasa diawasi oleh-Nya. Disertakan
dengan bertakwalah dengan niat untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala.5

3. Berilmu
ٰۤ
‫ول ِٕىكَ هُم‬ ُ‫َن ا ْل ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬ ِ ‫َو ْلتَ ُكنْ ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْدع ُْونَ اِلَى ا ْل َخ ْي ِر َويَْأ ُم ُر ْونَ ِبا ْل َم ْع ُر ْو‬
ِ ‫ف َويَ ْن َه ْونَ ع‬
َ‫ا ْل ُم ْفلِ ُح ْون‬
 Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).
 Ayat tersebut dipertegas oleh pesan Rasulullah SAW kepada Abu Darda, beliau bersabda:
“Jadilah engkau sebagai orang berilmu, atau pembelajar, atau penyimak ilmu, atau
pecinta ilmu. Namun jangan jadi yang kelima, niscaya engkau celaka.” (HR Al-Baihaqi).

Menurut hadits diatas seorang guru harus berilmu dan mempertanggung jawabkan
ilmunya serta menyalurkan ilmunya. Dan seorang guru harus menunjukkan etika sesuai
denga ilmu yang di ajarkan agar ilmu itu bisa terserap dengan mudah kepada yang di
ajarkan. Ilmu yang di ajarkan juga merupakan ilmu yang baik dan bermanfaat serta bisa
menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dalam Islam, guru digolongkan sebagai
orang-orang beruntung di dunia dan di akhirat. Sebab, mereka merupakan sosok pendidik
yang berilmu, menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah dari keburukan.

Dalam pandangan Islam, untuk menjadikan guru yang profesional, dapat mengikuti
tuntunan Nabi Muhammad SAW karena beliau satu-satunya guru yang berhasil dalam rentang
waktu yang cukup singkat, sehingga diharapkan dapat mendekatkan kepada guru/pendidik yang
dengan yang ideal (Rasulullah SAW). Keberhasilan Nabi SAW sebagai pendidik di dahului oleh
bekal kepribadian (personality) yang berkualitas unggul.

Berbicara mengenai etika guru, Rasulullah Saw telah memberikan tuntunan dalam
haditsnya tentang etika guru terhadap murid sebagai berikut : 

5
Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1987), Ahmad (V/153, 158, 177), dan ad-Darimi (II/323), dari Abu
Dzarr radhiyal-laahu ‘anhu. Diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi (no. 1987), Ahmad (V/236), dan ath-Thabrani dalam
al-Ausath (no. 3791), dari Muadz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu.
Referensi : https://almanhaj.or.id/10878-penuntut-ilmu-harus-bertaqwa-kepada-allah-taala-dan-menghormati-
guru.html
1. Adil 

Seorang guru harus mempunyai sikap yang adil, agar tidak terjadi kecemburuan sosial terhadap
sesama murid. Rasulullah bersabda :     

‫فَا تَقُوا هَّللا َوا ْع ِدلُوْ بَ ْينَ َأوْ آل ِد ُك ْم‬

 “Bertakwalah kepada Allah dan bersikap adillah terhadap anak-anakmu.” (HR Bukhari).

Hadis di atas memberikan petunjuk kepada setiap pendidik untuk berlaku adil. Bersikap adil
merupakan kewajiban seorang guru demi kelancaran proses pembelajaran dan merupakan hak
murid unruk memperoleh keadilan. Diriwayatkan dari Mujahid, ia berkata bahwa jika pengajar
tidak bersikap adil terhadap peserta didiknya maka ia dicatat sebagai orang zhalim. Selain itu,
diriwayatkan pula dari Al-Hasan Al-Bashri, ia berkata, jika pengajar diberikan gaji lalu tidak
bersikap adil di antara mereka yakni para siswa maka ia dicatat sebagai orang yang zhalim.
Karena Nabi Muhammad saw bersabda, “berbuatlah adil di antara anak-anakmu dalam hal
pemberian.”

2. Lemah Lembut 

Adapun hadis utama yang digunakan sebagai dalil lemah lembut termasuk dalam guru terhadap
murid adalah:

ِ ‫ْطي َعلَى ْال ُع ْن‬


 ‫ف‬ ِ ‫ْطي َعلَ ْي ِه َما اَل يُع‬ َ ‫ق ي ُِحبُّ الرِّ ْف‬
ِ ‫ق َويُع‬ َ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن ُمغَفََّأٍل َّن َرسُو َل هَّللا‬
ٌ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِإ َّن هَّللا َ َرفِي‬

Dari Al Hasan dari Abdullah bin Mughaffal bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan. Dia memberi pada
kelembutan yang tidak diberikan pada kekerasan." (HR. Abu Daud No. 4173).

Guru harus menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan
menghindarkan diri dari tindakan kekerasan fisik diluar batas kaidah pendidikan.

Dengan sifat lemah lembut akan terpancar aura keikhlasan pendidik dalam menyampaikan
materi.  Dan dengan sifat lemah lembut seorang guru akan melahirkan simpati dari murid-
muridnya. Pentingnya metode lemah lembut yang diterapkan dalam dunia pendidikan karena apa
yang disampaikan guru dapat membentuk kepribadian murid. 

Mendidik tidak cukup hanya bersabar, ketegasan sikap dan tindakan dalam mendidik sangat
berpengaruh terhadap murid. Sikap tegas perlu dimiliki oleh seorang guru, hal ini mendorong
agar murid disiplin. Ketegasan tidak sama dengan kekerasan. Tegas artinya sikap dan tindakan
yang menerapkan disiplin, dalam hal ini ketegasan haruslah diterapkan secara proposional.
Idealnya mendidik harus sesuai dengan cara yang Rasulullah SAW contohkan yaitu menerapkan
pola asuh dengan penuh cinta dan kasih sayang, sekaligus bersikap dan bertindak tegas.

Oleh karena itu, maka seorang pendidik hendaknya bersikap tegas kepada peserta didik bukan
dalam artian memarahi mereka, kecuali marah itu memang perlu untuk dilakukan. Guru yang
baik adalah guru yang mendorong peserta didiknya untuk berperilaku baik dan memberikan
pelayanan terbaik untuk masyarakat, sementara guru pemarah hanya akan mengarahkan
muridnya melakukan penyimpangan dalam perilakunya. Dengan demikian dapat disimpulkan
jika seorang guru marah, hal tersebut tidak hanya akan memberikan dampak negatif bagi dirinya
sendiri, tetapi juga bagi muridnya. 

3. Memudahkan dan tidak mempersulit 

Berikut adalah hadits mengenai memudahkan dan tidak mempersulit yang diriwayatkan oleh
Muslim dalam kitabnya haditsnya :

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ِّسرُوا َواَل تُ َع ِّسرُوا َو َس ِّكنُوا َواَل تُنَفِّرُوا‬
َ ِ ‫ك يَقُواُل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ َ ‫ْت َأن‬
ٍ ِ‫َس ْبنَ َمال‬ ِ ‫ع َْن َأبِي التَّي‬
ُ ‫َّاح قَا َل َس ِمع‬

Dari Abu At Tayah dia berkata; aku mendengar Anas bin Malik berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Permudahlah oleh kalian dan jangan mempersulit, buatlah hati
mereka tenang dan jangan menakut-nakuti." (HR. Muslim No.3264)

Adapun memudahkan yang dimaksud dalam penjelasan ini juga dapat diartikan sebagai
memudahkan peserta didik dalam memahami ilmu yang disampaikan oleh pendidik, salah satu
cara yang memungkinkan untuk dilakukan adalah menjadikan suasana belajar menyenangkan.
Oleh karena itu, pendidik harus memiliki kemampuan dalam menyampaikan, menggunakan
media, menguasai kelas, dan lain-lain.

Satu prinsip metode pendidikan Islam adalah prinsip memudahkan. Artinya metode apapun yang
digunakan oleh guru untuk mentransformasikan bahan ajar hendaklah metode tersebut
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan mengamalkan ilmu
pengetahuan, keterampilan sekaligus mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai dalam ilmu
pengetahuan dan keterampilan tersebut. Rasulullah SAW juga dengan tegas melarang melakukan
suatu tindakan yang membuat orang lain (peserta didik) merasa susah atau mengalami kesulitan.
Bahkan diisyaratkan pula pentingnya menggembirakan peserta didik dalam belajar dan menuntut
ilmu.6

6
Aisah. 2016. “Etika Pendidik dan Peserta Didik Menurut Al-Khatib Al-Bagdadi dalam Kitabnya Al-Jami’
Li Akhlak al-Rawi wa Adab al-Sami’. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang pendidik bertugas untuk menciptakan suasana belajar yang bisa menggerakkan
para peserta didiknya untuk berprilaku atau beradap sesuai dengan moral-moral, tata Susila dan
juga sopan santun yang berlaku didallam masyarakat.

""Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertaqwa, cukup, dan tersembunyi.


Idealnya mendidik harus sesuai dengan cara yang Rasulullah SAW contohkan yaitu
menerapkan pola asuh dengan penuh cinta dan kasih sayang, sekaligus bersikap dan bertindak
tegas. Guru yang baik adalah guru yang mendorong peserta didiknya untuk berperilaku baik dan
memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat, sementara guru pemarah hanya akan
mengarahkan muridnya melakukan penyimpangan dalam perilakunya.

B. Saran

Tentunya, kami sebagai seorang penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami
sebagai seorang penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun tentang
makalah ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Daulae Herawati Atta, Etika Guru dalam Perspektif Hadits, (2013), Vol 05, No 01

Mukhlishah Aida, ETIKA GURU DAN MURID MENURUT IMAM SYARIFUDDIN ANNAWAWI
DALAM KITAB ADABUL ‘ALIM, (Universitas Islam Asy-Syafi’iyah, 2021), Vol 4, No
2

Jamaluddin (pen.)., 2013. Begini Seharusnya Menjadi Guru: Panduan Lengkap


Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah saw. Jakarta: Darul Haq.

Mujahid, Pengembangan Profesi Guru (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm.
42.

Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka cipta, 2000), h. 31. 17 Asep umar F

Sarjana dan Khayati, Nur. “Pengaruh Etika, Perilaku, dan Kepribadian terhadap
Integritas Guru,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, No. 3,
Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai